Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

LETAK SUNGSANG

Mata Kuliah : Gawat Darurat Maternal dan Neonatal


[ Dosen Pembimbing : Nunik Ningtiyaaari, S.Si.T.M,.Kes ]

Oleh :

Hani’atul Mahmudah (190106005)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG

JL. Raya Tulungagung- Blitar Km 4 Sumbergempol Tulungagung


Tahun Ajaran 2020/2021

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis ahirnya dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ” Letak Sungsang”. Makalah ini telah disesuaikan
dengan perkembangan kurikulum terbaru, khususnya pada mata kuliah Gawat Darurat Maternal
dan Neonatal.
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, penulis berharap agar pembaca dan
penggunanya mendapat pengetahuan serta manfaat yang lebih baik, sebagaimana yang tertera
dalam tujuan pembuatan makalah ini.
Atas terselesaikannya makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dorongan dan bantuan. Khususnya dosen pengampu mata kuliah Gawat
darurat maternal dan neonatal, dan teman – teman semua yang telah mendukung dan membantu
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini

Tulungagung, 30 Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................


KATA PENGANTAR ................................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... …
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………

1.3 Tujuan .................................................................................................................................


BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................
2.1Pengertian Letak Sungsang .................................................................................................
2.2 Patofisiologi.................................................................................................. .......................
2.3 Etiologi.................................................................................................... .............................
2.4 Tanda dan Gejala...................................................................................................................
2.5 Diagnosis...............................................................................................................................
2.6 Diagnosa banding..................................................................................................................
2.7 Penatalaksanaan....................................................................................................................
2.8 Komplikasi............................................................................................................ ...............
2.9 Peran Bidan...........................................................................................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................................................
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang/membujur dengan kepala
difundus uteri dan bokong dibagian bawah. kavum uteri. Letak janin dalam uterus bergantung
pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak.
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang yakni dengan USG;
seperti plasenta previa, kelainan kongenital , kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada
kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak
ada kontraindikasi.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa
pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.Sayangnya,
beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I difundus
akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung disatu sisi
bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau
sedikit lebih tinggi daripada umbilicus .
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian letak sungsang?
2. Bagaimana patofisiologi letak sungsang?
3. Apa etiologi letak sungsang?
4. Apa saja tanda dan gejala letak sungsang?
5. Bagaimana diagnosa letak sungsang?
6. Apa saja diagnosa banding letak sungsang?
7. Bagaimana penatalaksanaan letak sungsang?
8. Apa saja komplikasi letak sungsang?
9. Bagaimana peran bidan untuk kasus letak sungsang?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian letak sungsang


2. Mengetahui patofisiologi letak sungsang
3. Mengetahui etiologi letak sungsang
4. Mengetahui tanda dan gejala letak sungsang
5. Mengetahui tentang diagnosa letak sungsang
6. Mengetahui diagnosa banding letak sungsang
7. Mengetahui penatalaksanaan letak sungsang
8. Mengetahui komplikasi letak sungsang
9. Mengetahui peran bidan untuk kasus letak sungsang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LETAK SUNGSANG


Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang/membujur dengan kepala
difundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
 Presentasi bokong (frank breech) (50-70%).
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada
pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong .
 Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) ( 5-10%)
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki
 Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling) (10
30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah
adalah satu atau dua kaki .
2.2 PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus.
Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat
menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang .
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa
pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala .
Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.

2.3 ETOLOGI
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah
prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul
sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan
bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan didaerah fundus.
Kelainan fetus juga dapat men yebabkan letak sungs ang seperti malformasi CNS, massa dileher,
aneuploidi.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa kehamilannya
terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan lebih
hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan
perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada
yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I difundus
akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung disatu sisi dan
bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang
bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau
sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau air
ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong vang ditandai dengan
adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang
letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit
untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat
membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus
dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya
teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling
akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam, sehingga harus di
pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging) . Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila
pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat
bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak
janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak
Pemeriksaan USG juga sangat berperan dalam mengidentifikasi kasus janin dengan letak
sungsang hal ini sangat penting untuk mengetahui atau mengidentifikasi ada atau tidaknya
presentasi tali pusat sehingga bisa mencegah terjadinya prolapsus tali pusat pada saat persalinan
karena persalinan sungsang pervaginam memiliki risiko terjadinya prolapsus tali pusat.

2.5 DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan
subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan
kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak
dibagian bawah rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I difundus akan teraba
bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba punggung dan bagian kecil pada sisi
samping perut ibu, Leopold III-IV teraba bokong di segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan
dalam akan teraba bokong atau dengan kaki disampingnya. Disini akan teraba os sakrum, kedua
tuberosis iskii dan anus. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis seperti ultrasonografik atau rontgen (1,2,4) .

Pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh Bidan:


1. Anamnesa
Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.
Ibu sering merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada
daerah tulang iga karena kepala janin.
2. Pemeriksaan luar / palpasi
Teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus. Punggung dapat diraba pada
salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, diatas simphisis teraba
bagian yang kurang bundar dan lunak.
3. Auskultasi
Denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas pada tempat yang
lebih tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat).

4. Pemeriksaan dalam
Setelah ketuban pecah teraba ujung os sakrum, kedua tubera ossis ischii, dan anus,
genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba dan bila teraba bagian kecil
bedakan apakah kaki atau tangan.

2.6 DIAGNOSIS BANDING


Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan dengan letak muka.
Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari
pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam
anus mengalami rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak
muka, jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan
tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan
(1,4)
.

2.7 PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang yakni
dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan
uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau
dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi) ) .
Versi sefalik eksternal (ECV) dari janin sungsang di panjang (setelah 37 minggu) telah
terbukti efektif dalam mengurangi jumlah presentasi sungsang dan operasi caesar, namun
tingkat keberhasilan relatif rendah. Tinjauan ini membahas studi memulai ECV yang
dilakukan (sebelum usia kehamilan 37 minggu). Dibandingkan dengan tidak ada upaya
ECV, ECV dimulai sebelum aterm untuk mengurangi non-sefalika kelahiran.
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya versi luar
sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin masih
dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena
janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan
versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam
keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan
antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa.
Teknik :
1. Tahap mobilisasi
Adalah tahap dimana penolong membebaskan bagian terbawah janin dari pintu atas
panggul, Posisi penolong berada di sebelah kiri ibu, menghadap kaki ibu.
2. Tahap eksentrasi
Adalah tahap setelah membebaskan bagian terendah janin, kemudian diletakkan di
fossa iliaca. Pada Tahap ini penolong berada di sebelah kanan ibu, menghadap muka.
3. Tahap rotasi
Pada tahap ini penolong merotasi janin dengan kedua tangan. Arah putaran dilakukan
ke arah yang lebih dekat ke pintu atas panggul, atau ke arah yang tidak ada tahanan.
Setelah putaran berhasil dilakukan, diperiksa denyut jantung janin, apakah terjadi
gawat janin atau tidak
4. Tahap fiksasi
Setelah dilakukan rotasi sesuai dengan yang diinginkan, perut ibu dipasang gurita,
selama satu minggu sampai kontrol ulang .

Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada
multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi
keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).

Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1, +2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position Posterior Mid Anterior

Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9. Kalau versi luar gagal
karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan narkosis dapat
dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta
karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga
penggunaan narkosis dihindari pada versi luar (4) .
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak
ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau
adanya tumor dalam rongga panggul (4).
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka penatalaksanaan persalinan
lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal
(seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan
bokong (1,4) . Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang:
bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat,
janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:
 Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan trokanter
depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
 ·Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan
bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga
seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
 Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi dagu
berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan oleh
simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput sebagai
hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi dapat
lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan
mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa.
Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit (1-5).
Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:

Tipe dari presentasi bokong:


a) Presentasi bokong (frank breech)
b) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
c) Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling)
o Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
o Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam sehingga
trokanter depan berada di bawah simfisis.

o Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia


bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
o Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
o Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan trokanter depan,
sehingga seluruh bokong janin lahir.

o Jika bokong tidak mengalami kemajuan selama kontraksi berikutnya, episiotomi dapat
dilakukan dan bokong dilahirkan dengan traksi ke bawah perut.
o Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
o Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

o Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan sepanjang kaki anterior
dan melahirkan kaki dengan flexi dan abduksi sehingga bagian badan lainnya dapat
dilahirkan.

o Bahu janin mencapai pelvic 'gutter' (jalan sempit) dan melakukan putar paksi dalam
sehingga diameter biacromion terdapat pada diameter anteroposterior diameter pelvic bagian
luar.
o Secara simultan, bokong melakukan rotasi anterior 90o. Kepala janin kemudian masuk ke
tepi pelvik, sutura sagitalis berada pada tepi diameter transversal. Penurunan ke dalam pelvic
terjadi dengan flexi dari kepala.
(Professor Jeremy Oats and Professor Suzanne Abraham, 2005)
Jenis-jenis persalinan sungsang:
1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
b. Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
c. Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga, penolong.
2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).

Prosedur pertolongan persalinan spontan

Tahapan :
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula
depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi
persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran.janin harus selalu
disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika timbul his
ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai
membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha,
sedangkan jani-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang,
tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung
ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan
tersebut disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya
hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai
dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar,
perut, badan lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolongtidak ikut masuk ke
dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang palingmendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid


Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan untuk
manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.

Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :


a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara:
a. Mauriceau (Veit-Smellie)
b. Najouks
c. Wigand Martin-Winckel
d. Parague terbalik
e. Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan bahu dan
lengan oleh penolong:

1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan belakang lebih
dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan
depan yang berada di bawaah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan
penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan
lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka
janin. Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara klasik adalah pada
umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin
relative tinggi didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang
dapat manimbulkan infeksi.

Cara Klasik (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002) :


Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan Bracht baht dan tangan tidak
bisa lahir.Prosedur :
1. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki
lahir.
2. Tali pusat dikendorkan.
3. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
a. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu untuk melahirkan bahu kiri
bayi yang berada di belakang.
b. Dengan tanggan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu
kanan bayi yang berada di belakang.
4. Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan
bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.
5. Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral dari
langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.

2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan lengan depan
lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin
dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis
media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di
bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu
depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong
tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan
tangan tidak bisa lahir. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki
dengan cara yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan.
Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan
lengan belakang.

3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya
berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya
yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahay
infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin besar,
panggul sempit.

(Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala / nuchal arm):
a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan. Memutar bayi
180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang muchal.
b. Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali
hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau Muller.
4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.

Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)


1. Cara Mauriceau

Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina,
sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong
seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam
ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama
dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput
tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya
lahirnya seluruh kepala janin.
Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan Bracht kepala
belum lahir):
1) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah memegang kuda
(Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas tangan kanan).
2) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
3) Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
5) Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan
tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk
menekan dagu atau mulut..

b) Cara Naujoks

Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan ke
dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam
kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara
ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.

c) Cara Prague Terbalik


Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sacrum dan
muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan
punggung janin diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang
kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat
dilahirkan.

d) Cara Cunam Piper

Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin diletakkan
dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak
belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha
belakang. Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya
seluruh kepala lahir.

Prosedur Ekstraksi Sungsang


1. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga
kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang dikuar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki
bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari
vagina sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah
sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter
depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga
trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan
janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah
sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara
persalinan yang sama seperti pada manual aid.
Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan bayi / ibu
mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1. Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha sampai lutut,
kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki
dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
2. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di
belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis, kaki ditarik
turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
3. Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari di belakang
paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.
4. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian pangkal
paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir.
Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong telah lahir.
5. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan lahir lebih
dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal
paha ditarik terus cunam ke bawah.
6. Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.
2. Teknik ekstraksi bokong
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar panggul
sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini
pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis,
maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah
sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian
janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Dikerjakan bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila kala
II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1. Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan kedalam jalan
lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat paha atau krista iliaka
dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan
penolong yang lain menekam pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.
2. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka jari telujuk
penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
3. Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau Lovset.

Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam


Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik ditinjau
dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam memberi
trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang
harus dilahirkan perabdominam.
Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila:
1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto pelvic atau
skor Zachtuchni Andros ≤ 3).
Skor Zachtuchni Andros
Nilai
0 1 2
Parameter
Paritas Primi Multi -
Pernah letak sungsang Tidak 1 kali 2 kali
TBJ >3650 gram 3649-3176 g < 3176 g
Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Station < -3 -2 -1 atau >
Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm

 Arti nilai:
 ≤ 3:persalinan perabdominam
 4 :evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam.
 >5 : dilahirkan pervaginam.
2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.
3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan:
 Prematur (EFBW=2000 gram)
 Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu)
5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)
Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, milai social janin tinggi.
6. Komplikasi kehamilan dan persalinan:
 Hipertensi dalam persalinan
 Ketuban pecah dini

2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
 Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
 Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
 Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

2. Dari faktor bayi:


 Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-alat vital
intra-abdominal.
 Infeksi karena manipulasi
 Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture alat-alat
vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat vital di
medulla oblongata, trauma langsung alat alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai
lahir mati.

2.9 PERAN BIDAN

Bidan yang menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :

a) Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan
petunjuk kepastian dalam lahir.

b) Bila ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan
persalinan yang optimal.

c) Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama


dokter.

d) Klien harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk
Informed consent.

BAB III
KESIMPULAN

Disebut letak sungsang apabila janin membujur dalam rahim dengan bokong/kaki pada
bagian bawah. Tergantung dari bagian terendah dapat dibedakan menjadi: presentasi bokng
murni, bokong kaki, kaki. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik yaitu palpasi Leopold I
didapatkan kepala/Ballotement di fundus, Leopold II teraba punggung di satu sisi dan bagian
kecil di sisi lain, Leopold III-IV bokong terba dibagian bawah rahim dan dilakukan pemeriksaan
dalam. Pemeriksaan penunjang dengan ultrasonografi dan foto rontgen.
Penanggulangan letak sungsang yakni:
1. Waktu hamil (antenatal) yaitu untuk kehamilan 28-30 minggu dilakukan untuk mencari
kausa dengan USG. Jika tidak ada kelainan dapat dilakukan knee chest position atau
dengan versi luar.
2. Waktu persalinan yaitu dapat pervaginam dengan cara spontan Bracht, Manual
Aid/Lovset-Mauriceau, total ekstraksi. Persalinan perabdominal (seksio sesaria) dipilih
jika persalinan pervaginam sukar dan berbahaya (ZA skor ≤ 3), tali pusat menumbung
pada primi/multigravida, distosia, premature/postmatur, riwayat obstetric buruk, nilai
janin tinggi dan terdapat komplikasi kehamilan dan persalinan seperti hipertensi dalam
kehamilan, ketuban pecah dini.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/67552294/makalah-sungsang diakses pada tanggal

30 Desember 2020

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/jikk/article/view/796 , diakses

tanggal 30 Desember 2020

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/12798/12388, diakses
tanggal 30 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai