Oleh :
i
PENERAPAN TERAPI PIJAT OKSITOSIN TERHADAP
PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI RUANG
MELATI RS PMC
Oleh :
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan bahwa dalam Karya Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber, baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar
1
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
Penguji I Penguji II
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pekanbaru Medical Center .
Program Profesi Ners
Kian Juli 2023
Penerapan Terapi Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Post
Partum di Ruang Melati Rs Pmc
Xii + halaman, 8 tabel, 1 lampiran
ABSTRAK/INTISARI
Asi adalah makanan pertama yang alami untuk bayi. Asi menyediakan
semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-bulan pertama
kehidupan. Penurunan produksi dan pengelaran Asi pada hari-hari pertama setelah
melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormone prolaktin dan
oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran Asi.
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah mengetahui penerapan terapi pijat
oksitosin terhadap meningkatkan kelancaran Asi pada ibu postpartum diruang
Melati Rs Pmc. Penelitian studi kasus ini mengambil kasus pada ibu post partum
di ruang melati Rs Pmc. Peneliti mengambil sejumlah 15 pasien sebagai
responden dengan kriteria inklusi yaitu pasien post partum non abortus tanpa
komplikasi post partum, dan mengalami kesulitan menyusui karena
ketidakadekuatan suplai Asi. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu pasien post partum
yang direncanakan pulang 1 hari post partum. Berdasarkan hasil wawancara,
didapatkan seluruh responden berusia antara 20 hingga 30 tahun. Sebagian
responden merupakan ibu multipara sedangkan sebagian lainnya primipara. Dari
hasil pengkajian terhadap responden, didapati kelima belas responden mengalami
kesulitan untuk menyusui. Hasil pemberian pijat oksitosin pada kedua responden
yaitu waktu pengeluaran ASI lebih cepat dan pengeluaran ASI meningkat
terutama pada hari kedua implementasi, serta membuat klien rileks. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin merupakan teknik non
farmakologis yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
menyusui akibat ketidaklancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum.
Kata Kunci : Asi, Terapi Pijat Oksitosin, Post partum
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan BimbinganNya saya dapat menyelesaikan Skripsi/karya tulis
ilmiah dengan judul “Penerapan Terapi Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi
Pada Ibu Post Partum di Ruang Melati RS PMC”. Penulisan skripsi/karya tulis
ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ners pada Program Studi Ners STIKES Pekanbaru Medical Center.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya. Oleh karena
itu, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan
hati yang tulus kepada :
1. Prof. dr. H.K. Suheimi, SpOG, K. (Fer), selaku Ketua STIKes Pekanbaru
Medical Center
2. dr. Ihsan Suheimi, SpOG, selaku Ketua STIKes Pekanbaru Medical Center
3. Ns. Dwi Elka Fitri, S.Kep,M.KM, selaku Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiran beliau dalam memberikan bimbingan,
petunjuk dan saran kepada Peneliti sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan.
4. Ibu Isna Ovari, S.Kp, M.Kep selaku penguji I dan Ibu Ns.Hidayati, S.kep
Medical Center beserta seluruh Staf Dosen dan Tata Usaha Program Studi
6. Kepada Kepala Rumah Sakit beserta seluruh Staf Rumah Sakit Pekanbaru
Medical Center.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, papa Muslim dan mama Yatri
Lusida yang selalu memberikan dukungan, dan doa yang tulus serta
5
memberi semangat dan pengorbanan baik secara moral maupun materil
kepada peneliti.
8. Terimakasih kepada kaka saya Rindu Rahmatul Fitri dan adik saya Restu
Alya’a Putri serta saudara sepupu saya yang telah banyak membantu dan
Center yang selama ini telah membantu dan memberikan semangat dalam
Peneliti
6
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
NIM : 2203027
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak ini, STIKes
Pekanbaru Medical Center berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan pemilik hak cipta.
Yang menyatakan
7
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................9
A. Latar Belakang.....................................................................................9
B. Rumusan Masalah..............................................................................12
C. Tujuan................................................................................................13
D. Manfaat Penelitian.............................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................15
A. Konsep Postpartum............................................................................15
B. Konsep Pijat Oksitosin.......................................................................32
C. Asuhan Keperawatan Postpartum......................................................38
BAB III PROSES PRAKTIK NERS............................................................47
A. Gambaran Kasus Kelolaan.................................................................47
B. Evidence Based Nursing....................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................64
A. Analisis dan Diskusi Hasil.................................................................64
B. Keterbatasan Peneliti.........................................................................67
BAB V PENUTUP.......................................................................................68
A. Kesimpulan........................................................................................68
B. Saran..................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................69
DOKUMENTASI.........................................................................................71
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI adalah makanan pertama yang alami untuk bayi. ASI
menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk bulan-
bulan pertama kehidupan. Menyusui adalah cara yang sangat baik dalam
bayi hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan, dan
pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun (WHO, 2018)
ASI (Air Susu Ibu) telah terbukti banyak manfaat bagi bayi,
vitamin, dan mineral yang efisien dan mudah dicerna. Selain itu, ASI juga
imun bayi yang masih imatur sehingga bayi dapat terhindar dari infeksi.
9
selama 6 bulan. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah membuat
keberhasilan IMD dan pekerjaan karena aktifitas kerja ibu yang berfokus
kepada pencapaian karir. Hak ibu untuk memberikan ASI Eksklusif dan
menyediakan fasilitas khusus untuk menyusui hak ini tertuang pada bab V
pasal 30 .
Bila bayi tidak diberi ASI Eksklusif memiliki dampak yang tidak baik
bagi bayi. Adapun dampak memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali
10
akan lebih sehat dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.
saluran kemih, saluran nafas dan telinga. Bayi juga mengalami diare,
sakit perut (kolik), alergi makanan, asma, diabetes dan penyakit saluran
enam bulan untuk bayi baru lahir. Tetapi, hal tersebut tidak selalu
tujuan pada tahun 2025 bahwa setidaknya kurang dari 50% bayi baru lahir
ASI ekslusif mencapai 54% mengacu pada target rentstra yaitu 42%,maka
cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi kurang dari 6 bulan sudah
bayi di Indonesia sebesar 80%, Tetapi tidak semua ibu post partum
bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila
11
oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli
rileks dan bugar setelah melahirkan. Rasa nyaman, san tai dan bugar yang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
PMC”.
12
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
khususnya tentang
13
4. Bagi Peneliti Lain
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Postpartum
a. Defenisi Postpartum
Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai
hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau
hamil (Bobak, 2010). Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai
bahasa latin. Peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi
15
dapat disimpulkan peurperium atau masa nifas merupakan masa
setelah melahirkan. Masa nifas juga dapat diartikan sebagai masa Post
Partum normal atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
2015).
16
c. Fisiologis
a) Proses Involusi
beretraksi.
b) Uterus
17
ukurannya berkurang oleh involusi. Keadaan ini disebabkan
c) Tempat Plasenta
d) Lochea
18
(1) Lokia rubra adalah rabas berwarna merah terang ini
(2) Lokia serosa yaitu rabas cair berwarna merah muda terhadi
dan terjadi atas darah yang sudah lama, serum, lekosit, dan
sisa jaringan.
yang lebih encer dan lebih transparan ini terjadi setelah hari
e) Serviks
19
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan
g) Payudara
20
h) Laktasi
i) Sistem Endokrim
j) Sistem Urinarius
21
pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1
biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak,
2016).
k) Sistem Cerna
bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama
2016).
l) Sistem Kardiovaskuler
22
jantung normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu
m) Sistem Neurologi
n) Sistem Muskuloskeletal
2016).
o) Sistem Integumen
23
spider angioma (nevi), eritema palmar dan epulis berkurang
(Sulistyawati, 2015).
a) Fase taking in
c) Fase letting go
24
d. Anatomi Fisiologis
terletak di dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan
1) Struktur Eksterna
25
b) Labia Mayora
dan suhu tinggi, hal ini di akibatkan adanya jaringan saraf yang
terbuka.
c) Labia Minora
26
d) Klitoris
e) Vestibulum
orifisium vagina.
f) Fourchette
g) Perineum
27
2) Struktur Internal
a) Vagina
b) Uterus
28
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi,
c) Tuba Falopii
d) Ovarium
memproduksi hormon.
29
e. Patofisiologi
pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit.
30
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan perlu setelah
f. Komplikasi
2) Infeksi
31
g. Penatalaksanaan
h. Pathway
32
tulang vertebre sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat
Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah melepaskan
hormon oksitosin.
laktiferus dan disana ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap
33
puting susu, ASI yang tersimpan di sinus laktiferus akan tertekan
pasca salin normal di dusun Sono, didapatkan hasil rata-rata ASI pada
34
d. Indikasi Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat
ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak
pakian bagian atas dan bra, pasang handuk di pangkuan ibu, kemudian
posisi ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa sandaran untuk mem
35
menggunakan minyak atau baby oil Selanjutnya penolong atau pemijat
ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher kearah
1) Sapa klien.
- Minyak Zaitun
- Handuk
- Air mengalir
privasi ibu.
36
8) Bantu ibu duduk dengan posisi bersandar kedepan dan melipat
belakang.
telunjuk jari, untuk ibu yang gemuk bisa dengan cara posisi
tangan di
37
C. Asuhan Keperawatan Postpartum
a. Pengkajian
data subjektif dan objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh
langsung dari pasien maupun keluarga. Data objektif adalah data yang
interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Status
38
b) Identitas penanggung jawab meliputi : nama, usia pekerjaan,
2) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan saat masuk rumah
b) Riwayat Kehamilan
hamil.
c) Riwayat Melahirkan
d) Data bayi
3) Pengkajian Fisiologis
39
a) Tanda-tanda Vital
Frekuensi nadi lebih dari 100 kali per menit dapat menunjukan
b) Involusi Uteri
Fundus uterus setelah persalinan akan turun 1cm atau satu jari
40
umbilicus. Kemudian secara bengangsur-angsur turun ke pelvis
c) Lokia
41
banyak, lama dan bau, khususnya disertai demam menandakan
d) Eliminasi Urine
e) Perineum
edema, eritema, dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka kai
f) Eliminasi Feses
42
nyeri saat defekasi, sehingga defekasi terhambat (Reeder,
2012).
g) Ekstermitas bawah
2012).
h) Payudara
(Reeder, 2012).
4) Pengkajian Psikologis
kemampuan ibu merawat diri dan bayi bari lahir (Reeder, 2012).
43
5) Pemeriksaan Laboratorium
2012).
b. Diagnosa Keperawatan
muncul pada ibu post partum yang berhubungan dengan produksi ASI
a) Defenisi
b) Batasan karakteristik
44
menyusui dan/atau metode menyusui, kurangnya dukungan
keluarga.
a) Defenisi
bayi/anak.
b) Batasan karakteristik
terus menerus
a) Defenisi
Suatu pola pemberian susu pada bayi atau ana langsung dari
b) Batasan karakteristik
45
Ibu menyatakan keinginan untuk memiliki kemampuan untuk
ekslusif.
46
BAB III
PROSES PRAKTIK NERS
47
n6 th 03/07/2023
b. Keluhan Utama
Klien 1: Klien 1 mengatakan masih merasa ngilu pada area luka operasi
SC, tetapi masih bisa berjalan ke kamar mandi dan beraktivitas. Sejak hari
pertama melahirkan klien juga mengatakan nyeri pada payudaranya dan
ketika menyusui bayinya, ASI hanya keluar sedikit sehingga bayi diberi
susu formula.
Klien 2: Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi SC, dan
bertambah nyerinya jika bergerak. Pada hari kedua, klien mengatakan air
susunya tidak memancar dan keluar sangat sedikit sehingga payudaranya
48
bengkak. Klien juga mengatakan anaknya tidak tidak menyusui dengan
maksimal, dan tidak mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar.
Klien 3: Klien mengatakan nyeri pada area luka SC. Pada hari kedua, klien
mengatakan air susunya tidak memancar dan keluar sangat sedikit
sehingga payudaranya bengkak. Klien juga mengatakan anaknya tidak
tidak menyusui dengan maksimal, dan tidak mengetahui bagaimana cara
menyusui yang benar. ASI hanya keluar sedikit sehingga diberi susu
formula.
Klien 4: Pada hari kedua, klien emngatakan nyeri pada luka SC berkurang.
Klien mengatakan air susunya tidak memancar dan keluar sangat sedikit
sehingga payudaranya bengkak. Klien juga mengatakan anaknya tidak
tidak menyusui dengan maksimal, dan tidak mengetahui bagaimana cara
menyusui yang benar.
Klien 5: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi mulai terasa. Sejak hari
pertama melahirkan klien juga mengatakan nyeri pada payudaranya dan
ketika memberi IMD pada bayinya, ASI hanya keluar sedikit sehingga saat
ini bayi diberi susu formula.
c. Data Bayi
Tabel 3.2 Biodata Bayi dari Responden Post Partum dengan
Ketidakadekuatan Suplai ASI di RS PMC Tahun 2023
Berat Kelainan
Nama Jenis APGAR Tanggal
Data Badan kongenital
Bayi Kelamin Score Pengkajian
Lahir
49
d. Pengkajian Fisiologis
a) Tanda-tanda Vital
50
b) Involusi Uteri
Klien 1: 1 cm di bawah pusat
Klien 2: 1 cm di bawah pusat
Klien 3: Sepusat
Klien 4: Sepusat
Klien 5: 1 cm di bawah pusat
c) Lokia
Klien 1: Lokia rubra (merah pekat dengan volume ± 20 cc)
Klien 2: Lokia rubra (merah pekat dengan volume ± 20 cc)
Klien 3: Lokia rubra (merah pekat dengan volume ± 20 cc)
Klien 4: Lokia rubra (merah pekat dengan volume ± 20 cc)
Klien 5: Lokia rubra (merah pekat dengan volume ± 20 cc)
d) Eliminasi Urine
Klien 1: Tidak ada distensi kandung kemih
Klien 2: Tidak ada distensi kandung kemih
Klien 3: Tidak ada distensi kandung kemih
Klien 4: Tidak ada distensi kandung kemih
Klien 5: Tidak ada distensi kandung kemih
e) Perineum
Klien 1: Tidak ada laserasi episiotomi
Klien 2: Tidak ada laserasi episiotomi
Klien 3: Tidak ada laserasi episiotomi
Klien 4: Tidak ada laserasi episiotomi
Klien 5: Tidak ada laserasi episiotomi
f) Eliminasi Feses
Klien 1: bising usus 5 x/menit, klien mengatakan belum BAB sejak
melahirkan 1 hari yang lalu, tidak ada hemorhoid.
Klien 2: bising usus 10 x/menit, klien mengatakan belum BAB sejak
melahirkan 1 hari yang lalu, tidak ada hemorhoid.
Klien 3: bising usus 10 x/menit, klien mengatakan belum BAB sejak
melahirkan 1 hari yang lalu, tidak ada hemorhoid.
51
Klien 4: bising usus 10 x/menit, klien mengatakan belum BAB sejak
melahirkan 1 hari yang lalu, tidak ada hemorhoid.
Klien 5: bising usus 10 x/menit, klien mengatakan belum BAB sejak
melahirkan 1 hari yang lalu, tidak ada hemorhoid.
g) Ekstermitas bawah
Klien 1: edema (-), nyeri (-), kemerahan (-), varises (-)
Klien 2: edema (-), nyeri (-), kemerahan (-), varises (-)
Klien 2: edema (-), nyeri (-), kemerahan (-), varises (-)
Klien 2: edema (-), nyeri (-), kemerahan (-), varises (-)
Klien 2: edema (-), nyeri (-), kemerahan (-), varises (-)
h) Payudara
Klien 1: bentuk simetris, areola berwarna kecoklatan, tidak ada benjolan,
putting keluar, klien mengatakan nyeri saat anaknya menyusu, terdapat
nyeri tekan, payudara teraba keras, ASI tidak memancar saat dipijat.
Klien 2: bentuk simetris, areola berwarna kecoklatan, tidak ada benjolan,
putting keluar, klien mengatakan nyeri saat anaknya menyusu, terdapat
nyeri tekan, payudara teraba keras, ASI tidak memancar saat dipijat.
Klien 3: bentuk simetris, areola berwarna kecoklatan, tidak ada benjolan,
putting keluar, klien mengatakan nyeri saat anaknya menyusu, terdapat
nyeri tekan, payudara teraba keras, ASI tidak memancar saat dipijat.
Klien 4: bentuk simetris, areola berwarna kecoklatan, tidak ada benjolan,
putting keluar, klien mengatakan nyeri saat anaknya menyusu, terdapat
nyeri tekan, payudara teraba keras, ASI tidak memancar saat dipijat.
Klien 5: bentuk simetris, areola berwarna kecoklatan, tidak ada benjolan,
putting keluar, klien mengatakan nyeri saat anaknya menyusu, terdapat
nyeri tekan, payudara teraba keras, ASI tidak memancar saat dipijat.
52
e. Pengkajian Pola Kebutuhan Dasar
Tabel 3.3 Pengkajian Pola Lebutuhan Dasar Pasien Post Partum dengan
Menyusui Tidak Efektif di RS PMC Tahun 2023
Nutrisi
&
Cairan Nasi Nasi Nasi Nasi
Nasi TKTP
Jenis 3x sehari. TKTP 3x TKTP TKTP 3x TKTP
sehari. 3x sehari. 3x
Teratur, 3x sehari. Teratur, sehari.
sehari. Teratur, Teratur, 3x sehari. Teratur,
Frekuensi Minum 2L 3x sehari. 3x Minum 3x
sehari Minum sehari. 2L sehari sehari.
2L sehari Minum Minum
2L 2L
sehari sehari
Eliminas
i BAK
Istirahat
dan
Tidur 3-5 jam/hari 3-6 3-5 3-6 3-5
jam,/hari jam/hari jam,/har jam/hari
Frekuensi i
Sulit untuk
tidur karena Sulit Sulit Sulit
Keluhan
bayinya untuk untuk Sulit untuk untuk
menangis di tidur tidur tidur tidur
53
malam hari karena karena karena karena
terutama bayinya bayinya bayinya bayinya
saat disusui, menangis menangis menangis menangis
sehingga saat di malam saat di malam
hari disusui, hari
klien merasa disusui,
terutama sehingga terutama
kelelahan sehingga saat klien saat
klien disusui, merasa disusui,
merasa sehingga mengantuk sehingga
mengantu klien di siang klien
k di siang merasa hari merasa
hari kelelahan kelelahan
Nutrisi
&
Cairan Nasi Nasi Nasi Nasi
Nasi TKTP
Jenis 3x sehari. TKTP 3x TKTP TKTP 3x TKTP
sehari. 3x sehari. 3x
Teratur, 3x sehari. Teratur, sehari.
sehari. Teratur, Teratur, 3x sehari. Teratur,
Frekuensi Minum 2L 3x sehari. 3x Minum 3x
sehari Minum sehari. 2L sehari sehari.
2L sehari Minum Minum
2L 2L
sehari sehari
Eliminas
i BAK
54
melahirkan sejak sejak sejak sejak
melahirk melahi melahirk melahi
an rkan an rkan
Istirahat
dan
Tidur 3-5 jam/hari 3-6 3-5 3-6 3-5
jam,/hari jam/hari jam,/har jam/hari
Frekuensi i
Sulit untuk
tidur karena Sulit Sulit Sulit
Keluhan
bayinya untuk untuk Sulit untuk untuk
menangis di tidur tidur tidur tidur
karena karena karena
malam hari karena
bayinya bayinya bayinya
terutama bayinya menangis menangis
menangis
saat disusui, menangis di malam di malam
saat
sehingga saat hari disusui, hari
klien merasa disusui, terutama sehingga terutama
kelelahan sehingga saat klien saat
klien disusui, merasa disusui,
merasa sehingga mengantuk sehingga
klien di siang klien
mengantu
merasa hari merasa
k di siang kelelahan kelelahan
hari
Nutrisi
&
Cairan Nasi Nasi Nasi Nasi
Nasi TKTP
Jenis 3x sehari. TKTP 3x TKTP TKTP 3x TKTP
sehari. 3x sehari. 3x
Teratur, 3x sehari. Teratur, sehari.
sehari. Teratur, Teratur, 3x sehari. Teratur,
Frekuensi Minum 2L 3x sehari. 3x Minum 3x
sehari Minum sehari. 2L sehari sehari.
2L sehari Minum Minum
55
2L 2L
sehari sehari
Eliminas
i BAK
Istirahat
dan
Tidur 3-5 jam/hari 3-6 3-5 3-6 3-5
jam,/hari jam/hari jam,/har jam/hari
Frekuensi i
Sulit untuk
tidur karena Sulit Sulit Sulit
Keluhan
bayinya untuk untuk Sulit untuk untuk
menangis di tidur tidur tidur tidur
karena karena karena
malam hari karena
bayinya bayinya bayinya
terutama bayinya menangis menangis
menangis
saat disusui, menangis di malam di malam
saat
sehingga saat hari disusui, hari
klien merasa disusui, terutama sehingga terutama
kelelahan sehingga saat klien saat
klien disusui, merasa disusui,
merasa sehingga mengantuk sehingga
klien di siang klien
mengantu
merasa hari merasa
k di siang kelelahan kelelahan
hari
56
f. Pengkajian Psikososial
Klien 1: Klien mengatakan merasa senang setelah anaknya lahir, dan sudah
tahu bagaimana cara menyusui yang benar. Tetapi ia masih tidak tahu apa
yang harus dilakukan jika ASI keluar sedikit dan hanya bisa mengganti ASI
dengan susu formula karena bayinya terkadang menolak untuk menghisap
putting.
Klien 2: Klien mengatakan merasa senang setelah anaknya lahir, dan merasa
deg-degan saat hendak melahirkan. Klien mengatakan ia menerima
perubahan perannya sebagai ibu, hanya saja ia merasa butuh bantuan orang
tua karena ia masih belum tahu tentang bagaimana merawat anak
pertamanya. Klien mengatakan ia masih belum tahu bagaimana cara
menyusui yang baik dan benar.
Klien 3: Klien mengatakan merasa senang setelah anaknya lahir, dan merasa
deg-degan saat hendak melahirkan. Klien mengatakan ia menerima
perubahan perannya sebagai ibu.
Klien 4: Klien mengatakan merasa senang setelah anaknya lahir, dan merasa
deg-degan saat hendak melahirkan. Klien mengatakan ia menerima
perubahan perannya sebagai ibu
Klien 5: Klien mengatakan merasa senang setelah anaknya lahir, dan merasa
sedikit deg-degan saat hendak melahirkan. Klien mengatakan ia khawatir
karena baru kali ini ASI nya tidak mengalir lancer.
57
g. Analisa Data
Tabel 3.5 Analisa Data Responden Post Partum dengan Ketidakadekuatan
Suplai ASI di RS PMC Tahun 2023
− Payudara teraba
keras pada kelima
responden
− ASI tidak memancar
saat payudara dipijat
58
h. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama berdasarkan pengkajian pada kelima klien di
atas yaitu Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
refleks oksitosin ASI ditandai dengan ASI tidak memancar, ibu merasa
kelelahan, bayi menangis saat disusui, bayi menolak untuk menghisap, nyeri
tekan pada payudara (PPNI, 2018).
Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
59
j. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Pertemuan Tanggal/
ke- Implementasi Evaluasi
Jam
1 05/07/2 S:
Observasi: - Semua klien
023
1. Mengidentifikasi tujuan mengatakan lebih relaks
Pukul atau keinginan menyusui setelah dilakukan pijat
07.00 Terapeutik: oksitosin
- Satu klien mengatakan
2. Menyeediakan materi payudaranya tidak sakit
dan media Pendidikan lagi setelah
kesehatan mempraktikkan
3. Memberikan perlekatan bayi yang
kesempatan untuk benar
bertanya
O:
4. Mendukung ibu - Semua Klien melakukan
meningkatkan pijat oksitosin
kepercayaan diri dalam
menyusui Sebelum dilakukan pijat
oksitosin ASI keluar :
5. Melibatkan sistem selang 4 jam.
pendukung: suami dan
keluarga Setelah diberikan pijat
Edukasi: oksitosin ASI keluar :
6. Menjelaskan manfaat selang waktu 1 jam.
menyusui bagi ibu dan
- Semua klien dapat
bayi menjelaskan kembali
7. Mengajarkan 4 posisi manfaat menyusui bagi
menyusui dan perletakan ibu dan bayi
dengan benar - Semua klien dapat
mempraktikkan kembali
8. Mengajarkan perawatan 4 posisi menyusui
payudara (breast care) dengan benar
dengan kompres air hangat - Semua klien dapat
dan minyak kelapa menjelaskan dan
9. Mengajarkan pijat mempraktikkan kembali
perawatan payudara
oksitosin - ASI menetes sedikit
setelah pijat oksitosin
dilakukan
- Bayi dapat menyusui
sebentar tetapi masih
menangis saat menyusui
P: Lanjutkan intervensi
60
2 08/07/2 Terapeutik: S:
023 1. Memberikan - Semua klien
mengatakan lebih relaks
kesempatan untuk
Pukul setelah dilakukan pijat
bertanya oksitosin
07.30
2. Mendukung ibu - Semua klien
meningkatkan mengatakan ASI lebih
kepercayaan diri dalam banyak keluar daripada
menyusui sebelumnya dan
bayinya dapat menyusui
3. Melibatkan sistem meskipun ASI belum
pendukung: suami dan memancar deras
keluarga
Edukasi: O:
- ASI memancar saat
4. Mengajarkan pijat payudara dipijat
oksitosin pada klien dan - Waktu keluar ASI
keluarga lebih cepat daripada
sebelum dipijat
oksitosin
Sebelum diberikan
pijat oksitosin ASI
keluar selang waktu 4
jam
61
hari 1 kali. Dilakukan evaluasi waktu lamanya pengeluaran ASI sesudah
dilakukan intervensi pada setiap kali pertemuan.
1. Analisa PICOT
Aspek yang Dianalisis Keterangan pada Penelitian
Judul penelitian Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi Asi Pada Ibu Postpartum
Nama peneliti Ika Nur Saputri, Desideria Yosepha
Ginting, Ilusi Ceria Zendato
Populasi/problem Populasi adalah seluruh Ibu postpartum
di Klinik Nining Pelawati pada bulan
Juni 2019 dengan sampel 10 responden.
Intervensi Teknik Pijat Oksitosin
Comparasion/Perbandingan Tidak ada perbandingan
Outcome/hasil Ada pengaruh yang signifikan terhadap
produksi ASI sebelum dan sesudah
dilakukan pijat oksitosin pada Ibu
Postpartum di Klinik Pratama Nining
Pelawati Tahun 2019 dengan nilai p-
value = 0,008 (p ≤ 0,05).
Time/Waktu Dilaukan tahun 2019
62
4) Sebelum intervensi dimulai, penulis memberikan penjelasan terlebih
dahulu kepada klien mengenai tujuan dan manfaat dari intervensi yang
dilakukan.
5) Setelah mendapat persetujuan responden kemudian dilakukan pre-test
dengan memberikan pertanyaan langsung.
6) Setelah hasil pengukuran tingkat pengetahuan didapatkan, penulis
mengkontrak waktu ke klien untuk melakuakan intervensi pijat oksitosin.
c. Evaluasi
Respon responden terhadap terapi pijat oksitosin adalah menjadi lebih
nyaman dan rileks, serta waktu pengeluaran ASI semakin cepat.
63
BAB IV
PEMBAHASAN
64
Pijat okstosin dilakukan untuk merangsang refleks Let Down saat bayi
mengisap aerola yang akan mengirimkan stimulus ke neurohipofisis untuk
memproduksi dan melepaskan oksitosin secara intermiten. Oksitosin akan masuk
ke aliran darah ibu dan merangsang sel otot disekeliling alveoli sehingga
berkontraksi dan membuat ASI yang telah terkumpul didalamnya mengalir ke
saluran ductus (Purnamasari, 2020). Manfaat lain dari pijat oskitosin adalah untuk
mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta, mencegah terjadinya
perdarahan post partum, dapat mempercepat terjadinya infolusi uterus,
meningkatkan produksi ASI dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu menyusui
(Ismanti & Musfirowati, 2021).
Menurut (Munir et al., 2019), pemijatan adalah salah satu terapi non
farmakologis untuk mengurangi ketidaknyamanan pada pasien dan membantu
pasien relaksasi. Ketika ibu merasa rileks maka akan menurunkan kadar epinefrin
dan non-epinefrin dalam darah sehingga ada keseimbangan. Hal ini sesuai dengan
yang disebutkan oleh Ricci (2017), bahwa pijat yang dilakukan dibagian
punggung dapat merangsang pengeluaran hormon endorphin, hormon ini
berfungsi untuk memberikan rasa santai dan menimbulkan ketenangan sehingga
pemijatan dapat menurunkan ketegangan otot. Pada bagian punggung sering
sekali terjadi ketegangan otot, tetapi dengan dilakukannya pijat oksitosin maka
akan memberikan kenyamanan pada daerah punggung dan meningkatkan
produksi ASI.
Dengan memperhatikan beberapa penelitian mengenai pijat oksitosin
untuk meningkatkan waktu pengeluaran volume ASI, penelitian ini membuktikan
bahwa pijat oksitosin efektif untuk meningkatkan pengeluaran ASI. Hal ini sangat
bermanfaat bagi praktisi ilmu keperawatan untuk dapat menerapkan teknik non
farmakologis ini dalam mengatasi menyusui tidak efektif. Penerapan teknik pijat
oksitosin juga mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari karena
merupakan teknik tanpa biaya dan peralatan khusus. Klien hanya perlu mengatur
posisi duduk dengan nyaman, kemudian mengatur pernafasan agar merasa rileks,
dan dilakukan pijat oksitosin oleh keluarga klien (Purnamasari, 2020).
LDR disebut juga refleks pengaliran atau refleks oksitosin atau pelepasan
ASI. Refleks ini sebenarnya bekerja sebelum ibu menyusui bayinya (Rochmawati,
65
2009). Sebelum dilakukan pemijatan terdapat sebanyak 20 responden (66,7%)
yang memiliki LDR kurang aktif. LDR sangat dipengaruhi oleh adanya hormon
oksitosin. Hormon ini sejak mulai kehamilan mengalami peningkatan yang
signifikan (Wulanda, 2011). Ibu post partum pada hari pertama dan kedua masih
dalam masa pemulihan organ gentalia (early puerperium) sehingga ibu masih
cenderung fokus dengan pemulihan terhadap dirinya sendiri (NOFITRI, 2019)
Menurut Lawrence (2011) faktor yang menghambat munculnya LDR yaitu
terjadinya stress. Stres disebabkan oleh faktor biologi (pemulihan organ
reproduksi) dan faktor psikologis (fase taking in). Bila ada stres dari ibu yang
menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks let down. Ini disebabkan
oleh karena adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan
vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin sedikit harapannya
untuk dapat men-capai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak sempurnanya
refleks let down maka akan terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli yang
secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat
abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres
lagi bagi seorang ibu sehingga stres akan bertambah.
Asumsi peneliti, adanya pengaruh pijat stimulus oksitosin terhadap let
down reflex pada ibu nifas, dikarenakan banyak dari ibu yang awalnya mengalami
let down reflex yang kurang aktif sebelum dilakukan pemijatan stimulus oksitosin.
Hal ini dipengaruhi oleh riwayat paritas ibu yang mayoritas merupakan ibu
primipara dengan usia ibu yang masih rata-rata dalam kategori tidak resiko tinggi
(antara 20 sampai 35 tahun). Setelah dilakukan pemijatan stimulus oksitosin,
banyak dari responden yang mengalami perubahan let down reflex sehingga
pengeluaran air susu ibu lancar. Selain itu bidan dan peneliti juga memberikan
edukasi saa tmelakukan pemijatan sehingga menyebabkan ibu menjadi rileks
sehingga menimbulkan let down reflex yang baik dan aktif (Wulandari et al.,
2014).
66
B. Keterbatasan Peneliti
Keterbatasan pada penelitian ini adalah peneliti tidak dapat menempatkan
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu jenis makanan yang
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial
maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Pengkajian yang dilakukan
pada kedua responden menunjukkan bahwa klien mengalami menyusui
tidak efektif sehingga diberikan intervensi pijat oksitosin. Berdasarkan
hasil penelitian ini, penerapan pijat oksitosin secara nyata mampu
memperlancar dan memperbanyak ASI serta meningkatkan waktu
pengeluaran ASI setelah pemijatan kali kedua. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pijat oksitosin merupakan teknik non farmakologis
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan menyusui
akibat ketidaklancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum.
B. Saran
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya untuk dapat
mengembangkan penelitian lebih lanjut terkait terapi non farmakologis
untuk meningkatkan pengeluaran ASI.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai referensi kepustakaan
dalam mata kuliah keperawatan maternitas.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi terkait
pelaksanaan implementasi keperawatan tentang pijat oksitosin kepada
masyarakat umum.
68
DAFTAR PUSTAKA
69
NOFITRI. (2019). Karya Ilmiah Akhir Ners Asuhankeperawatan. 1–13.
Salamah, U., & Prasetya, P. H. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kegagalan Ibu Dalam Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Kebidanan
Malahayati, 5(3), 199–204. https://doi.org/10.33024/jkm.v5i3.1418
Sary, M., & Kes, M. (2021). YANG BENAR DI RUANG KEBIDANAN RSUD
RADEN MATTAHER KOTA JAMBI TAHUN 2021. 11(2).
Wulandari, F. T., Aminin, F., & Dewi, U. (2014). Pengaruh pijat oksitosin
terhadap pengeluaran kolostrum pada ibu post partum di Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Kesehatan, 5(2), 173–178.
70
DOKUMENTASI
71
72
73