Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI MUKA (MENTO ANTERIOR KIRI)

DAN FISIOLOGI ,FUNGSI NYERI PADA SAAT PERSALINAN

DI SUSUN OLEH :

RAHMA YANTI
RESTI AYUNING TYAS
RISYA EVA SARI NADAPDAP
ORINCE DOLKSARIBU
NOVI YANTI
NOVA JULIYANTI LUBIS

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Weddy Martin, M.Kep

UNIVERSITAS SUMATRA BARAT (UNISBAR)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

TAHUN AJARAN

2022
MEKANISME PERSALINAN PRESENTASI MUKA (MENTO ANTERIOR KIRI)

1. Pengertian
Presentasi Muka adalah keadaan di mana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal,
sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap
ke bawah.
Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi sehingga oksiput menempel
pada punggung bayi dan dagu (mentum) menjadi bagian terbawah janin. Muka janin dapat
tampil sebagai dagu (mentum) anterior atau posterior, relatif terhadap simfisis pubis.(Duff,
Obstetri Williams)Presentasi muka yaitu keadaan dimana kepala mengalami hiperfleksi
sehingga oksiput bersentuhan dengan punggung bayi dan mentum merupakan denominator.
(Bhal et al, Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran)

Dalam kaitannya dengan simfisis pubis, maka presentasi muka dapat terjadi
denganmento anterior atau mento posterior.Pada janin aterm dengan presentasi muka mento-
posterior, proses persalinan pervaginam terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian
belakang simfisis pubis. Dalam keadaan ini, gerakan fleksi kepala agar persalinan
pervaginam dapat berlangsung terhalang, maka persalinan muka spontan per vaginam tidak
mungkin terjadi. Bila dagu berada di anterior, persalinan kepala per vaginam masih dapat
berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus presentasi muka
dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut.

Presentasi Muka jarang terjadi kira-kira 1 dalam 500 kelahiran. Kepala dan tulang
belakang ekstensi tetapi lutut fleksi sehingga letak fetus dalam uterus dalam bentuk huruf S.
Oksiput berlawanan dari bahu dan muka secara langsung yang berada dibagian os. Internum.

2. Diagnosis
a. Dalam kehamilan
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika:

 Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang kepala dan punggung
teraba sudut yang runcing (sudut fabre); tonjolan kepala ini juga bertentangan dengan pihak
bagian-bagian kecil.
 Bunyi jantung anak terdengar pada pihak bagian-bagian kecil. Atas penemuan tersebut
dianjurkan untuk dibuat foto rontgen
 Pemeriksaan radiologis dapat menampakkan gambaran hiperekstensi kepala yang jelas dan
tulang muka diatas pintu atas panggul.

b. Dalam persalinan
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar teraba: orbita, tulang pipi,
mulut dan dagu, Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong dimana dapat teraba
adanya anus dan tuber-ischiadica yang sering keliru dengan mulut dan tulang rahang atas.

3. Etiologi
Penyebab presentasi muka sangat banyak dan pada umumnya berasala dari faktor apapun
yang menyebabkan ekstensi atau menghalangi fleksi kepala.
 Tumor leher janin
 Panggul sempit
 Bayi besar
 Anensefalus
 Lilitan tali pusat di leher
 Pembesaran leher yang mencolok
 Grande multipara dengan perut gantung (‘pendulous abdomen’)
Faktor Presdiposisinya adalah pada wanita multipara dan perut gantung. Keadaan tersebut
menyebabkan punggung bayi merosot ke depan ke arah lateral, seringkali pada arah yang
sama dengan oksiput, sehingga menambah ekstensi vertebra servikalis dan torakalis.

4. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan luar (Palapasi Abdomen)


 Tonjolan kepala sepihak dengan bokong
 Ditemukan sudut fabre
 BJJ sepihak dengan bagian kecil
2. Pemeriksaan dalam
Teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut dan dagu

5. Mekanisme Pemeriksaan Pada Persentasi Muka


Kepala turun melalui PAPdengan sirkumferensiatrakelo-parietalis dan dengan dagu
melintang / miring.Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi PPD, sehingga dagu
memutar kedepan dan berada di bawah arkus pubis.Dengan daerah submentum sebagai
hipomoklion kepala lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi, UUB, belakang kepala
melewati perineum.Setelah kepala lahir terjadi PPL dan badan janin lahir seperti pada
presentasi kepala.kalau dagu bedara dibelakang pada waktu putaran dalam dagu harus
melewati jarak yang jarak yang lebih jauh supaya dapat berada di depan. Kadang dagu tidak
memutar ke depan dan tetap berada di belakang.Keadaan ini disebut posisi mento posterior
persisten dan janin tidak dapat lahir spontan, kecuali bila janin mati atau kecil.Hal ini karena
kepala sudah berada dalam fleksi maksimal dan tidak mungkin menambah defleksinya lagi,
sehingga kepala dan bahu terjepit dalam pangguldan persalinan tidak akan maju. (Bhal et al,
Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran)

  Presentasi muka jarang terjadi bila kepala masih diatas Pintu Atas Panggul.Umumnya
keadaan diawali dengan presentasi dahi yang kemudian pada proses desensus berubah
menjadi presentasi muka Mekanisme persalinan terdiri dari densensus – putar paksi dalam –
fleksi – ekstensi dan putar paksi luar.
Mekanisme persalinan pada presentasi muka mentoposterior, terjadi :

 Putar paksi dalam sehingga dagu berputar keanterior dan lahir pervaginam, tujuan Putar Paksi
Dalam adalah agar dagu berada dibelakang simfisis pubis oleh karena hanya pada posisi ini
kepala janin dapat melewati perineum melalui gerakan fleksi.
 Setelah Putar Paksi Dalam dagu kedepan selesai dan tahapan desensus berikutnya
berlangsung, maka dagu dan mulut nampak di vulva dan persalinan kepala berlangsung
melalui gerakan fleksi.
 Setelah kepala lahir, oksiput akan mendekati anus dan dagu berputar seperti saat memasuki
Pintu Atas Panggul. Persalinan bahu berlangsung seperti pada presentasi belakang kepala.
 Pada presentasi muka, edema akan merubah bentuk wajah anak. Molase juga terjadi dan
menyebabkan bertambah panjangnya diameter occipitomentalis.

6. Manajemen
Pada posisi mento anteerior seringnya proses persalinan berjalan normal. Pada kala II
kelahiran normal diantisipasi dengan menggunakan episiotomi meskipun diameter sub mento
bregmatika 9,5 cm. Sub mento vertikal 11,5 cm yang dapat merobek perineum saat kelahiran.
Jika kelahiran normal terjadi ekstensi dipertahankan dengan menekan sinsiput hingga dagu
berada di bawah simpisis pubis, kepala difleksikan sehingga memungkinkan verteks dan
oksiput melewati perineum. Posisi mento lateral dan mento posterior lebih berbahaya.
Kelahiran spontan tidak akan terjadi, kemungkinan persalinan obstruksi dan dibutuhkan
penatalaksanaan dengan segera.

7. Penatalaksanaan

1. Dagu anterior
2. Bila pembukaan lengkap
 Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
 Bila kemajuan persalinan lambat lakukan disitoksin drip
 Bila kurang lancar, lakukan forseps
1. Bila pembukaan belum lengkap
Tidak didapatkan tanda obtuksi, lakukan oksitosin drip. Lakukan evaluasi persalinan sama
dengan persalinan verteks

2. Dagu Posterior
 Bila pembukaan lengkap maka SC
 Bila pembukaan maka lengkap, lakukan penilaian penurunan rotasi, dan kemajuan persalinan,
jika macet maka SC
 Jika janin mati maka lakukan Kraniotomi atau seksio saesaria.
Kala I                                      : observasi sampai pembukaan lengkap

Kala II                                     : setelah dipimpin meneran

Bila dagu di depan                  : persalinan spontan (ekstraksi forsep)

Bila dagu di belakang             : seksio sesarea

Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung secara normal,
persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung dengan wajar.Observasi
Detik Jantung Janin dilakukan dengan monitor eksternal.Presentasi muka sering terjadi pada
panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan.Usaha
untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala , pemutaran posisi dagu
posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi
ekstraksi tidak boleh dikerjakan pada masa obstetri moder

 
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada presentasi muka, meliputi;

1. Prolapsus tali pusat


2. Obstruksi persalinan, karena;
3. Muka tidak berbentuk dan oleh karena CPD yang tidak dapat ditangani
4. Presentasi muka posterior presisten mengakibatkan obstruksi persalinan
5. Kelahiran operasi  mungkin dibutuhkan
6. Trauma perineum berat dapat terjadi karena, meskipun diameter sub mento bregmatik hanya
9,5 cm, sub mento vertikal 11,5 cm akan memperlebar vagina dan perineum. Bentuk
tengkorak fetus abnormal disebabkan perdarahan intrakranial.
7. Muka memar dan oedem

8. Kesimpulan
Pada keadaan malpresentasi,Persalinan spontan bisa dilakukan Jika pintu bawah panggul luas
dan muara vagina serta perineum cukup longgar akibat persalinan pervaginam sebelumnya,
persalinan berikutnya bisa lebih mudah dilakukan dengan persalinan pervaginam tentunya
dengan pertimbangan bahwa bayinya tidak terlalu besar dan masih memungkinkan untuk bisa
melewati pintu atas panggul untuk dapat dilahirkan.
FISIOLOGI DAN FUNGSI NYERI PADA SAAT PESALINAN

a. Fisiologi Nyeri
Persalinan Rasa nyeri yang dialami selama persalinan memiliki dua jeni sumbernya,
yaitu nyeri visceral (nyeri yang dialami ibu karena 21 perubahan serviks dan iskemia
uterus pada persalinan kala I dan nyeri somatic (nyeri yang dialami ibu pada akhir
kala I dan kala II persalinan) (Judha, 2012; 76) Maryunani (2010;16), menyatakan
bahwa fisiologis terjadinya nyeri persalinan terbagi sesuai dengan tahap persalinan
yaitu:
1. Persalinan Kala I Nyeri pada kala I terutama ditimbulkan oleh stimulus yang
dihantarkan melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan rahim/uterus bagian
bawah. Nyeri ini merupakan nyeri visceral yang berasal dari kontraksi uterus dan
adneksa. Intensitas nyeri berhubungan denngan kekuatan kontraksi dan tekanan
yang ditimbulkan. Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi isometrik pada
uterus yang melawan hambatan oleh leher rahim/ uterus dan perineum. Selama
persalinan bila serviks uteri/leher rahim dilatasi sangat lambat atau bilamana
posisi fetus (janin) abnormal menimbulkan distorsi mekanik, kontraksi kuat
disertai nyeri hebat. Hal ini karena uterus berkontraksi isometric melawan
obstruksi. Kontraksi uterus yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuat
(Maryunani, 2010; 18). Rasa nyeri yang dialami ibu bersalin karena perubahan
serviks dan iskemia uterus pada persainan kala I. Kala I fase laten lebih banyak
penipisan di serviks sedangkan pembukaan serviks dan penurunan daerah
terendah janin terjadi pada fase aktif dan transisi. Nyeri yang ibu rasakan pada
fase ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbal
punggung dan menurun ke daerah paha. Nyeri persalinan yang ibu rasakan hanya
selama kontraksi dan pada interval antar kontraksi ibu akan bebas dari rasa nyeri
(Judha, 2012; 75).
2. Persalinan Kala II Pada akhir kala I dan kala II persalinan, nyeri somatik terjadi
pada saat serviks uteri/leher rahim dilatasi penuh, stimulasi nyeri berlangsung
terus dari kontraksi badan rahim (corpus uteri) dan distensi segmen bawah rahim.
Terjadi peningkatan secara progresif tekanan oleh fetus terhadap struktur di pelvis
dan menimbulkan peningkatan nyeri somatic dengan regangan dan robekan fascia
(jaringan pembungkus otot) dan jaringan subkutan jalan lahir bagian bawah,
distensi perineum dan tekanan pada otot lurik perineum. Nyeri ini ditransmisikan
melalui serabut saraf pudental, yaitu suatu serabut saraf somatic yang keluar
melalui S2, S3 dan S4 segmen sacral. Nyeri pada kala II ini sangat berbeda
dengan nyeri visceral kala I, nyeri somatik dirasakan selama persalinan ini adalah
intensitas nyerinya lebih nyeri dan lokasinya jelas (berasal dari saluran genital
bawah, seperti perineum, anus, vulva, dan klitoris, serta daerah pinggang)
(Yuliatun, 2008; 20).

b. Nyeri Persalinan
Nyeri persalinan merupakan sensasi yang tidak menyenangkan akibat stimulasi saraf
sensorik. Rasa nyeri persalinan bersifat personal dan setiap orang memprepsikan rasa
nyeri yang dirasakan berbeda terhadap stimulus yang sama tergantung pada ambang
nyeri yang dimiliki. Nyeri persalinan merupakan masalah kebutuhan rasa nyaman
yang sering terjadi pada ibu yang akan melahirkan, nyeri persalinan dapat disebabkan
karena proses pembukaan mulut Rahim ketika bayi bergerak untuk melewati jalan
lahir (Yuliatun, 2008; 19 & Uliyah, 2015; 116). Rasa nyeri dapat berlebih karena rasa
takut, cemas, dan tegang yang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga
timbul stress. Kondisi stress dapat mengurangi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
Perhatian personal yang diberikan oleh bidan, dokter, suami dan keluarga secara terus
menerus selama proses persalinan dapat mengurangi rasa nyeri, takut, cemas, dan
kesepian (Uliyah, 2015; 126)
Rasa nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari tubuh manusia
yang memberikan peringatan adanya bahaya. Association fot the study of pain
menjelakan bahwa nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan seingga tubuh bereaksi untuk
dapat menghilangkan rangsangan nyeri tersebut (Judha, 2012; 73). Melzack dan Wall
(1988), menjelaskan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman pribadi, subjektif, yang di
pengararuhi oleh budaya, presepsi seseorang, perhatian dan variable-variabel
psikologis lain, yang mengganggu perilaku seseorang dan memotivasi diri untuk
mencoba menghentikan rasa sakit tersebut. Pada persalinan, rasa nyeri diartikan
sebagai sinyal bahwa ibu sudah memasuki tahap proses persalinan (Judha, 2012; 74).
Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal, bersifat sementara
(intermittent), dan dapat berakhir setelah kelahiran bayi. Konsentrasi ibu yang tertuju
pada bayi dapat membuat ibu lebih toleran terhadap rasa sakit yang diasakan saat
persalinan (Yuliatun, 2008; 20).
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan Oleh
Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba

Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan

Mayes Midwifery, 12 th edition, 2000

Varney’s H., 1997, Midwifery, UK, Jones and Bartlett publisher

Mochtar R., 1998, Sinopsis Obstetri jilid I, Jakarta

Hanifa, dkk, 1999, Ilmu Kebidanan, Jakarta, YBPSP

Arias. Fernando, 1992, Practical guide to high risk Pregnancy andDelivery, Second Edition,
Boston, Mosby Year Book

Benette VR., Brown LK., 1993, myles Text book for Midwives, Great britain Bath Press
Colour Book Glasgow

Pusdiknakes – JHPIEGO, modul 2, Pedoman Mengajar Dosen AKBID, 1999

Linda V., Walsh, Midwifery, 2001

Debora Bick, 2002, Portuatal care, Evidonce and Guide Lines for Managemen Livingstone

Anda mungkin juga menyukai