Oleh:
NIM: 105070200131010
2015
I. DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang/
membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum
uteri.
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus
uteri (Manuaba, 2001 : 237).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang
dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 :
350).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungkai janin berpresentasi
ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(wiknjosastro, 2006 : 606).
II. EPIDEMIOLOGI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang di
mana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan
presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Mortalitas perinatal: kematian perinatal 13
kali lebih tinggi daripada kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas
perinatal: 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini
dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi bokong. Sebab
utama kematian perinatal pada presentasi bokong: hipoksia, trauma persalinan,
prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada
presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.
III. KLASIFIKASI
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
- Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong
akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada
pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
- Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) (5-10%). Pada
presentasi bokong kaki sempurna di samping bokong dapat diraba kaki,
menunjukkan bahwa panggul dan kaki janin dalam keadaan fleksi.
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or
footling) (10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya
terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat
ke atas, sehingga bagian terendah adalah kaki.
IV. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas, multiparitas, hamil kembar, hidramnion atau
oligohidramnion, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga
disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus
(malformasi) atau jika terdapat tumor dalam rongga panggul. Plasenta yang
terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang,
karena plasenta mengurangi luas ruangan didaerah fundus. Tali pusat yang
pendek juga dapat menyebabkan letak sungsang. Kelainan fetus juga dapat
menyebabkan letak sungsang seperti malformasi CNS, hidrosefalus, IUGR,
massa di leher, aneuploidi.
V. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala.3
VI. TANDA DAN GEJALA
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan
bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa
penuh dibagian atas (subkostal) dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah.
Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya.
Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala.
Leopold II teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV
teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat
dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pemeriksaan untuk dapat membedakan bokong dengan muka yaitu
dengan memasukkan jari, bila teraba anus akan ada rintangan otot, sedangkan
bila teraba mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan,
mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberosis
iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat di raba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong.2
VII. DIAGNOSIS
1. Data Subjektif
a. Pasien merasa perutnya terasa penuh di bagian atas.
b. Gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah pusat.
c. Ibu merasa tidak nyaman karena seringnya benda keras (kepala)
mendesak tulang iga.
2. Data Objektif
1) Pemeriksaan luar
a. Pemeriksaan obstetri
Leopold I: menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa
yang terdapat di fundus, memastikan letak janin longitudinal.
Leopold III: teraba bagian lunak dan kurang bundar.
b. Denyut jantung janin
DJJ ditemukan setinggi, di atas dan disamping umbilikus, akan
tetapi jika sudah terjadi engagement maka DJJ terdengar paling
keras di bawah umbilicus.
2) Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
Apabila air ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong.
Tanda-tandanya, yaitu adanya kedua tuber ossis iskii, ujung os
sakrum, anus.
3) Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi.
Teknik:
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan
sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan
kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berada di depan vulva. Ketika
timbul his, ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada
saat bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin
intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong
lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong
sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang panggul.
4. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna
mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke
punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan
tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan
janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiperlordosis, seorang asisten
melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu
panggul. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut,
badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakkan di perut ibu. Bersihkan jalan nafas
dan rawat tali pusat.
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sakrum),
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada
semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi
di dalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang
dapat menimbulkan infeksi.7
b) Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu
dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua
ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada
krista iliaka dan jari-jari lain mencengkeram bagian depan. Kemudian badan
ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah
simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah
bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang
lahir. Tangan penolong tidak masuk kedalam jalan lahir sehingga mengurangi
infeksi.7
c) Cara Lovset
d) Cara Bickhenbach
Tahap ketiga ialah melahirkan kepala yang menyusul (after coming head).
Masing-masing teknik tahap ketiga adalah sebagai berikut:
a) Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari
keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik
kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi
kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram
leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala
dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut
lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya
seluruh kepala janin.7
b) Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong
tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang
mencengkeram leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan
dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak
dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.7
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua
lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke
atas sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam
piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya
saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha
belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan
dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka,
dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.7
3. Prosedur ekstraksi sungsang
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah
berada di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan
penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait
dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.7
B. Persalinan Perabdominam
Arti nilai:
≤ 3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila
nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
X. PENTALAKSANAAN
Dalam Kehamilan
Dalam Persalinan
Prosedur Versi
Syarat:
- Janin dapat lahir pervaginam atau diperkenankan untuk lahir
pervaginam (tidak ada kontraindikasi). Syarat partus pervaginam
pada letak sungsang: janin tidak terlalu besar, tidak ada suspek CPD,
tidak ada kelainan jalan lahir.
- DJJ baik.
- Bagian terendah janin masih dapat dikeluarkan dari pintu atas
panggul (belum engage).
- Dinding perut ibu cukup tipis dan lentur sehingga bagian-bagian
tubuh janin dapat dikenali (terutama kepala) dan dapat dirasakan dari
luar dengan baik.
- Selaput ketuban utuh.
- Pada parturien yang sudah inpartu: dilatasi serviks kurang dari 4 cm
dengan selaput ketuban yang masih utuh.
- Pada ibu yang belum inpartu: pada primigravida usia kehamilan 34-
36 minggu; pada multi gravida usia kehamilan lebih dari 38 minggu.10
Kontraindikasi:
- Ketuban pecah.
- Perdarahan antepartum pada plasenta previa atau plasenta letak
rendah, usaha memutar janin dikhawatirkan akan menyebabkan
plasenta lepas dari insersionya sehingga akan menambah
perdarahan.
- Hipertensi pada penderita hipertensi pada umumnya sudah terjadi
perubahan pembuluh arteriole plasenta sehingga manipulasi
eksternal dapat semakin merusak pembuluh darah tersebut.
- Cacat uterus jaringan parut akibat seksio sesaria atau miomektomi
pada mioma intramural merupakan lokus minoris resistancea yang
mudah mengalami ruptura uteri.
- Kehamilan kembar.
- Primi tua, nilai sosial anak yang tinggi atau riwayat infertilitas,
insufisiensi plasenta atau gawat janin.
- Plasenta letak anterior.
- IUGR.10
Teknik:
1. Versi luar harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas tindakan SC
emergensi dan dilakukan atas persetujuan penderita setelah
mendapatkan informasi yang memadai dari dokter.
2. Sebelum melakukan tindakan VL, lakukan pemeriksaan ultrasonografi
untuk:
- Memastikan jenis presentasi
- Jumlah cairan amnion
- Kelainan kongenital
- Lokasi plasenta
- Ada atau tidaknya lilitan tali pusat
3. Sebelum melakukan tindakan VL, harus dilakukan pemeriksaan
kardiotokografi (non-stress test) untuk memantau keadaan janin.
4. Pasang IV line sambil dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan
darah lengkap (persiapan bilamana harus segera dilakukan tindakan
seksio sesaria).
5. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih.
6. Berikan terbutaline 0.25 mg subkutan sebagai tokolitik atau salbutamol
0.5 mg i.v pelan pelan selama 5 menit.
Versi internal (internal version): manuver berupa versi podalik pada kala II
melalui manipulasi intrauterin (biasanya diikuti dengan tindakan ekstraksi kaki
sehingga lazim disebut tindakan versi ekstraksi). Manuver ini sangat berbahaya
dan hanya dilakukan pada gemelli anak kedua yang ukuran tubuhnya tidak
terlalu besar.10
Cunningham FG. Breech Presentation and Delivery. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,
Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams Obstetrics. 22nd ed. New York: Mc Graw Hill
Medical Publishing Division; 2005: 509-36.
Deutsch A, Salihu HM, Lynch O, Phillip J, Belogolovkin M, Belogolovkin V. Cesarean delivery
versus vaginal delivery: impact on survival and morbidity for the breech fetus at the
threshold of viability. Journal of Maternal-Fetal dan Neonatal Medicine 2011 May; 24(4):
713-7. Available at:
http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/14767058.2010.516287. Accessed August
29, 2014.
Gabbe SG. Malpresentation. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, eds. Obstetrics: Normal
and Problem Pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone Ltd; 2000: 478-90.
Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome of 699 term
singleton breech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol 2002 Dec; 187(6):
1694-8. Accessed August 29, 2014. Available at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937802004921.
Hacker NF, Gambone JC, Hobel CJ, Azziz R, Alexander CJ, Bashore RA, et al. Multifetal
Gestation and Malpresentation. In: Merritt J, Abshire C, eds. Hacker and Moore’s
Essentials of Obstetrics and Gynecology. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010:
167.
Kotaska A, Menticoglou S, Gagnon R, Farine D, Basso M, Bos H, et al. Vaginal delivery of
breech presentation. Int J Gynecol Obstet 2009 Nov; 107(2): 169-76. Accessed August
29, 2014. Available at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S002072920900349X.
Saifuddin AB, Aristiarini A, Kaptiningsih A, Azwar A, Waspodo D, Adriaansz G, et al. Versi luar
dan Versi ekstraksi. Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D, editors. 1st ed. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta, 2006. P. 470-5.
Siswishanto R. Malpresentasi dan Malposisi. In: Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH, eds. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010: 588-97.
Syamsuddin KA. Kedudukan Janin Intrauterin. In: Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimhadhi
T, Wiknjosastro GH, eds. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010: 205-7.
Whitehead E. Vaginal Breech Delivery. East Lancashire Hospitals NHS Trust; 2010. Accessed
August 29, 2014. Available at: http://www.eastlancsdue.nhs.uk/images/BREECH
%20DELIVERY.pdf.