NPM : 1306376231
Kelompok : 12 Obgin
Nomor absen : 54
1. PELVIMETRI KLINIS
Pelvimetri Klinis merupakan pengukuran dimensi tulang jalan lahir untuk menentuykan
apakah bayi dapat dilahirkan secara pervaginam. Pelvimetri klinis merupakan salah satu
bagian penting pada pemeriksaan antenatal untuk memastikan apakah panggul seorang ibu
cukup untuk melahirkan secara normal pervaginam.1
Secara fungsional panggul terdiri dari atas dua bagian yang terdiri dari pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis yang tidak banyak
memiliki kepentingan dalam obstetri. Serta, pelvis minor merupakan bagian pelvis di bawah
linea terminalis yang berperan penting dalam obstetri yaitu sebagai prediktor apakah dapat
dilewati oleh bayi. Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung
kedepan (sumbu carus) dan dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul
(outlet).1,2
B. RUANG PANGGUL1,2
Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dan PBP. Dinding anterior sekitar 4 cm
terdiri atas os pubis dengn simfisisnya. Dinding posterior berbentuk saluarn dengan
sumbu melengkung ke depan.
Ababila pada pemeriksan pelvimetri didapatkan hASIl berupa promontorium tidak teraba,
distansia interspinosum lebih dari 9,5 cm, sakrum konkaf, spina iskhiadika tajam, dinding
samping lurus, dan sudut arkus pubis lebih dari 90 derajat maka bisa dikatakan panggul
luas.
2. SEDIAAN KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN3
Terdapat beberapa pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan setelah persalinan
karena tidak menganggu proses menyusui.
A. AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim)
Merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman dan efektif untuk ibu yang ingin
menjarangkan kehamilan atau membatASI kehamilan. AKDR dapat dipasang setelah
bersalin ataupun pada jangka waktu sebagai berikut:
1. Paska plasenta: dalam 10 menit pasca melahirkan plasenta, ideal dan angka
ekspulsi rendah sekitar 9,5-12,5%
2. Segera pascasalin: setelah 10 menit-48 jam pascasalin, mASIh aman dengan
angka ekspulsi 25-37%
3. Pascasalin lanjutan: setalah 4 minggu pascasalin, aman angka ekspulsi 3-13%
Mekanisme kerja AKDR adalah dengan menghambat kemampuan sperma untuk masu
ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisASI sebelum ovum mencapai kavum uteri,
mencegah sperma dan ovum bertemu, membuat sprema sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuam dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisASI
B. IMPLAN
Implan berisi progestin dan tidak mengganggu produksi ASI dengan masa pakai
dapat mencapai 3 tahun (3-keto-degestrel) hingga 5 tahun (levonogestrel).
Pemasangan implan dapat dimulai kapan saja.
C. SUNTIK PROGESTIN
Metode kontraseppsi ini memiliki efektivitas yang tinggi, 0,3 kehamilan per 100
perempuan tiap tahunya dengan syarat penyuntikan dilakukan secara teratur. Metode
ini dapat dipakai pada semua perempuan pada usia reproduksi, terutama pada
pascasalin karena tidak mengganggu produksi ASI. Namun, kontrasepsi dengan
suntik progestin memiliki waktuk untuk kembali subur lebih lama, rata-rata sekitar 4
bulan.
Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah dengan mencegah ovulasi karena mencegah
sekresi hormon gonadotropin dan steroid seks pada ovarium, mengentalkan lendir
rahim sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sprema, menjadikan selaput rahim
tipis dan atrofi, menghambat transportasi gamet oleh tuba.
D. MINIPIL
Metode kontrasepsi dengan minipil cocok untuk perempuan yang menyusui karena
sifat dari progesti yang tidak mempengaruhi produksi ASI. Minipil sangat efektif pada
masa laktasi. Minipil memiliki efektifitas sekitar 98% dan mengembalikan
keseuburan dengan cepat ketika berhenti diminum.
Mekanisme kerja dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium, endometrium mengalamai transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih
sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga mengahmbat penetrasi sperma, serta
mengubah motilitas tuba sehingga transportasi terganggu.
Pasien perempuan dengan kehamilan aterm didiagnosis dengan mioma uteri pada korpus
anterior dengan panjang 10 cm.
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
penopangnya. Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan karena dapat menyebabkan
infertilitas, meningkatkan risiko abortus, hambatan dalam persalinan, inersia atau atonia
uteri, kesulitan pelepasan plasenta dan gangguan proses involusi masa nifas. Kehamilan
dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri, diantaranya tumor membesar pada
bulan-bulan pertama akibat peningkatan estrogen.1
Faktor predisposisi dari mioma uteri adalah nulipara, infertilitas, dan adanya riwayat
keluarga dengan mioma uteri. mioma uteri didiagnosis apabila ditemukan massa yang
terlihat menonjol atau teraba seperti bagian janin. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah dengan pemeriksaan USG abdominal dan transvaginal, serta MRI.1
Tatalaksana mioma uteri umumnya tidak dilakuan operasi pengangkatan mioma dalam
kehamilan karena dapat menyebabkan banyak perdarahan. Apabila mioma uteri
menghalangi jalan lahir atau menyebabakan bayi tidak dapat dilahirkan secara
pervaginam maka dilakukan seksio sesarea. Pengangkatan mioma dilakukan tiga bulan
setelah persalinan, kecuali timbul gejala-gejala akut yang membahayakan di masa nifas.1
DAFTAR PUSTAKA