1. PRESENTASI
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah Rahim yang
dijumpai pada palpasi atau pemeriksaan dalam, misalnya presentasi kepala,
presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.
a. Presentasi Muka
b. Presentasi Dahi
Bentuk dari Kelainan Sikap (habitus) berupa gangguan defleksi moderate.
Presentasi yang sangat jarang. Diagnosa ditegakkan bila VT pada PAP meraba
orbital ridge dan ubun-ubun besar.
Kepala berada di antara posisi fleksi sempurna dengan ekstensu sempurna.
Kecuali pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas, engagemen
kepala yang diikuti dengan persalinan pervaginam tak mungkin terjadi.
c. Diagnosis
Presentasi dapat dikenali melalui pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu
dan oksiput dapat diraba dengan mudah. Diagnosa dipastikan dengan VT dan
teraba sutura frontalis – orbital ridges – mata atau pangkal hidung. Kadang-
kadang dagu juga dapat diraba melalui VT.
d. Presentasi Rangkap
Prolapses lengan disamping bagian terendah janin. Presentasi rangkap, tangan
kiri berada di depan bagian terendah janin dan biasanya desensus kepala dapat
berlangsung normal.
2. POSISI
3. LETAK
a. Letak Lintang
Sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Kadang-
kadang sudut yang ada tidak tegak lurus sehingga terjadi letak oblique yang
sering bersifat sementara oleh karena akan berubah menjadi presentasi kepala
atau presentasi bokong (“unstable lie”). Pada letak lintang, bahu biasanya
berada di atas pintu panggul dengan bokong dan kepala berada pada frossa
iliaca.
Deskripsi letak lintang : acromial kiri atau kanan dan dorso-an-terior atau
dorso-posterior. Angka kejadian 1:300 persalinan tunggal (0.3%).
Diagnosis
a. Diagnosa biasanya mudah dan kadang-kadang hanya melalui inspeksi
dimana abdomen terlihat melebar dengan fundus uteri sedikit diatas
umbilicus.
b. Tidak ada kutub janin yang teraba dibagian fundus dan kepala teraba di
fossa iliaca.
c. Pada dorso-posterior, teraba bagian kecil pada palpasi dinding abdomen.
d. VT pada persalinan dini dapat meraba tulang rusuk , bila pembukaan
serviks sudah bertambah maka dapat teraba scapula dan klavikula. Arah
penutupan aksila menunjukkan arah bahi dan lokasi kepala.
e. Pada persalinan lanjut, bahu terperangkap dalam jalan lahir dan seringkali
disertai prolapus lengan dan keadaan ini disebut letak lintang kasep –
neglected transverse lie.
f. Wanita yang sudah mengalami persalinan > 4 kali dengan bayi aterm
memiliki kemungkinan mengalami kehamilan dengan presentasi lintang
10 kali lipat nulipara.
g. Kekendoran otot abdomen yang mengakibatkan perut gantung
(“pendulous abdomen”) dapat menyebabkan uterus jatuh ke depan
sehingga sumbu panjang janin menjauh dari sumbu jalan lahir.
h. Letak plasenta pada segmen bawah Rahim dan kesempitan panggul dapat
menyebabkan gangguan akomodasi bagian terendah janin sehingga terjadi
letak lintang.
4. KEHAMILAN KEMBAR
Jenis Kehamilan Kembar
1. Kehamilan Kembar Monozigotik
Kehamilan kembar monozigotik atau disebut juga identic adalah kehamilan
kembar yang terjadi dari 1 telur yang dibuahi oleh 1 sperma. Untuk alasan
yang tidak diketahui, telur yang sudah dibuahi membelah menjadi dua atau
lebih embrio pada perkembangan tahap pertama. Kembar identic pada
umumnya memiliki ari-ari yang sama tetapi kantung amnion yang terpisah
pada Rahim. Pada kasus yang jarang terjadi, kembar identic memiliki 1
kantung amnion. Kedua anak tersebut memiliki jenis kelamin yang sama, rupa
sama, sidik jari dari telapak sama. Kehamilan ini jarang terjadi
2. Kehamilan Kembar Fraternal (Dizigotik)
Kehamilan kembar dizigotik adalah kehamilan yang berasal dari 2 telur yang
di buahi sperma yang berbeda. Jumlah kehamilan ini kira-kira 2/3 total
kehamilan kembar. Jenis kehamilan dapat sama atau berbeda, dan mereka
berbeda seperti anak-anak lain dalam keluarga.
5. DISTOSIA BAHU
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet di atas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau
bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang
sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan.
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnose yang di
gunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila dalam
persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver
khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. Gross dkk (1987) Dengan
menggunakan kriteria di atas menyatakan bahwa dari 0.9% kejadian distosia
bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang memenuhi kriteria
diagnosa di atas.
Spong dkk (1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan
adanya distosia bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan
seluruh tubuh. Nilai normal interval waktu antara persalinan kepala dengan
persalinan seluruh tubuh adalah 24 detik, pada distosia bahu 79 detik. Mereka
mengusulkan bahwa distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih
dari 60 detik.
Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada
umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis.
Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior)
berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu
untuk “melipat” ke dalam panggul (missal: pada makrosomia) disebabkan
oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga
penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada
saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke
dalam panggul.
Penilaian Klinik
a. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
b. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
c. Dagu tertarik dan menekan perineum
d. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap
perineum sehingga tampak masuk kembali ke dalam vaguna.
e. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di
belakang symphisis
Komplikasi Fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura Clsvicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
e. Frektura humerus
Penatalaksanaan
1. Tetap tenang. Anda tahu apa yang harus dilakukan dan akan menangani
situasi ini dengan efektif. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi
distosia bahu sangat diperlukan.
2. Bersikap relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk
berkonsentrasi dalam menangani situasi gawat darurat secara efektif.
3. Memanggil dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir
sebelum dokter dating, maka dokter akan menangani perdarahan yang
mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.
4. Siapkan peralatan tindakan resusitasi
5. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan
6. Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan.
7. Atur posisi Mc Robert.
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan
selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of
Texas di Houston. Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari
penyangga dan melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen
ibu. Tindakan ini dapat menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis
pubis kearah kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun
ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk
membebaskan bahu depan yang terhimpit.
8. Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter
oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari satu
tangan diletakkan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya
pada punggung janin sebelah kiri, perlu tindakan secara hati – hati karena
tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
9. Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra punlik
untuk menekan kepala kearah bawah dan luar. Hati – hati dalam
melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan
pleksus syaraf brakhialis. Cara menekan daerah supra publik dengan cara
kedua tangan saling menumpuk diletakkan diatas simpisis. Selanjutnya
ditekan kea rah luar bawah perut.
10. Bila persalinan belum dilahirkan, istirahat sebentar (sekitar 40-45 detik)
agar anda lebih memahami situasi,mendapat kesempatan, dan sedikit
ruang untuk melahirkan bahu: kosongkan kandung kemih karena dapat
menganggu turunnya bahu, pastikan untuk melakukan atau memperluas
episiotomy, dan melakukan VT untuk mencari kemungkinan adanya
penyebab lain distosia bahu. Tangan diusahakan memeriksa kemungkinan:
Tali pusat pendek, Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan
abdomen oleh karena tumor, lingkaran bandl yang mengindikasikan akan
terjadi rupture uteri, locked twins dan Conjoined twins.
11. Mencoba kembali melahirkan bahu seperti langkah-langkah diatas. Bila
distosia bahu ringan-sedang, janin akan dapat di lahirkan.
12. Maneuver Woods (“Wood crock screw maneuver”)
Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol
(corkscrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood.
Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum
jam, kemudian diputar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu
depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180o. Lakukan gerakan
pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudian melahirkan bahu dengan
menekan kepada kearah luar belakang disertai dengan penkanan daerah
supra publik.
13. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
a) Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan
tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah
berikut yaitu :
b) Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan
kemudian ditekan ke depan kea rah dada anak. Tindakan ini untuk
melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil
dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.
Manuver Rubin II
a. Diameter bahu terikat antara kedua tanda panah.
b. Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada
anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu
anterior yang terjepit
14. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti
langkah 12-13
15. Melahirkan bahu belakang
a. Operator memasukkan tangan ke dalam vagina menyusuri humerus
posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas
didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku
b. Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin,
c. Lengan posterior dilahirkan.
16. Kleidotomi: Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula
anterior kea rah SP.
17. Manuver Zavanelli
Manuver Zavanelli: mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak
dilahirkan melalui SC.
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai
dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan
secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.
Penyebab
Factor predisposisi dari letak sungsang adalah :
1. Prematuritas karena bentuk Rahim relative kurang lonjong
2. Air ketuban masih banyak dan kepal anak realtif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul
4. Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala
kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul
5. Fiksasi kepala pada pitnu atas panggu tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggu sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor-tumor pelvis dan
lain-lain
6. Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri
9. Janin sudah lama mati
10. Sebab yang tidak di ketahui
Diagnosis
1. Palpasi: pemeriksaan leopold di bagian bawah teraba bagian yang kurang
keras dan kurang bundar (bokong), sementara di fundus teraba bagian
yang keras, bundar dan melenting (kepala), dan punggung teraba di kiri
atau kanan.
2. Auskultasi: DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat
yang lebih tinggi dari pusat.
3. Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar X: bayangan kepala di
fundus
4. Pemeriksaan dalam: Dapat diraba os sacrum, tuber ischis, dan anus,
kadang-kadang kaki (pada letak kaki). Bedakan antara:
a. Lubang kecil – mengisap
b. Tulang (-) – Rahang Mulut
c. Isap (-) Anus – Lidah
d. Mekoneum (+)
e. Tumit – Jari panjang
f. Sudut 90 derajat Kaki – Tidak rata Tangan siku
g. Rata jari – jari – Patella (-)
h. Patella Lutut
i. Poplitea
Bahaya persalinan sungsang dapat disimpulkan sebagai berikut
a. Anoksia intra dan ekstra uterin
b. Perdarahan intracranial
c. Fraktur dan dislokasi
d. Kerusakan otot dan syaraf terutama pada otot sterno mastoid dan
fleksus brachialis
e. Rupture organ abdomen
f. Oedem genital dan memar atau lecet akibat capformation
g. Kejadian anomaly kongenital tinggi pada bayi dengan presentasi atau
letak sungsang dan terutama pada BBLR
Cara klasik :
1. Prinsip – prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena
lengan belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum).