Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada posisi
aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri.3

Gambar 2.1 Letak Sungsang


Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong murni (frank breech),
presentasi bokong kaki sempurna (completed breech presentation), dan presentasi bokong
kaki tidak sempurna (incompleted breech presentation). Presentasi bokong kaki tidak
sempurna terbagi menjadi dua yaitu presentasi kaki (footling breech) baik single footling
presentation atau double footling presentation dan presentasi lutut (kneeling breech).3,4

Gambar 2.3 Jenis-jenis letak Sungsang


Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin < 2500 gram
adalah 40% frank breech, 10% complete breech, dan 50% adalah footling breech. Sedangkan
presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin > 2500 gram adalah
7

65% frank breech, 10% complete breech dan 25% footling breech. Posisi janin pada
presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum sebagai denominator (fetal
point of reference to the maternal pelvis) dan station janin pada presentasi sungsang adalah
ketinggian sacrum terhadap spina ischiadica.
Letak sungsang ditemukan pada 3-5 % kehamilan.Insiden terbanyak terdapat pada
usia kehamilan 28 minggu,dan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, insiden semakin
berkurang. Biasanya terjadi koreksi spontan pada usia kehamilan 34 minggu menjadi
presentasi kepala. Mortalitas perinatal pada presentasi bokong 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi oleh usia kehamilan,
berat janin dan jenis presentasi bokong.
2.2 ETIOLOGI
Faktor faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah3,4,5 :
1. Paritas
2. Multiparitas
Rahim ibu yang telah melahirkan banyak anak sudah sangat elastis dan akan membuat
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
3. Kehamilan kembar
Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan
bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
4. Polihidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak
walau sudah memasuki trimester ketiga.
5. Hidrosefalus
Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari
tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim (fundus uteri).
6. Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang
(kepala bayi akan sulit berputar kearah bawah)
7. Kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi) seperti uterus
bikornus, uterus berseptum, kelemahan dinding uterus akibat multiparitas, dan adanya
tumor uterus.
8

8. Kelainan letak implantasi plasenta (plasenta previa) juga menyebabkan terjadinya letak
sungsang. Ini dikarenakan adanya plasenta yang menutupi jalan lahir sehingga
mengurangi luas ruangan dalam rahim dan akibatnya, janin berusaha mencari tempat
yang lebih luas yakni di bagian atas rahim. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus
uteri dapat pula menyebabkan sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di
daerah fundus.
9. Tali pusat yang terlalu pendek juga akan menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang.
10. Kelainan pada janin atau fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti
malformasi CNS, massa di leher, aneuploidi.
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di daerah fundus uteri
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Tetapi
dengan adanya gangguan hubungan akomodasi janin dengan akomodasi uterus akibat faktor
faktor tersebut di atas, maka terjadilah kehamilan letak sungsang.Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.
2.3 DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Seringkali wanita menyatakan lebih terasa
penuh di sebelah atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Pada pemeriksaan
luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba kepala janin, kepala teraba di fundus uteri.
Kadang kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Pada palpasi abdomen dengan
menggunakan manuver Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri. Leopold II ditemukan
punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain.
Leopold III menunjukkan tidak terjadinya engagement. Denyut jantung umumnya terdapat
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.3,4,5
9

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, misalnya
karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka
diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan dalam. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas
adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuberositas iskii dan jika janin
telah turun dan memasuki rongga pelvis kemungkinan alat kelamin janin dapat diraba. 2 Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan
pada presentasi bokong tidak sempurna hanya teraba satu kaki disamping bokong.
Sebagai pemeriksaan penunjang, penggunaan USG dan MRI dapat dipertimbangkan.
Pemeriksaan ultrasonografik yang dilakukan oleh operator yang berpengalaman dapat
menentukan presentasi janin, sikap, ukuran kepala, diameter biparietal, derajat fleksi janin,
adanya anomali janin, jumlah air ketuban, letak plasenta, adanya kehamilan ganda atau
jumlah kehamilan, malformasi jaringan lunak atau tulang janin, abnormalitas uterus, serta
berat janin dan usia gestasi. Selain itu USG juga dapat untuk mencari kemungkinan adanya
lilitan tali pusat pada leher janin. Sedangkan MRI merupakan jenis pemeriksaan radiologis
yang relatif tidak membahayakan untuk janin maupun ibu.Pada foto rontgen (bila perlu)
untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala,
menentukan adanya kelainan bawaan anak.6,7

Gambar 2.4 Foto pemeriksaan penunjang pada letak lintang


2.4 Mekanisme Persalinan
Banyak dokter memilih untuk melakukan seksio sesarea elektif untuk kehamilan letak
sungsang. Indikasi yang tepat untuk dilakukannya seksio sesarea pada kehamilan sungsang
antara lain adalah plasenta previa, serta panggul sempit. 2,3,4 Namun demikian di negara
negara maju, seksio sesarea menjadi metode persalinan terpilih dengan tujuan untuk
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas perinatal. Keputusan melakukan seksio sesarea
10

elektif terutama untuk pasien dengan kehamilan kurang dari 34 minggu atau taksiran berat
janin kurang dari 2000 g, janin dengan kepala hiperekstensi, suspek lilitan tali pusat, adanya
kelainan bentuk panggul, primigravida tua, janin dengan nilai sosial tinggi, makrosomia, dan
presentasi kaki.2,3,4
Persalinan pervaginam dapat dilakukan pada posisi bokong murni, janin dalam
keadaan fleksi dan tidak ada tangan yang menjungkit, usia kehamilan 36 42 minggu,
panggul normal, tidak ada gawat janin, serta adanya ruang operasi yang cepat tersedia dan
operator yang terampil.2,3,4
Mekanisme persalinan letak sungsang yang terbagi atas 3 tahap yaitu persalinan
bokong, persalinan bahu dan persalinan kepala dapat dilihat dalam gambar berikut:
Tipe dari presentasi bokong:
a) a) Presentasi bokong
b) (frank breech)
c) b) Presentasi bokong kaki
sempurna (complete breech)
d) c) Presentasi bokong kaki
tidak

sempurna

dan

presentasi kaki (incomplete


or footling)
Bokong masuk ke pintu atas
panggul dalam posisi atau
dengan garis paha melintang
atau miring.
Setelah

trokanter

mencapai

dasar

belakang
panggul,

terjadi putaran paksi dalam


sehingga

trokanter

depan

berada di bawah simfisis.


Penurunan

bokong

dengan

trokanter belakangnya berlanjut,


sehingga distansia bitrokanterika
janin berada di pintu bawah
panggul.

11

Terjadi persalinan bokong, dengan


trokanter

depan

sebagai

hipomoklion.
Setelah trokanter belakang lahir,
terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan

trokanter

depan,

sehingga seluruh bokong janin


lahir.

Jika

bokong

kemajuan

tidak

mengalami

selama

kontraksi

berikutnya,

episiotomi

dapat

dilakukan dan bokong dilahirkan


dengan traksi ke bawah perut.

Terjadi putaran paksi luar, yang


menempatkan punggung bayi ke
arah perut ibu.
Penurunan bokong berkelanjutan
sampai kedua tungkai bawah lahir.

Jika

kaki

janin

telah

keluar,

penolong

dapat

menyusupkan

tangan sepanjang kaki anterior


dan melahirkan kaki dengan flexi
dan

abduksi

sehingga

bagian

badan lainnya dapat dilahirkan.

12

Bahu janin mencapai pelvic 'gutter'


(jalan sempit) dan melakukan
putar

paksi

dalam

sehingga

diameter biacromion terdapat pada


diameter anteroposterior diameter
pelvic bagian luar.
Secara

simultan,

bokong

melakukan rotasi anterior

90o.

Kepala janin kemudian masuk ke


tepi pelvik, sutura sagitalis berada
pada tepi diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi
dengan flexi dari kepala.
(Professor Jeremy Oats and Professor Suzanne Abraham, 20057

13

Gambar 2.5 Persalinan Letak Sungsang


2.5 Penanganan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah
tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi sectio caesar, seperti panggul yang sempit,
plasenta previa, atau adanya tumor dalam rongga panggul.Pada persalinan sungsang, bila
dicurigai adanya kesempitan panggul, maka tidak boleh dilakukan partus percobaan. Dalam
keadaan ini mungkin akan timbul kesulitan dalam melahirkan kepala. 1,2,3,4
Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu persalinan
pervaginam atau perabdominal (sectio caesar). Penentuan cara persalinan adalah sangat
individual, kriteria pada tabel dibawah dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan
per vaginam atau per abdominal (sectio caesar)
Persalinan pervaginam

Sectio Caesar

Presentasi Frank Breech


Usia kehamilan 34 minggu
TBJ 2000-3500 gram
Kepala fleksi

Presentasi footling
Janin preterm (25-34 minggu)
TBJ > 3500 gr atau < 1500 gr
Kepala
janin
defleksi

atau

hiperekstensi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan Panggul sempit atau ukuran dalam
X-ray pelvimetry)

nilai borderline

Diameter transversa PAP 11,5 cm dan


diameter

anteroposterior

10,5;

Diameter tranversal panggul tengah 10


cm, dan diameter anteroposterior 11,5
14

cm.
Tidak ada indikasi sectio caesar pada Bagian terendah janin belum engage
ibu atau anak

Partus lama
Primi tua
Infertilitas atau Riw. Obstetric buruk
Letak kaki pada kehamilan 25 minggu
tanpa disertai kelainan kongenital
(mencegah prolaps tali pusat)
Ketuban pecah dini

Proses persalian berlangsung normal


mekipun sudah direncanakan section
Caesar (persalian per vaginam masih
merupakan pilihan dibandingkan SC )
Selama terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda tanda bahaya yang
mengancam janin, maka tidak diperlukan tindakan untuk mempercepat kelahiran janin.
Setelah bokong lahir tidak boleh dilakukan tarikan pada bokong atau dorongan
Kristeller, karena kedua tindakan tersebut dapat menyebabkan kedua lengan menjungkit ke
atas dan kepala terdorong turun di antara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan
bahu. Pada saat kepala masuk rongga panggul, tali pusat tertekan di antara kepala janin dan
panggul ibu. Dengan demikian lahirnya bahu dan kepala tidak boleh memakan waktu terlalu
lama dan harus diusahakan supaya bayi sudah lahir seluruhnya dalam waktu 8 menit sesudah
umbilikus lahir, untuk mencegah kerusakan susunan saraf pusat akibat hipoksia janin. Setelah
umbilikus lahir, tali pusat ditarik sedikit sehingga kendor untuk mencegah teregangnya tali
pusat dan terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul.2
Pada persalinan pervaginam, berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin
pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.
Prosedur pertolongan persalinan spontan (spontaneous breech):
a.

Tahap pertama: fase lambat yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (scapula
depan).

b.

Tahap kedua: fase cepat yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut. Harus
tercapai dalam waktu 8 menit.

15

c.

Tahap ketiga: fase lambat yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik pertolongan persalinan spontan (spontaneous breech):
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan, penolong harus memperhatikan sekali lagi
persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus
selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada di depan vulva. Ketika timbul
his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai
membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada
bagian janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan
ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan
sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan
dengan dilakukannya hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada
fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturutturut lahir pusar, perut, badan, lengan, dagu, mulut, dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat
tali pusat.

Gambar 2.7. Perasat Bracht


a. Keuntungan pertolongan persalinan spontan (spontaneous breech):
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak
ikut masuk kedalam jalan lahir.Dan juga cara ini yang paling mendekati
persalinan fisiologis, sehingga mengurangi trauma pada janin.
16

b. Kerugian pertolongan persalinan spontan (spontaneous breech):


Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat
dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi pada keadaan panggul sempit, janin besar,
jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau
menunjuk.
2. Persalinan Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin
dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong.
Indikasi persalinan Manual Aid (partial breech extraction; assisted breech delivery):
a. Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya
terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala.
b. Memang dari awal sudah direncanakan untuk manual aid.
Tahapan Persalinan Manual Aid (partial breech extraction; assisted breech delivery)
1,2,3,4,5

1. Tahap pertama yaitu lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Tahap pertama persalinan secara Bracht sampai pusat lahir.
2. Tahap kedua yaitu lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.

Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara:


a. Klasik (Deventer)
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang
lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan
lengan depan yang berada di bawaah simfisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan
kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga
perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke
dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada
fossa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti
dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Untuk melahirkan
lengan depan, dada dan punggung janin dipegang dengan kedua tangan. Keuntungan cara
17

klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi
kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk
ke dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.

b. Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krista iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu
belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi
infeksi.

c. Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah

18

lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Dasar pemikirannya adalah bahu belakang selalu lebih rendah dari bahu depan karena
lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan
lahir di bawah simfisis.
Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan
pada bokong, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah skapula depan terlihat di
bawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung
oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah simfisis. Bahu
yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh
janin ke arah yang berlawanan sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan dapat
dilahirkan dengan mudah. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan
pada semua letak sungsang, minimal bahaya infeksi. Cara Lovset tidak dianjurkan dilakukan
pada sungsang dengan primigravida, janin besar, dan panggul sempit.

d. Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
3. Tahap ketiga yaitu lahirnya kepala. dilakukan dengan cara :
a. Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa

19

kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang
lain mencengkram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin
curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan
terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkram leher janin dari arah punggung. Bila
suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar
dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
Untuk melahirkan kepala, badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan
kiri penolong. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari
manis pada maksilla untuk mempertahankan kepala janin tetap pada keadaan fleksi. Tangan
kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di
sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput
atau batas rambut di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas sedangkan
tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala sehingga muka lahir melewati perineum
disusul bagian kepala yang lain.

b. Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin
menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala
janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
c. Parague terbalik

20

Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat
sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari
bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang
lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan
pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

d. Cunam piper
Penggunaan cunam Piper dapat dilakukan bila terdapat kesulitan melahirkan kepala
dengan cara Mauriceau. Cara ini dianggap lebih baik karena tarikan dilakukan pada kepala
bukan leher.
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan
pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah
sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simfisis, cunam
dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut,
muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

21

3. Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan


memakai tenaga penolong
a. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha
janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus
ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari
ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis
janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang
kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun
lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik
pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir.
Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan
yang sama seperti pada manual aid.

b. Teknik ekstraksi bokong


Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar
panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang searah
bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha
depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga
trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera
mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir,
bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara
manual aid.

22

Adapun penyulit dalam persalinan sungsang yaitu :


1. Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin. Keadaan
ini menimbulkan rangsangan bayi untuk bernapas, sehingga darah, mukosa, cairan
amnion dan mekonium teraspirasi yang dapat menimbulkan sufokasi. Keluarnya
sebagian badan janin juga merangsang janin untuk bernapas.
2. Asfiksia Fetalis
Bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk ke panggul.
3. Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi karena panggul sempit, servik yang
belum terbuka lengkap, kepala janin yang lahir secara mendadak sehingga dekompresii
4. Fraktur pada tulang-tulang janin
Kerusakan dapat berupa :
-

Fraktur tulang-tulang kepala

Fraktur tulang humerus ketika menarik lengan

Fraktur tulang klavikula ketika melahirkan bahu

Paralisis brachialis

Fraktur femur

Dislokasi bahu

Dislokasi panggul
23

Hematoma oto-otot

Mengingat faktor penyulit pada persalinan pervaginam maka perlu dievaluasi dengan
teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Jika memutuskan untuk
menolong persalinan pervaginam penolong dituntu memiliki ketrampilan yang baik. Cara
ekstraksi total merupakan cara persalinan dengan resiko 3 x lebih besar dari persalinan
spontan. Kematian perinatal pada presentasi bokong lebih besar 5 x dibandingkan presentasi
kepala.

2.6 Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
a. Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir, atonia uteri, sisa plasenta.
b. Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritis).
c. Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
a. Perdarahan seperti perdarahan intrakranial, edema intracranial perdarahan alat-alat
vital intra-abdominal.
b. Infeksi karena manipulasi.
c. Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ekstremitas, persendian leher, ruptur
alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fascialis, kerusakan
pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga,
mulut), asfiksia sampai janin lahir mati. 1,5,6
2.7 Prognosis
Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan dengan
letak kepala. Sebab kematian utama adalah akibat prematuritas dan penanganan persalinan
yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tengkorak. Hipoksia
akibat terjepitnya tali pusat antar kepala dan panggul dapat menyebabkan lepasnya plasenta.
Kelahiran janin di atas 8 menit setelah umbilikus lahir dapat membahayakan janin. Di
samping itu bila janin bernapas sebelum hidung dan mulut lahir dapat menyebabkan
sumbatan jalan napas akibat terhisapnya mukus. Laserasi jalan lahir dapat terjadi akibat
dilatasi serta pendataran serviks yang tidak sempurna, demikian juga perineum dapat

24

mengalami robekan setelah kepala lahir. Pada janin dapat terjadi bahaya fraktur klavikula,
humerus dan femur.
Adanya anemia pada ibu juga harus diperhatikan mengingat rendahnya kadar hemoglobin
dapat mempengaruhi kontraksi uterus. Pada persalinan dan post partum harus diperhatikan
kemungkinan terjadinya inersia uteri dan perdarahan post partum. 1,2,3

25

Anda mungkin juga menyukai