Anda di halaman 1dari 5

Incoordinate uterine action

Kelainan ini hanya dapat diobati secara simptomatis karena belum ada obat yang
dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Usaha yang dapat
dilakukan ialah mengurangi tonus otot dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika, seperti morphin, pethinidin dan lain-lain. Akan
tetapi persalinan tidak boleh berlarut-larut apalagi jika ketuban sudah pecah. Dalam hal ini
pada pembukaan belum lengkap, perlu dipertimbangkan seksio sesaria. Lingkaran
kontriksi dalam kala I biasanya tidak diketahui, kecuali kalau lingkaran ini terdapat
dibawah kepala anak sehingga dapat diraba melalui kanalis servikalis. Jikalau diagnosis
lingkaran kontriksi dalam kala I dapat dibuat persalinan harus diselesaikan dengan seksio
sesarea. Biasanya lingkaran kontriksi dalam kala II baru diketahui, setelah usaha
melahirkan janin dengan cunam gagal. Dengan tangan yang dimasukkan ke dalam kavum
uteri untuk mencari sebab kegagalan cunam, lingkaran kontriksi mungkin diraba. Dengan
narkosis dalam, lingkaran tersebut kadang-kadang dapat dihilangkan, dan janin dapat
dilahirkan dengan cunam. Apabila tindakan ini gagal dan janin masih hidup, maka harus
dilakukan seksio sesarea.
Pada distosia servikalis primer diambil sikap seperti pada incoordinate uterine
action. Pada distosia servikalis sekunder harus dilakukan seksio sesaria sebelum jaringan
parut serviks robek, yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah uterus.

DISTOSIA KARENA KELAINAN LETAK DAN BENTUK JANIN

A. Kelainan letak, presentasi atau posisi


1. Posisi oksipitalis posterior persistens
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu
atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring, sehingga ubun-ubun
kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan,
kiri belakang, atau kanan belakang. Meskipun ubun-ubun kecil berada dikiri atau
dikanan belakang pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya ke
depan, yaitu bila kepala janindalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai
bentuk serta ukuran normal. Dalam keadaan fleksi, bagian kepala yang pertama
mencapai dasar panggul ialah oksiput. Oksiput akan memutar ke depan karena
dasar panggul dengan muskulus levator ani-nya membentuk ruang yang lebih luas
di depan, sehingga memberikan tempat yang lebih sesuai bagi oksiput. Dengan
demikian keberadaan ubun-ubun kecil dibelakang masih dapat dianggap sebagai
variasi persalinan biasa. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-kadang ubun-
ubun kecil tidak berputar ke depan, sehingga tetap dibelakang. Keadaan ini
dinamakan posisi oksiput posterior persistens.
a. Etiologi
Salah satunya penyebab terjadinya posisi oksiput posterior persistens
tersebut ialah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran
panggul. Sebagai contoh, misalnya: apabila diameter anteroposterior
panggul lebih panjang dari diameter transversal seperti pada panggul
antropoid, atau segmen dengan menyempit seperti pada panggul android,
maka ubun-ubun kecil akan mengalami kesulitan memutar ke depan.
Sebab-sebab lain adalah otot-otot dasar panggul yang sudah lembek pada
multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga tidak ada
paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke depan.
b. Mekanisme persalinan
Apabila hubungan antara panggul dengan kepala janin cukup longgar,
persalinan pada posisi oksipitalis posterior persistens dapat berlangsung
secara spontan, tetapi pada umumnya lebih lama. Kepala janin akan lahir
dalam keadaan muka dibawah simfisis dengan mekanisme sebagai berikut:
Setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun-ubun besar berada
dibawah simfisis, dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion,
oksiput akan lahir melalui perineum, diikuti bagian kepala yang lain.
Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil dibelakang menyebabkan
regangan yang besar pada vagina dan perineum, hal ini desebabkan karena
kepala yang sudah dalam keadaan fleksi kepala tidak dapat menambah
fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak dapat maksimal,
sehingga kepala lahir melalui pintu bawah panggul dengan sirkumferensia
frontooksipitalis yang lebih besar dibandingkan dengan sirkumferensia
suboksipitobregmatika. Kedua keadaan tersebut dapat menimbulkan
kerusakan pada vagina dan perineum yang luas.
c. Prognosis
Jalannya persalinan pada posisi oksiput posterior sulit diramalkan hal
ini disebabkan karena kemungkinan timbulnya kesulitan selalu ada.
Persalinan pada umumnya berlangsung lebih lama, kemungkinan
kerusakan jalan lahir lebih besar, sedangkan kematian perinatal lebih
tinggi bila dibandingkan dengan keadaan di mana ubun-ubun kecil berada
didepan.
d. Penanganan
Dalam menghadapi persalinan dengan ubun-ubun kecil dibelakang
sebaiknya dilakukan pengawasan persalinan yang seksama dengan harpan
terjadinya persalinan spontan. Tindakan untuk mempercepat jalannya
persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama, atau ada tanfda-tanda
bahaya terhadap janin.
Karena ekstrassi cunam pada persalinan letak belakang kepala akan
lebih mudah bila ubun-ubun kecil berada didepan, maka harus diusahakan
lebih dahulu apakah ubun-ubun kecil kecil dapat berputar ke depan.
Perputaran kepala tersebut dapat dilakukan dengan tangan penolong yang
dimasukkan kedalam vagina dengan cunam. Apabila putaran dapat
dilakukan dengan mudah, mak janin dilahirkan dengan ubun-ubun kecil
didepan. Tetapi apabila hal tersebut sulit atau yang melakukan
pembedahan tidak berpengalaman, hendaknya putaran tersebut tidak
dipaksakan dan janin dilahirkan dengan cunam dalam keadaan ubun-ubun
kecil tetap dibelakang. Untuk itu perlu dilakukan episotomi medio
lateralyang cukup luas. Tetapi pada waktu dilakukan tarikan, ada kalanya
terjadi perputaran secara spontan, sehingga ubun-ubun kecil berada di
depan.
Pada prsentasi belakang kepala, kadng-kadangkala II mengalami
kemacetan dengan kepala janin sudah berada di dasar panggul dan posisi
ubun-ubun kecil melintang. Keadaan ini dinamakan posisi lintang tetap
rendah (deep transverse arrest). Apabila ada alamat untuk menyelesaikan
persalinan dapat dilakukan ekstraksi vakum atau dilakukan ekstraksi
cunam yang dipasng miring terhadap kepala miring terhadap panggul.
2. Presentasi puncak kepala
Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati jalan lahir berada
dalam keadaan fleksi. Dalam keadaan-keadaan tertentu fleksi kepala tersebut tidak
terjadi, sehingga kepala dalam keadaan defleksi. Bergantung pada derajat
defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau
presentasi muka. Presentasi puncak kepala atau disebut juga presentasi sinsiput,
terjadi apabila derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan
bagian terendah. Presentasi dahi, bila derajat defleksinya lebih berat, ssehingga
dahi merupakan bagian yang paling rendah. Presentasi muka bila derajat
defleksinya maksimal, sehingga muka janin merupakan bagian yang terendah.
Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara,
yang kemudian akan berubah menjadi presentasi belakang kepala. Mekanisme
persalinannya hampir sama dengan posisi oksipitalis posterior persistens, sehingga
keduanya seringkali dikacaukan satu dengan lainnya. Perbedannya ialah: pada
presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal, sedangkan
lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia frontooksipitalis
dengan titik perputaran yang berada didalam simfisis ialah glabella.
3. Presentasi muka
Presentasi muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan fleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah menghadap kebawah. Presentasi muka dikatakan primer apabila sudah
terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder apabila baru terjadi pada
waktu persalinan. Angka-angka kejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah
persalinan yang banyak di Indonesia sukar dibandingkan, karena perbandingan
antara kasus-kasus terdaftar dengan kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda
antara rumah sakit satu dengan rumah sakit yang lainnya. Di Rumah Sakit Dr.
Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun angka kejadian presentasi muka kurang dari
0,1% di antara 12.827 persalinan.
a. Diagnosis
Pada presentasi muka, tubuh janin berada dalam keadaan ekstensi,
sehingga pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung.
Bagian kepala yang menunjol, yakni belakang kepala, terdapat di sebelah
yang berlawanan dengan letak dada. Di daerah dada dpat pula diraba
bagian-bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas.
Untuk membuat diagnosis presentasi muka, selain pemeriksan luar pada
umumnya perlu dibantu dengan pemeriksaan dalam. Bila muka sudah
masuk ke dalam rongga panggul, jari pemeriksa dabat meraba dagu, mulut,
hidung dan pinggir orbita. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati,
sehingga tidak melukai mata dan mulut. Adanya kaput suksedaneum
menyulitkan pemeriksaan, sehingga kadang-kadang muka dikacaukan
dengan bokong. Kesalahan ini tidak perlu terjadi jika sebelumnya telah
dilakukan pemeriksaan luar dengan seksama. Di samping itu mulut dapat
dikenal karena adanya pinggir alveola. Apabila masih adakeragu-raguan,
dapat dilakukan pemeriksaan roentgennologik.
b. Etiologi
Pada umumnya penyebab terjadinya presentasi muka adalah keadaan-
keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan-keadaan
yang menghalangiterjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu presentasi muka
dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar. Multiparitas
dan perut gantung juga merupakan faktor yang memudahkan terjadinya
presentasi muka. Selain itu kelainan janin seperti anensefalus dan tumor di
leher bagian depan dapat mengakibatkan presentasi muka. Kadang-kadang
presentsi muka juga dapat terjadi pada kematian janin intrauterin, akibat
otot-otot janin yang telah kehilangan tonusnya.
c. Mekanisme perslinan

Anda mungkin juga menyukai