TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada posisi
aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri.3
65% frank breech, 10% complete breech dan 25% footling breech. Posisi janin pada
presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum sebagai denominator (fetal
point of reference to the maternal pelvis) dan station janin pada presentasi sungsang adalah
ketinggian sacrum terhadap spina ischiadica.
Letak sungsang ditemukan pada 3-5 % kehamilan.Insiden terbanyak terdapat pada
usia kehamilan 28 minggu,dan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, insiden semakin
berkurang. Biasanya terjadi koreksi spontan pada usia kehamilan 34 minggu menjadi
presentasi kepala. Mortalitas perinatal pada presentasi bokong 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi oleh usia kehamilan,
berat janin dan jenis presentasi bokong.
2.2 ETIOLOGI
Faktor faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah3,4,5 :
1. Paritas
2. Multiparitas
Rahim ibu yang telah melahirkan banyak anak sudah sangat elastis dan akan membuat
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
3. Kehamilan kembar
Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan
bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
4. Polihidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak
walau sudah memasuki trimester ketiga.
5. Hidrosefalus
Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari
tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim (fundus uteri).
6. Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang
(kepala bayi akan sulit berputar kearah bawah)
7. Kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi) seperti uterus
bikornus, uterus berseptum, kelemahan dinding uterus akibat multiparitas, dan adanya
tumor uterus.
8
8. Kelainan letak implantasi plasenta (plasenta previa) juga menyebabkan terjadinya letak
sungsang. Ini dikarenakan adanya plasenta yang menutupi jalan lahir sehingga
mengurangi luas ruangan dalam rahim dan akibatnya, janin berusaha mencari tempat
yang lebih luas yakni di bagian atas rahim. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus
uteri dapat pula menyebabkan sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di
daerah fundus.
9. Tali pusat yang terlalu pendek juga akan menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang.
10. Kelainan pada janin atau fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti
malformasi CNS, massa di leher, aneuploidi.
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di daerah fundus uteri
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Tetapi
dengan adanya gangguan hubungan akomodasi janin dengan akomodasi uterus akibat faktor
faktor tersebut di atas, maka terjadilah kehamilan letak sungsang.Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.
2.3 DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Seringkali wanita menyatakan lebih terasa
penuh di sebelah atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Pada pemeriksaan
luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba kepala janin, kepala teraba di fundus uteri.
Kadang kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Pada palpasi abdomen dengan
menggunakan manuver Leopold I ditemukan kepala pada fundus uteri. Leopold II ditemukan
punggung pada salah satu sisi abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain.
Leopold III menunjukkan tidak terjadinya engagement. Denyut jantung umumnya terdapat
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.3,4,5
9
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, misalnya
karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka
diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan dalam. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas
adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuberositas iskii dan jika janin
telah turun dan memasuki rongga pelvis kemungkinan alat kelamin janin dapat diraba. 2 Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan
pada presentasi bokong tidak sempurna hanya teraba satu kaki disamping bokong.
Sebagai pemeriksaan penunjang, penggunaan USG dan MRI dapat dipertimbangkan.
Pemeriksaan ultrasonografik yang dilakukan oleh operator yang berpengalaman dapat
menentukan presentasi janin, sikap, ukuran kepala, diameter biparietal, derajat fleksi janin,
adanya anomali janin, jumlah air ketuban, letak plasenta, adanya kehamilan ganda atau
jumlah kehamilan, malformasi jaringan lunak atau tulang janin, abnormalitas uterus, serta
berat janin dan usia gestasi. Selain itu USG juga dapat untuk mencari kemungkinan adanya
lilitan tali pusat pada leher janin. Sedangkan MRI merupakan jenis pemeriksaan radiologis
yang relatif tidak membahayakan untuk janin maupun ibu.Pada foto rontgen (bila perlu)
untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala,
menentukan adanya kelainan bawaan anak.6,7
elektif terutama untuk pasien dengan kehamilan kurang dari 34 minggu atau taksiran berat
janin kurang dari 2000 g, janin dengan kepala hiperekstensi, suspek lilitan tali pusat, adanya
kelainan bentuk panggul, primigravida tua, janin dengan nilai sosial tinggi, makrosomia, dan
presentasi kaki.2,3,4
Persalinan pervaginam dapat dilakukan pada posisi bokong murni, janin dalam
keadaan fleksi dan tidak ada tangan yang menjungkit, usia kehamilan 36 42 minggu,
panggul normal, tidak ada gawat janin, serta adanya ruang operasi yang cepat tersedia dan
operator yang terampil.2,3,4
Mekanisme persalinan letak sungsang yang terbagi atas 3 tahap yaitu persalinan
bokong, persalinan bahu dan persalinan kepala dapat dilihat dalam gambar berikut:
Tipe dari presentasi bokong:
a) a) Presentasi bokong
b) (frank breech)
c) b) Presentasi bokong kaki
sempurna (complete breech)
d) c) Presentasi bokong kaki
tidak
sempurna
dan
trokanter
mencapai
dasar
belakang
panggul,
trokanter
depan
bokong
dengan
11
depan
sebagai
hipomoklion.
Setelah trokanter belakang lahir,
terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan
trokanter
depan,
Jika
bokong
kemajuan
tidak
mengalami
selama
kontraksi
berikutnya,
episiotomi
dapat
Jika
kaki
janin
telah
keluar,
penolong
dapat
menyusupkan
abduksi
sehingga
bagian
12
paksi
dalam
sehingga
simultan,
bokong
90o.
13
Sectio Caesar
Presentasi footling
Janin preterm (25-34 minggu)
TBJ > 3500 gr atau < 1500 gr
Kepala
janin
defleksi
atau
hiperekstensi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan Panggul sempit atau ukuran dalam
X-ray pelvimetry)
nilai borderline
anteroposterior
10,5;
cm.
Tidak ada indikasi sectio caesar pada Bagian terendah janin belum engage
ibu atau anak
Partus lama
Primi tua
Infertilitas atau Riw. Obstetric buruk
Letak kaki pada kehamilan 25 minggu
tanpa disertai kelainan kongenital
(mencegah prolaps tali pusat)
Ketuban pecah dini
Tahap pertama: fase lambat yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (scapula
depan).
b.
Tahap kedua: fase cepat yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut. Harus
tercapai dalam waktu 8 menit.
15
c.
Tahap ketiga: fase lambat yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik pertolongan persalinan spontan (spontaneous breech):
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan, penolong harus memperhatikan sekali lagi
persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus
selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada di depan vulva. Ketika timbul
his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai
membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada
bagian janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan
ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan
sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan
dengan dilakukannya hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada
fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturutturut lahir pusar, perut, badan, lengan, dagu, mulut, dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat
tali pusat.
1. Tahap pertama yaitu lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Tahap pertama persalinan secara Bracht sampai pusat lahir.
2. Tahap kedua yaitu lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi
kerugiannya lengan janin relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk
ke dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.
b. Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan
depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krista iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu
belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi
infeksi.
c. Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
18
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Dasar pemikirannya adalah bahu belakang selalu lebih rendah dari bahu depan karena
lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan
lahir di bawah simfisis.
Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan
pada bokong, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah skapula depan terlihat di
bawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung
oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah simfisis. Bahu
yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh
janin ke arah yang berlawanan sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan dapat
dilahirkan dengan mudah. Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan
pada semua letak sungsang, minimal bahaya infeksi. Cara Lovset tidak dianjurkan dilakukan
pada sungsang dengan primigravida, janin besar, dan panggul sempit.
d. Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
3. Tahap ketiga yaitu lahirnya kepala. dilakukan dengan cara :
a. Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa
19
kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang
lain mencengkram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin
curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan
terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkram leher janin dari arah punggung. Bila
suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar
dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
Untuk melahirkan kepala, badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan
kiri penolong. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari
manis pada maksilla untuk mempertahankan kepala janin tetap pada keadaan fleksi. Tangan
kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di
sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput
atau batas rambut di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas sedangkan
tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala sehingga muka lahir melewati perineum
disusul bagian kepala yang lain.
b. Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin
menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala
janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
c. Parague terbalik
20
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat
sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari
bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang
lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan
pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.
d. Cunam piper
Penggunaan cunam Piper dapat dilakukan bila terdapat kesulitan melahirkan kepala
dengan cara Mauriceau. Cara ini dianggap lebih baik karena tarikan dilakukan pada kepala
bukan leher.
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan
pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah
sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simfisis, cunam
dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut,
muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.
21
22
Paralisis brachialis
Fraktur femur
Dislokasi bahu
Dislokasi panggul
23
Hematoma oto-otot
Mengingat faktor penyulit pada persalinan pervaginam maka perlu dievaluasi dengan
teliti, sebelum memutuskan untuk melahirkan janin pervaginam. Jika memutuskan untuk
menolong persalinan pervaginam penolong dituntu memiliki ketrampilan yang baik. Cara
ekstraksi total merupakan cara persalinan dengan resiko 3 x lebih besar dari persalinan
spontan. Kematian perinatal pada presentasi bokong lebih besar 5 x dibandingkan presentasi
kepala.
2.6 Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
a. Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir, atonia uteri, sisa plasenta.
b. Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritis).
c. Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2. Dari faktor bayi:
a. Perdarahan seperti perdarahan intrakranial, edema intracranial perdarahan alat-alat
vital intra-abdominal.
b. Infeksi karena manipulasi.
c. Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ekstremitas, persendian leher, ruptur
alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fascialis, kerusakan
pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga,
mulut), asfiksia sampai janin lahir mati. 1,5,6
2.7 Prognosis
Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan dengan
letak kepala. Sebab kematian utama adalah akibat prematuritas dan penanganan persalinan
yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tengkorak. Hipoksia
akibat terjepitnya tali pusat antar kepala dan panggul dapat menyebabkan lepasnya plasenta.
Kelahiran janin di atas 8 menit setelah umbilikus lahir dapat membahayakan janin. Di
samping itu bila janin bernapas sebelum hidung dan mulut lahir dapat menyebabkan
sumbatan jalan napas akibat terhisapnya mukus. Laserasi jalan lahir dapat terjadi akibat
dilatasi serta pendataran serviks yang tidak sempurna, demikian juga perineum dapat
24
mengalami robekan setelah kepala lahir. Pada janin dapat terjadi bahaya fraktur klavikula,
humerus dan femur.
Adanya anemia pada ibu juga harus diperhatikan mengingat rendahnya kadar hemoglobin
dapat mempengaruhi kontraksi uterus. Pada persalinan dan post partum harus diperhatikan
kemungkinan terjadinya inersia uteri dan perdarahan post partum. 1,2,3
25