LETAK SUNGSANG
Oleh :
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis ahirnya dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ” Letak Sungsang”. Makalah ini telah disesuaikan
dengan perkembangan kurikulum terbaru, khususnya pada mata kuliah Gawat Darurat Maternal
dan Neonatal.
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, penulis berharap agar pembaca dan
penggunanya mendapat pengetahuan serta manfaat yang lebih baik, sebagaimana yang tertera
dalam tujuan pembuatan makalah ini.
Atas terselesaikannya makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dorongan dan bantuan. Khususnya dosen pengampu mata kuliah Gawat
darurat maternal dan neonatal, dan teman – teman semua yang telah mendukung dan membantu
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang/membujur dengan kepala
difundus uteri dan bokong dibagian bawah. kavum uteri. Letak janin dalam uterus bergantung
pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak.
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang yakni dengan USG;
seperti plasenta previa, kelainan kongenital , kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada
kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak
ada kontraindikasi.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa
pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.Sayangnya,
beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I difundus
akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung disatu sisi
bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau
sedikit lebih tinggi daripada umbilicus .
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian letak sungsang?
2. Bagaimana patofisiologi letak sungsang?
3. Apa etiologi letak sungsang?
4. Apa saja tanda dan gejala letak sungsang?
5. Bagaimana diagnosa letak sungsang?
6. Apa saja diagnosa banding letak sungsang?
7. Bagaimana penatalaksanaan letak sungsang?
8. Apa saja komplikasi letak sungsang?
9. Bagaimana peran bidan untuk kasus letak sungsang?
1.3 Tujuan
2.3 ETOLOGI
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah
prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul
sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan
bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan didaerah fundus.
Kelainan fetus juga dapat men yebabkan letak sungs ang seperti malformasi CNS, massa dileher,
aneuploidi.
2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan
subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan
kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak
dibagian bawah rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I difundus akan teraba
bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba punggung dan bagian kecil pada sisi
samping perut ibu, Leopold III-IV teraba bokong di segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan
dalam akan teraba bokong atau dengan kaki disampingnya. Disini akan teraba os sakrum, kedua
tuberosis iskii dan anus. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis seperti ultrasonografik atau rontgen (1,2,4) .
4. Pemeriksaan dalam
Setelah ketuban pecah teraba ujung os sakrum, kedua tubera ossis ischii, dan anus,
genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba dan bila teraba bagian kecil
bedakan apakah kaki atau tangan.
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang yakni
dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan
uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau
dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi) ) .
Versi sefalik eksternal (ECV) dari janin sungsang di panjang (setelah 37 minggu) telah
terbukti efektif dalam mengurangi jumlah presentasi sungsang dan operasi caesar, namun
tingkat keberhasilan relatif rendah. Tinjauan ini membahas studi memulai ECV yang
dilakukan (sebelum usia kehamilan 37 minggu). Dibandingkan dengan tidak ada upaya
ECV, ECV dimulai sebelum aterm untuk mengurangi non-sefalika kelahiran.
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya versi luar
sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih
dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena
janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan
versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam
keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan
antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa.
Teknik :
1. Tahap mobilisasi
Adalah tahap dimana penolong membebaskan bagian terbawah janin dari pintu atas
panggul, Posisi penolong berada di sebelah kiri ibu, menghadap kaki ibu.
2. Tahap eksentrasi
Adalah tahap setelah membebaskan bagian terendah janin, kemudian diletakkan di
fossa iliaca. Pada Tahap ini penolong berada di sebelah kanan ibu, menghadap muka.
3. Tahap rotasi
Pada tahap ini penolong merotasi janin dengan kedua tangan. Arah putaran dilakukan
ke arah yang lebih dekat ke pintu atas panggul, atau ke arah yang tidak ada tahanan.
Setelah putaran berhasil dilakukan, diperiksa denyut jantung janin, apakah terjadi
gawat janin atau tidak
4. Tahap fiksasi
Setelah dilakukan rotasi sesuai dengan yang diinginkan, perut ibu dipasang gurita,
selama satu minggu sampai kontrol ulang .
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada
multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi
keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1, +2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position Posterior Mid Anterior
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9. Kalau versi luar gagal
karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan narkosis dapat
dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta
karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga
penggunaan narkosis dihindari pada versi luar (4) .
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak
ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau
adanya tumor dalam rongga panggul (4).
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka penatalaksanaan persalinan
lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal
(seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan
bokong (1,4) . Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat,
janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:
Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan trokanter
depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
·Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan
bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga
seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi dagu
berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh
simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput sebagai
hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat
lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan
mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa.
Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit (1-5).
Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:
o Jika bokong tidak mengalami kemajuan selama kontraksi berikutnya, episiotomi dapat
dilakukan dan bokong dilahirkan dengan traksi ke bawah perut.
o Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
o Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
o Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan sepanjang kaki anterior
dan melahirkan kaki dengan flexi dan abduksi sehingga bagian badan lainnya dapat
dilahirkan.
o Bahu janin mencapai pelvic 'gutter' (jalan sempit) dan melakukan putar paksi dalam
sehingga diameter biacromion terdapat pada diameter anteroposterior diameter pelvic bagian
luar.
o Secara simultan, bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala janin kemudian masuk ke
tepi pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi diameter transversal. Penurunan ke dalam pelvic
terjadi dengan flexi dari kepala.
(Professor Jeremy Oats and Professor Suzanne Abraham, 2005)
Jenis-jenis persalinan sungsang:
1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
b. Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga, penolong.
2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).
Tahapan :
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula
depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi
persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran.janin harus selalu
disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika timbul his
ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai
membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha,
sedangkan jani-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang,
tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung
ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan
tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya
hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai
dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar,
perut, badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolongtidak ikut masuk ke
dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang palingmendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih
dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan
depan yang berada di bawaah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan
penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah pada
umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin
relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang
dapat manimbulkan infeksi.
2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan
lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin
dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis
media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di
bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong
tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan
tangan tidak bisa lahir. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki
dengan cara yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan.
Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan
lengan belakang.
3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya
berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya
yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahay
infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar,
panggul sempit.
(Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala / nuchal arm):
a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan. Memutar bayi
180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang muchal.
b. Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali
hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau Muller.
4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina,
sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong
seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam
ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama
dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput
tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya
lahirnya seluruh kepala janin.
Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan Bracht kepala
belum lahir):
1) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah memegang kuda
(Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas tangan kanan).
2) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
3) Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
5) Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan
tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk
menekan dagu atau mulut..
b) Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan ke
dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam
kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara
ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan
dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak
belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha
belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya
seluruh kepala lahir.
Arti nilai:
≤ 3:persalinan perabdominam
4 :evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.
3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan:
Prematur (EFBW=2000 gram)
Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu)
5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)
Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, milai social janin tinggi.
6. Komplikasi kehamilan dan persalinan:
Hipertensi dalam persalinan
Ketuban pecah dini
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
a) Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan
petunjuk kepastian dalam lahir.
b) Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan
persalinan yang optimal.
d) Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk
Informed consent.
BAB III
KESIMPULAN
Disebut letak sungsang apabila janin membujur dalam rahim dengan bokong/kaki pada
bagian bawah. Tergantung dari bagian terendah dapat dibedakan menjadi: presentasi bokng
murni, bokong kaki, kaki. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik yaitu palpasi Leopold I
didapatkan kepala/Ballotement di fundus, Leopold II teraba punggung di satu sisi dan bagian
kecil di sisi lain, Leopold III-IV bokong terba dibagian bawah rahim dan dilakukan pemeriksaan
dalam. Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi dan foto rontgen.
Penanggulangan letak sungsang yakni:
1. Waktu hamil (antenatal) yaitu untuk kehamilan 28-30 minggu dilakukan untuk mencari
kausa dengan USG. Jika tidak ada kelainan dapat dilakukan knee chest position atau
dengan versi luar.
2. Waktu persalinan yaitu dapat pervaginam dengan cara spontan Bracht, Manual
Aid/Lovset-Mauriceau, total ekstraksi. Persalinan perabdominal (seksio sesaria) dipilih
jika persalinan pervaginam sukar dan berbahaya (ZA skor ≤ 3), tali pusat menumbung
pada primi/multigravida, distosia, premature/postmatur, riwayat obstetric buruk, nilai
janin tinggi dan terdapat komplikasi kehamilan dan persalinan seperti hipertensi dalam
kehamilan, ketuban pecah dini.
DAFTAR PUSTAKA
30 Desember 2020
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/jikk/article/view/796 , diakses
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/12798/12388, diakses
tanggal 30 Desember 2020