Anda di halaman 1dari 18

i

MAKALAH

MARK UP SALAH “KORUPSI”

LOGO KAMPUS

DISUSUN OLEH :

DINA PURNAWATI
NIM : ……………

PROGRAM STUDI …………………


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
……………………………
KENDARI
2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4

A. Definisi Mark Up ....................................................................................................... 4


B. Metode Penetapan Harga Mark Up ......................................................................... 4
C. Pengertian Korupsi ................................................................................................... 5
D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Melakukan Tindak Pidana
Korupsi Penggelembungan Harga ........................................................................... 6
E. Hambatan Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Korupsi Penggelembungan
Harga (Mark up) yang dilakukan............................................................................. 9
F. Upaya dalam Mencegah Terjadinya Tindak Pidana Korupsi
Penggelembungan Harga (Mark up) ..................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 12
B. Saran ......................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi
nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Mark Up Salah
“Korupsi”. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh
dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang
telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi merupakan salah satu penyakit masyarakat sama dengan jenis kejahatan lain
seperti pencurian yang sudah ada sejak manusia bermasyarakat di atas bumi ini. Masalah
utama yang dihadapi adalah meningkatnya korupsi itu seiring dengan kemajuan kemakmuran
dan teknologi. Bahkan pengalaman memperlihatkan semakin maju pembangunan suatu
bangsa semakin meningkat juga kebutuhan mendorong orang untuk melakukan korupsi demi
memenuhi segala kebutuhan hidup yang ada. Pada dasarnya korupsi adalah kejahatan kerah
putih yang rata-rata justru dilakukan oleh para aparat negara yang seharusnya memberantas
tindak pidana korupsi tersebut.
Sejarah membuktikan bahwa hampir di setiap Negara dihadapkan masalah korupsi.
Persoalan korupsi tidak hanya terjadi pada pejabat publik yang menyalahgunakan jabatannya
dan kedudukannya untuk mendapat keuntungan dengan mudah bagi kepentingan pribadi atau
kelompoknya. Korupsi dapat terjadi bila ada peluang dan keinginan dalam waktu yang
bersamaan, yaitu dapat dimulai dari aspek mana saja berupa suap yang ditawarkan kepada
seorang pejabat, pejabat meminta atau bahkan memeras uang pelicin, orang yang menyuap
melakukan suap karena menginginkan sesuatu yang bukan haknya, dan ia menyuap dengan
mengabaikan peraturan.
Perbuatan korupsi dilakukan mulai dari mark up pengadaan barang dan jasa,
pengadaan barang dan jasa yang menyalahi prosedur, penyalahgunaan wewenang, suap,
pemberian atau penerimaan gratifikasi, penggunaan dana yang tidak sesuai dengan posting
anggaran dan lain-lain yang semuanya itu mempunyai potensi merugikan keuangan negara
dan perekonomian negara. Penggelembungan harga ialah adalah tata cara, ataupun tindakan
seseorang maupun kelompok untuk meninggikan anggaran ataupun penggelapan anggaran
secara tidak normal dengan perencanaan anggaran agar menguntungkan diri sendiri maupun
pihak lainnya dengan cara melawan hukum.
Pemberantasan korupsi merupakan masalah paling mendesak yang harus dilakukan
karena telah menghambat kemajuan suatu bangsa. Kebiasaan korupsi terlihat begitu besar
dan diluar kontrol pemerintah. Akan tetapi langkah untuk memberantas korupsi ini sering

1
terhalang berbagai masalah yang kompleks. Namun semua elemen bangsa harus bisa
menghentikan perbuatan tercela terebut.
Di Indonesia segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas
korupsi akan tetapi berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi dari beberapa lembaga
memperlihatkan kecenderungan yang sangat memprihatinkan, umumnya mereka memiliki
kesimpulan yang sama bahwa Indonesia merupakan Negara paling korup di dunia. Korupsi
di Indonesia telah berkembang dan mengakar pada lembaga perwakilan rakyat bahkan dalam
sistem peradilan pidana yaitu kepolisian, kejaksaan dan lembaga peradilan yang seharusnya
menjadi ujung tombak bagi upaya pemberantasan korupsi justru dipandang oleh banyak
kalangan sebagai institusi publik yang paling korup dan paling banyak melakukan
penyalahgunaan kewenangan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengani Mark Up?
2. Bagaimana Metode Penetapan Harga Mark Up?
3. Apa yang dimaksud dengan Korupsi?
4. Apa saja Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Melakukan Tindak Pidana Korupsi
Penggelembungan Harga?
5. Apa Saja Hambatan Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Korupsi Penggelembungan
Harga (Mark up)?
6. Bagaimana Upaya dalam Mencegah Terjadinya Tindak Pidana Korupsi
Penggelembungan Harga (Mark up)?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi Mark Up.
2. Untuk mengetahui Metode Penetapan Harga Mark Up.
3. Untuk mengetahui definisi Korupsi.
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Melakukan Tindak
Pidana Korupsi Penggelembungan Harga.
5. Untuk mengetahui Hambatan Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Korupsi
Penggelembungan Harga (Mark up).

2
6. Untuk mengetahui Upaya dalam Mencegah Terjadinya Tindak Pidana Korupsi
Penggelembungan Harga (Mark up).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Mark Up
Mark Up merupakan kenaikan harga maupun total rupiah yang telah dijumlahkan
dengan biaya atas produk agar dapat menghasilkan sebuah produk jual. Selanjutnya mark up
pricingmerupakan sebuah metode penetapan harga yang sering digunakan oleh para
wirausaha. Mark up juga dapat didefinisikan sebagai strategi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan persaingan harga antara competitor lain yang memiliki produk sejenis.
Sehingga, dengan penerapannya strategi mark up yang sesuai, produk yang ditawarkan
mampu menjadikan pilihan konsumen.
Mark up sendiri mengacu pada perbedaan harga jual produk barang ataupun
jasadengan biaya. Selain itu juga mengacu pada angka yang telah dijumlahkan dari penjual
padanilai utama produk. Nilai mark up digarisbawahi sebagai perbandingan lurus dengan
pendapatan yang telahdihasilkan oleh perusahaan. Perhitungannya dilakukan dengan cara
harga per unit dikurangiharga produksi.
Penggelembungan harga ialah adalah tata cara, ataupun tindakan seseorang maupun
kelompok untuk meninggikan anggaran ataupun penggelapan anggaran secara tidak normal
dengan perencanaan anggaran agar menguntungkan diri sendiri maupun pihak lainnya
dengan cara melawan hukum.
B. Metode Penetapan Harga Mark Up
Metode mark up ini digunakan untuk menentukan harga yang secara umum dianggap
palingmudah serta banyak diimplementasikan. Metode penetapan harga mark up adalah seba
gai berikut :
1. Melihat Kompetitor
Metode pertama ini yaitu menetapkan harga yang mengacu pada harga yang
ditawarkancompetitor lain sebelum penentuan harga barang yang akan dijual. Akan
tetapi,kelemahan atas penentuan harga ini hanya dapat dilakukan pada barang standar.
2. Menentukan Target Penjualan
Penentuan target penjualan sangat penting karena sebagai acuan dalam
menentukan total produk yang harus terjual dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4
Sehingga haltersebut penting guna mengetahui berapa lama produk tersebut akan
disimpan dalamgudang.
3. Mengetahui Biaya Operasional
Dalam menentukan biaya operasional baik dilakukan sebelum melakukan mark
up pada harga barang. Beberapa produk yang wajib diperhitungkan adalah biaya
operasional per produksinya yang meliputi transportasi, komunikasi, dan pengemasan.
Selanjutnyasetelah menentukan biaya operasionalnya, dapat menjumlahkan biaya
pembelian barangdengan biaya operasional sehingga dapat menentukan berapa biaya
mark up yang akandikenakan.
4. Menentukan Target
PengembanganDalam sebuah usaha pentingnya menentukan target pengembangan
bisnisnya. Mempertimbangkan target usaha agar profit yang didapat bisa berpengaruh
pada pengembangan usaha kedepannya.
C. Pengertian Korupsi
1. Secara Teoritis
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna mencari keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Menurut saya sendiri
tindakan korupsi merupakan tindakan dimana para pejabat public menggelapkan uang
untuk kepentingan pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah kehidupannya. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi,
salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang
dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata)
untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatas namakan
pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Hal itu akan masuk dalam dalam
pembahasan saya mengenai tindak korupsi Masyarakat Pancasila Dalam Persepektif
Paradigma Konflik Dan Sruktural Fungsional

5
2. Perspektif Hukum
Dalam perspektif hukum definisi korupsi dapat dilihat dalam Encyclopedia of
Crime and Justice, pengertian corruption (Kadish, 1983:278) menunjuk pada kata bribery
yang mengandung arti : “the act or practice of benefiting a person in order to betray a
trust or to perform a duty meant to be performed freely, bribery occurs in relation to a
public official and derivatively, in private transaction. Sedangkan dalam Black’s Law
Dictionary kata Corruption diartikan sebagai : “an act done with an inten to give some
advantage inconsistence with official duty and the right of others. The of an offical or
fiduciary person who unlawfully and wrongfully uses his station or character to procure
some benefit for himself or for another person, contrary to duty and the rights of others.
Dalam Blak’s Law Dictionary selanjutnya juga menunjuk pada pengertian bribery atau
extortion.
Korupsi dalam pengertian politik dan hukum, pengertiannya pada umumnya
dikaitkan dengan pejabat publik, keuangan negara dan untuk memperoleh keuntungan
pribadi atau orang lain. Menurut Ulsaner secara konseptual korupsi amat sulit untuk
dijelaskan. Setiap definisi selalu bermasalah, karena tidak cukup mewakili kerumitan arti
kata itu. Dalam penelitian digunakan pengertian korupsi dalam arti luas, yaitu
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi. Kekuasan publik disini
diartikan sebagai kekuasaan yang diberikan oleh publik dan publik bisa berarti
masyarakat ataupun organisasiorganisasi yang ada di dalamnya.
D. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Seseorang Melakukan Tindak Pidana Korupsi
Penggelembungan Harga
Menurut Jurnal Mukhlis (2022), terdapat beberapa factor-faktor penyebab terjadinya
tindak pidana korupsi terbagi menjadi 2 (dua) yakni aspek internal serta aspek eksternal
sebagai berikut:
1. Aspek Internal, adalah aspek sebab terjadinya tindak pidana korupsi yang bersumber dari
kepribadian pelaku sebagai berikut:
a. Sifat Tamak/ Serakah
Hampir seluruh pelaku tindak pidana korupsi baik yang dibuat oleh pejabat
berwenang pada hal ini Aparatur Sipil Negara (ASN) ataupun dari kalangan swasta/
korporasi (non-ASN) semuanya dilakukan karena mereka memiliki power (kekuatan)

6
atau wewenang dalam melakukan bentuk-bentuk yang bisa menimbulkan tindak
pidana korupsi, bentuknya bisa apa saja seperti melakukan melakukan suap, mark-up/
penggelembungan harga, kolusi dengan pejabat terkait/ pihak swasta dan lainnya.
Dapat dibayangkan apabila terdapat pejabat pada sektor pemerintahan ataupun swasta
yang memiliki kewenangan yang besar dan memiliki sifat serakah, maka
kemungkinan dia melakukan tindak pidana korupsi juga semakin besar pula.
b. Moral yang Kurang Kuat
Moral berkenaan dengan perilaku baik atau buruknya seseorang. Moral yang rendah
umumnya lebih mudah untuk terbujuk untuk melaksanakan tindak pidana korupsi,
bujukan tersebut dapat bersumber dari mana saja, tidak terkecuali godaan tersebut
kadang datang dari keluarga sendiri.
c. Mendongkrak Status Sosial
Pelaku tindak pidana korupsi yang berasal dari non-pejabat pemerintah atau dalam
hal ini disebut pihak swasta/ korporasi melakukan tindak pidana korupsi sebagai
upaya melakukan upgrade status sosialnya ke jenjang lebih tinggi. Betapa tidak,
banyak pegawai atau seseorang yang bekerja di perusahaan swasta dengan status
karier yang sudah tinggi berlomba-lomba untuk memiliki mobil mewah untuk dapat
menyamakan status sosialnya sekelas dengan pejabat yang bekerja pada
pemerintahan.
d. Gaya Hidup Konsumtif
Dalam melaksanakan korupsi biasanya seseorang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup
yang boros. Karena seringkali ditemukan seseorang memiliki gaya hidup yang tidak
cocok dengan penghasilannya selaku seorang pihak swasta, oleh karena itu berupaya
guna memperoleh pendapatan yang lebih banyak. Tetapi guna mencukupi semua
kebutuhan gaya hidupnya, pihak swasta mencari penghasilan tambahan dengan
mudah serta cepat yakni melalui korupsi.
e. Pendapatan yang Tidak Terpenuhi
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya manusia tak akan dapat
merasa puas dari apa yang sudah mereka punya walaupun dia telah mempunyai
kekayaan, tetapi kepuasan itu tak akan tercukupi apabila manusia itu tak punya rasa
syukur. Apalagi andaikata pendapatan itu dirasa selalu belum cukup, oleh karena itu

7
seorang karyawan akan mencari siasat guna meningkatkan pendapatan yang belum
cukup tersebut.
f. Kurang Adanya Keteladanan
Dari Pimpinan Apabila seorang pemimpin dalam sebuah perkumpulan itu menirukan
perbuatan yang buruk, jadi bisa dipastikan semua anak buahnya akan melaksanakan
perbuatan yang buruk juga, walaupun sebenarnya dia adalah orangbaik, dia akan tetap
ikut dalam putaran kezaliman di dalam perkumpulannya. Apabila dia menolak, maka
dia akan susah untuk tetap berkarier di dalam perkumpulan tersebut. 7) Moral yang
Lemah Moral yang lemah akan membuat seseorang cenderung lebih rentan untuk
terhasut melaksanakan korupsi dikarenakan munculnya bujukan. Bujukan pada
seorang karyawan untuk berbuat korupsi bersumber dari pemimpinnya, kawan
sejawat, anak buahnya, ataupun dari pihak luar.
g. Keperluan Hidup yang Mendesak
Keperluan yang terpaksa antara lain seperti keperluan rumah tangga, keperluan
keluarga, keperluan dalam melunasi utang, keperluan untuk melunasi pengobatan
yang tidak murah, keperluan untuk membayar kebutuhan sekolah anak, keperluan
untuk pernikahan anak, keperluan hari tua adalah macam-macam desakan seorang
karyawan untuk melakukan korupsi.
h. Pedoman-Pedoman Agama Kurang
Diaplikasikan dengan Benar Semua agama tidak pernah mengajarkan kepada
pemeluknya agar berbuat perbuatan yang buruk ataupun mengambil sesuatu yang
bukan miliknya. Namun sampai sekarang masih banyak orang yang memiliki agama
seringkali berbuat kejahatan, khususnya tindak pidana korupsi. Apalagi seseorang
yang dipandang sebagai ahli agama juga bisa terlibat dalam kejahatan tindak pidana
korupsi.
2. Aspek Eksternal, ialah aspek sebab terjadinya tindak pidana korupsi yang berasal dari
luar diri pribadi pelaku sebagai berikut:
a. Faktor Hukum
Memang terdapat perbedaan pendapat mengenai perbedaan Pasal 2 Ayat (1) serta
Pasal 3 dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2001 mengenai Perubahan Atas
Undang-Undang No.31 Tahun 1999 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana

8
Korupsi. Berdasarkan Indriyanto Seno Adji, keterkaitan diantara Pasal 2 ayat (1) serta
Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 adalah kaitan genus delict dengan
species delict. Pada hal ini faktor melawan hukum pada Pasal 2 ayat (1) Undang-
Undang No.31 Tahun 1999 adalah genus delict sementara itu faktor penyalahgunaan
kekuasaan pada Pasal 3 UUPTPK ialah species delict. 8 Namun beberapa sarjana
hukum tak sependapat dikarenakan andaikata kaitan kedua pasal itu ialah genus delict
serta species delict, jadi pada wujud delik yang dikualifikasi (gekwalificeerd delict)
dengan delik yang diringankan (geprivilegieerd delict) harusnya ancaman pidana
dalam Pasal 2 ayat (1) lebih berat dari Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999.
b. Kurangnya Pengawasan
Perlunya pengawasan serta pencegahan tindak pidana korupsi pada golongan aparatur
sipil negara dan juga non- pejabat (swasta), sebagai faktor penting pada
pemberantasan tindak pidana korupsi. Pejabat penegak hukum perlu melaksanakan
penegakan hukum secara tegas sampai tak ada pegawai negeri sipil atau non pegawai
(pihak swasta) yang memiliki niat untuk berbuat tindak pidana korupsi serta
sejenisnya. Apabila seterusnya efek jeranya tidak timbul, dikarenakan penegakan
hukumnya tebang pilih, ataupun penegakan hukumnya lemah, akhirnya menjadikan
tindak pidana korupsi akan terus menerus terjadi.
E. Hambatan Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Korupsi Penggelembungan Harga
(Mark Up) yang Dilakukan
Beberapa hambatan dalam menanggulangi tindak pidana korupsi penggelembungan
harga (Mark Up) yang dilakukan seseorang, yaitu :
1. Tidak Adanya Harga Pasar yang Jelas
Dalam hal ini, Penegak hukum tidak tau berapa nilai objek yang di menjual belikan
karena itu maka penegak hukum sulit menentukan apakah kasus tersebut benar-benar
kasus penggelembungan harga atau tidak. Karena tidak jelas nya harga pasar tersebut.
2. Lambatnya Keluar Hasil Audit Kerugian Negara dari BPKP
Fungsi BPKP dalam memeriksa keuangan negara tidak berlangsung dengan lancar hingga
masih ramai perkara korupsi yang terjadi, BPKP mengeluarkan hasil pengecekan yang
tidak cepat hingga pejabat penegak hukum terjadinya kendala dalam menyelesaikan

9
perkara korupsi penggelembungan harga ini selain itu lemahnya pengawasan dari anggota
BPKP untuk memeriksa keuangan serta lamban dalam menerbitkan hasil pengecekan.
3. Kurangnya Sumber Daya Manusia Atau Personil
Aparat Penegak Hukum Pada persoalan ini kurangnya personil aparat penegak hukum
juga menjadi salah satu hambatan dalam menanggulangi kasus tindak pidana korupsi
penggelembungan harga tersebut. Seperti kurangnya personil BPKP yang kerjanya
menerbitkan hasil pengecekan kerugian negara maka dengan kurangnya anggota BPKP
tersebut menjadi kendala untuk para penegak hukum dalam menyerahkan kasus ke
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
4. Kasusnya Sudah Lama Terjadi, Tetapi Baru Saja Diketahui, Sehingga untuk
Pengumpulan Barang Bukti Mengalami Kesulitan
5. Kurangnya Anggaran
6. Tersangka Memiliki Power atau Kekuasaan yang Dapat Mempengaruhi Jalannya Proses
Pemeriksaan
F. Upaya dalam Mencegah Terjadinya Tindak Pidana Korupsi Penggelembungan Harga
(Mark Up)
Pemberantasan korupsi bisa dilakukan dengan cara tindakan preventif serta tindakan
represif. Peranan petugas penegak hukum dalam memberantas korupsi dikhususkan pada
tindakan preventif, tanpa melewatkan peranan melalui tindakan represif, sebagai berikut:
1. Tindakan Preventif
Tindakan preventif yaitu suatu upaya untuk mencegah agar seseorang tidak melakukan
kejahatan tersebut. Tindakan ini tercakup di dalamnya mencegah bertemunya niat dan
kesempatan seseorang yang hendak melakukan kejahatan. Melalui cara ini diharapkan
sedini mungkin dapat menangkal hal dan mencegah kemungkinan timbulnya
kejahatan.10 Usaha-usahanya yaitu sebagai berikut:
a. Melakukan sosialisasi UU No.20 Tahun 2001 mengenai Perubahan Atas UU No.31
Tahun 1999 mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
b. Melakukan sosialisasi Peraturan Presiden No.4 Tahun 2015 mengenai Perubahan
Keempat Atas Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 mengenai Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;

10
c. Melakukan audit kinerja, pengawasan, pengkajian, review, konsultasi, serta asistensi
(bimbingan teknis).
2. Tindakan Represif
a. Menindak secara tegas pelaku tindak pidana korupsi tanpa pandang bulu dan
memproses sesuai dengan hukum yang berlaku;
b. BPK melakukan audit keuangan terhadap adanya indikasi tindak pidana korupsi tanpa
adanya paksaan serta intervensi dari pihak mana saja;
c. Melakukan pengawasan terhadap tindak pidana korupsi;
d. Menerapkan ketentuan-ketentuan tindak pidana korupsi sampai pelaku memperoleh
sanksi pidana yang berat serta perlu melunasi denda yang tinggi sebagaimana diatur
pada UU PTPK.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mencari keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Aspek-aspek terjadinya tindak
pidana korupsi disebabkan penggelembungan harga yang dilaksanakan oleh pihak swasta,
ditemukan dua aspek yakni, aspek internal, adalah aspek yang bersumber dari dalam diri
pribadi pelaku, seperti sifat tamak atau serakah yang dimiliki oleh si pelaku, moral yang
kurang kuat, status sosial yang tinggi dan adanya kesempatan. Faktor kedua datang dari
Eksternal, adalah aspek yang bersumber dari luar kepribadian pelaku, seperti aspek hukum,
dan kurangnya pengawasan. Hambatan dalam menanggulangi Tindak Pidana
Penggelembungan harga terhadap barang atau jasa yang paling utama tidak adanya harga
pasar yang jelas, lambatnya terbitnya hasil pengecekan kerugian negara melalui BPKP,
Kurang nya personil penegak hukum, kasusnya sudah lama terjadi jadinya sulit untuk
mencari barang bukti, kurang nya anggaran membuat para penegak hukum tidak bisa bekerja,
dan tersangka memiliki power atau kekuasaan yang dapat mempengaruhi jalannya proses
pemeriksaan. Usaha yang bisa dilaksanakan oleh petugas penegak hukum dalam
penyelesaian yakni pada Pasal 6 Perpres No.16 Tahun 2018 mengenai Pengadaan Barang
atau Jasa, mengatur mengenai prinsip-prinsip penyediaan barang atau jasa perlu ada
keterbukaan baik itu dalam keterangan ataupun pada segi perencanaan penyediaan barang
atau jasa serta tender penyediaan barang atau jasa harus dimasukkan ke layanan penyediaan
secara elektronik, melaksanakan pelatihan, sosialisasi serta adanya E-catalog. Pemberantasan
tindak pidana korupsi bisa dilakukan dengan tindakan preventif serta tindakan represif.
Peranan petugas penegak hukum untuk memberantas korupsi dikhususkan pada tindakan
preventif, tanpa mengesampingkan peranan dengan tindakan represif.
B. Saran
Setelah melihat perkembangan pengertian dan unsur-unsur korupsi di Indonesia serta
fakta implementasi dari perturan perundang-undangan tentang korupsi, maka penulis
memunculkan saran-saran sebagai berikut:

12
1. Pemberantasan dan pencegahan korupsi haruslah dilakukan dari atas atau “top political
will” secara konsisten dari para penyelenggara negara;
2. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus tetap berpegang pada Undangundang korupsi
yang telah berlaku dengan mengedepankan pertanggung jawaban pidana terlebih dahulu
kemudian pertanggung jawaban secara perdata.
3. Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengan sanksi yang
dapat menimbulkan kejeraan serta proses peradilan yang cepat dan transparan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, 2012, Aspek Hukum Pengadaan Barang & Jasa dan.Berbagai Permasalahannya,
Jakarta: Sinar Grafika, Jakarta.

Atnan, Nur. (2014). FENOMENA KORUPSI PEJABAT PUBLIK DI JAWA BARAT. Jurnal Kebijakan dan
Manajemen Publik. Vol. 2, No. 2.

Hartanto (2017). https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9543/


HARTANTO.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Raja Grafindo Persada. Indriyanto Seno Adji, 2009, Korupsi, Kebijakan Aparatur Negara dan
Hukum Pidana, Jakarta: Diadit Media.

Mukhlis, dkk, 2018, Hukum Pidana, Edisi Revisi, Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Mukhlis (2022). Tindak Pidana Korupsi Penggelembungan Harga (Mark Up) Yang Dilakukan
Oleh Pihak Swasta (Suatu Penelitian Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Banda
Aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Vol. 6 (3).

Mustofa (2020). https://id.scribd.com/document/635952620/Pengertian-Mark-Up

Setyo Utomo, A Hendro Dwi. 2005. Kajian Sejarah Hukum Terhadap Pengertian Korupsi.
Program Studi Magister Ilmu Hukum. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. https://e-
journal.uajy.ac.id/4150/6/5MIH00941.Pdf

14

Anda mungkin juga menyukai