Anda di halaman 1dari 55

SKRIPSI

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP


PENGELUARAN ASI PADA IBU POSTPARTUM
DI KLINIK SALLY KECAMATAN MEDAN TEMBUNG
TAHUN 2018

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

Disusun Oleh:
YESSY ROULINA SIREGAR
P07524414053

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP


PENGELUARAN ASI PADA IBU POSTPARTUM
DI KLINIK SALLY KECAMATAN MEDAN TEMBUNG
TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma IV Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

Disusun Oleh:
YESSY ROULINA SIREGAR
P07524414053

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN
TAHUN 2018
LEMBAR

JUDUL
: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP
PENGELUARAN ASI PADA IBU POSTPARTUM DT KL\
NIK SALLY KECAMATAN MEDAN TENIBUNG TAHUN

NAMA 2018
. YES9Y ROULINA SIREGAR
NiM
: P07624414063

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan DihadapanPenguj‹


Medan, Juli 201B

Menyetujui
Pambimbing Utama

ST.M.Kes

NIP. 167002131908032001

nKeb danan
Kemenkes Medan

M. Keb
NIP. 198609101994032001
LEMBAR

JUDUL : PENGARUH PIJAT OKSiTosi TERHADAP


PENGELUARAN ASI Pro ieu osTPARTUM DI
KLI ii‹ sALLY KECAMATAN MEDAH TEMBUNG
TAHUN 2018
NAMA ' YESSY ROULINA SIREGAR
NiM : P07524414063

Telah Ditenma dan Disetujui Llntuk Diseminarkan D›hadapanPen0u jt


Medan, Juli 2018

Menyetujui
Pembtmbing Utama

SSTKes

NIP. 1e7ooz131B9B032001

KetuaJu nKebidanan
Kemenkes Medan

M.Ke
NSP. 198609101994032001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-IV

SKRIPSI, JULI 2018

Yessy Roulina Siregar

Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum di


klinik Sally kecamatan Medan Tembung.

vi + 38 halaman, 6 tabel, 3 gambar, 10 lampiran

ABSTRAK

Produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama melahirkan menjadi


kendala dalam pemberian ASI. Masalah ini dapat di selesaikan dengan
melakukan pijat oksitosin. Pijat Oksitosin berfungsi untuk menstimulasikan sekresi
oksitosin yang merangsang sekresi ASI.
Pemberian ASI merupakan salah satu pilar yang penting untuk kesehatan
bayi karena ASI merupakan nutrisi yang paling tepat untuk bayi baru lahir sampai
minimal bayi berusia 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Pijat Oksitosin terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum di Klinik Sally
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018.
Jenis penelitian ini menggunakan Quasi experiment. Populasi yang
digunakan ibu-ibu post partum yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 15
responden kelompok eksperimen dan 15 responden kelompok kontrol. Teknik
sampel menggunakan purposive. Instrumen dengan SOP pijat oksitosin dan
lembar observasi waktu pengeluaran ASI. Data dianalisis dengan Uji T test.
Hasil dilihat bahwa dari 30 responden yang produksi ASI meningkat
mayoritas melakukan pijat oksitosin sebesar 100%. Dan dari 15 responden yang
produksi ASI menurun mayoritas tidak melakukan pijat oksitosin 6 responden
(20%).Berdasarkan tabel di atas, diketahui T test value sebesar 0,001 (p<0,05)
yang berarti ada pengaruh yang sangat signifykan antara pijat oksitosin dengan
peningkatan produksi ASI pada responden.

Kata kunci : Pijat Oksitosin, Produksi ASI


Daftar pustaka :18 (2008-2017)
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF
EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY

PRODUCT SKRIPSI, July 2018

Yessy Roulina Siregar

The Effect of Oxytocin Massage to the Expulsion of Breast Milk in


Postpartum at Sally Clinic of Medan Tembung sub-district

vi + 38 pages, 6 tables, 3 picture, 10 attachments

ABSTRACT

A small amount of breast milk production in the first days of childbirth is an


obstacle in breastfeeding. This problem can be solved by doing oxytocin massage.
Oxytocin massage serves to stimulate the secretion of oxytocin which stimulates
the secretion of breast milk.
Breastfeeding is one of the pillars that are important for baby's health
because breast milk is the most appropriate nutrition for newborn babies to a
minimum of 6 months old babies. This study aims to determine the effect of
oxytocin massage on the release of breast milk in postpartum mothers at Sally
Clinic of Medan Tembung sub-district in 2018.
This type of research used Quasi experiment. The population used was post
partummothers of totaling 30 respondents consisting of 15 respondents in the
experimental group and 15 respondents in the control group. The sample
technique uses purposive. Instrument use with SOP of oxytocin massage and
observation sheet when removing breast milk. Data were analyzed by T test.
The results were seen that 30 respondents who produced increased breast
milk, the majority of them performed oxytocin massage by 100%. And of the 15
respondents who produced decreasedbreast milk decreased, the majority did not
did oxytocin massage of 6 respondents (20%). Based on the table above, it is
known that T test value was 0.001 (p <0.05) which means there was a very
significant influence between oxytocin massage and increase breast milk
production for respondents.

Keywords : Oxytocin Massage, Breast Milk Production


References : 18 (2008-2017)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan anugerah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum
di Klinik Sally Kecamatan Medan Tembung Tahun 2018”. Sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Kebidanan pada Program Studi D-IV
Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
Dalam laporan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun bahasanya, namun
demikian peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di
masa yang akan dating. Kiranya tulisan ini dapat menambah pembendaharaan
kepustakaan dan menjadi bahan bagi kita semua.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun Skripsi.
2. Ibu Betty Mangkuji, SST, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan
untuk menyusun Skripsi.
3. Ibu Yusniar Siregar, SST, M.Kes sebagai Plt. Ketua Prodi D-IV
Kebidanan Medan.
4. Ibu Arihta Sembiring, SST, M.Kes selaku pembimbing Utama saya yang
telah memberikan kesempatan dan membantu saya dalam menyusun
Skripsi.
5. Ibu Rismahara Lubis, SSiT, M.Kes selaku dosen pembimbing II dan
Dosen Penguji I yang mendukung dalam proses menyelesaikan Skripsi.
6. Ibu Julietta Hutabarat, SST, M.Keb selaku Ketua Penguji yang telah
menguji dan memberikan masukan dan kritik untuk perbaikan dalam
penyusunan Skripsi.
7. Teristimewa kepada orang tua tercinta penulis, Bapak (Toga Mulia
Siregar) dan Ibu (Hotnaria Purba), Abang (Ridho Siregar), yang telah
memberikan doa dan dukungan kepada penulis penyusunan Skripsi.
8. Terimakasih untuk ibu Sally selaku Ibu Klinik di Klinik Sally selaku ibu
pemilik klinik Sally Medan Tembung yang telah mengizinkan saya
melakukan penelitian di klinik ibu tersebut.
9. Terimakasih untuk sahabat penulis (Winda Hulu) (Sondang Pasaribu) ,
yang telah mendukung dan memberi saya semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini dan seluruh teman-teman seperjuangan di
Poltekkes Kemenkes RI Medan, terimakasih atas kebersamaan dan
kerjasamanya sampai kita sama-sama tuntas dalam penyelesaian
Skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan


kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
peningkatan dan pengembangan praktik kebidanan.

Medan, Juli 2018

Penulis

Yessy Roulina Siregar


P07524414053
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.........................................................................................i
DAFTAR TABEL.................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penelitian...........................................................................4
C.1 Tujuan Umum........................................................................4
C.2 Tujuan Khusus......................................................................4
D. Manfaat Penelitian.........................................................................4
D.1 Manfaat Teoritis....................................................................4
D.2 Manfaat Praktis.....................................................................4
E. Keaslian Penelitian........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Pustaka...........................................................................7
A.1 Pengertian ASI......................................................................7
A.1.1 Keuntungan pemberian ASI.......................................7
A.1.2 Keunggulan ASI..........................................................8
A.1.3 Proses produksi ASI...................................................8
A.1.4 Volume produksi ASI..................................................10
A.2 Postpartum............................................................................15
A.2.1 Tujuan Nifas...............................................................16
A.2.2 Tahapan Nifas............................................................17
i
A.2.3 Fisiologi Laktasi..........................................................17
A.2.4 Menyusui....................................................................18
A.3 Pijat Oksitosin........................................................................18
A.3.1 Manfaat pijat oksitosin................................................18
A.3.2 Reflek prolaktin...........................................................18
A.3.3 Reflek let down...........................................................19
A.3.4 Langkah melakukan pijat oksitosin............................20
B. Kerangka Teori..............................................................................21
C. Kerangka Konsep..........................................................................21
D. Definisi Operasional.......................................................................22
E. Hipotesis........................................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN


A . Jenis dan Desain Penelitian..........................................................25
B . Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................25
C . Populasi dan Sampel Penelitian....................................................25
C.1 Populasi...................................................................................25
C.2 Sampel Penelitian...................................................................25
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data...............................................26
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian...................................27
F. Prosedur Penelitian.......................................................................27
G. Pengolahan Data...........................................................................28
H. Analisis Data..................................................................................28
H.1 Analisis Univariat...................................................................28
H.2 Analisis Bivariate...................................................................28
I. Etika Penelitian..............................................................................29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian.....................................................................................30
4.2. Pembahasan.........................................................................................35

ii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...........................................................................................37
B. Saran....................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................ 5
Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian..................................................... 6
Tabel 4.1 Gambaran Responden................................................... 30
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi pada Dilakukan dan Tidak
Dilakukan Pijat Oksitosin ............................................... 31
Tabel 4.3 Hasil Test Normalitas..................................................... 32
Tabel 4.4 Hasil pengkuran Uji T test .............................................. 32

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Langkah-langkah Pijat Oksitosin......................................21
Gambar 2.2 Kerangka Teori.................................................................22
Gambar 2.3 Kerangka Konsep.............................................................22

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


: Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 2

:
Lampiran 3 : Surat Pernyataa Persetujuan
Responden (Informed
Consent)
Lampiran 4
Lembar SOP Pijat Oksitosin
: Lembar Observasi
Lampiran 5 Master Tabel
Lembar Hasil SPSS
:
Lembar Waktu Penelitian
Lampiran 6
Dokumentasi
:
Lampiran 7

:
Lampiran 8

:
Lampiran 9

:
Lampiran 10 : Lembar Konsul
vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada
bayi selama enam bulan. Penurunan produksi ASI pada hari - hari pertama
setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon
prolaktin dan oksitosin yang tidak dapat mengalir lancar. Sehingga banyak ibu
memberikan susu formula pada bayinya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada
bayi tersebut. Susu formula ini juga mebantu ibu dalam memberikan makan
pengganti saat ASI ibu tidak lancar. Bagi ibu susu formula sangat praktis dan
gampang untuk di dapatkan. UNICEF menegaskan bahwa bayi yang diberi susu
formula memiliki kemungkinan Gizi Buruk pada bulan pertama kelahirannya dan
kemungkinan bayi yang diberi susu formula terjadinya angka Gizi Buruk adalah
25 kali lebih tinggi daripada bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif
(Roesli, 2013).
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penangan serius. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui posyandu dalam
meningkatkan cakupan penimbangan balita,penyuluhan dan pendampingan
makanan sehat sangat penting bagi balita yang mengkonsumsinya. Gizi buruk
dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan
pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh
kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan janin
sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak dapat dicukupi pada masa
berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus (profil
kesehatan ,2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan di Indonesia
(2016) menunjukkan cakupanStatus gizi balita dapat diukur dengan indeks berat
badan per umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U) dan berat badan per tinggi
badan ( BB/TB). Hasil pengukuran status gizi PSG tahun 2016 dengan indeks
BB/U pada balita 0-59 bulan, mendapatkan persentase gizi buruk sebesar 3,4%,
gizi kurang sebesar 14,4% dan gizi lebih sebesar 1,5%. Angka tersebut tidak
2

jauh berbeda dengan hasil PSG 2015, yaitu gizi buruk sebesar 3,9%, gizi kurang
sebesar 14,9% dan gizi lebih sebesar 1,6%. Provinsi dengan gizi buruk dan
kurang tertinggi tahun 2016 adalah Nusa Tenggara Timur (28,2%) dan terendah
Sulawesi Utara (7,2%). Untuk di Sumatra Utara (10,1%) menurut hasil profil
kesehatan tahun 2016.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling direkomendasikan
untuk bayi sedikitnya pada 6 bulan pertama kehidupan. Ketidak cukupan berat
badan bayi yang adekuat, sehingga hal tersebut menjadikan menyusui
merupakan hal yang dapat menimbulkan stress bagi seorang ibu postpartum
(Anamed, 2012). Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan
sampai usia 2 tahun di samping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif dapat
menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Target nasional untuk pemberian ASI
Eksklusif adalah 80%, sedangkan untuk saat inimasih banyak yang tidak
memenuhi target yang telah ditentukan oleh Kemenkes (Mardiyaningsih 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan di Indonesia
(2016) menunjukkan cakupan persentase bayi yang diberi ASI
Eksklusifpersentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat ASI eksklusif sebesar
54,0%, sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia enam
bulan adalah sebesar 29,5%.Cakupan nasional pemberian ASI eksklusif pada
tahun 2016 pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 54,0% telah
mencapai target. Menurut provinsi, cakupan ASI eksklusif pada bayi umur 0-5
bulan berkisar antara 32,3% (Gorontalo) sampai 79,9% (Nusa Tenggara Timur).
Dari 34 provinsi hanya tiga provinsi yang belum mencapai target yaitu Gorontalo,
Riau dan Kalimantan Tengah.
Saat terpenting waktu menyusui adalah beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Bila seorang ibu dibantu dengan baik pada saat ia mulai menyusui,
kemungkinan ibu tersebut akan berhasil untuk terus menyusui. Kenyataan
dilapangan menunjukkan produksi dan ejeksi ASI yang sedikit pada hari-hari
pertama setelah melahirkan menjadi kendala dalam pemberian ASI secara dini.
Menurut Cox (2006) disebutkan bahwa ibu yang tidak menyusui bayinya pada
hari-hari pertama menyusui disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan
kurangnya produksi ASI serta kurangnya pengetahuan ibu tentang proses
menyusui. Kecemasan dan ketakutan ibu menyebabkan penurunan hormon
3

oksitosin sehingga ASI tidak dapat keluar segera setelah melahirkan dan
akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan susu formula pada bayi . Jika ibu
tidak mengetahui cara mengatasi penurunan produksi ASI dimana salah satunya
itu adalah dengan cara pijat oksitosin(Putri,2010).
Pijat oksitosin ini merupakan solusi yang baik untuk mengarasi
ketidaklancaran pada ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima - keenam dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah.
Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar.
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
refleks let down. Dengan dilakukannya pemijatan ini ibu akan merasa rileks,
kelelahan setalah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu hormon
oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (Mardiyaningsih 2010). Selain itu untuk
merangsang reflek let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan
kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi
terjadinya sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,
memepertahankan produksi ASI saat ibu dan bayi sakit (Depkes RI 2007).
Berdasarkan uraian data di atas menunjukkan masih rendahnya tingkat
pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada bayinya dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pijat Oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu postpartum
di klinik Sally ,Kecamatan Medan Tembung Kota Madya Medan Tahun 2018”.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dapat dirumuskan
adalah“Bagaimanakah Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada
ibu postpartum di klinik bersalin”.

C. Tujuan penelitian
C.1 Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh pijat oksitosin di klinik bersalin dengan
pengeluaran ASI pada ibu post partum.
C. 2Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengeluaran ASI pada ibu postpartum yang tidak
dilakukan pijat oksitosin di klinik bersalin Sally.
2. Untuk mengetahui pengeluaran ASI pada ibu postpartum yang
dilakukan pijat oksitosin di klinik bersalin Sally.
3. Menganalisis pengaruh pijat oksitosin dengan pengeluaran ASI pada
ibu postpartum di klinik Sally
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengalaman belajar dalam melakukan
penelitian.
D.2 Manfaat tempat penelitian
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat khususnya pada pasien postpartum terhadap
tindakan pijat oksitosin.
D.3 Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data
dasar untuk penelitian selanjutnya.
5

E. Keaslian Penilitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Nama Tahun
Judul Rancangan Variabel Hasil
NO & Tempat
Penelitian penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Hubungan Darul Azhar Cross Variabel Ada
Pijat di Klinik Sectional bebas : Pijat hubungan
Oksitosin Bersalin Siti Oksitosin pijat
dengan Ngatinah, oksitosin
Kelancaran Amd. SST Variabel dengan
Produksi Kecamatan terikat : kelancaran
ASI pada Jenangan Kelancaran produksi
Ibu Kabupaten Produksi ASI ASI pada
Postpartum Ponorogo ibu
Fisiologis tahun 2016. postpartum
hari Ke 2 - 3 dalam hari
ke 2-3
2 Pengaruh Fionie Tri Quasi Variabel Ada
Pijat Wulandari Eksperimen bebas : Pijat pengaruh
Oksitosin ,dkk oksitosin pijat
terhadap 1 Oktober oksitosin
Pengeluara 2014 terhadap
n Kolostrum Di Rumah Variabel pengeluara
pada Ibu Sakit terikat : n kolostrum
Postpartum Umum Pengeluaran
di Rumah daerah Kolostrum
Sakit Umun Provinsi
daerah Kepulauan
Provinsi Riau
Kepulauan
Riau
6

F. Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu.

Tabel 1.2. Perbedaan penelitian


Pembeda Darul Azhar Fionie Tri Yessy R Siregar
Wulandari ,dkk
Judul Penelitian Hubungan Pijat Pengaruh Pijat Hubungan Pijat
Oksitosin dengan Oksitosin terhadap Oksitosin di
Kelancaran Pengeluaran klinik Sally
Produksi ASI pada Kolostrum pada dengan
Ibu Postpartum Ibu Postpartum di Pengeluaran ASI
Fisiologis hari Ke Rumah Sakit pada Ibu
2–3 Umun daerah Postpartum di
Provinsi wilayah Pancing
Kepulauan Riau tahun 2018
Variabel Variabel bebas : Variabel bebas : Variabel bebas :
Penelitian Pijat Oksitosin Pijat oksitosin Pijat oksitosin

Variabel terikat :
Kelancaran Variabel terikat : Variabel terikat
Produksi ASI Pengeluaran : Pengeluaran
Kolostrum ASI
Tempat Klinik Bersalin Rumah Sakit Klinik Sally
Penelitian Siti Ngatinah, Umum Daerah Wilayah Pancing
Amd. SST Kepulauan Riau Kecamatan
Kecamatan Medan Tembung
Jenangan
Kabupaten
Ponorogo tahun
2016.
Desain Cross sectional Quasi Eksperimen Quasi
Penelitian Eksperimen
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)


A.1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan bahan makanan pertama dan tunggal yang
paling baik, paling sesuai dan paling sempurna bagi bayi, terutama pada saat-
saat permulaan kehidupan.Kecukupan jumlah serta kualitas ASI yang harus
diberikan sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan bayi, agar tetap
dalam keadaan sehat.Kecukupan jumlah maupun kualitas ASI, sangat
dipengaruhi oleh keadaan gizi ibunya sewaktu hamil hingga menyusui.Karena
selama kehamilan dan periode menyusui ibu tidak boleh menderita kekurangan
gizi (Lina Rahmiati, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO), ASI eksklusif adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air
jeruk, atau makanan tambahan lain sebelum mencapai usia enam bulan. ASI
ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim .

A.1.1 Keuntungan Pemberian ASI


Pemberian ASI bagi bayi juga memberikan keuntungan jangka panjang
pada anak, diantaranya: terhindar dari penyakit alergi, asma, obesitas, dan
bahkan beberapa jenis kanker. Penelitian juga telah membuktikan bahwa ASI
tidak hanya membuat bayi anda sehat tetapi juga membuat mereka lebih cerdas.
Bagi ibu yang menyusui juga memberikan banyak manfaat. Hormon yang
dihasilkan saat menyusui akan mengurangi pendarahan yang mungkin terjadi
pasca persalinan dan membantu rahim mengecil kembali keukuran semula.
Menyusui juga dapat mengurangi resiko terjadinya beberapa penyakit pada ibu,
diantaranya: kanker payudara. Ibu yang menyusi anaknya akan hidup lebih
bersih dan teratur serta lebih memperhatikan kesehatan tubuh lingkunagn agar
bayi nya tetap sehat. (Ratih Purwanti,2009)
8

A.1.2 Keunggulan ASI


Dilihat dari kandungan nutrisinya, ASI masih merupakan makanan yang
terbaik dan telah memenuhi kebutuhan bayi dari 0 hingga 6 bulan lebih tinggi
hngga 100%. ASI mengandung karbonhidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan
enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga ASI akan mengurangi resiko
dari berbagai jenis kekuarangan gizi. Selain itu, ASI juga dibutuhkan bagi otak,
mata, dan pembuluh darah yang sehat.
ASI dapat mencegah anemia pada bayi karena mengandung zat besi
yang dapat diserap lebih baik dari pada zat besi dari sumber lainnya. Selain itu,
ASI juga membuat bayi tidak akan kekurangan nutrisi, karena ASI mampu
memenuhi kebutuhan energi bayi.(Ratuh novianti, 2009)

A.1.3 Proses Produksi ASI


ASI diproduksi dari hasil kerja sama anatara faktor hormonal dan saraf.
Untuk membahas mengenai bagaimana ASI dapat diproduksi, terlebih dahulu
akan dijelaskan mengenai hormon estrogen. Hormon estrogen adalah hormon
seks yang diproduksi oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan organ seks,
seperti payudara dan rambut pubik, serta mengatur siklus menstruasi. Hormon
estrogen juga berperan menjaga tekstur dan fungsi payudara membesar dan
merangsang pertumbuhan kelenjar ASI. Selain itu, hormon estrogen memperkuat
dinding rahim saat terjadi kontaksi menjelang persalinan. Payudara terdiri atas
kumpulan kelenjar dan jaringan lemak yang terletak di antara kulit dan tulang
dada bagian dalam payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan berserat
yang saling berhubungan, yang mengikat payudara dam mempengaruhi bentuk
serta ukuran payudara. Terdapat juga pembuluh darah dan kelenjar getah
bening. Kelenjar di dalam payudara yang dikenal sebagai kelenjar lobule
membentuk lobe atau kantung penghasil susu akan menghasilkan susu setelah
seorang perempuan melahirkan. Terdapat sekitar 15-20 kantung penghasil susu
pada setiap payudara, yang dihubungkan dengan saluran susu yang terkumpul
di dalam puting.
ASI tidak diproduksi selama kehamilan karen ada faktor-faktor yang
menekan pelepasan hormon prolaktin. Salah satunya berkat kerja hormon
estrogen bisa kita bayangkan jika susu sudah diproduksi sejak awal kehamilan
sementara belum ada yang menhisapnya, para ibu tentu harus membuang ASI
9

setiap hari. Proses produksi sampai air susu memenuhi payudara sekitar satu
hari hingga tiga hari. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir apabila air susu belum
keluar atau yang keluar hanya sedikit sekali pada hari-hari pertama yang
diproduksi payudara saat produksi ASI dimulai. Cairan kolostrum berbentuk
encer, manis, dan mudah dicerna. Awalnya kolostrum berbentuk kental dan
berwarna kuning, semakin dekat dengan perslinan, kolostrum semakin encer dan
warnanya memucat.
ASI diproduksi setiap saat sebelum, selama dan sesudah bayi menyusu.
ASI yang telah diproduksi disimpan dalam payudara ibu. Volume ASI yang
disimpan di payudara akan lebih banyak jika masa jeda waktu menyusu
berikutnya lebih lama. Volume ASI yang disimpan dalam payudara relatif
bervariasi pada tiap ibu dan tidak ditentukan dari ukuran payudara. ASI tidak
akan pernah habis 100% meskipun bayi telah menyusu payudara setiap saat.
Penelitian lakasi membuktikan, bayi tidak akan menghabiskan semua stok ASI
pada payudara. Makin banyak dan sering bayi minum ASI, makin cepat ASI
diproduksi. Jadi, jangan berfikir menyusui, memompa, atau memerah ASI seperti
meminum air di dalam gelas dengan sedotan begitu diminum akan berkurang.
Pada beberapa hari pasca melahirkan, ASI mulai diproduksi oleh organ
penghasil ASI. Pada hari pertama produksi ASI tidak ditentukan dari beberapa
banyak ASI akan dikeluarkan. Tetapi, setelah beberapa hari kemudian produksi
ASI sangat ditentukan dari berapa banyak ASI yang dikeluarkan, baik dengan
cara disusui atau dipompa. Seterusnya organ produksi ASI akan mulai
mengurangi produksi ASI hingga jumlahnya sesuai dengan kebutuhan bayi.
Pada minggu pertama umumnya ibu memproduksi ASI melebih kapasitas
yang dibutuhkan bayi, terutama jika ibu menyusui dengan baik. Di masa tersebut
banyak ibu mengalami rembesan ASI atau payudara terasa penuh atau bengkak
kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Pada masa tersebut organ produksi ASI
ibu sedang dalam proses penyesuain terhadap jumlah ASI yang dibutuhkan bayi.
Sekitar minggu keenam hingga bula ketiga kadar prolaktin akan dimulai
berkurang secara bertahap hingga akhir masa menyusui. Pada masa tersebut
payudara mulai terasa tidak penuh, rembesan ASI yang diproduksi ibu selalu
berubah dari waktu ke waktu. Di menit-menit awal menyusui, ASI kaya akan
protein, rendah lemak dan cenderung lebih encer seperti susu formula yang
kebanyakan air. ASI yang dinamakan susu awal atau foremilk ini berfungsi untuk
1

mengenyangkan saat menyusui, ibu tidak dapat membedakan secara pasti


antara foremilk dan hindmilk karena perubahannya berlangsung secara perlahan.
(Suherni, 2007).
A.1.4 Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuatan ASI
mulai menghasilakn ASI. Apalagi tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak
bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari. Dari jumlah ini, akan terus
bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu mencapai usia
minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama
4-6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu
memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak
saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus
medapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume
susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan atau
penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi
sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi, ada penelitian yang dilakukan
oleh para ahli pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya
variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1liter selama 24
jam,meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahmua selama sehari
penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya volume air
susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat
kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya
memproduksi sejumlah kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam
sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan
kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya
mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang
dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam
tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan
sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi, kadang-kadang terjadi
1

keadaan dimana peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu
dapat meningkatkan produksi ASI-nya.
Produksi dari ibu yang kekurangan gizi sering kali menurun jumlahnya
dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat
muda. Di daerah-daerah, dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi sering kali
ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur 1 tahun hanya diberi ASI.
(Baskoro,2008)

A.1.5 Macam-macam ASI


Asi dibedakan dalam 3 stadium yaitu: kolostrum, air susu transisi, dan air
susu matur. Komposisi ASI hari 1-4(kolostrum) berbeda dengan ASI hari ke 5-10
(transisi) dan ASI matur. Masing-masing ASI tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Kolostrum :
a) Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar.
b) Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mammae yang mengandung tissue debris dan residual material yang
terdapat pada alveoli dan duktus dari kelenjar mammae, sebelum dan
segera sesudah melahirkan.
c) Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama
sampai hari ke empat pasca persalinan.
d) Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan.
e) Kolostrum banyak mengandung protein, antibody(kekebalan tubuh),
immunoglobulin.

2) Air susu Transisi/Peralihan:


a) ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4sampai hari ke 10.
b) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Terjadi
pada hari 4-10, berisi karbonhidrat dan lemak dan volume ASI
meningkat.
c) Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbonhidrat semakin tinggi.
1

d) Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah
warna serta komposisinya.
e) Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat.
3) ASI Susu Matur:
a) ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya.
b) ASI matur tampak berwarna putih kekuningan-kuningan karena
mengandung casienat, riboflaum dan karotin.
c) Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan.
d) Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada
yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-
satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

A.1.6 Kandungan ASI


Menurut (Lina Rahmiati, 2015) Kandungan ASI nyaris tak tertandingi. ASI
mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses
pertumbuhan kembang otak dan memperkuat daya tahan alamitubuhnya.
Kandungan ASI yang utama terdiri dari:
a) Laktosa
b) Lemak
c) Protein
d) Garam dan Mineral
e) Vitamin

A.1.7 Faktor yang Mempengaruhi Produk ASI


Produksi ASI yang rendah bisa diakibatkan dari kurang sering menyusui
atau memerah payudara dan memijat payudara. Biasa bayi tidak bisa menghisap
ASI secara efektif, maka hal ini dapat diakibatkan oleh:
a. Struktur mulut dan rahang yang kurang baik,
b. Teknik pelekatan yang salah,
c. Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi),
d. Jaringan payudara hipoplastik,
1

e. Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi sehingga tidak dapat


mencerna ASI,
f. Gizi ibu kurang.
Cara yang paling efektif untuk meningkatkan produksi ASI adalah:
a. Menyusui setiap dua sampai tiga jam sehingga akan menjaga produksi
ASI tetap tinggi,
b. Menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga
produksi ASI setiap tinggi pada masa-masa awal menyusui, khususnya
empat bulan pertama.
A.1.6 Faktor Penghambat Produksi ASI
Selain produksi ASI bisa ditingkatkan dengan jalan terus menyusui setiap
kali bayi menginginkan, ada beberapa hal yang bisa menghambat produksi ASI
diantaranya sebagai berikut:
a. Adanya feedback inhibitor
Feedback inhibitor yaitu suatu faktor lokal, yakni bila saluran ASI penuh,
maka mengirim impuls untuk mengurangi produksi. Cara mengatasi
adanya feedback inhibitor ini adalah dengan mengosongkan saluran
secara teratur yaitu dengan pemberian ASI eksklusif dan tanpa jadwal
(on- demand).
b. Stress/ rasa sakit
Adanya srtress/ rasa sakit maka akan menghambat atau inhibisi
pengeluaran oksitosin. Misalnya pada saat sinus laktiferus penuh/
payudara sudah bengkak.
c. Penyapihan
Merupakan penghentian penyusuan sebelum waktunya. Upaya
penyapihan di antaranya disebabkan karena faktor ibu bekerja sehingga
tidak mau repot menyusui bayi (Anik Maryuni, 2012).
A.1.7 Mekanisme Produksi ASI
Ketika bayi menyusui, payudara mengirimkan rangsangan ke otak.Otak
kemudian bereaksi mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk kedalam
aliran darah menuju kembali ke payudara. Hormon prolaktin merangsang
sel-sel bekerja memproduksi susu. Pada saat bayi menyusui sebagian
hormon prolaktin berada dalam darah selama kurang lebih 30 menit,
setelah proses menyusui. Hormon prolaktin bekerja untuk produksi susu
1

berikutnya. Selain hormon prolaktin otak juga mengeluarkan hormon


oksitosin yang diproduksi lebih cepat, dipengaruhi oleh pikiran dan
perasaan ibu.Jadi ketika ibu mendengar suara bayi meskipun mungkin
bukan bayinya, sentuhan bayi dan ketika ibu memikirkan betapa
sayangnya kepada bayi, ASI dapat menetes keluar (Anik Maryuni, 2012).

A.1.8 Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI


Astutik (2016) mengatakan pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI
kira-kira 550-1000ml setiap hari, jumlah ASI dapat dipengaruhi oleh faktor:
1. Makanan: Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,
apabila makanan ibu secara teratur dan cukupmengandung gizi yang diperlukan
akan mempengaruhi produksi ASI,kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja
dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI
yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan
vitamin serta mineral yang cukup. Selain itu ibu dianjurkan minumlebih banyak
kurang lebih 8-12 gelas/hari. Adapun bahan makanan yang dibatasi untuk ibu
menyusui:
(a) Makanan yang merangsang,seperti: cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.
(b) Yang membuat kembung, seperti: ubi, singkong, kol, sawi dan daun bawang.
(c)Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

2. Ketenangan jiwa dan pikiran: Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri
dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI
bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus
dalam keadaan tenang.

3. Penggunaan alat kontrasepsi: Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan


alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang
tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.

4. Perawatan payudara: Dengan merangsang buah dada akanmempengaruhi


hipofisis untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak
lagi serta hormon oksitosin.
1

5. Anatomis buah dada: Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang,lobulus
pun berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel
acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.

6. Fisiologi: Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon prolaktin yangmerupakan


hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan
mempertahankan sekresi air susu.

7. Faktor istirahat: Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam


menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI
berkurang.

8. Faktor isapan anak: Bila ibu menyusui anak segera jarang danberlangsung
sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikianpengeluaran ASI
berkurang.

9. Faktor obat-obatan: Diperkirakan obat-obat yang mengandung hormon


mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yangberfungsi dalam
pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu
dengan sendirinya akan mempengaruhipembentukan dan pengeluaran ASI.

A.2 Postpartum
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan
awam merupakan masa nifas. Masa ini sangat penting sekali untuk terus
dipantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa
haid.

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira- kira 6 minggu.

Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, sebagai
berikut :
1. Pengecilan rahim atau involusi
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil
serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya.
1

Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan ukuran
kurang lebih sebesar telur ayam. Selama kehamilan, rahim makin lama
akan makin membesar.
Bentuk otot rahim mirip jala berlapis tiga dengan serat- seratnya
yang melintang kanan, kiri, dan transfersal. Diantara otot-otot itu ada
pembuluh darah yang mengalirkan darah ke plasenta. Setelah plasenta
lepas, otot rahim akan berkontraksi atau mengerut, sehingga pembuluh
darah terjepit dan perdarahan berhenti. Setelah bayi lahir, umumnya berat
rahim menjadi sekitar 1000 gram dan dapat diraba kira-kira setinggi 2 jari
dibawah umbilikus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya berkurang jadi
sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya sekitar 300 gram dan tidak
dapat diraba lagi.
Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil perlahan-lahan
ke bentuknya semula. Setelah 6 minggu beratnya sekitar 40-60 gram.
Pada saat ini dianggap bahwa masa nifas selesai.
2. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal
Selama hamil darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu lebih
banyak, sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan
kadar hemoglobinya (HB) akan tampak sedikit menurun dari angka
normalnya sebesar 11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu rendah maka
bisa terjadi anemia atau kekurangan darah.
Oleh karena itu, selama hamil ibu perlu diberi obat-obatan
penambah darah, sehingga sel-sel darahnya bertambah dan konsentrasi
darah atau hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah. Setelah
melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula.
Darah kembali mengental, dimana kadar perbandingan sel darah dan
cairan darah kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke- 3
sampai ke-15 Pasca persalinan.
1

A.2.1 Tujuan Masa Nifas


Menurut (damayanti , 2015)Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada
masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fifik maupun psikologis.
b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari-hari.
d. memberikan pelayanan KB.

A.2.2 Tahapan Masa Nifas


Masa nifas dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu:
(a) Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.

(b) Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat


genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

(c) Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-
minggu, bulanan, bahkan tahunan ).

A.2.3 Fisiologi laktasi


Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Frekuensi penyusuan bayi
kepada ibunya sangat berpengaruh pada produksi dan pengeluaran ASI. Isapan
bayi akan merangsang susunan saraf disekitarnya dan meneruskan rangsangan
ini ke otak, yakni hipofisis anterior sehingga prolaktin disekresi dan dilanjutkan
hingga ke hipofisis posterior sehingga sekresi oksitosin meningkat yang
menyebabkan otot-otot polos payudara berkontraksi dan pengeluaran ASI
dipercepat . Paritas juga mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI, semakin
sering melahirkan maka pengalaman yang dimiliki ibu mengenai bayi akan
1

semakin baik sehingga segera setelah bayi lahir akan segera menyusui bayinya,
sebaliknya ibu yang baru pertama kali menyusui memerlukan waktu untuk bayi
dan proses menyusui itu sendiri .

A.2.4 Menyusui
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang sehat. Selain itu, mempunyai status biologis serta kejiwaan yang unik
terhadap kesehatan ibu dan bayi.Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI
membantu melindung bayi terhadap penyakit.Akan tetapi, menyusui tidak
selamanya dapat berjalan dengan normal. Tidak sedikit ibu akan mengeluh
seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI karena
pengeluaran yang tidak lancar atau pengisapan oleh bayi.
Keluarnya hormon oksitosin menstimulasi turunnya susu(milk ejection/let
down reflek). Oksitosin menstimulasi otot disekitar payudara untuk memeras ASI
keluar.Para ibu mendeskripsikan sensasi pengeluaran ASI dengan berbeda-
beda.Beberapa ibu ada yang merasakan geli di payudara dan ada juga yang
merasakan sedikit sakit, tetapi ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Reflek
pengeluaran asi tidak selalu konsisten, khususnya pada masa-masa awal setelah
melahirkan. Tetapi reflek ini bisa juga distimulasi dengan hanya memikirkan
tentang bayi, atau mendengar suara bayi, sehingga terjadi pengeluaran ASI.
Reflek pengeluaran ASI ini penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI
saat menyusui, tetapi dapat terhalangi apabila ibu stres, oleh karena itu
sebaiknya ibu tidak mengalami stres.Pengeluaran ASI kurang baik juga akibat
dari puting lecet dan terpisah dari bayi.Apabila ibu kesulitan dalam menyusui
akibat kurangnya produksi ASI ibu dapat dibantu dengan pijat oksitosin,
penghangatan payudara dengan mandi air hangat atau menyusui dalam situasi
yang tenang (Anik Maryuni , 2012).

A.3 Pijat Oksitosin


Salah satu tujuan perawatan payudra bagi ibu menyusui setelah
melahirkan yakni agar dapat memberikan ASI secara maksimal pada buah
hatinya. Salah satu hormon yang berperan dalam produksi ASI adal hormon
1

oksitosin. Saat terjadi stimulasi hormon oksitosin, sel-sel alveoli di kelenjar


payudara berkontraksi, dengan adanya kontraksi menyebabkan air susu keluar
lalu mengalir dalam saluran kecil payudra sehingga keluarlah tetesan air susu
dari puting dan masuk ke mulut bayi, proses keluarnya air susu disebut dengan
refleks let down, refleks let down sangat dipengaruhi oleh psikologis ibu
memikirkan bayi, mencium, melihat bayi dan mendengarkan suara bayi.
Sedangkan yang menghambat refleks let down diantaranya perasaan stress
sperti gelisah, kurang percaya diri, takut dan cemas.
Pijat Oksitosin merupakan pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6
sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis
merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan .Pijat oksitosin dilakukan
untuk merangsang refleks oksitosin atau reflekslet down. Pijat oksitosin ini
dilakukan dengan cara memijat pada daerah pungung sepanjang kedua sisi
tulang belakang, sehingga diharapkan dengan dilakukannya pemijatan tulang
belakang ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan
segera hilang. Jika ibu rileks dan tidak kelelahan dapat membantu pengeluaran
hormon oksitosin .Pijatan atau pada tulang belakang, neurotransmitter akan
merangsang medulla oblongatalangsung mengirim pesan ke hypothalamus di
hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah
dada mengeluarkan air susunya. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau
dengan durasi 3-5 menit, lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau
memerah ASI. Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik,
sebaiknya pijat oksitosindilakukan setiap hari dengan durasi 3-5 menit.

A.3.1. Manfaat dari pijat oksitosin


Pijat oksitosin memberikan banyak manfaat dalam proses menyusui,
manfaat yang dilaporkan adalah selain mengurangi stres pada ibu nifas dan
mengurangi nyeri pada tulang belakang juga dapat merangsang kerja hormon
oksitosin. manfaat pijat oksitosin yaitu:
(1) Meningkatkan kenyaman,
(2) Mengurangi sumbatan ASI,
(3) Merangsang pelepasan hormon oksitosin,
(4) Memperlancar produksi ASI.
(5) Mempercepat proses involusi uterus (Roesli, 2007).
2

Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan bayinya
dengan durasi 3-5 menit, frekwensi pemberian pijatan 1 kali sehari. Pijatan ini
tidak harus dilakukan langsung oleh petugas kesehatan tetapi dapat dilakukan
oleh suami atau anggota keluarga yang lain.

A.3.2. Reflek Prolaktin


a) Refleks ini secara hormonal untuk memproduksi ASI.
b) Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada
puting susu dan aerola ibu.
c) Rangsangan ini diteruskan ke hipofise melalui nervus vagus, terus ke lobus
anterior.
d) Dari lobus ini akan mengeluarkan hormone prolaktin, masuk ke peredaran
darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI.
e) Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilakn ASI.

A.3.3 Refleks aliran (l et down r ef l eks )


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus
sehingga menimbulkan kontraksi. Kontaraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan
selanjutnya mengalir melalui masuk ke mulut bayi.

A.3.4 Langkah melakukan pijat oksitosin


a. Memberitahukan kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan, tujuan
maupun cara kejanya untuk menyiapkan kondisi psikologis ibu.
b. Menyiapkan peralatan dan ibu dianjurkan membuka pakaian atas, agar dapat
melakukan tindakan lebih efisien.
c. Mengatur ibu dalam posisi duduk dengan kepala bersandarkan tangan yang
dilipat ke depan dan meletakan tangan yang dilipat di meja yang ada
didepannya, dengan posisi tersebut diharapkan bagian tulang belakang
menjadi lebih mudah dilakukan pemijatan.
2

d. Melakukan pemijatan dengan meletakan kedua ibu jari sisi kanan dan kiri
dengan jarak satu jari tulang belakang, gerakan tersebut dapat merangsang
keluarnya oksitosin yang dihasilkan oleh hipofisis posterior.
e. Menarik kedua jari yang berada di costa 5-6 menyusuri tulang belakang
dengan membentuk gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu jarinya.
f. Gerakan pemijatan dengan menyusuri garis tulang belakang ke atas kemudian
kembali ke bawah.
g. Melakukan pemijitan selama 3-5 menit

Gambar 2.1. Langkah-langkah Pijat Oksitosin.

(Mardiyaningsih,2010)
2

B.KERANGKA TEORI

Refleks Prolaktin
Gambar 2.2
Kerangka Teori
Pijat Oksitosin
Pengeluaran ASI
C.KERANGKA KONSEP
kerangka Konsep Penelitian Refleks
“Hubungan Pijat Oksitosin di Klinik Sally dengan
let down
Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum”
INDEPENDEN DEPENDEN

Pijat Oksitosin Pengeluaran ASI


Gambar 2.3
Kerangka
Konsep
2

D. Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi operasional
Definisi Skla
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Pijat Pemijatan Menggunak Panduan Sesuai Nominal
oksitosin yang dilakukan an panduan prosedur dengan
pada prosedur pijat panduan
punggung oksitosin prosedur
belakang ibu pijat
yang dilakukan oksitosin
1x/2hari (6kali
tindakan)
dengan durasi
5 menit
2 Pengelu Hasil Mengukur Dengan Melihat Interval
aran ASI pengeluaran ASI dengan breastpu perbanding
ASI pada ibu alat mp an
postpartum breastpump pengeluara
diatas hari ke n ASI
10 yang di dengan
ukur setelah 5 kelompok
menit eksperimen
pemijatan dan control
selama 15
menit
penyedotan
dengan
menggunakan
breastpump
2

E.HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah penelitian
atau penjelasan sementara untuk menerangkan fenomena yang diamati atau
suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan terjadi antara 2 variabel
atau lebih yang memungkinkan untuk dibuskripsikan secara empirik atau perlu
diuji kebeneran atas jawaban pertanyaan tersebut.

Hipotesis : Pijat Oksitosin berhubungan dengan pengeluaran ASI pada ibu


postpartum
2

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Quasi Eksperimen
yang bertujuan untuk mengetahui kelancaran ASI pada ibu postpartum tentang
pelaksanaan pijat oksitosin dalam meningkatkan produksi ASI di Wilayah Kerja
Klinik Bersalin Sally.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukandi Wilayah Kerja Klinik Bersalin Sally Medan
Tembung yaitu di Klinik Bersalin Sally. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian
karena tersedianya sampel yang memadai, lokasi mudah dijangkau peneliti, dan
penelitian tentang perilaku ibu postpartum tentang pelaksanaan pijat oksitosin
belum pernah dilakukan.Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan April
sampai Juni tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

C.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian populasi yang diambil dalam


penelitian ini adalah 30 orang ibu postpartum primipara pada selama 3 bulan
pada April- Juni di Wilayah Kerja Klinik Bersalin Sally .

C.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila subjeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi.Tetapi, apabila jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih . Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak
15% dari total populasi sehingga sampel pada penelitian ini adalah 30 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang dilakukan


dengan mengambil responden diantara populasi yang sesuai dengan
karakteristik yang telah ditentukan.
2

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


A. Insklusi
a. Ibu postpartum diatas hari ke10 sampai 1 bulan
b. Ibu yang memiliki HB normal ≥ 12 gram
c. Ibu yang berumur 20 sampai 30 tahun
d. Ibu yang frekuensi menyusuinya minimal 6 sampai 8 kali perhari
e. Bayi yang hanya diberikan ASI
B. Eksklusi
a. Ibu yang sedang stress
b. Ibu yang mengalami masalah pada payudara
(Mastitis, lecet pada puting, dan puting susu yg tidak menonjol)

= ( )2 + 1
Keterangan :
n= sampel;
N= populasi;(30)
d= nilai presisi 95% atau sig=0,05
contoh : N=30/30(0,05)2+1=7,5 dibulat 8

D. Pengumpulan Data
1 Jenis data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari lembar wawancara dan
lembar observasi untuk mengetahui banyaknya ASI pada saat menyusui
bayi sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari jurnal dan buku,
internet yang ada hubungannya dengan penelitian.
2 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara
terhadap responden dengan menggunakan lembar prosedur dan tindakan pijat
oksitosin serta mengukur pengeluaran ASI. Dengan menjelaskan kepada
responden manfaat dan tujuan dilakukannya pijat oksitosin. Setelah responden
2

yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk menjadi responden dilakukan


mengisi informed consent untuk kesedian menjadi responden dalam penelitian.

E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti mengumpulkan data


dengan menggunakan alat berupa panduan prosedur pijat oksitosin dan
pemeriksaan yang disusun sendiri oleh peneliti dengan pedoman pada tinjauan
pustaka dan konsep.Instrumen ini terdiri dari dua bagian yaitu lembar prosedur
dan tindakan pijat oksitosin dengan pengeluaran ASI.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan
Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan tahap – tahap sebagai
berikut :
a. Studi dokumentasi, studi pustaka, penyusunan proposal, dan
dilanjutkan dengan ujian proposal.
b. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari ketua program studi
kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
c. Kemudian melakukan permohonan izin ke Dinas Kesehatan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Setelah mendapatkan responden, kemudian sampel dimintai
persetujuan (informed consent) sebagai sampel penelitian dan
menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.
b. Pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan lembar SOP kepada sampel untuk dibaca, serta peneliti
membantu menjelaskan tiap langkah-langkah yang ada di SOP
dengan cara wawancara (interview).
d. Data hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan.
e. Data yang telah dicek tersebut, kemudian diolah dengan program
komputer.
f. Pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan hasil penelitian.
2

G. Pengolahan Data
G.1. Pengolahan Data
Data primer diolah dengan cara komputerisasi berdasarkan penetapan
kategori setiap instrumen yang digunakan dan selanjutnya dianalisa. Data yang
dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
Yaitu pemeriksaan akan kelengkapan, ketetapan dan kebenaran
pengisian data yang telah dikumpul karena kemungkinan data yang
masuk atau terkumpul tidak logis dan meragukan.
b. Coding
Yaitu pemberian pembuatan kode-kode pada setiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama, yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf
yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau
data yang dianalisa.
c. Entry
Merupakan masukan data jawaban responden dalam bentuk kode
kedalam bentuk software computer.
d. Tabulating
Yaitu memasukkan data dalam bentuk tabel induk selanjutnya ke tabel
distribusi baik tunggal maupun silang. Selanjutnya, dilakukan analisa
data dengan metode deskriptif yaitu dengan melihat proporsi dari tiap
variabel yang akan diteliti atau diukur baik tabel distribusi tunggal
maupun silang.

H. Analisis Data
H.1. Analisis Univariate
Analisa Univariate dilakukan dengan menggunakan analisa distribusi,
frekuensi, dan statistik deskriptif untuk melihat produksi ASI pada ibu postpartum
yang dilakukan pijat oksitosin dan tidak dilakukan pijat oksitosin.
H.2. Analisi Bevariate
Analisis bevariate dilakukan dengan uji T. Uji T prinsipnya adalah pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat (point time approach)
artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
2

I. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untukmenjamin
kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadi ancamanterhadap
responden. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti memperkenalkandiri
terlebih dahulu dan menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur pelaksanaan
penelitian yang akan dilakukan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam
menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan menjadi subjek penelitian.Jika calon
responden bersedia, maka responden diminta untukmendatangi lembar
persetujuan (Informed consent) penelitian dan memberikankuesioner untuk diisi.
Jika dalam pemberian lembar prosedur responden kurang mengerti, maka
peneliti akan memberikan penjelasan.

Tanpa nama (Anonimity) peneliti melindungi subjek dari semua kerugianbaik


material, nama baik dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul
akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan (confidentiality) identitas
responden peneliti tidak cantumkan nama responden pada lembarpengumpulan
data, tetapi dengan memberi inisial pada masing-masing lembartersebut.
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanyadigunakan
dalam penelitian ini
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HasilPenelitian

Dari data yang diperoleh melalui lembar observasi yang dilakukan


kepada 30 responden di Klinik Sally Jl. Tempuling Medan Tembung 14 Mei 2018
sampai 28 Mei 2018, terdiri dari 15 orang Ibu yang melakukan pijat oksitosin dan
15 orang Ibu tidak melakukan pijat oksitosin. Peneliti melakukan kunjungan
kerumah untuk melakukan pijat oksitosin dan melakukan wawancara terhadap
responden untuk mendapat hasil sebelum dipijat dan sesudah di pijat oksitosin.
Awal proses penelitian ini adalah sebelum ibu menyusui dilakukan pijat
oksitosin, ibu dipersilahkan duduk yang sudah disiapkan oleh peneliti,
selanjutnya tanda-tanda vital ibu diukur dulu yaitu tekanan darah, nadi, dan
pernafasan, jika tanda-tanda vital ibu normal baru dilakukan pijat oksitosin.Jika
tekanan darah, nadi, dan pernafasan ibu tidak normal maka pijat oksitosin belum
dapat dilakukan, kita tunggu sampai tanda-tanda vital tersebut normal dengan
mengistirahatkan ibu terlebih dahulu.

4.1.1 1Gambaran Responden


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur dan Pekerjaan pada Ibu postpartum di Klinik
Sally Jl. Tempuling Medan Tembung

Kategori Kriteria Jumlah (f) %

Umur 20 – 25 22 73,33%
26 – 30 8 26,67%
Total 30 100%

Pekerjaan Bekerja 6 20%


Tidak bekerja 24 80%
Total 30 100%

Pada tabel 4.1di atas dapat dilihat bahwa dari 22 responden (73,33)
mayoritas ibu berumur 20-25 tahun. Dan dari 8 responden (26,67%) mayoritas
ibu berumur 26 – 30 tahun.

30
3

Untuk kategori Pekerjaan diatas dapat di lihat bahwa dari 24 responden (80%)
mayoritas ibu tidak bekerja.Dan dari 6 responden (20%) mayoritas ibu bekerja.

4.1.2 Analasis Univariat


Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Produksi ASI pada Ibu yang Tidak Dilakukan Pijat
Oksitosin dan Dilakukan pijat oksitosin Di Klinik Sally Jl. Tempuling
Medan Tembung
Peningkatan ProduksiAsi
Pijat Total
No Meningkat Menetap Menurun
Oksitosin
F F F F %
1 Dilakukan 15 - - 15 100%

Tidak
2 - 9 6 15 100%
Dilakukan

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak dilakukan
pijat oksitosin tidak mengalami peningkatan produksiasi. Responden yang
produksi ASInya menetap sebanyak 9 orang (30%) dan responden yang produksi
ASInya menurun sebanyak 6 orang (20%). Dan dapat dilihat juga bahwa
responden yang dilakukan pijat oksitosin mengalami peningkatan produksi ASI
yaitu sebanyak 15 orang (100%)

4.1.3 Analisis Bivariat


Analisis bivariat adalah analisis statistik yang dilakukan untuk menguji
hipotesis antara 2 variabel, untuk memperoleh jawaban apakah ada pengaruh
pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada ibu postpartum.
3

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi hasil test normalitas pada pengaruh pijat oksitosin
terhadap pengeluaran ASI sebelum dan sesudah dilakukan tindakan

Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Pijat_oksitosin df
Statistic Sig.
Tidak dipijat .935 90 .432
Sebelum
Dipijat .806 90 .388
Tidak dipijat .899 90 .567
Sesudah
Dipijat .957 90 .656
a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel 4.3 di atas dilakukan uji normalitas pada pengaruh pijat
oksiosin terhadap pengeluaran ASI sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
bahwa hasil dari uji normalitas nya dinyatakan normal.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Peningkatan Produksi ASI

Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta

(Constant) -1.445 .207 -6.987 .001


Sebelum -.003 .003 -.054 -1.089 .278
Sesudah .021 .001 .842 16.816 .001

Dapat di lihat dari data diatas Jika nilai sig. < 0,05 maka variable bebas
berpengaruh signifikan terhadap variable terikat. Dan Jika nilai sig. > 0,05 maka
variable bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variable terikat. Yang
berarti Ha di terima dan dapat di simpulkan bahwa pijat oksitsin berpengaruh
terhadap pengeluaran ASI.
3

Pijat Peningkatan ProduksiAsi


No Jumlah P
Oksitosin Meningkat Menetap Menurun
F % F % F % F % value

1 Dilakukan 15 50% - - - - 15 50% 0.001


Tidak
2 - - 9 30% 6 20% 15 50%
Dilakukan
Total 15 50 % 9 30% 6 20% 30 100%

Pada table 4.6 di atas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang produksi
ASI meningkat mayoritas melakukan pijat oksitosin15 responden (50%). Dan dari
15 responden yang produksi ASI menurun mayoritas tidak melakukan pijat
oksitosin 6 responden (20%).Berdasarkan tabel di atas, diketahui T test value
sebesar 0,001 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh yang sangat signifykan antara
pijat oksitosin dengan peningkatan produksi ASI pada responden di Klinik Sally
Jl. Tempuling Medan Tembung.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Produksi ASI pada Ibu Post Partum yang Tidak Dilakukan Pijat
Oksitosin
Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi. Bayi yang
sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih
sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih
dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindung dan tersayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spritual yang baik.
Menurut peneliti Roesli tahun 2000 Air susu ibu yang selanjutnya
disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu (PP-ASI). ASI
merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna
sebagai makanan yang utama bagi bayi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa ibu Post Partum di Klinik Sally
Medan Tembung Tidak Ada yang melakukan Pijat Oksitosin. Hal ini menunjukkan
bahwa kurangnya pengetahuan Ibu-ibu Post Partum tentang pentingnya Pijat
3

Oksitosin dalam membantu peningkatan produksi ASI. Ibu Post Partum berpikir
bahwa ASI akan tetap keluar meskipun tidak dilakukan Pijat Oksitosin.
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tidak dilakukan
pijat oksitosin tidak mengalami peningkatan produksi ASI. Responden yang
produksi ASInya menetap sebanyak 9 orang (30%) dan responden yang produksi
ASInya menurun sebanyak 6 orang (20%).
Maka dapat diasumsikan, salah satu yang mempengaruhi peningkatan
ASI pada ibu. Melakukan pijat oksitosin untuk membantu kelancaran pada
produksi ASI ibu sehingga bayi mempunyai sistem kekebalan tubuh yang kuat.

4.2.2 Produksi ASI pada Ibu Post Partum Yang Dilakukan pijat
oksitosin
Wanita yang menyusi akan mengalami peningkatan kadar hormon
oksitosin dalam tubuhnya. Hormon ini akan membantu untuk merangsang
hormon sehingga dapat menurunkan resiko perdarahan selama masa
postpartum. ASI eksklusif membantu menunda proses menstruasi dan ovulasi
selama kira-kira 20 sampai 30 minggu atau lebih.
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang dilakukan pijat
oksitosin mengalami peningkatan produksi ASI yaitu sebanyak 15 orang
(50%)pijat oksitosin akan memberikan efek relaksasi, menghilangkan
ketegangan dan stress sehingga hormon oksitosin keluar dan akan membantu
pengeluaran produksi ASI. Hal ini menunjukan bahwa pemberian pijat
berpengaruh pada peningkatan produksi ASI.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati
tahun 2009 yaitu pijat oksitosin merupakan salah satu terapi pendukung yang
efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki gangguan
mood. Pengurangan ketidaknyamanan pada ibu menyusui akan membantu
peningkatan produksi ASI. Pada kelompok perlakuan dapat memberikan efek
rileks pada ibu yang secara tidak langsung dapat menstimulasikan hormon
oksitosin yang dapat membantu proses kelancaran produksi ASI.
Maka dapat diasumsikan bahwa pengeluaran ASI di pengaruhi oleh dua
hormon, yaitu prolaktin dan oksitosin. Hormon oksitosin berfungsi pada
pengeluaran ASI dan cara kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi.
Semakin sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula
3

pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering di sebut sebagai hormon kasih


sayang, sebab kadar nya sangat dipengaruhi oleh, suasana hati, rasa bahagia,
rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, rileks.

4.2.3 Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu


Post Partum
Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden di Klinik Sally medan
Tembung didapatkan data bahwa dari 15 responden yang dilakukan pijar
oksitosin seluruhnya mengalami produksi ASI meningkat (50%) sedangkan dari
15 responden yang tidak dilakukan pijat oksitosin 6 diantaranya mengalami
produksi ASI menurun (20%) dan 9 responden mengalami produksi ASI menetap
(30%).
Produksi ASI dapat ditingkatkan melalui pijat oksitosin yaitu pijat atau
rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla
oblongata ke hypothalamus untuk mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan
buah dada mengeluarkan air susunya. Dengan pijatan di daerah tulang belakang
ini juga kan merelaksasikan ketegangan dan menghilangkan stress dengan
begitu hormon oksitosin keluar akan membantu pengeluaran air susu ibu. Dalam
penelitian ini pijat oksitosin dilakukan berdasarkan Standar Operasional Prosedur
(SOP).
Pijat oksitosin merupakan reseptor mekanik secara langsung pada kulit,
sehingga simultan merangsang impul saraf aferen pada system limbic sepanjang
vertebra dan costa 5-6 .rangsangan tersebut memberikan umpan balik pada
kelenjar hifose posterior (neurohipofise) sehingga oksitosin disekresi memasuki
system peredaran darah.
Sesuai dengan teori yang mengatakan pijat oksitosin merupakan salah
satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI, mengurangi bengkak,
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, terutama
pada hari-hari pertama kelahiran dimana ASI secara bertahap akan dihasilkan
dan dikeluarkan 10-100 ml. Berdasarkan hal ini peneliti berpendapat pijat
oksitosin dapat mempengaruhi pengeluaran ASI pada ibu post partum. Pijat
oksitosin ini merupakan salah satu bentuk upaya atau dukungan yang dapat
dilakukan seorang tenaga kesehatan dan keluarga dalam mendukung pemberian
ASI eksklusif. Sebagai tenaga kesehatan atau bidan pada pemeriksaan
3

kehamilan sudah seharusnya mengajarkan semua ibu hamil, suami/ pendamping


cara melakukan pijat oksitosin sehingga pada saat masa post partum tiba ibu dan
keluarga bisa melakukannya tanpa adanya seorang bidan.
Berdasarkan hasil T test menunjukan peningkatan produksi ASI setelah
dilakukan pijat oksitosin diperoleh nilai T test 0,001 (p>0,05) . hal ini menunjukan
secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara pijat
oksitosin dengan peningkatan produksi ASI pad ibu post partum di Klinik Sally.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rofiah siti (2016) mengatakan
bahwa pijat oksitosin memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap
pengeluaran ASI pada ibu post partum (p value : 0,001). Maka dapat di
asumsikan bahwa pijat oksitosin perlu juga dilakukan untuk ibu post partum agar
memberikan efek rileks sehingga dapat menstimulasikan hormon oksitosin dan
akan membantu pengeluaran produksi ASI. Dan pijat oksitosin ini sangat
membantu untuk masalah yang terjadi pada ibu saat menyusui bayi nya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

a) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 30 responden
tentang Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada Ibu Post
Partum di Klinik Sally Medan Tembung tanun 2018 dapat di simpulkan bahwa :
a. Ibu Postpartum yang dilakukan pijat oksitosin seluruhnya mengalami
peningkatan produksi ASI sebanyak (100%).
b. Ibu Postpartum yang tidak dilakukan pijat oksitosin tidak ada mengalami
peningkatan produksi ASI. 30% menetap bahkan sebanyak 20 %
mengalami penurunan pada produksi ASI.
c. Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada ibu post
partum di Klinik Sally Medan Tembung tahun 2018 dengannilai
p value=0.001 (p<0.05).

b) Saran
a) Bagi Responden penelitian
Sesuai yang telah disampaikan dalam penelitian bahwa pijat oksitosin
bersifat fisiologis, semoga dengan telah dilaksanakannya penelitian ini
responden khusus nya bagi ibu-ibu postpartum dapat mengaplikasikan
pengetahuan tentang pijat oksitosin melalui (Internet,buku dan majalah)
agar dapat meningkatkan produksi ASI ibu pada saat menyusui.
b) Bagi Tempat Penelitian
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat di aplikasikan oleh
tenaga kesehatan memberikan pelayanan khusus pada ibu postpartum
dengan perlakuan tindakan pijat oksitosin untuk dapat melancarkan ASI,
merileksasikan tubuh, dan memberikan rasa percaya diri pada ibu saat
menyusui.

37
38

c) Bagi Institusi Pendidikan


Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis, sehingga dapat
dijadikan sumber referensi dalam memberikan asuhan pada ibu
postpartum yang menyusui. Dan bagi institusi pendidikan agar selalu
meningkatkan penelitian-penelitian dibidang kesehatan.

d) Bagi Penelitian Selanjutnya


Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut mengenai
pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI dengan menambah
variabel yang mempengaruhi pengetahuan pijat oksitosin.
Daftar Pustaka

Anik Maryuni, 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen
Laktasi, Jakarta: TIM
Ari Indra S, Lina R, dkk, 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui,
Jakarta: Erlangga
Astutik, Y, R. (2015). Asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui.
TIM.Jakarta.
, (2016). Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
Azizah&Yulinda (2016). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran
ASI pada Ibu Postpartum di BPM Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun
2016. Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017

Cox , (2006). ASI Eksklusif. Jakarta : Trans info Media


Darul Azhar Vol 3, No. 1, 2017. Hubungan pijat oksitosin dengan
kelancaran produksi ASI pada ibu post partum. Journal
Damai Yanti, 2014. Asuhan Kebidanan masa Nifas. Jakarta : Refika
Aditama
Depkes RI. 2007. Manajemen Laktasi. Jakarta : EGC
Kementrian Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
, 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Mardianingsih, Eko. (2010). Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat
Oksitosin terhadap produksi ASI. Depok : FIK UI
Notoatmojo, Soekidjo 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Sugiono, 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta
Rahmawati, E (2013). Hubungan Pijat Oksitosin Dengan Pengeluaran ASI
pada Ibu postpartum hari 1-2 DI BPM HJ. NL Kota Balikpapan
https://husadamahakam.files.wordpress.com/2015/12/1-jurnal-elly-u-
nop-14ok.pdf. diakses tangggal 02 januari 2016
Roesli. (2013). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya
Rukiyah, Ai.Y. dkk 2012.Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans Info
media
Widya Juliarti, Een Husana, 2017. Hubungan Pijat Oksitosin dengan
pengeluaran ASI pada ibu nifas BPM Yuni Fatimah, Amd.Keb
Pekanbaru tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai