Anda di halaman 1dari 35

Rosi Lawarni

Selasa, 28 Juni 2016

Kelainan Letak Pada Janin (Letak


sungsang & Lintang) + kasus
MAKALAH
 “KELAINAN LETAK PADA JANIN”
( LETAK SUNGSANG DAN LETAK LINTANG)

Disusun Oleh:

Rosi Lawarni Madani Putri 


(025.01.01.15)

AKADEMI KEBIDANAN
BINA HUSADA TANGERANG
JL. Kutai Raya No.1 Perumnas III Bencongan, Kelapa Dua, Tangerang
Telp.(021)55655373, fax.(021)55655378
TAHUN AJARAN 2016

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan dosen Asuhan Kebidanan Kehamilan tentang “KELAINAN LETAK PADA JANIN”.
            Tujuan membuat makalah ini dalam rangka untuk mengetahui, memahami Asuhan
Kebidanan Kehamilan khususnya tentang Kelalaian Letak : Letak Sungsang dan Letak Lintang.
            Adapun sistematika penyusunan makalah ini sesuai standart yang dapat dilihat pada
daftar isi makalah ini. Atas terselesainya makalah ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Direktur Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang beserta staf yang telah memberikan
kesempatan untuk menimba ilmu.
2.      Rangga Pusmaika, SST,MKes. Yayah Sya’diah, SST, MKes. IIs Sumiyati, SST, MKes. selaku
dosen Asuhan Kebidanan Kehamilan di Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang yang telah
memberikan waktu, arahan dan dukungan dalam penyusunan makalah ini.
3.      Kedua orang tua dan saudara yang telah memberikan dukungan baik moril dan materi maupun
doa.
Kami  menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembuat dan para
pembacanya.

                                                                                                       Tangerang, 14 Mei 2016

                                                                                                                      Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
1.1    Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2    Tujuan......................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................. 2
2.1    Pengertian
2.2    Kelainan Letak Pada Janin......................................................................................... 2
2.2.1   Letak Sungsang................................................................................................. 2
2.2.1.1 Pengertian............................................................................................. 2
2.2.1.2 Etiologi.................................................................................................. 2
2.2.1.3 Diagnosa............................................................................................... 3
2.2.1.4 Prognosa................................................................................................ 3
2.2.1.5 Bentuk-bentuk Letak Sungsang............................................................ 3
2.2.1.6 Cara Kelahiran Dengan Letak Sungsang.............................................. 4
2.2.1.7 Proses Kelahiran Pada Letak Sungsang................................................ 4
2.2.1.8 Mekanisme Persalinan Letak Sungsang................................................ 4
2.2.1.9 Persalinan Letak Sungsang................................................................... 5
2.2.1.10 Komplikasi.......................................................................................... 8
2.2.2   Letak Lintang.................................................................................................... 9
2.2.2.1 Pengertian............................................................................................. 9
2.2.2.2 Etiologi.................................................................................................. 9
2.2.2.3 Diagnosa............................................................................................. 10
2.2.2.4 Prognosa.............................................................................................. 10
2.2.2.5 Jenis-jenis Letak Lintang.................................................................... 10
2.2.2.6 Sikap-sikap Dalam Hal Letak Lintang................................................ 10
2.2.2.7 Jalannya Persalinan Pada Letak Lintang............................................. 11
2.2.2.8 Mekanisme Persalinan Letak Lintang................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Letak janin didalam rahim tidak selamanya sama. Yang terbanyak atau sering kita sebut
letak biasa (normal) adalah jika letak janin dalam rahim memanjang dengan
kepala sebelah bawah dalam fleksi, artinya dengan ubun-ubun kecil yang paling rendah. Dalam
hal ini kedudukan anak harus pula normal, yakni punggung membungkuk sedikit, kaki terlipat
pada pangkal paha dan lekuk lutut rapat ke badan , sedangkan kedua lengan bersilang dan
merapat ke dada.
Kelainan letak janin dalam rahim ibu dapat menyebabkan  permasalahan pada proses
persalinan yang berakibat buruk bagi janin dan juga ibunya. Kelainan letak tubuh janin terbagi
menjadi dua, yaitu letak sungsang dan letak lintang.
Letak sungsang dapat diketahui melalui pemeriksaan luar apabila  bagian bawah uterus
tidak teraba bagian  keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di fundus. Denyut jantung
janin pada umunya ditemukan setinggi atau lebih tinggi dari umbilikus ibu. Sedangkan letak
lintang dapat diketahui dengan palpasi menunjukan bahwa fundus uteri tempatnya agak rendah
jika dibandingkan dengan usia kehamilan,  bagian bawah tidak teraba bagian besar, kepala janin
teraba dibagian kiri atau bagian kanan perut ibu.

1.2  Tujuan
            Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan kelalaian
letak. Dengan cara memeriksakan kehamilannya dan penyulit serta komplikasi termasuk
penatalaksanaan dan rujukan bila diperlukan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Letak (situs) merupakan hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu panjang
ibu, situs memanjang atau membujur.
Situs memanjang adalah sumbu panjang janin sesuai dengan sumbu panjang ibu, dapat
pada letak kepala atau letak bokong, situs melintang adalah sumbu panjang janin melintang
terhadap sumbu panjang ibu, situs miring adalah sumbu panjang janin miring terhadap sumbu
panjang ibu.
Frekuensi situs memanjang 99,6% (96% letak kepala, 3,6% letak bokong) dan 0,4% letak
lintang atau miring.

2.2 Kelainan Letak Pada Janin


Kelainan letak pada janin terbagi menjadi dua yaitu, letak sungsang dan letak lintang.
2.2.1   Letak Sungsang
2.2.1.1  Pengertian
            Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala
berada di fundus dan bokong berada dibawah.
(Mochtar, Rusam, SO Jilid 1. 1998 : 350).

2.2.1.2 Etiologi
1.      Sudut ibu
a.       Keadaan rahim
-          Rahim  arkuatus
-          Septum pada rahim
-          Uterus dupleks
-          Mioma bersama kehamilan
           
b.      Keadaan placenta
-          Plasenta letak rendah
-           Plasenta previa
c.       Keadaan jalan lahir
-          Kesempitan panggul
-          Deformitas tulang panggul
-          Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran posisi kepala

2.      Sudut Janin
-          Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
-          Hidrocefalus dan anenafalus
-          Kehamilan kembar
-          Hidramnion / oligohidramnion
-          Prematuritas
( Manuaba, 1998 : 361)
2.2.1.3 Diagnosa
1.      Palpasi
Kepala berada di fundus, bagian bawah bokong, dan punggung di kiri atau kanan.
2.      Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat
3.      Pemeriksaan dalam
Dapat di raba OS sakrum, tuber ischii dan anus kadang-kadang kaki (pada letak kaki) 
4.     Pemeriksaan foto rontgen :  bayangan kepala di fundus  
2.2.1.4  Prognosa
Terhadap ibu umumnya prognosa persalinan letak sungsang kurang baik dari letak
kepala, karena biasanya ketuban pecah terlebih dahulu, partus belangsung lebih lama dan
kemungkinan infeksi lebih besar.
Terhadap anak prognosa lebih buruk lagi karena sering lahir tidak genap bulannya, dalam
hal letak sungsang juga ada kemungkinan besar timbulnya prolapsus foeniculli. Ini disebabkan
pusat letaknya lebih dekat pada ostium internum uteri dan antara tungkai dan badan anak
terdapat ruangan yang agak luas.

2.2.1.5  Bentuk–bentuk Letak Sungsang


Ada 4 tipe letak sungsang:
1)     Complete/flexed brech, pada posisi ini paha dan lutut bayi fleksi dan kaki menutupi bokong.
Tipe ini lebih sering pada multigravida.
2)     Extended brech (frank brech) pada bayi fleksi, tetapi pada kaki ektensi, sehingga kaki berada
dekat kepala, sering terjadi pada primi yang prematur.
3)     Presentesi kaki, 1 atau kedua kaki di bawah bokong.
4)     Presentasi lutut, janin berada dalam posisi 1 atau kedua lutut berada di bawah bokong.

2.2.1.6  Cara Kelahiran Dengan Letak Sungsang


Bokong turun melalui pintu atas panggul ialah dengan garis pangkal paha dalam
ukuran melintang atau miring terhadap pintu atas panggul kadang juga dalam ukuran memanjang
(ukuran muka belakang).  Jika bokong anak sudah sampai atau hampir sampai dasar panggul,
maka atas pengaruh dasar panggul ini disertai oleh pengaruh aksi panggul, bokong anak jadi
berputar, hingga garis pangkal paha terletak dalam ukuran muka belakang, hingga lahirlah
seluruh bokong  anak, mulai dari dasar panggul sampai lahirnya pantat dan seterusnya yang
terlihat adalah tulang belakang pinggang anak membengkok kearah luar (laterofleksi).
Setelah seluruh pantat lahir gerakan laterofleksi berlangsung terus tetapi lambat laun
punggung anak berputar ke atas hingga badan anak tersebut menjadi mengedik (terjadi lordose)
terlebih lagi jia kaki sudah lahir. Lebih banyak bagian badan anak yang lahir, gerakan itu
menjadi lebih bebas dan tulang belakang anak lebih suka mengadakan lordose.
Pada letak sungsang lahirnya lengan anak bersamaan dengan dada dan bahu. Setelah itu
kepala anak turun kedalam rongga panggul dengan sutura sagittalis dalam ukuran melintang.
Sesampainya dalam rongga panggul, kepala anak akan menekur tersebut  (dalam fleksi) berputar
hingga dagu berada dibelakang.  Bagian belakang kepala anak (subbociput) lahir dibawah
simpisis dan dengan bagian ini lahirlah hyphomochilion lahirlah berturut –turut dagu , muka dan
kening melewati perineum.

2.2.1.7  Proses Kelahiran Pada Letak Sungsang


Pada umumnya persalinan dalam letak sungsang berlangsung lebih lama hal ini
dikarenakan his sering kali tidak terlalu kuat akibat tekanan pantat atau bokong tidak terlalu kuat
seperti tekanan kepala. Sehingga tekanannya pada bagian bawah rahim pun berkurang, dimana
terdapat pusat ganglion yang mempengaruhi his. Terlebih saat ketuban pecah pembukaan canalis
servikalis oleh pantat tidak begitu cepat seperti pada letak kepala.
Selain itu, yang menimbulkan bahaya bagi anak dalam persalinan letak sungsang adalah
setelah pantat lahir, maka ruangan dalam rahim mengecil dan hal tersebut dapat menimbulkan
gangguan dalam peredaran darah urin. Akan tetapi bahaya lebih besar ialah jika anak sudah lahir
sampai keperut, tali pusat menjadi tertekan oleh kepala anak (yang sudah turun dirongga
panggul) dan tulang panggul, sehingga peredaran darah dalam tali pusat tersebut tertahan.

2.2.1.8  Mekanisme Persalinan Letak Sungsang


-          Persalinan bokong
-          Persalinan bahu
-          Persalinan kepala  

2.2.1.9  Persalinan Letak Sungsang


1.     Menurut Metode Broch
Persalinan Broch berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejan. Sedangkan
penolong membantu melakukan hiperlordose tekniknya adalah sebagai berikut :
-          Saat bokong tampak di suntikan aksitosis 5 unit
-          Setelah bokong lahir, bokong di pegang secara broch (kedua ibu jari pada kedua paha bayi
dan keempat jari kedua tangan lainya memegang bokong bayi)
-          Dilakukan hiperlordose dengan melakukan bokong ke arah perut ibu.
-          Seorang membantu melakukan tekanan kristeller pada fundus uteri saat his mengejan.
-          Lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan kepala bayi.
-         Bayi diletakkan di perut ibu untuk pemotongan tali pusat dan selanjutnya di rawat
sebagaimana mestinya.   
2.     Esktraksi bokong parsial
 -          Pertolongan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri
 -          Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
 -          Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan secara klasik, muller dan leaset.
3.     Pertolongan ekstraksi bokong secara klasik
 -         Tangan memegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior superior
 -        Tarik curam ke bawah sampai ujung skapula tampak
 -         Badan anak di pegang sehingga perut anak di dekatkan ke perut ibu, dengan demikian
kedudukan bahu belakang menjadi lebih rendah.
 -         Tangan lainnya (analog) menelusuri bahu belakang sampai mencapai persendian siku.
 -         Tangan belakang di lahirkan dengan mendorong persediaan siku menelusuri badan bayi.
 -         Badan anak di pegang sedemikian rupa, sehingga punggung anak mendekati panggul ibu.
 -         Tangan lainnya menelusuri bahu dengan menuju persedian bahu/ siku. Selanjutnya lengan
atas di lahirkan dengan dorong pada persediaan siku.
 -        Persalinan kepala di lakukan sebagai berikut
Badan anak seluruhnya di tunggangkan pada  tangan kiri
   Jari tangan di masukkan kedalam mulut bayi, untuk mempertahankan situasi fleksi
  2 jari menekan pada OS maksilaris, untuk membantu fleksi kepala.
  Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sehingga sub oksiput berada di
bawah simfisis dengan hipomoktasi
   Kepada bayi dilahirkan dengan melakukan tarikan tangan kanan sambil melakukan putaran ke
arah perut ibu
  Berturut – turut lahir, dagu, mulut, dahi dan kepala seluruhnya.
   Setelah bayi diletakkan di atas perut ibu tali pusat di potong. Lendir di bersihkan dan
selanjutnya dirawat sebagaimana mestinya.
4.     Persalinan Bokong Menurut Muller
 Perbedaan dengan klasik terletak pada persalinan lengan depan  dilakukan terlebih
dahulu dengan jalan :
 -         Punggung  bayi didekatkan ke punggun ibu sehingga skapula tampak.
 -         Tangan lainnya menelurusi bahu depan menuju lengan atas sampai persedian siku untuk
melahirkan lengan atas.
 -         Perut bayi di dekatkan ke perut ibu, tangan lain menelurisi bahu belakang sampai
persediaaan siku dan selanjutnya lengan belakang di lahirkan
 -        Persalinan kepala dilakukan menurut teknik mauriceau
 -         Setelah bayi lahir tali pusat di potong dibersihkan untuk dirawat sebagaimana mestinya. 

5.     Persalinan Bahu Menurut Locuset
 Untuk melahirkan bahu berdasarkan
 -         Perbedaan panjang jalan lahir depan dan belakang
 -        Bahu depan yang berada dibawah simfisis bila diputar menjadi bahu belakang
kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga otomatis terjadi persalinan.
 -         Bahu belakang setelah putaran 90° menjadi bahu depan kedudukannya menjadi lebih rendah
sehingga secara otomatis terjadi persalinan.
 -         Pada waktu melakukan putaran di sertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut kadua
bahu di lahirkan.
6.  Persalinan Kepala Menurut Mauriceau Veit Smellie
 -        Badan anak di tunggangkan pada tangan kiri
 -         Tali pusat di longgarkan
 -          Jari tangan di masukkan kedalam mulut bayi. 2 lain di letakkan pada tulang pipi serta
menekan ke arah badan bayi sehingga fleksi kepala dapat di pertahankan
 -          Tangan kanan memegang bayi (leher) menarik curam ke bawah sampai sub oksiput sebagai
hipomoklion. Kepala bayi diputar keatas sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata,
dahi, kepala bayi seluruhnya. 
7.     Persalinan Kepala Dengan Ekstraksi Farcep
 -          Seluruhnya badan bayi di bungkus dengan duk steril di angkat ke atas sehingga kepala bayi
mudah di lihat untuk aplikasi forcep.
 -          Daun forcep kiri di pasang terlebih dahulu, diikuti daun forcep kanan, dilakukan
penguncian forcep
 -         Badan bayi di tunggangkan pada gagang forcep
 -          Dilakukan tarikan curam ke bawah sehingga sub oksiput berada di bawah simphisis,
dilakukan tarikan keatas sehingga berturut-turut lahir dagu mulut dan hidung.
 -          Mata dan dahi diikuti seluruh kepala bayi.
 -          Bayi diletakkan di tas perut ibu, untuk memotong tali pusat.
 -          Lendir di bersihkan dari jalan nafas
 -          Selanjutnya di lakukan perawatan sebagaimana mestinya.
8.     Ekstraksi bokong total
 Ekstraksi bokong total bila proses persalinan letak sungsang seluruhnya dilakukan dengan
kekuatan dari penolong sendiri. Bentuk pertolongan ekstraksi bokong total mencari ekstraksi
bokong dan kaki (satu kaki, dua kaki).
a.       Ekstraksi bokong dilakukan
-          Jari telunjuk tangan kanan di masukkan agar dapat mencapai pelipatan paha depan.
-          Dengan mengait pada spina ischadica anterior superior dilakukan tarikan curam ke bawah
sehingga trochanter depan dapat dilahirkan.
-          Setelah trochanter depan lahir dilakukan tarikan ke atas sehingga trochanter belakang
mencapai perineum.
-          Setelah trochanter belakang mencapai perineum telunjuk tangan kiri di masukkan ke
pelepatan paha dan spina ischadica anterior superior belakang.
-          Dengan kedua telunjuk dilakukan persalinan seperti metode secara klasik, kombinasi dengan
tindakan loevset.
-          Persalinan kepala dilakukan menurut Mauriceau V. Smellie.
-          Setelah bayi lahir dilakukan perawatan sebagaimana mestinya.
b.      Ekstraksi Kaki
Ekstraksi kaki lebih mudah dibandingkan dengan ekstraksi bokong, oleh karena itu, bila
diperkirakan akan melakukan ekstraksi bokong di ubah menjadi letak kaki menurunkan kaki
beradarkan profilaksis pinard yaitu pembukaan sedikitnya 7 cm ketubah telah pecah atau
dipecahkan dan diturunkan kaki kedepan. Bila terdapat indikasi dilakukan ekstraksi kaki dengan
seluruh kekuatan berasal dari penolong persalinan.

2.2.1.10        Komplikasi
Komplikasi persalinan letak sungsang terdiri atas:
1) Komplikasi pada ibu
a) Perdarahan
b) Robekan jalan lahir
c) Infeksi
2) Komplikasi pada bayi
a) Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh:
Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir), perdarahan atau edema jaringan
otak, kerusakan medula oblongata, kerusakan persendian tulang leher, kematian bayi karena
asfiksia berat.
b) Trauma persalinan dikarenakan dislokasi-fraktur persendian dan tulang ekstremitas,
Kerusakan alat vital( limpa, hati, paru-paru atau jantung), Dislokasi fraktur persendian tulang
leher (fraktur tulang dasar).
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga ; kerusakan pada jaringan otak).
c) Infeksi, dapat terjadi karena :
(1) Persalinan berlangsung lama
(2) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
(3) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam

2.2.2   Letak Lintang
2.2.2.1  Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam perut ibu dengan
kepala pada sisi yang satu dan bokong pada sisi yang lain. Pada letak lintang bahu menjadi
bagian terendah, maka juga disebut presentasi bahu atau presentasi acromion. Punggung janin
berada didepan (darso anterior) dibelakang (darso posterior), diatas (darso superior), atau
dibawah (darso inferior).
Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang janin
melintang terhadap sumbu panjang ibu.
2.2.2.2  Etiologi
Penyebab utama :
-         Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi
-         Janin prematur
-         Plasenta previa
-         Uterus abnormal
-         Cairan amnion berlebih
-         Panggul sempit

2.2.2.3  Diagnosa
Pada pemeriksaan abdomen, uterus tampak lebih melebar dan fundus uterus lebih rendah
tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pada palpasi sumbu panjang janin melintang, tidak teraba
bagian besar (kepala atau bokong) pada sympisis pubis. Kepala biasanya teraba didaerah
punggung.

2.2.2.4  Prognosa
Hal ini tergantung pada kondisi dan cara si ibu mendapatkan pertolongan. Apabila partus
dibiarkan berlangsung dengan sendirinya, maka hampir dapat dipastikan bahwa si ibu akan
mengalami kesulitan yang berat, hingga mengakibatkan kematian.

2.2.2.5  Jenis-jenis Letak Lintang


1)      Kepala anak bisa terletak disebelah kiri (letak lintang  I)
2)      Kepala anak bisa terletak disebelah kanan (letak lintang II)

2.2.2.6  Sikap-sikap Dalam Hal Letak Lintang


a.       Waktu hamil
Jika anak berada dalam letak lintang maka dapat dikatakan tidak ada persalinan dapat
berlangsung dengan sendirinya (spontan). Berhubungan dengan itu maka sebelum partus dimulai
sebaiknya kita dapat merubah letak anak tersebut menjadi letak kepala yaitu dengan melakukan
putaran versi luar.
b.      Waktu persalinan
Apabila bidan menentukan diagnosa letak lintang pada seorang perempuan yang sedang
bersalin, maka ia haruslah berusaha supaya si ibu segera dibawa ke rumah sakit, dimana
persalinan dapat diawasi dengan sebaik-baiknya.

 Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam waktu persalinan yaitu:
a.       Dalam hal ketuban belum pecah
Jika pembukaan masih kecil (kurang dari 5 cm) maka dicoba memutar letak anak (versi luar)
hingga menjadi letak kepala atau letak sungsang. Pada pembukaan lebih dari 5 cm janganlah
dicoba untuk melakukan versi luar karena berhubungan dengan pecahnya ketuban.Oleh karena
itu sebaiknya si ibu disuruh berbaring miring dan dilarang mengejan.
b.      Apabila ketuban sudah pecah
Untuk pembukaan belum lengkap; maka sebaiknya menunggu sampai pembukaan telah lengkap
dan setelah itu dilaukan versi dan ekstraksi. Untuk mengetahui pembukaan tersebut belum
lengkap adalah dengan memasukan tinju melalui lingkaran pembukaan.
Dalam hal pembukaan sudah lengkap; maka harus ditentukan terlebih dahulu apakah letak
lintang ini belum kasip atau sudah kasip. Jadi apakah masih dapat kita melakukan versi dan
ekstraksi atau tidak.

2.2.2.7 Jalannya Persalinan Pada Letak Lintang


Waktu persalinan karena datangnya his, mungkin uterus mencoba mengambil bentuk
awalnya yaitu memanjang dari atas kebawah, dan dengan demikian memutar anak dari letak
lintang menjadi letak bujur (letak kepala atau letak sungsang), akan tetapi hal ini jarang
terjadi, kebanyakan anak tetap tinggal dalam letak lintang. Pada awal persalinan dalam letak
lintang, pintu atas panggul tidaklah tertutup oleh bagian bawah anak seperti pada letak
kepala. Oleh karena itu sering kali ketuban pecah terlebih dahulu sebelum pembukaan lengkap
atau hampir lengkap. Setelah ketuban pecah maka his juga tidak begitu kuat, karena tidak ada
tekanan bagian bawah anak pada cervik uteri, dengan demikian persalinan berlangsung lebih
lama.

2.2.2.8  Mekanisme Persalinan Letak Lintang


Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat
terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan dapat menyebabkan kematian janin atau
rupture uteri.
Bahu masuk dalam panggul,sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-
bagian tubuh lainnya janin tidak dapat lagi turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul.
Segmen atas uterus berkontraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar dan menipis sebagai
usaha untuk mengeluarkan janin.
Keadaan ini disebut lintang kasip, yang butuh pertolongan segera, kalau janin kecil sudah
mati dan menjadi lembek dapat terjadi persalinan spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat
melalui jalan lahir (konduplikasio) atau lahir dengan evolusio spontanea menurut cara denman
atau douglas.
  Pada cara denman laterofleksi : terjadi pada atas dan tulang belakang bagian bawah setelah
bahu lahir, lahirlah bokong lalu kemudian dada dan kepala.
  Pada cara douglas laterofleksi terjadi kebawah dan pada tulang pinggang / belakang bagian
atas setelah bahu lahir .lahirlah sisi thorax, perut, bokong dan menyusul kepala.

 BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


Dengan Letak Lintang
Di BPM Yeti Rosanah, Amd.Keb. Tangerang

1.      Pengumpulan Data
a.      Identitas
Nama Ibu                 : Ny. S                                 Nama Suami            : Tn. A                
Umur                        : 30 Tahun                           Umur                       : 35 Tahun
Suku / Kebangsaan  : Sunda / Indonesia             Suku / Kebangsaan : Sunda / Indonesia
Agama                      : Islam                                 Agama                     : Islam
Pendidikan               : SMA                                 Pendidikan              : SMA
Pekerjaan                  : Ibu Rumah Tangga           Pekerjaan                 : Karyawan Swasta
Alamat Rumah         : Ds.Tegal Kunir Lor           Alamat Rumah        : Ds.Tegal Kunir Lor
      Mauk – Tangerang                                              Mauk – Tangerang
Telp                          : 08-125-250xxxx                Telp                         : 08-523-990xxxx
Alamat Kantor         : -                                         Alamat Kantor                    : Cikupa - Tangerang
Telp                          : -                                         Telp                         : 021-7273xxx

b.      Anamnesa (Data Subjektif)


Pada Tanggal         : 14 Mei 2016              Pukul   : 09.10 WIB
1.      Alasan kunjungan ini   : Ibu mengatakan ini kunjungan rutin
2.      Keluhan – keluhan      : Ibu mengeluh nyeri pinggang sejak akhir-akhir ini
dan                                              tidak ada penganan awal dilakukan
3.      Riwayat Sosial Ekonomi
Status Perkawinan                   : Sah menikah 1 kali
Bahasa Yang Digunakan         : Bahasa Indonesia
cohol, napza) : Tidak ada kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol dan napza
uarga / Suami    : Mendukung
an Suami           : Sehat dan tidak sedang ada menderita penyakit        apapun
                          : Ibu telah melakukan Imunisasi TT sebanyak 5x
i-hari                 : Menyapu, mengepel, memasak, mencuci, dll.
eputusan Dalam Keluarga      : Suami
Selama Kehamilan                : 2x dalam seminggu
at Bersalin                                : Tenaga Kesehatan / Bidan
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga  :
Tidak ada Riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus, Keturunan Kembar Sickle Cell,
Alergi, Epilepsi, Penyakit Jantung, Kelainan Mental didalam keluarga.
5.      Riwayat Kesehatan Ibu           :
Tidak ada Riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus, Sickle Cell Disease, Riwayat Alergi
penyakit Jantung, Obat-obatan, Psycosa Postpartum, Asma, Batuk Berkepanjangan, Penyakit
jantung.
6.      Riwayat Penyakit Menular Seksual :
Tidak ada Riwayat penyakit Sexual Transmited Infection (STI), AIDS, pengeluaran vagina
abnormal, luka / bengkak pada vagina, rasa nyeri saat berkemih, diare yang berkelanjutan.
7.      Riwayat Operasi          : Tidak ada riwayat operasi
8.      Riwayat Ginekologi    :
Tidak ada Riwayat Salpingtomy, Infertilitas, Kehamilan ektopik, Operasi pada vagina, pelvic /
uterus.
9.      Riwayat Menstruasi
Usia menarche             : Usia 13 tahun
Siklus                           : 28 hari
Lamanya                      : 7 hari            
Jumlah darah               : 2-3x ganti pembalut daam sehari
Dismenorhea               : Ada di hari pertama menstruasi
10.  Riwayat Kontrasepsi   : KB suntik 3 bulan, digunakan selama 3 tahun, lepas karena ingin hamil
11.  Riwayat Obstetrik
a.       Riwayat Kehamilan ini
HPHT  : 01 September 2015               TP  : 08 Juni 2016
Pergerakan janin pertama kali   : Pada Usia16 minggu kehamilan
Pergerakan janin dalam 24 jam : 15 – 20 kali
dikonsumsi : Ibu hanya mengonsumsi fe / vitamin yang diberikan oleh bidan
Kekhawatiran khusus                 : Tidak ada
b.      Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tgl Usia Jenis Komplikas


Bayi Nifas
N Lahir Kehamila Persalina i Peno
o n n -long
Umu Ibu Bayi BB JK Masa Laktas Masala
r -lah i h
1. 05 39 Normal Tidak ada Tida Bida 3000 gr Tidak 24 Tidak
mei minggu k ada n perempua ada bulan / ada
2011 n 2
Pada tahun
usia
ibu
25
tahu
n

12.  Diet / makan
Makanan yang dikonsumsi      : nasi, lauk, sayur dan disertai buah
Frekuensi dalam sehari            : 3x / hari (habis)
Masalah (pica)                         : Tidak ada
Keluhan-keluhan (kelelahan sakit kepala, letih, lesu, sakit gusi kehilangan selera makan, mual,
muntah             : Ibu mengeluh mual, muntah dan kehilangan nafsu makan pada saat TM I dan
pada saat TM 2 & TM 3 nafsu makan kembali normal.

c.       Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum           : Baik
2.      Keadaan emosional     : Baik
3.      Tinggi badan               : 159 cm
4.      Berat badan                 : 63 kg (saat ini)     Berat badan : 50 kg (sebelum hamil)
5.      LILA                           : 27,5 cm

6.      Tanda vital
Tekanan darah             : 110/70 mmHg
Denyut nadi                : 84 x/menit
Pernafasan                   : 20 x/menit
Suhu badan                 : 36,50C
7.      Kepala hingga leher
a.       Kepala                   : Rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe, pertumbuhan baik
dan kulit kepala tidak ada lesi.
b.      Wajah
Oedema                 : Tidak ada
Cloasma                 : Tidak ada
c.       Mata
Konjungtiva          : Konjungtiva tidak tampak pucat
Sklera                    : Sklera tidak ada ikterus
d.      Mulut
Bibir dan lidah      : Bibir dan lidah tidak pucat, bersih, tidak sariawan
Gigi                       : Gigi bersih, tidak ada caries dan karang gigi
e.       Leher
Kelenjar thyroid    : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan
8.      Payudara
Bentuk                         : Simetris
Ukuran                                    : Simetris
Tanda Kehamilan        : Hiperpigmentasi pada aerola
Puting susu                  : Menonjol
Kondisi kulit               : Agak kotor
9.      Tangan dan kaki
a.       Ekstremitas atas   
Nyeri menggenggam : Tidak ada
Oedema                     : Tidak ada
Pucat                         : Tidak ada
b.      Ekstremitas bawah
Oedema                     : Tidak ada
Varises                       : Tidak ada
Refleks patella                   : + / +   (kanan / kiri)
10.  Punggung
Oedema daerah sacral             : Tidak ada oedema
Posisi tulang belakang             : Tulang belakang lordosis fisiologis
11.  Abdomen
Bekas luka operasi                   : Tida ada bekas luka operasi
Bentuk                                    : Adanya pembesaran sesuai usia kehamilan
Tanda kehamilan                     : Adanya gerakan janin dan DJJ
Gerakan janin                          : Aktif
Massa                                      : Tidak ada massa
Pembesaran hati                      : Tidak ada pembesaran hati
Pemeriksaan obstekrtik
TFU                                         : 34 cm
TBJ                                          : (34-12) x 155 = 3410 gram
Leopold I                                : TFU 2 jari dibawah px,
  Pada bagian fundus teraba kosong.
Leopold II                               : Pada bagian kanan abdomen ibu teraba bulat dan lunak (bokong).
Pada bagian kiri abdomen ibu teraba bulat, keras, melenting (kepala janin).
Leopold III                             : Pada bagian bawah abdomen ibu teraba
  kosong. (belum masuk PAP)
Leopold IV                             : - / Tidak dilakukan
DJJ                                          : 120 x/menit   teratur
Punctum maksimum                : Kuadran kiri bawah pusat ibu
12.  Anogenital
a.       Lipat Paha
Kelenjar limfe                    : Tidak ada pembengkakan
b.      Vulva vagina
perineum          : Tidak ada varises, infeksi dan oedema       pada labia, klitoris dan perineum ibu.
                         : Tidak ada varises, infeksi dan cairan pada vagina ibu.
                         : Tidak ada infeksi pada pada uretra ibu.
                          : Tidak ada oedema, massa dan cairan pada kelenjar bartolini ibu.

d.          Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
     a. Haemoglobin             :  11 gr%
 2. Urine
     a. Protein                       : Negatif
     b. Glukosa                     : Negatif
 3. Pemeriksaan panggul luar
     Ukuran Panggul Luar
- Distancia Spinarum   : 25 cm
- Distancia Cristarum  : 28 cm
- Conjugata external    : 20 cm
- Lingkar Panggul        : 100 cm

2.      Interprestasi Data
Diagnosa      : Ny.s , usia 30 tahun, G2P1A0, 36 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup, presentasi
punggung, belum masuk PAP, dengan letak lintang (kiri).
Dasar  :
           DS         :
-          Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya secara rutin dan ini merupakan hamil
keduanya, sudah pernah melahirkan dan belum pernah keguguran.
-          Ibu mengatakan HPHT tanggal 01 September 2015 dan datang ke BPM tanggal 14 mei 2016.

DO         : 
Kesadaran umum      : baik
Kesadaran                 : composmentis

TTV        :
TD     : 110/70 mmHg                       HPHT  : 01 September 2015
N       : 84 x/menit                             TP        : 08 Juni 2016
Rr      : 20 x/menit                             TFU     : 34 cm
S        : 36,50C                                   DJJ      : 120 x/menit
TB     : 159 cm
BB     : 50 kg (sebelum hamil)           BB : 63 kg (saat ini)
LILA : 27,5 cm

Palpasi
- Leopold I                : TFU 2 jari dibawah px,
  Pada bagian fundus teraba kosong.
- Leopold II               : Pada bagian kanan abdomen ibu teraba bulat dan lunak (bokong). Pada
bagian kiri abdomen ibu teraba bulat, keras, melenting (kepala janin).
- Leopold III                         : Pada bagian bawah abdomen ibu teraba kosong. (belum masuk
PAP)
- Leopold IV             :  - / tidak dilakukan
TFU MC Donald       : 34 cm
                                      TBJ                            : (34 - 12) x 155
                                                                        :  3410 gram
Auskultasi
DJJ    : 120 x/mnt
Punctum Maximum Kuadran kiri bawah pusat ibu

Pemeriksaan penunjang
-                 Hb                          : 11 gr %
-                 Albumin urine        : Negatif
-                 Reduksi urine         : Negatif
-                 KSPR                     : 10 (Kehamilan Resiko Sangat Tinggi)
Keterangan :
Skor awal ibu hamil                 : 2
Letak lintang                            : 8

Masalah        : Kehamilan dengan kelainan  letak yaitu letak lintang


Dasar   : Ibu mengeluh nyeri pinggang sejak akhir-akhir ini
Kebutuhan    : Ibu perlu untuk segera melakukan USG.
3.      Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Akan terjadi kelahiran presentasi bokong dan bayi bisa mengalami hipoksia

4.      Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera Atau Kolaborasi


Kolaborasi dengan dokter opgyn

5.      Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh


a.       Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan agar ibu mengetahui keadaannya dan keadaan
janinnya.
b.      Anjurkan ibu untuk segera melakukan USG agar ibu mengetahui kondisi janinnya.
c.       Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, minum air putih yang cukup serta makan buah –
buahan agar kesehatan ibu dan janin dalam keadaan baik.
d.      Beritahu ibu tentang tanda – tanda bahaya pada Trimester III agar ibu bisa berhati-hati dalam
menjaga kandungannya.
e.       Lakukan kolaborasi dengan dokter opgyn.
f.       Anjurkan ibu untuk melakukan persiapan menghadapi persalinan agar  ibu siap menghadapi
persalinan.
g.      Beritahu ibu tentang tanda – tanda persalinan agar ibu bisa langsung datang ke tenaga kesehatan.
h.      Anjurkan ibu untuk malakukan pemeriksaan kehamilannya secara rutin setiap 1-2 minggu
sekali agar kesehatan ibu selalu terkontrol dan mencegah terjadinya komplikasi lebih dini.

6.      Pelaksaaan
a.       Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa umur kehamilannya 36minggu 4hari,
dengan letak lintang, keadaan ibu dan janin baik.
b.      Menganjurkan ibu untuk segera melakukan USG, sehingga dapat segera mengetahui keadaan
janin.
c.       Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup (tidur malam senyenyak mungkin dan siang
istirahat/rebahan senyaman mungkin), minum air putih 2 liter/hari serta memenuhi asupan gizi
dan nutrisi dari sayuran dan buah-buahan.
d.      Memberitahu ibu tentang tanda – tanda bahaya pada Trimester III seperti tekanan darah tinggi,
nyeri ulu hati, pandangan mata kabur, gerakan janin kurang dari 10 kali per 12 jam , ketuban
pecah dini, nyeri perut bagian bawah.
e.       Melakukan kolaborsi dengan dokter opgyn
f.       Menganjurkan ibu untuk melakukan persiapan menghadapi persalinan seperti kendaraan, uang,
pendonor darah, pendamping, pakaian , penolong, tempat bersalin dan pengambil  keputusan.
g.      Memberitahu ibu tentang tanda – tanda persalinan agar ibu bisa langsung datang ke tenaga
kesehatan.
h.      Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya secara  rutin setiap 1-2 minggu
sekali  atau bila ada keluhan , untuk mengetahui kemajuan kehamilan.

7.      Evaluasi
a.       Ibu dan keluarga sudah mengetahui keaadaannya dan keadaan janinnya.
b.      Ibu bersedia untuk melakukan USG.
c.       Ibu bersedia melakukan terapi dengan dokter opgyn
d.      Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup , minum air putih, serta memenuhi asupan nutrisi dan
gizi.
e.       Ibu dan keluarga sudah mengerti tentang tanda bahaya kehamilan pada Trimester III.
f.       Ibu dan keluarga sudah mengerti tentang persiapan mengahadapi persalinan.
g.      Ibu dan keluarga sudah mengerti tentang tanda-tanda persalinan
h.      Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati Y.2010 Asuhan Kehamilan Ed.2.Yogyakarta:Fitrimaya

Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.


1998

Manuaba.2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga Berencana untuk


Pendidikan Bidan edisi 2. Jakarta:EGC
Mochtar Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC, 1998

Varney,Hellen dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4.vol I. Jakarta: EGC


Diposting oleh rosi lawarni di 22.48 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: AsKeb

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
 ►  2017 (2)
 ▼  2016 (5)
o ►  November (3)
o ►  Oktober (1)
o ▼  Juni (1)
 Kelainan Letak Pada Janin (Letak sungsang & Lintan...
Mengen
ai Saya
rosi lawarni
Lihat profil
lengkapku
Tema Tanda Air. Gambar tema oleh linearcurves. Diberdayakan oleh Blogger.
blogAnggraeniMars
iana
Saturday, 22 June 2013

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN


KELAINAN LETAK JANIN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus
tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di fundus. Denyut
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya
sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Sedangkan prolaps tali pusat dari beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus
tali pusat diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu
kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa.
Kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan inilah yang
menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat
mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).

1.2.Tujuan
Tujuannya dibuat Makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.      Mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang macam-macam kelainan pada kehamilan.
2.      Sebagai modal awal untuk terjun langsung dalam dunia masyarakat serta dapat
mengaplikasikannnya dalam dunia keperawatan atau kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TOERI
2.1.ASKEP GANGGUAN KEHAMILAN KELAINAN LETAK JANIN

A.    DEFINISI
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri
(manuaba, 2001 : 237).

Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam rahim,
kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 : 350).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungkai janin berpresentasi ke
dalam  pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2006 : 606).

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang adalah suatu
keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala berada di fundus uteri.

B.     KLASIFIKASI
Menurut Mochtar (1998) klasifikasi letak sungsang adalah :
a.    Letak bokong (Frank Breech) merupakan letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
b.    Letak sungsang sempurna (Complete Breech) merupakan letak bokong dimana kedua kaki
ada di samping bokong atau letak kaki bokong sempurna.
c.       Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) adalah letak sungsang dimana selain
bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri atas :
1.      Kedua kaki = letak kaki sempurna. Satu kaki = letak kaki tidak sempurna
2.       Kedua lutut = letak lutut sempurna. Satu lutut = letak lutut tidak sempurna

C.    ETIOLOGI
Menurut Wiknjosastro (2006) faktor-faktor yang menyebabkan letak sungsang antara lain
:
1.      Multipritas.
2.      Hamil kembar.
3.      Hidramnion.
4.      Hidrisefalus.
5.      Plasenta previa.
6.      Kelainan uterus.
7.      Panggul sempit.

D.    DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian
bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan kepala teraba di
fundus. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).
E.     TANDA DAN GEJALA
1.      Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa
benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2.      Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3.      Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang
berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
4.      Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

F.     PENANGANAN
a.       Penanganan selama kehamilan.
Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum permulaan
persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah mengangkat sungsang
keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke dalam pelvis, dengan demikian
presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut janin
harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung
janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala
didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan
ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan
apabila air ketuban hanya sedikit. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul
sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro, 2006 :
615).
Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm, ketuban
masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik versi luar yaitu
1.      Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi trendelenburg.
2.      Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong.
3.      Putar kearah muka atau perut janin.
4.      Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
5.      Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.
         Penanganan selama persalinan.
1.      Kelahiran Pervaginam.
Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada pelvis ibu,
jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256).
Menurut Mochtar (1998) terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat
lahir secara spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang
harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu :
1.      Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila
tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller,
karena hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm.
2.      Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan
tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk
mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
3.      Seksio sesarea.

Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan seksio sesarea
karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan janin, dimana kepala jauh
lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup bulan, kelahiran harus dicapai dengan
seksio sesarea.

         LETAK LINTANG
Letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu
secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat (Mochtar, 1998 : 366).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain (Wiknjosastro, 2006 :
622).
Letak lintang adalah bila sumbu janin melintang dan biasanya bahu merupakan bagian
terendah janin (Buku Acuan Nasional). Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa letak lintang adalah keadaan dimana posisi janin melintang.
a.      ETIOLOGI
Sebab terpenting dari letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar, janin sering
dijumpai dalam letak lintang. Keadaan ini yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan plasenta previa.
Demikian pula kelainan bentuk rahim seperti uterus arkutus atau uterus subseptus (Wiknjosastro,
2006 : 624).
b.      DIAGNOSIS
a.       Inspeksi : Perut membuncit ke samping
b.      Palpasi
1.      Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
2.      Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu
atas panggul
3.      Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
4.      Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
5.      Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
a.       teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan
tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
b.      Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri,
ketiak menutup ke kiri.
c.       Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
d.      Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada
letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
Menurut Wiknjosastro (2006) adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya
dengan inspeksi. Uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan
umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di
atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahuturun ke dalam panggul. Denyut jantung janin
ditemukan di sekitar umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba
tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman. Terababahu
dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup
ke kiri. Letak punggung ditentukan dengan adanya scapula, letak dada dengan klavikula.
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum pada
letak lintang biasanya ketuban cepat pecah (mochtar, 1998 : 368).
c.       MEKANISME LETAK LINTANG
Menurut Mochtar (1998) anak normal dan cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan
dalam letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil atau premature, sudah mati dan
menjadi lembek atau panggul luas. Pada cara Denman bahu tertahan pada simpisis dan dengan
fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di
rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong
dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh lahirnya kepala. Dua
cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi
lateral yang maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).
d. PENANGANAN LETAK LINTANG
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus
dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam pnggul, atau plasenta
previa, sebab dapat membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan
memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset,
dan dilakukan pemeriksaan antenatalulangan untuk menilai letak janin.
Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan
seksio sesarea. Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung pada beberapa
faktor. Apabila riwayat obstetric wanita yang bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan
panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks
lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstrasi. Selama menunggu ketuban harus diusahakan
supayua utuh dan melarang untuk meneran dan bangun.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolaps funikuli,
harus dilakukan seksio sesarea. Dan apabila ketuban pecah, tetapi tidak terjadi prolaps funikuli,
maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian
dilakukan versi ekstrasi atau dengan seksio sesarea. Pada letak lintang ksep atau persalinan lama,
versi ekstrasi akan mengakibatkan rupture uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya
dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin mati dilahirkan secara pervaginam
dengan dekapitasi (Wiknjosastro, 2006 : 627).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
KELAINAN LETAK
A.    Pengkajian
1.      Aktifitas / Istirahat : Melaporkan keletihan, kurang energy, Letargi, penurunan penampilan
2.      Sirkulasi : Tekanan darah dapat meningkat
3.      Eliminasi : Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
4.      Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5.      Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi
(disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata- rata adalah
8 ½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam)
6.      Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya untukmengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala
Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi
bokong)
Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada
multipara
7.      Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin distensi berlebihan karena
hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparit
8.      Pemeriksaan Diagnosis
a.       Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
b.      Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi dan
formasi.

B.     DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.      Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2.      Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin
3.      Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4.      Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi

C.    INTERVENSI
Dx1 : Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi
(gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri.
Kriteria Evaluasi :
1.      Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan
meningkatkan kanyamanan
2.      Tampak rileks diantara kontraksi
3.      Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI RASIONAL
         Buat upaya yangmemungkinkan          Jawaban pertanyaan dapat
klien/pelatih untuk merasa nyaman menghilangkan rasa takut dan
mengajukan peningkatan pemahaman
pertanyaanBerikan instruksi dalam          Mendorong relaksasi dan memberikan
tehnik pernafasan klien cara mengatasi dan mengontrol
sederhana tingkat ketidaknyamanan.
         Anjurkan klien menggunakan tehnik          Relaksasi dapat membantu
relaksasi.Berikan menurunkan tegangan dan rasa
instruksi bila perlu takut,yang memperberat nyeri dan
         Berikan tindakan kenyamanan (mis. menghambat kemajuan persalinan
Masage,gosokan          Meningkatkan relaksasi,menurunkan
punggung, sandaran bantal, tegangan dan ansietas dan
pemberian kompres sejuk, pemberian es meningkatkan koping dan kontrol klien
batu)          Mencegah dan membatasi keletihan
         Anjurkan dan bantu klien otot, meningkatkan sirkulasi
dalamperubahan posisi dan         Menghilangkan nyeri, meningkatkan
penyelarasan EFM relaksasi dan koping dengan
         Kolaborasi : Berikan obat analgetik kontraksi,memungkinkan klien tetap
saat dilatasi dan kontaksi terjadi focus
Dx2 : Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi
mekanis pada penurunan janin
Kriteria Evaluasi :
1)      Tidak terdapat cedera pada ibu
INTERVENSI RASIONAL
         Tinjau ulang riwayat persalinan,          Membantu dalam
awitan, dan durasi mengidentifikasi kemungkinan
         Evaluasi tingkat keletihan yang penyebab, kebutuhan
         pemeriksaan diagnostik, dan intervensi
menyertai,serta aktifitas dan istirahat
sebelum awitan persalinan yang tepat
         Kaji pola kontraksi uterus secara          Kelelahan ibu yang berlebihan
manual atau secara elektronik menimbulkan disfungsi
         Catat penonjolan , posisi janin dan sekunder atau mungkin akibat dari
presentasi janin persalinan lama
         Tempat klien pada posisi rekumben          Disfungsi kontraksi
lateral dan anjurkan tirah baring dan memperlama
ambulasi sesuai toleransi persalinan,meningkatkan risiko
         Gunakan rangsang putting untuk komplikasi maternal / janin
menghasilkan oksitosin endogen. Indikator kemajuan persalinan ini dapat
         Kolaborasi : Bantu untuk persiapan mengidentifikasi timbulnya penyebab
seksio sesaria sesuai indikasi,untuk persalinan lama
malposisi Relaksasi dan peningkatan perfusi
uterus dapat memperbaiki pola
hipertonik.Ambulasi dapat membantu
kekuatan grafitasi dalam merangsang
pola persalinan normal dan dilatasi
serviks
Oksitosin perlu untukmenambah atau
memulai aktifitas miometrik untuk pola
uterus hipotonik
Melahirkan sesaria diindikasikan
malposisi yang tidak mungkin
dilahirkan secara vagina

Dx3 : Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi


janin
Kriteria Evaluasi :
1.      Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada
deselerasi lambat
INTERVENSI RASIONAL
         Kaji DDJ secara manual atau          Mendeteksi respon abnormal ,seperti
elektronik,perhatikan variabilitas yang berlebih – lebihan,
variabilitas,perubahan periodik dan bradikardi & takikardi, yang mungkin
frekuensi dasar. disebabkan oleh stres, hipoksia,
         Perhatikan tekanan uterus asidosis, atau sepsis
selamaistirahat dan fase kontraksi          Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg
melalui kateter tekanan intrauterus bila menurunkan atau mengganggu
tersedia oksigenasi dalam ruang intravilos
         Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi          Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit
kontraksi uterus.beritahu dokter bila atau kurang tidakmemungkinkan
frekuensi 2 menit atau kurang oksigenasi adekuat dalam ruang
         Siapkan untuk metode melahirkanyang intravilos
paling layak, bilabayi dalam presentasi         Presentasi ini meningkatkan risiko ,
bokong karena diameter lebih besar dari jalan
         Atur pemindahan pada lingkungan masuk ke pelvis dan sering memerlukan
perawatan akut bila malposisi dideteksi kelahiran secara seksio sesaria
klien dengan PKA          (Rasional : Risiko cedera atau
kematian janin meningkat dengan
malahirkan pervagina bila presentasi
selain vertex

Dx4 : Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi


Kriteria Evaluasi :
1.Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
2.Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efektif     
INTERVENSI RASIONAL
         Tentukan kemajuan persalinan , kaji          Persalinan yang lama yang berakibat
derajat nyeri dalam hubungannya keletihan dapat menurunkan
dengan dilatasi / penonjolan kemampuan klien untuk mengatasi atau
         Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri mengatur kontraksi
/ketidaknyamanan          Ketidaknyamanan dan nyeri dapat
         Tentukan tingkat ansietas klien dan disalahartikan pada kurangnya
pelatih perhatikan adanya frustasi kemajuan yang tidak dikenali sebagai
         Berikan informasi faktual tentang apa masalah disfungsional
yang terjadi          Ansietas yang berlebihan
         Berikan tindakan kenyamanan dan meningkatkan aktifitas adrenal
pengubahan posisi klien.Anjurkan /pelepasan katekolamin,menyebabkan
penggunaan tehnik relaksasi dan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan
pernafasan yang dipelajari epinefrin menghambat aktifitas
miometrik
         Dapat membantu reduksi ansietas dan
meningkatkan koping
         Menurunkan ansietas, meningkatkan
kenyamanan , dan membantu klien
mengatasi situasi secara positif

2.2.ASKEP GANGGUAN PROLAPS TALI PUSAT

A.    DEFINISI
Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau melewati  bagian terendah
janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali
pusat dapat berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin

B.     ETIOLOGI
Faktor predisposisi prolaps tali pusat terjadi akibat gangguan adaptasi bagian bawah janin
terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah  janin tersebut.
Sering ditemukan pada kasus-kasus :
a.       Presentasi bokong kaki
b.       Posisi melintanG
c.       Letak sungsang
d.      Kehamilan premature
e.       Hidramnion
f.       Janin kembar
g.      Janin terlalu kecil   

D.    PATOFISIOLOGI/WOC
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya adalah
kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu kecil, kelainan presentasi dan
plasenta previa.
Kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan
inilah yang menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat
mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).
Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga terjadi ukuran janin
yang kecil karena usia gestasi yang masih muda sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang
kecil. Pada plasenta previa, plasenta akan mendekati atau menutup jalan lahir. Semua keadaan
tersebut akan menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu,sehingga PAP tidak
tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan  tali pusat bergeser atau turun
dari tempatnya sehingga terjadilah prolapsus tali pusat.
Prolapsus tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian terendah janin
dan jalan lahir sehingga sirkulasi janin akan terganggu dan ini mengakibatkan terjadi hipoksia
fetal dan bila berlanjut dapat mengakibatkan  fetal distress yang ditandai dengan melemahnya
DJJ. Bila eadaan ini terus berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada janin. Tapi
bila dapat ditangani maka janin tetap hidup, ini ditandai dengan adanya teraba denyutan pada tali
pusat.

E.     MANIFESTSI KLINIS
Prolaps dapat lengkap, dimana  tali pusat terlihat saat pembukaan vagina. Dapat pula
tidak dapat terlihat tetapi dapat dipalpasi saat pemeriksaan vagina yang berdenyut seirama
dengan jantung janin. Prolaps dapat dicurigai dari perubahan denyut janin, seperti bradikardi
Adanya tali pusat menumbung atau tali pusat terdepan pada umumnya baru dapat
diketahui dengan pemeriksaan dalam setelah pembukaan ostium uteri. Pada tali pusat terdepan,
dapat diraba bagian yang berdenyut di belakang selaput ketuban, sedangkan prolapsus tali pusat
dapat diraba dengan dua jari . Tali pusat yang berdenyut menandakan bahwa janin masih hidup.
Karena diagnosis pada umumnya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan dalam maka
pemeriksaan dalam mutlak harus dilakukan pada saat ketuban pecah. Bila bagian terendah janin
belum masuk ke dalam rongga panggul. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan apabila terjadi
keterlambatan denyut jantung janin tanpa adanya sebab yang jelas
F.     KOMPLIKASI
Pada presentasi kepala, prolapsus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat
tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan
oksigensi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak
seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar. Myles
melaporkan hasil penelitiannya dalam perpustakaan dunia, bahwa angka kejadian berkisar antara
9,3-0,6% persalinan.
Sedangkan pada ibu karena terjadi  prolapsus maka dilakukan seksio atau persalinan
normal yang dapat menimbulkan terjadinya trauma jaringan dan leserasi pada vagina servik
G.    MANAJEMEN TERAPEUTIK
Panduan praktis untuk menangani prolapsus tali pusat :
         Tali pusat Berdenyut
Jika tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup.
1.      Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal.
2.      Posisi ibu trendelenburg.
3.      Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
4.      Jika ibu pada persalinan kala I :
a.       Dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan
b.      tangan dalam vagina dan bagian terndah janin segera didorong keatas sehingga tahapan tali pusat
dapat dikurangi.
c.       Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas ronggal pangul, keluarkan tangan
dari vagina letakan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukab seksio sesarea.
d.      Jika tersedia berikan salbutamol 0,5 mg IV, secara perlahan untuk mengurangi kontaraksi rahim.
e.       Segera lakukan sesio sesarea.
5.      Jika ibu pada persalinan kala II :
a.    Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ektrasi vakum atau ektraksi cunam /
forceps
b.    Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ektradisi bokong atau
Kaki gunakan forsep piper atau panjang untuk melahirkan kepala
yang  menyusul.
c.     Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea
d.    Siapkan segera resuitasi neonates
         Tali pusat tak berdenyut
Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memeriksa konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan
pervaginam.
ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPS TALI PUSAT
A.    PENGKAJIAN
Ketika kondisi menunjukan adanya prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina yang sering
dan perhatian yang ketat  terhadap perubahan denyut jantung janin dapat merupakan pengkajian
awal. Pemeriksaan rutin yang penting dilakukan setelah ruptur pada membran adalah mendengar
dan melaporkan denyut jantung janin sendiri mungkin setelah ruptur uteri dan diulangi dalam 10-
15 menit untuk mendeteksi melemah atau tidak teraturnya irama jantung ketika terjadi prolaps
tali pusat
1.      Aktifitas atau Istrihat
Melaporkan keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan
2.      Sirkulasi
Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena kurangnya sirkulasi
dari ibu ketali pusat.
3.      Eliminasi
Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada
4.      Integritas ego
Kontaksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
5.      keamanan
a.    Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat
b.    Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit,
c.    letak  lintang, letak  sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin yang terlalu kecil
6.      seksualitas
a.     Dapat  primigravida atau multipara
b.     Uterus  dapat distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple,
Janin yang besar atau grand multpara
7.      Pemeriksaan diagnostic
a.    Tes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi Multipara
b.    Pemeriksaan vagina  menunjukkan perubahan posisi tali pusat
c.     Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut  jantung janin atau
        monotoring DJJ
d.    Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi
janin, posisi dan formasi
8.      Prioritas keperawatan
a.     Mengidentifikasi dan mengatasi letak  tali pusat abnormal
b.    Lakukan reposisi tali pusat atau sectio caseria jika diperlukan
c.    Memantau perubahan denyut janin dan respon fisik maternal atau janin
        terhadap kontraksi dan lamanya persalinan
d.    Memberikan dukungan emosional dan mencegah komplikasi
B.     DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1.    Kerusakan pertukaran gas b.d aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolapsi)
2.    Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, ancaman yang dirasakan pada klien
3.    atau janin, penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan
4.    Resiko cidera terhadap janin b.d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu
5.    Koping individu tidak efektif b.d komplikasi persalinan
6.    Resiko infeksi b.d prosedur invasive

C.    INTERVENSI KEPERAWATAN
 Diagnosa I : Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali
pusat (prolaps)
 Kemungkinan dibuktikan dengan       : Perubahan DJJ (DJJ melemah),
 ditemukannya tali pusat alam posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
 Tujuan yang diharapkan          : Menunjukkan DJJ dalam batas normal,
 menaifestasikan variabilitis pada strip pemantau, bebas dari deselerasi            
 lambat dan menunjukkan perilaku yang meningkatkan keamanan janin
IIINTERVENSIduksi persalinan Rasional
Menentukan kelainan
         Perhatikan maturitas janin          Usia gestasi janin harus 36 minggu
berdasarkan riwayat klien, dan atau lebih untuk dilakukan
pengukuran uterus          pada letak jantung apakah
         Lakukan meniver presentasi verteks, presentasi
Leapold dan bokong dll
pemeriksaan          Membantu
vagina,steril, mendapatkan strip
perhatikan presentasi dan posisi pemantauan janin eksternal adekuat
janin. untuk mengevaluasi pola kontraksi
         Posisikan klientelentang dan irama jantung janin
dengan bagian kepala ibu lebih          Penurunan volume sirkulasi atau
rendah dari vasospasme dalam plasenta
panggul ibu yang ditopang menurunkan
dengan bantal ketersediaan oksigen untuk ambilan
         Perhatikan adanya pada pada janin
ibu faktor-faktor yang secara          Menentukan kesejahteraan janin
negatif mempengaruhi sirkulasi dan memberikan
plasenta dan oksigenasi janin pengkajian dasar DJJ dan aktivitas
         Gunakan EFM uterus
(electronic fatal Distress janin dapat terjadi karena
monitoring) 15-20 mnt sebelum hipoksia mungkin
prosedur dimanifestasikan dengan
induksi penurunan viabilitas,
         Lanjutkan pemantauan deselerasi lambat, dan
DJJ,Perhatikan perubahan takikardia yang diikuti
denyut perdenyut dengan bradikardai
deselrasi selama dan          Kompres tali pusat diantara jalan
setelah kontraksi lahir dan bagian
         Perhatikan adanya presentasi dapat dihilangkan dengan
variabel deselarasi, perubahan posisi
perubahan posisi klien dari sisi Distress janin pada
ke sisi presentasi vertex
Perhatikan warna dan dimanifestasikan dengan
jumlah cairan amnion kandungan mekonium yang
bila pecah ketuban merupakan akibat dari
pecah respon vagal pada hipoksia
         Kaji reaksi DJJ          Pengkajian yang tepat perlu
terhadap
kontruksi, perhatikan dilakukan untuk mencegah
bradikardi atau terjadinya hipoksia. Rentang normal
deselerasi lambat DJJ adalah 120-160 dpm
         Auskultasi          Prolaps terlihat atau samar dari tali
jantung
janin bila pecah ketuban pusat pada tidak adanya
dilatasi  servik penuh dapat
         Pantau respon jantung
memerlukan kelahiran sesaria
janin untuk obat pra          Narkotik biasanya
operasi atau anastesi menurunkan variabilitas DJJ dan
regional memerlukan pemberian naloksoa
(narcan) setelah
melahirkan untuk
memperbaiki depresi
pernafasan narkotik.
Hipotensi maternal pada
respon terhadap Anastasia
secara umum menyebabkan
bradikardi janin sementara,
menurunkan variabilitas dan tidur

Diagnosa 2        :Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, anacaman yang dirasakan pada klien/janin, penyimpangan yang
tidak diantisipasi dari harapan
Tujuan              : Ansietas pada klien dapat teratasi
Kriteria Hasil    : Perubahan DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali pusat alam
                         posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
Tujuan yang diharapkan : Klien dapat menggunakan system pendukung secara efektif
Melaporkan ansietas berkurang dan atau teratasi Klien tampak rileks Menyelesaikan persalinan denagn
sukses
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI          Adanya gangguan kemajuan normal
         Kaji status psikologis dan dari persalinan dapat memperberat
emosional perasaan ansietas  dan kegagalan.
         Anjurkan pengungkapan Perasaan ini
perasaan dapat mengganggu kerja sama klien
         Gunakan terminologis positif ; dan menghalangi proses induksi
hindari          Klien mungkin takut atau tidak
penggunaan istilah yang memahami dengan jelas
menandakan abnormalitas kebutuhan terhadap induksi
prosesdur atau proses persalinan. Rasa gagal karena
Dengarkan keterangan tidak mampu melahirkan secara
klien yang dapat alamiah dapat terjadi
menandakan kehilangan harga Membantu klien pasangan
diri menerima situasi tanpa
Berikan kesempatan pada klien menuduh diri sendiri
untuk member Klien dapat  meyakinkan
masukan pada proses bahwa adanya intervensi untuk
pengambilan keputusan membantu proses persalinan
Anjurkan penggunaan atau adalah refleksi negatif pada
kontinuitas teknik kemampuan dirinya sendiri
pernafasan dan latihan Meningkatkan rasa kontrol klien
relaksasi meskipun kebanyakan
dari apa yang telah terjadi diluar
kontrolnya
Menurunkan ansietas,
memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Posisi abnormal letak janin pada kandungan dan prolaps tali pusar merupakan merupakan hal
yang berbeda akan tetapi keduanya merupakan kelainan pada proses kehamilan sampai pada
proses persalinan, letak yang tidak sesuai dengan anatomi janin yang hendak lahir
memmungkinkan ketidk normalan proses persalinan, sedangkan prolaps tali pusar dapat
menancam keselamatan janin dikarenakan sebagaimana yang kita tahu bahwasanya
nutrisi,oksigenisasi janin berasal dari ibu melalui plasenta dan tali pusar. Dengan penangan yang
tepat dan cepat pada kelainan kehamilan tersebut maka akan memperkecil resiko ancaman
keselamatan bagi ibu dan bayi.
Posted by Unknown at 16:09 
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:
Post a Comment
Newer PostOlder PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Blog Archive
 ▼  2013 (11)
o ▼  June (11)
 ASUHAN KEPERAWATAN RUPTUR UTERI
 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN LETAK JANIN
 <!--[if gte mso 9]> <![endif]--><!--[if gte m...
 ASKEP GERONTIK
 FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN LANSIA
 ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRITIS
 ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN LETAK JANIN
 makalah gangguan kehamilan solusio placenta dan ga...
 ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRITIS
 ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA
 english
About Me
Unknown
View my complete profile
Watermark theme. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai