Anda di halaman 1dari 10

STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

PERSALINAN SUNGSANG

I. DEFINISI

Letak sungsang
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah dimana
letak bayi sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus
uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di daerah pintu
atas panggul atau simfisis. (Sarwono, 2006; h. 520)
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah jika letak
bayi memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah.
(Sulaiman dkk, 2005; h. 132)
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah jika letak
bayi membujur dengan kepala janin di fundus uteri. (Manuaba, 2001;
h. 237)
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah dimana
letak janin memanjang dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin
merupakan kutub bawah, penunjuknya adalah sacrum. (Harry & William,
2010; h. 195)
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah posisi
dimana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga pada
saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih
dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. (Sujiyatini dkk,
2011; h. 119)
Dari beberapa definisi persalinan sungsang dengan presentasi
bokong menurut beberapa sumber di atas, dapat disimpukan bahwa
persalinan sungsang adalah persalinan dengan letak atau posisi bayi
tidak normal yaitu bokong berada di bagian bawah atau di daerah pintu
atas panggul sedangkan kepala berada pada fundus uteri.
Menurut (Kasdu, 2005, h.28) klasifikasi letak sungsang dibagi menjadi :
1) Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang dimana
kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau
kepala janin.
2) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu letak sungsang
dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di samping bokong
dapat diraba kedua kaki.
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu letak
sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang
lain terangkat ke atas.
Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak
teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain
daripada yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan
terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau
banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan ultrasonografik. Setelah ketuban pecah, dapat diraba
lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber
ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih
sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin
mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan
bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan antara
bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut
akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi
bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, 9
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu
kaki di samping bokong (Prawirohardjo, 2008, h.609-611).

II. ETIOLOGI
Adapun penyebab presentasi bokong (letak sungsung) antara lain :
1) Faktor dari ibu dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu :
a) Plasenta previa
b) Bentuk rahim yang abnormal
c) Panggul sempit
d) Multiparitas
e) Adanya tumor pada rahim dan
f) Implantasi plasenta di fundus yang memicu terjadinya letak bokong
(Winkjosastro , 2008)
2) Faktor dari janin dapat disebabkan oleh keadaan seperti :
a) Hidrosefalus atau anasefhalus
b) Kehamilan kembar
c) Hidramnion dan
d) Prematuritas (Winkjosastro, 2008)
Faktor-faktor etiologi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang
berlebihan, kehamilan ganda, plancenta previa, panggul sempit, fibromyoma,
hydrocepalus, dan janin besar. Setiap keadaan yang mempengaruhi masuknya
kepala janin ke dalam panggul mempunyai peranan dalam etiologi presentasi
bokong. Banyak yang tidak diketahui sebabnya, dan setelah
mengesampingkan kemungkinan-kemungkinan lain maka sebab malposisi
tersebut baru dinyatakan hanya karena kebetulan saja. Sabaliknya, ada
presentasi bokong yang membakat. Beberapa ibu melahirkan bayinya
semuanya dengan presentasi bokong, menunjukan bahwa bentuk panggulnya
adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong dari
pada presentasi kepala. Implantasi placenta di fundus di cornu uteri cenderung
untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong (Oxorn & William, 2010).

III. PATOFISIOLOGI
Menurut sarwono ( 2007; h. 611 ) letak janin dalam uterus bergantung pada
proses adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilam
sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat
dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua
tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
dalam ruangan yang lebih kecildi segmen bawah uterus.

IV. MANIFESTASI KLINIS


Menurut Prawirohardjo (2010), tanda dan gejala presentasi bokong yaitu
melalui pemerikaan fisik abdomen. Manuver Leopold perlu dilakukan perlu
dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilan >
34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada
pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam vagina dan/atau
pemeriksaan ultrasonograf. Keberhasilan untuk menemukan adanya presentasi
bokong pada masa kehamilan sangat penting oleh karena adanya prosedur
versi luar yang direkomendasikan guna menurunkan insidensi persalinan
dengan presentasi selain kepala dan persalinan bedah sesar.

V. KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang
a. Komplikasi pada ibu
1) Perdarahan
2) Robekan jalan lahir
3) Infeksi
b. Komplikasi pada bayi. Trias Komplikasi asfiksia, trauma peralinan, infeksi.
1) Asfiksia Bayi dapat disebabkan oleh :
(a) Kemacetan persalinan kepala, aspirasi air ketuban / lender
(b) Perdarahan atau edema jaringan otak
(c) Kerusakan medulla oblongata
(d) Kerusakan persendian tulang leher
(e) Kematian bayi karena asfiksia berat
2) Trauma persalinan
(a) Dislokasi fraktur persendian, tulang ekstermitas
(b) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
(c) Dislokasi fraktur persendian tulang leher, fraktur tulang dasar kepala,
fraktur tulang kepala, kerusakan pada mata, hidung atau telinga,
kerusakan pada jaringan otak.
3) Infeksi dapat terjadi karena :
(a) Persalinan belangsung lama
(b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
(c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam (Manuaba, 2010).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk memastikan
perkiraan klinis presentasi bokong dan bila mungkin untuk mengidentifikasi
adanya anomali janin (Cunningham, 2006; h. 562).
Pemeriksaan sinar X : Pemeriksaan ini dilakukan untuk menegakkan
diagnosis maupun memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu
( Oxom, 2010; h. 198)

VII. PENATALAKSANAAN MEDIS


Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung dengan
persalinan bokong, persalinan bahu, dan persalinan kepala. Bokong
masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan
lahir dan melakukan putar paksi dalam sehingga trochanter depan
berada di bawah simpisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion,
akan lahir trochanter belakang,dan selanjutnya seluruh
bokong lahir. Sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti
jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam sehingga bahu depan
berada di bawah simpisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion
akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti
kelahiran bahu depan dan tangan depan. Bersamaan dengan
kelahiran bahu, kepala bayi memasukki jalan lahir dapat melintang
atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga suboksiput
berada dibawah simpisis. Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-
turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka, dan kepala seluruhnya
(Manuaba, 2010; h. 492).
Menurut Wiknjosastro (2005; h. 104-105) prosedur pertolongan
persalinan spontan pada presentasi bokong dibagi menjadi beberapa
tahapan yaitu:
1) Tahap pertama : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai
pusar (skapula depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya
untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang tidak
berbahaya.
2) Tahap kedua : Fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai
lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala
janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali
pusat terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan
dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin
dapat bernafas lewat mulut.
3) Tahap ketiga : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan
keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar
yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan
secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan
intrakranial.

VIII. DIAGNOSA
. a. Data subjektif
Menurut Sulaiman, Djamhoer, Firman (2005:132-133)
mengatakan bahwa pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian
perut bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras
(kepala) mendesak tulang iga. Ibu juga mengeluh rasa nyeri oleh
karena janin menyepak-nyepak rectum (Oxorn,2010:195).
Apabila ibu pernah hamil sebelumnya maka kehamilannya dengan letak
sungsang akan terasa lain dari pada kehamilan yang terdahulu,
karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih
banyak di bagian bawah (Sarwono, 2007; h. 609).
b. Data objektif
1) Pemeriksaan palpasi Leopold :
Leopold I : untuk mengetahui bagian yang berada pada bagian
atas fundus. Pada presentasi bokong akan teraba
kepala janin yang keras, bulat
Leopold II : Untuk mengetahui letak janin pada bagian kanan
atau kiri fundus. Bagian kanan dan kiri teraba
punggung dan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III : untuk mengetahui bagian bawah janin. Pada
presentasi bokong akan teraba bokong, agak bulat,
tidak melenting.
Leopold IV : setelah terjadi engagement, menunjukkan posisi
bokong yang mapan di bawah simfisis.
(Cunningham, 2006; 561-562)
2) Pemeriksaan auskultasi
Pada pemeriksaan ini punktum maksimum/letak DJJ biasanya
terdengar paling keras pada daerah sedikit di atas umbilikus,
sedangkan bila telah terjadi engagement kepala janin, suara
jantung terdengar paling keras di bawah umbilikus.
3) Pemeriksaan USG Untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong
dan bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
4) Pemeriksaan dalam Pada presentasi bokong murni, teraba sacrum, anus,
kedua tuberositas iskiadika, dan setelah terjadi penurunan lebih lanjut,
genitalia eksterna dapat dikenali (Cunningham, 2006; h. 562).
Perlu diperhatikan perbedaan dengan presentasi muka. Cara
membedakannya dengan melakukan pemeriksaan dalam dan
hasilnya sebagai berikut :
a) Apabila menemukan lubang kecil tanpa tulang, tidak ada
hisapan, terdapat mekonium, kesimpulannya adalah anus.
b) Apabila menemukan lubang, menghisap, lidah prosesus
zigomatikus, maka kesimpulan tersebut adalah mulut.
c) Apabila menemukan tumit, sudut 90° dengan jari-jari rata,
maka kesimpulan hal tersebut adalah kaki.
d) Apabila menemukan jari-jari panjang tidak rata dan tidak
terdapat sudut maka disimpulkan hal tersebut adalah tangan.
e) Apabila teraba patella dan poplitea maka kesimpulannya
adalah lutut. (Sumarah, Yani dan Nining, 2009; h. 124).
IX. INTERVENSI
Menurut Oxorn dan William (2010; h. 211) penanganan
presentasi bokong yaitu dengan persalinan pervaginam dan
persalinan per abdominal (sectio caesarea).
1) Persalinan pervaginam
a) Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan hal yang
terjadi secara spontan dengan tenaga ibu dan
kontraksi uterus tanpa dilakukan tarikan atau manipulasi
sedikitpun selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis
persalinan ini disebut persalinan dengan cara bracht.
b) Ekstraksi parsial yatu persalinan yang terjadi secara spontan
sampai umbilikus, tetapi selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi
janin lahir dengan kekuatan ibu, his, dan tenaga penolong,
misalnya dengan cara klasik, muller, mouritceau.
c) Ekstraksi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara
seluruh tubuh janin di ekstraksi oleh tenaga penolong
persalinan atau dokter kebidanan.
2) Persalinan per abdominal : sectio caesarea.
Insidensinya sekitar 10 persen. Menurut Wiknjosastro (2005; h.
121) ada beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang
harus dilahirkan per abdominal, misalnya :
a) Primigravida tua.
b) Nilai sosial janin tinggi (high social value baby).
c) Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric history).
d) Janin besar, lebih dari 3,5 kg – 4 kg.
e) Dicurigai adanya kesempitan panggul.
f) Prematuritas.
DAFTARPUSTAKA
PrawirohardjoSarwono.IlmuKebidanan.Jakarta:BinaPustaka.Sarwono.Prawirohar
djo.2006
Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB Edisi 2.Manuaba.2001
Asuhan kebidanan persalinan.Sujiyatini,dkk.2011
Gawat darurat obstetri- ginekologi & obstetri- Ginekologi Sosial untuk profesi
bidan jakarta : EGC Manuaba, IBG,2010
Asuhan patologi kebidanan. Mufdilah,m.2011
Buku ajar ginekologi.IBG Manuaba .2008
Ilmu kebidanan. Sarwono prawirohardjo.2011
PrawirohardjoSarwono.IlmuKebidanan.Jakarta:BinaPustakaSarwonoPrawirohard
jo.2014

Anda mungkin juga menyukai