Disusun Oleh:
YESSY ROULINA SIREGAR
P07524414053
Diploma IV Kebidanan
Disusun Oleh:
YESSY ROULINA SIREGAR
P07524414053
JUDUL
: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP
PENGELUARAN ASI PADA IBU POSTPARTUM DT KL\
NIK SALLY KECAMATAN MEDAN TENIBUNG TAHUN
NAMA 2018
. YES9Y ROULINA SIREGAR
NiM
: P07624414063
Menyetujui
Pambimbing Utama
ST.M.Kes
NIP. 167002131908032001
nKeb danan
Kemenkes Medan
M. Keb
NIP. 198609101994032001
LEMBAR
Menyetujui
Pembtmbing Utama
SSTKes
NIP. 1e7ooz131B9B032001
KetuaJu nKebidanan
Kemenkes Medan
M.Ke
NSP. 198609101994032001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV
ABSTRAK
ABSTRACT
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan anugerah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum
di Klinik Sally Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018”. Sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Kebidanan pada Program Studi D-IV
Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
Dalam laporan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun bahasanya, namun
demikian peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di
masa yang akan dating. Kiranya tulisan ini dapat menambah pembendaharaan
kepustakaan dan menjadi bahan bagi kita semua.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun Skripsi.
2. Ibu Betty Mangkuji, SST, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan
untuk menyusun Skripsi.
3. Ibu Yusniar Siregar, SST, M.Kes sebagai Plt. Ketua Prodi D-IV
Kebidanan Medan.
4. Ibu Arihta Sembiring, SST, M.Kes selaku pembimbing Utama saya yang
telah memberikan kesempatan dan membantu saya dalam menyusun
Skripsi.
5. Ibu Rismahara Lubis, SSiT, M.Kes selaku dosen pembimbing II dan
Dosen Penguji I yang mendukung dalam proses menyelesaikan Skripsi.
6. Ibu Julietta Hutabarat, SST, M.Keb selaku Ketua Penguji yang telah
menguji dan memberikan masukan dan kritik untuk perbaikan dalam
penyusunan Skripsi.
7. Teristimewa kepada orang tua tercinta penulis, Bapak (Toga Mulia
Siregar) dan Ibu (Hotnaria Purba), Abang (Ridho Siregar), yang telah
memberikan doa dan dukungan kepada penulis penyusunan Skripsi.
8. Terimakasih untuk ibu Sally selaku Ibu Klinik di Klinik Sally selaku ibu
pemilik klinik Sally Medan Tembung yang telah mengizinkan saya
melakukan penelitian di klinik ibu tersebut.
9. Terimakasih untuk sahabat penulis (Winda Hulu) (Sondang Pasaribu) ,
yang telah mendukung dan memberi saya semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini dan seluruh teman-teman seperjuangan di
Poltekkes Kemenkes RI Medan, terimakasih atas kebersamaan dan
kerjasamanya sampai kita sama-sama tuntas dalam penyelesaian
Skripsi.
Penulis
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.........................................................................................i
DAFTAR TABEL.................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penelitian...........................................................................4
C.1 Tujuan Umum........................................................................4
C.2 Tujuan Khusus......................................................................4
D. Manfaat Penelitian.........................................................................4
D.1 Manfaat Teoritis....................................................................4
D.2 Manfaat Praktis.....................................................................4
E. Keaslian Penelitian........................................................................5
ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................................37
B. Saran....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................ 5
Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian..................................................... 6
Tabel 4.1 Gambaran Responden................................................... 30
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi pada Dilakukan dan Tidak
Dilakukan Pijat Oksitosin ............................................... 31
Tabel 4.3 Hasil Test Normalitas..................................................... 32
Tabel 4.4 Hasil pengkuran Uji T test .............................................. 32
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Langkah-langkah Pijat Oksitosin......................................21
Gambar 2.2 Kerangka Teori.................................................................22
Gambar 2.3 Kerangka Konsep.............................................................22
v
DAFTAR LAMPIRAN
:
Lampiran 3 : Surat Pernyataa Persetujuan
Responden (Informed
Consent)
Lampiran 4
Lembar SOP Pijat Oksitosin
: Lembar Observasi
Lampiran 5 Master Tabel
Lembar Hasil SPSS
:
Lembar Waktu Penelitian
Lampiran 6
Dokumentasi
:
Lampiran 7
:
Lampiran 8
:
Lampiran 9
:
Lampiran 10 : Lembar Konsul
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada
bayi selama enam bulan. Penurunan produksi ASI pada hari - hari pertama
setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon
prolaktin dan oksitosin yang tidak dapat mengalir lancar. Sehingga banyak ibu
memberikan susu formula pada bayinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada
bayi tersebut. Susu formula ini juga mebantu ibu dalam memberikan makan
pengganti saat ASI ibu tidak lancar. Bagi ibu susu formula sangat praktis dan
gampang untuk di dapatkan. UNICEF menegaskan bahwa bayi yang diberi susu
formula memiliki kemungkinan Gizi Buruk pada bulan pertama kelahirannya dan
kemungkinan bayi yang diberi susu formula terjadinya angka Gizi Buruk adalah
25 kali lebih tinggi daripada bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif
(Roesli, 2013).
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penangan serius. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui posyandu dalam
meningkatkan cakupan penimbangan balita,penyuluhan dan pendampingan
makanan sehat sangat penting bagi balita yang mengkonsumsinya. Gizi buruk
dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan
pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh
kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin
sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa
berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus (profil
kesehatan ,2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan di Indonesia
(2016) menunjukkan cakupanStatus gizi balita dapat diukur dengan indeks berat
badan per umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U) dan berat badan per tinggi
badan ( BB/TB). Hasil pengukuran status gizi PSG tahun 2016 dengan indeks
BB/U pada balita 0-59 bulan, mendapatkan persentase gizi buruk sebesar 3,4%,
gizi kurang sebesar 14,4% dan gizi lebih sebesar 1,5%. Angka tersebut tidak
2
jauh berbeda dengan hasil PSG 2015, yaitu gizi buruk sebesar 3,9%, gizi kurang
sebesar 14,9% dan gizi lebih sebesar 1,6%. Provinsi dengan gizi buruk dan
kurang tertinggi tahun 2016 adalah Nusa Tenggara Timur (28,2%) dan terendah
Sulawesi Utara (7,2%). Untuk di Sumatra Utara (10,1%) menurut hasil profil
kesehatan tahun 2016.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling direkomendasikan
untuk bayi sedikitnya pada 6 bulan pertama kehidupan. Ketidak cukupan berat
badan bayi yang adekuat, sehingga hal tersebut menjadikan menyusui
merupakan hal yang dapat menimbulkan stress bagi seorang ibu postpartum
(Anamed, 2012). Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan
sampai usia 2 tahun di samping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif dapat
menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Target nasional untuk pemberian ASI
Eksklusif adalah 80%, sedangkan untuk saat inimasih banyak yang tidak
memenuhi target yang telah ditentukan oleh Kemenkes (Mardiyaningsih 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan di Indonesia
(2016) menunjukkan cakupan persentase bayi yang diberi ASI
Eksklusifpersentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat ASI eksklusif sebesar
54,0%, sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia enam
bulan adalah sebesar 29,5%.Cakupan nasional pemberian ASI eksklusif pada
tahun 2016 pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 54,0% telah
mencapai target. Menurut provinsi, cakupan ASI eksklusif pada bayi umur 0-5
bulan berkisar antara 32,3% (Gorontalo) sampai 79,9% (Nusa Tenggara Timur).
Dari 34 provinsi hanya tiga provinsi yang belum mencapai target yaitu Gorontalo,
Riau dan Kalimantan Tengah.
Saat terpenting waktu menyusui adalah beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Bila seorang ibu dibantu dengan baik pada saat ia mulai menyusui,
kemungkinan ibu tersebut akan berhasil untuk terus menyusui. Kenyataan
dilapangan menunjukkan produksi dan ejeksi ASI yang sedikit pada hari-hari
pertama setelah melahirkan menjadi kendala dalam pemberian ASI secara dini.
Menurut Cox (2006) disebutkan bahwa ibu yang tidak menyusui bayinya pada
hari-hari pertama menyusui disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan
kurangnya produksi ASI serta kurangnya pengetahuan ibu tentang proses
menyusui. Kecemasan dan ketakutan ibu menyebabkan penurunan hormon
3
oksitosin sehingga ASI tidak dapat keluar segera setelah melahirkan dan
akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan susu formula pada bayi . Jika ibu
tidak mengetahui cara mengatasi penurunan produksi ASI dimana salah satunya
itu adalah dengan cara pijat oksitosin(Putri,2010).
Pijat oksitosin ini merupakan solusi yang baik untuk mengarasi
ketidaklancaran pada ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima - keenam dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah.
Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar.
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
refleks let down. Dengan dilakukannya pemijatan ini ibu akan merasa rileks,
kelelahan setalah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu hormon
oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (Mardiyaningsih 2010). Selain itu untuk
merangsang reflek let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan
kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi
terjadinya sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,
memepertahankan produksi ASI saat ibu dan bayi sakit (Depkes RI 2007).
Berdasarkan uraian data di atas menunjukkan masih rendahnya tingkat
pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada bayinya dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pijat Oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum
di klinik Sally ,Kecamatan Medan Tembung Kota Madya Medan Tahun 2018”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah“Bagaimanakah Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada
ibu postpartum di klinik bersalin”.
C. Tujuan penelitian
C.1 Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh pijat oksitosin di klinik bersalin dengan
pengeluaran ASI pada ibu post partum.
C. 2Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengeluaran ASI pada ibu postpartum yang tidak
dilakukan pijat oksitosin di klinik bersalin Sally.
2. Untuk mengetahui pengeluaran ASI pada ibu postpartum yang
dilakukan pijat oksitosin di klinik bersalin Sally.
3. Menganalisis pengaruh pijat oksitosin dengan pengeluaran ASI pada
ibu postpartum di klinik Sally
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengalaman belajar dalam melakukan
penelitian.
D.2 Manfaat tempat penelitian
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat khususnya pada pasien postpartum terhadap
tindakan pijat oksitosin.
D.3 Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data
dasar untuk penelitian selanjutnya.
5
E. Keaslian Penilitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Nama Tahun
Judul Rancangan Variabel Hasil
NO & Tempat
Penelitian penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Hubungan Darul Azhar Cross Variabel Ada
Pijat di Klinik Sectional bebas : Pijat hubungan
Oksitosin Bersalin Siti Oksitosin pijat
dengan Ngatinah, oksitosin
Kelancaran Amd. SST Variabel dengan
Produksi Kecamatan terikat : kelancaran
ASI pada Jenangan Kelancaran produksi
Ibu Kabupaten Produksi ASI ASI pada
Postpartum Ponorogo ibu
Fisiologis tahun 2016. postpartum
hari Ke 2 - 3 dalam hari
ke 2-3
2 Pengaruh Fionie Tri Quasi Variabel Ada
Pijat Wulandari Eksperimen bebas : Pijat pengaruh
Oksitosin ,dkk oksitosin pijat
terhadap 1 Oktober oksitosin
Pengeluara 2014 terhadap
n Kolostrum Di Rumah Variabel pengeluara
pada Ibu Sakit terikat : n kolostrum
Postpartum Umum Pengeluaran
di Rumah daerah Kolostrum
Sakit Umun Provinsi
daerah Kepulauan
Provinsi Riau
Kepulauan
Riau
6
Variabel terikat :
Kelancaran Variabel terikat : Variabel terikat
Produksi ASI Pengeluaran : Pengeluaran
Kolostrum ASI
Tempat Klinik Bersalin Rumah Sakit Klinik Sally
Penelitian Siti Ngatinah, Umum Daerah Wilayah Pancing
Amd. SST Kepulauan Riau Kecamatan
Kecamatan Medan Tembung
Jenangan
Kabupaten
Ponorogo tahun
2016.
Desain Cross sectional Quasi Eksperimen Quasi
Penelitian Eksperimen
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
setiap hari. Proses produksi sampai air susu memenuhi payudara sekitar satu
hari hingga tiga hari. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir apabila air susu belum
keluar atau yang keluar hanya sedikit sekali pada hari-hari pertama yang
diproduksi payudara saat produksi ASI dimulai. Cairan kolostrum berbentuk
encer, manis, dan mudah dicerna. Awalnya kolostrum berbentuk kental dan
berwarna kuning, semakin dekat dengan perslinan, kolostrum semakin encer dan
warnanya memucat.
ASI diproduksi setiap saat sebelum, selama dan sesudah bayi menyusu.
ASI yang telah diproduksi disimpan dalam payudara ibu. Volume ASI yang
disimpan di payudara akan lebih banyak jika masa jeda waktu menyusu
berikutnya lebih lama. Volume ASI yang disimpan dalam payudara relatif
bervariasi pada tiap ibu dan tidak ditentukan dari ukuran payudara. ASI tidak
akan pernah habis 100% meskipun bayi telah menyusu payudara setiap saat.
Penelitian lakasi membuktikan, bayi tidak akan menghabiskan semua stok ASI
pada payudara. Makin banyak dan sering bayi minum ASI, makin cepat ASI
diproduksi. Jadi, jangan berfikir menyusui, memompa, atau memerah ASI seperti
meminum air di dalam gelas dengan sedotan begitu diminum akan berkurang.
Pada beberapa hari pasca melahirkan, ASI mulai diproduksi oleh organ
penghasil ASI. Pada hari pertama produksi ASI tidak ditentukan dari beberapa
banyak ASI akan dikeluarkan. Tetapi, setelah beberapa hari kemudian produksi
ASI sangat ditentukan dari berapa banyak ASI yang dikeluarkan, baik dengan
cara disusui atau dipompa. Seterusnya organ produksi ASI akan mulai
mengurangi produksi ASI hingga jumlahnya sesuai dengan kebutuhan bayi.
Pada minggu pertama umumnya ibu memproduksi ASI melebih kapasitas
yang dibutuhkan bayi, terutama jika ibu menyusui dengan baik. Di masa tersebut
banyak ibu mengalami rembesan ASI atau payudara terasa penuh atau bengkak
kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Pada masa tersebut organ produksi ASI
ibu sedang dalam proses penyesuain terhadap jumlah ASI yang dibutuhkan bayi.
Sekitar minggu keenam hingga bula ketiga kadar prolaktin akan dimulai
berkurang secara bertahap hingga akhir masa menyusui. Pada masa tersebut
payudara mulai terasa tidak penuh, rembesan ASI yang diproduksi ibu selalu
berubah dari waktu ke waktu. Di menit-menit awal menyusui, ASI kaya akan
protein, rendah lemak dan cenderung lebih encer seperti susu formula yang
kebanyakan air. ASI yang dinamakan susu awal atau foremilk ini berfungsi untuk
1
keadaan dimana peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu
dapat meningkatkan produksi ASI-nya.
Produksi dari ibu yang kekurangan gizi sering kali menurun jumlahnya
dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat
muda. Di daerah-daerah, dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi sering kali
ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur 1 tahun hanya diberi ASI.
(Baskoro,2008)
d) Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah
warna serta komposisinya.
e) Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat.
3) ASI Susu Matur:
a) ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya.
b) ASI matur tampak berwarna putih kekuningan-kuningan karena
mengandung casienat, riboflaum dan karotin.
c) Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan.
d) Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada
yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-
satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
2. Ketenangan jiwa dan pikiran: Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri
dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI
bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus
dalam keadaan tenang.
5. Anatomis buah dada: Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang,lobulus
pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel
acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.
8. Faktor isapan anak: Bila ibu menyusui anak segera jarang danberlangsung
sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikianpengeluaran ASI
berkurang.
A.2 Postpartum
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan
awam merupakan masa nifas. Masa ini sangat penting sekali untuk terus
dipantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa
haid.
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira- kira 6 minggu.
Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, sebagai
berikut :
1. Pengecilan rahim atau involusi
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil
serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya.
1
Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan ukuran
kurang lebih sebesar telur ayam. Selama kehamilan, rahim makin lama
akan makin membesar.
Bentuk otot rahim mirip jala berlapis tiga dengan serat- seratnya
yang melintang kanan, kiri, dan transfersal. Diantara otot-otot itu ada
pembuluh darah yang mengalirkan darah ke plasenta. Setelah plasenta
lepas, otot rahim akan berkontraksi atau mengerut, sehingga pembuluh
darah terjepit dan perdarahan berhenti. Setelah bayi lahir, umumnya berat
rahim menjadi sekitar 1000 gram dan dapat diraba kira-kira setinggi 2 jari
dibawah umbilikus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya berkurang jadi
sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya sekitar 300 gram dan tidak
dapat diraba lagi.
Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan
ke bentuknya semula. Setelah 6 minggu beratnya sekitar 40-60 gram.
Pada saat ini dianggap bahwa masa nifas selesai.
2. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal
Selama hamil darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu lebih
banyak, sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan
kadar hemoglobinya (HB) akan tampak sedikit menurun dari angka
normalnya sebesar 11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu rendah maka
bisa terjadi anemia atau kekurangan darah.
Oleh karena itu, selama hamil ibu perlu diberi obat-obatan
penambah darah, sehingga sel-sel darahnya bertambah dan konsentrasi
darah atau hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah. Setelah
melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula.
Darah kembali mengental, dimana kadar perbandingan sel darah dan
cairan darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke- 3
sampai ke-15 Pasca persalinan.
1
(c) Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-
minggu, bulanan, bahkan tahunan ).
semakin baik sehingga segera setelah bayi lahir akan segera menyusui bayinya,
sebaliknya ibu yang baru pertama kali menyusui memerlukan waktu untuk bayi
dan proses menyusui itu sendiri .
A.2.4 Menyusui
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang sehat. Selain itu, mempunyai status biologis serta kejiwaan yang unik
terhadap kesehatan ibu dan bayi.Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI
membantu melindung bayi terhadap penyakit.Akan tetapi, menyusui tidak
selamanya dapat berjalan dengan normal. Tidak sedikit ibu akan mengeluh
seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI karena
pengeluaran yang tidak lancar atau pengisapan oleh bayi.
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu(milk ejection/let
down reflek). Oksitosin menstimulasi otot disekitar payudara untuk memeras ASI
keluar.Para ibu mendeskripsikan sensasi pengeluaran ASI dengan berbeda-
beda.Beberapa ibu ada yang merasakan geli di payudara dan ada juga yang
merasakan sedikit sakit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Reflek
pengeluaran asi tidak selalu konsisten, khususnya pada masa-masa awal setelah
melahirkan. Tetapi reflek ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan
tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi pengeluaran ASI.
Reflek pengeluaran ASI ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI
saat menyusui, tetapi dapat terhalangi apabila ibu stres, oleh karena itu
sebaiknya ibu tidak mengalami stres.Pengeluaran ASI kurang baik juga akibat
dari puting lecet dan terpisah dari bayi.Apabila ibu kesulitan dalam menyusui
akibat kurangnya produksi ASI ibu dapat dibantu dengan pijat oksitosin,
penghangatan payudara dengan mandi air hangat atau menyusui dalam situasi
yang tenang (Anik Maryuni , 2012).
Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya
dengan durasi 3-5 menit, frekwensi pemberian pijatan 1 kali sehari. Pijatan ini
tidak harus dilakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan
oleh suami atau anggota keluarga yang lain.
d. Melakukan pemijatan dengan meletakan kedua ibu jari sisi kanan dan kiri
dengan jarak satu jari tulang belakang, gerakan tersebut dapat merangsang
keluarnya oksitosin yang dihasilkan oleh hipofisis posterior.
e. Menarik kedua jari yang berada di costa 5-6 menyusuri tulang belakang
dengan membentuk gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu jarinya.
f. Gerakan pemijatan dengan menyusuri garis tulang belakang ke atas kemudian
kembali ke bawah.
g. Melakukan pemijitan selama 3-5 menit
(Mardiyaningsih,2010)
2
B.KERANGKA TEORI
Refleks Prolaktin
Gambar 2.2
Kerangka Teori
Pijat Oksitosin
Pengeluaran ASI
C.KERANGKA KONSEP
kerangka Konsep Penelitian Refleks
“Hubungan Pijat Oksitosin di Klinik Sally dengan
let down
Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum”
INDEPENDEN DEPENDEN
D. Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi operasional
Definisi Skla
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Pijat Pemijatan Menggunak Panduan Sesuai Nominal
oksitosin yang dilakukan an panduan prosedur dengan
pada prosedur pijat panduan
punggung oksitosin prosedur
belakang ibu pijat
yang dilakukan oksitosin
1x/2hari (6kali
tindakan)
dengan durasi
5 menit
2 Pengelu Hasil Mengukur Dengan Melihat Interval
aran ASI pengeluaran ASI dengan breastpu perbanding
ASI pada ibu alat mp an
postpartum breastpump pengeluara
diatas hari ke n ASI
10 yang di dengan
ukur setelah 5 kelompok
menit eksperimen
pemijatan dan control
selama 15
menit
penyedotan
dengan
menggunakan
breastpump
2
E.HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah penelitian
atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena yang diamati atau
suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan terjadi antara 2 variabel
atau lebih yang memungkinkan untuk dibuskripsikan secara empirik atau perlu
diuji kebeneran atas jawaban pertanyaan tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Quasi Eksperimen
yang bertujuan untuk mengetahui kelancaran ASI pada ibu postpartum tentang
pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI di Wilayah Kerja
Klinik Bersalin Sally.
Penelitian ini akan dilakukandi Wilayah Kerja Klinik Bersalin Sally Medan
Tembung yaitu di Klinik Bersalin Sally. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian
karena tersedianya sampel yang memadai, lokasi mudah dijangkau peneliti, dan
penelitian tentang perilaku ibu postpartum tentang pelaksanaan pijat oksitosin
belum pernah dilakukan.Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan April
sampai Juni tahun 2018.
C.1 Populasi
C.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila subjeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi.Tetapi, apabila jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih . Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak
15% dari total populasi sehingga sampel pada penelitian ini adalah 30 orang.
= ( )2 + 1
Keterangan :
n= sampel;
N= populasi;(30)
d= nilai presisi 95% atau sig=0,05
contoh : N=30/30(0,05)2+1=7,5 dibulat 8
D. Pengumpulan Data
1 Jenis data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari lembar wawancara dan
lembar observasi untuk mengetahui banyaknya ASI pada saat menyusui
bayi sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari jurnal dan buku,
internet yang ada hubungannya dengan penelitian.
2 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara
terhadap responden dengan menggunakan lembar prosedur dan tindakan pijat
oksitosin serta mengukur pengeluaran ASI. Dengan menjelaskan kepada
responden manfaat dan tujuan dilakukannya pijat oksitosin. Setelah responden
2
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan tahap – tahap sebagai
berikut :
a. Studi dokumentasi, studi pustaka, penyusunan proposal, dan
dilanjutkan dengan ujian proposal.
b. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari ketua program studi
kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
c. Kemudian melakukan permohonan izin ke Dinas Kesehatan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Setelah mendapatkan responden, kemudian sampel dimintai
persetujuan (informed consent) sebagai sampel penelitian dan
menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.
b. Pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan lembar SOP kepada sampel untuk dibaca, serta peneliti
membantu menjelaskan tiap langkah-langkah yang ada di SOP
dengan cara wawancara (interview).
d. Data hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan.
e. Data yang telah dicek tersebut, kemudian diolah dengan program
komputer.
f. Pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan hasil penelitian.
2
G. Pengolahan Data
G.1. Pengolahan Data
Data primer diolah dengan cara komputerisasi berdasarkan penetapan
kategori setiap instrumen yang digunakan dan selanjutnya dianalisa. Data yang
dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
Yaitu pemeriksaan akan kelengkapan, ketetapan dan kebenaran
pengisian data yang telah dikumpul karena kemungkinan data yang
masuk atau terkumpul tidak logis dan meragukan.
b. Coding
Yaitu pemberian pembuatan kode-kode pada setiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama, yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf
yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau
data yang dianalisa.
c. Entry
Merupakan masukan data jawaban responden dalam bentuk kode
kedalam bentuk software computer.
d. Tabulating
Yaitu memasukkan data dalam bentuk tabel induk selanjutnya ke tabel
distribusi baik tunggal maupun silang. Selanjutnya, dilakukan analisa
data dengan metode deskriptif yaitu dengan melihat proporsi dari tiap
variabel yang akan diteliti atau diukur baik tabel distribusi tunggal
maupun silang.
H. Analisis Data
H.1. Analisis Univariate
Analisa Univariate dilakukan dengan menggunakan analisa distribusi,
frekuensi, dan statistik deskriptif untuk melihat produksi ASI pada ibu postpartum
yang dilakukan pijat oksitosin dan tidak dilakukan pijat oksitosin.
H.2. Analisi Bevariate
Analisis bevariate dilakukan dengan uji T. Uji T prinsipnya adalah pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat (point time approach)
artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
2
I. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untukmenjamin
kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadi ancamanterhadap
responden. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti memperkenalkandiri
terlebih dahulu dan menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur pelaksanaan
penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam
menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan menjadi subjek penelitian.Jika calon
responden bersedia, maka responden diminta untukmendatangi lembar
persetujuan (Informed consent) penelitian dan memberikankuesioner untuk diisi.
Jika dalam pemberian lembar prosedur responden kurang mengerti, maka
peneliti akan memberikan penjelasan.
Umur 20 – 25 22 73,33%
26 – 30 8 26,67%
Total 30 100%
Pada tabel 4.1di atas dapat dilihat bahwa dari 22 responden (73,33)
mayoritas ibu berumur 20-25 tahun. Dan dari 8 responden (26,67%) mayoritas
ibu berumur 26 – 30 tahun.
30
3
Untuk kategori Pekerjaan diatas dapat di lihat bahwa dari 24 responden (80%)
mayoritas ibu tidak bekerja.Dan dari 6 responden (20%) mayoritas ibu bekerja.
Tidak
2 - 9 6 15 100%
Dilakukan
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak dilakukan
pijat oksitosin tidak mengalami peningkatan produksiasi. Responden yang
produksi ASInya menetap sebanyak 9 orang (30%) dan responden yang produksi
ASInya menurun sebanyak 6 orang (20%). Dan dapat dilihat juga bahwa
responden yang dilakukan pijat oksitosin mengalami peningkatan produksi ASI
yaitu sebanyak 15 orang (100%)
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi hasil test normalitas pada pengaruh pijat oksitosin
terhadap pengeluaran ASI sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Pijat_oksitosin df
Statistic Sig.
Tidak dipijat .935 90 .432
Sebelum
Dipijat .806 90 .388
Tidak dipijat .899 90 .567
Sesudah
Dipijat .957 90 .656
a. Lilliefors Significance Correction
Dari tabel 4.3 di atas dilakukan uji normalitas pada pengaruh pijat
oksiosin terhadap pengeluaran ASI sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
bahwa hasil dari uji normalitas nya dinyatakan normal.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Peningkatan Produksi ASI
Dapat di lihat dari data diatas Jika nilai sig. < 0,05 maka variable bebas
berpengaruh signifikan terhadap variable terikat. Dan Jika nilai sig. > 0,05 maka
variable bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variable terikat. Yang
berarti Ha di terima dan dapat di simpulkan bahwa pijat oksitsin berpengaruh
terhadap pengeluaran ASI.
3
Pada table 4.6 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang produksi
ASI meningkat mayoritas melakukan pijat oksitosin15 responden (50%). Dan dari
15 responden yang produksi ASI menurun mayoritas tidak melakukan pijat
oksitosin 6 responden (20%).Berdasarkan tabel di atas, diketahui T test value
sebesar 0,001 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh yang sangat signifykan antara
pijat oksitosin dengan peningkatan produksi ASI pada responden di Klinik Sally
Jl. Tempuling Medan Tembung.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Produksi ASI pada Ibu Post Partum yang Tidak Dilakukan Pijat
Oksitosin
Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi. Bayi yang
sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih
sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih
dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindung dan tersayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spritual yang baik.
Menurut peneliti Roesli tahun 2000 Air susu ibu yang selanjutnya
disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu (PP-ASI). ASI
merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna
sebagai makanan yang utama bagi bayi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa ibu Post Partum di Klinik Sally
Medan Tembung Tidak Ada yang melakukan Pijat Oksitosin. Hal ini menunjukkan
bahwa kurangnya pengetahuan Ibu-ibu Post Partum tentang pentingnya Pijat
3
Oksitosin dalam membantu peningkatan produksi ASI. Ibu Post Partum berpikir
bahwa ASI akan tetap keluar meskipun tidak dilakukan Pijat Oksitosin.
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak dilakukan
pijat oksitosin tidak mengalami peningkatan produksi ASI. Responden yang
produksi ASInya menetap sebanyak 9 orang (30%) dan responden yang produksi
ASInya menurun sebanyak 6 orang (20%).
Maka dapat diasumsikan, salah satu yang mempengaruhi peningkatan
ASI pada ibu. Melakukan pijat oksitosin untuk membantu kelancaran pada
produksi ASI ibu sehingga bayi mempunyai sistem kekebalan tubuh yang kuat.
4.2.2 Produksi ASI pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan pijat
oksitosin
Wanita yang menyusi akan mengalami peningkatan kadar hormon
oksitosin dalam tubuhnya. Hormon ini akan membantu untuk merangsang
hormon sehingga dapat menurunkan resiko perdarahan selama masa
postpartum. ASI eksklusif membantu menunda proses menstruasi dan ovulasi
selama kira-kira 20 sampai 30 minggu atau lebih.
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang dilakukan pijat
oksitosin mengalami peningkatan produksi ASI yaitu sebanyak 15 orang
(50%)pijat oksitosin akan memberikan efek relaksasi, menghilangkan
ketegangan dan stress sehingga hormon oksitosin keluar dan akan membantu
pengeluaran produksi ASI. Hal ini menunjukan bahwa pemberian pijat
berpengaruh pada peningkatan produksi ASI.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati
tahun 2009 yaitu pijat oksitosin merupakan salah satu terapi pendukung yang
efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki gangguan
mood. Pengurangan ketidaknyamanan pada ibu menyusui akan membantu
peningkatan produksi ASI. Pada kelompok perlakuan dapat memberikan efek
rileks pada ibu yang secara tidak langsung dapat menstimulasikan hormon
oksitosin yang dapat membantu proses kelancaran produksi ASI.
Maka dapat diasumsikan bahwa pengeluaran ASI di pengaruhi oleh dua
hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Hormon oksitosin berfungsi pada
pengeluaran ASI dan cara kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi.
Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula
3
a) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 30 responden
tentang Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada Ibu Post
Partum di Klinik Sally Medan Tembung tanun 2018 dapat di simpulkan bahwa :
a. Ibu Postpartum yang dilakukan pijat oksitosin seluruhnya mengalami
peningkatan produksi ASI sebanyak (100%).
b. Ibu Postpartum yang tidak dilakukan pijat oksitosin tidak ada mengalami
peningkatan produksi ASI. 30% menetap bahkan sebanyak 20 %
mengalami penurunan pada produksi ASI.
c. Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada ibu post
partum di Klinik Sally Medan Tembung tahun 2018 dengannilai
p value=0.001 (p<0.05).
b) Saran
a) Bagi Responden penelitian
Sesuai yang telah disampaikan dalam penelitian bahwa pijat oksitosin
bersifat fisiologis, semoga dengan telah dilaksanakannya penelitian ini
responden khusus nya bagi ibu-ibu postpartum dapat mengaplikasikan
pengetahuan tentang pijat oksitosin melalui (Internet,buku dan majalah)
agar dapat meningkatkan produksi ASI ibu pada saat menyusui.
b) Bagi Tempat Penelitian
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat di aplikasikan oleh
tenaga kesehatan memberikan pelayanan khusus pada ibu postpartum
dengan perlakuan tindakan pijat oksitosin untuk dapat melancarkan ASI,
merileksasikan tubuh, dan memberikan rasa percaya diri pada ibu saat
menyusui.
37
38
Anik Maryuni, 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen
Laktasi, Jakarta: TIM
Ari Indra S, Lina R, dkk, 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui,
Jakarta: Erlangga
Astutik, Y, R. (2015). Asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui.
TIM.Jakarta.
, (2016). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
Azizah&Yulinda (2016). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran
ASI pada Ibu Postpartum di BPM Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun
2016. Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017