Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI


YANG DILAKUKAN OLEH NEGARA MALAYSIA DAN SINGAPURA
Dosen Pengampu : H. Dahlan, S. Kep. NS., M. Pd

Di Susun Oleh :

YULIANTI
Nim. 062401S21077

AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN BUNDA BIMA


TAHUN AJARAN 2024

korupsi 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaitonyang selalu menghembuskan kebatilan pada
diri kita. Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul
“Pencegahan dan Penindakan Korupsi yang dilakukan oleh Negara Malaysia dan
Singapura” ini dapat di selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa
masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini. Kami mengharapkan kritik
dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam pembuatan makalah
berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan cambuk bagi kami agar lebih
meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Bima, Feb. 2024

Penyusun

korupsi 2ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................. 1
D. Manfaat ........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi .......................................................................... 2
B. Sejarah Korupsi di Indonesia .......................................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

korupsi iii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini terdapat lebih dari 100 lembaga antikorupsi (ACA) di seluruh dunia,
dimana 40 diantaranya berada di wilayah Asia Pasifik (Transparency International,
2019). Pertumbuhan ini menunjukkan semakin strategisnya posisi ACA di berbagai
negara. Dari 30 negara di kawasan Asia Pasifik yang telah meratifikasi UNCAC, 25
diantaranya sudah memiliki ACA (Transparency International, 2019). Pertumbuhan
ACA yang signifikan tersebut menegaskan adanya komitmen serius dari negaranegara
untuk memberantas korupsi.
Di beberapa yurisdiksi di wilayah Asia Pasifik, beberapa ACA telah
menunjukkan komitmen, keberanian, dan kemajuan luar biasa dalam memenuhi mandat
mereka, seperti Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) di Singapura dan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia. Namun, ACA lainnya masih
memperlihatkan kesenjangan lebar dalam membangun kinerja lembaga yang efektif.
Hasil penelitian Transparency International periode 2015-2017 yang mengukur
efektivitas kinerja ACA di 6 negara (Bangladesh, Bhutan, Indonesia, Maldives,
Pakistan, dan Sri Lanka) menggambarkan bahwa terhambatnya kinerja ACA
disebabkan oleh sejumlah kendala seperti independensi yang tidak memadai, kapasitas
yang lemah dan mandat yang terbatas (Transparency International, 2017).
Singapura, sebagai negara dengan tingkat korupsi yang rendah, telah
mengimplementasikan berbagai langkah pencegahan dan penindakan untuk memastikan
integritas dan tata kelola yang baik di semua sektor begitu pula dengan Malaysia,
sebagai negara yang terus berkembang, telah mengambil langkah-langkah pencegahan
dan penindakan untuk mengatasi korupsi.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita tahu bagaimana penanganan dan
pencegahan korupsi di Singapura dan Malaysia !

korupsi 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
1. Pengertian Korupsi Secara Umum
Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere =
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Menurut Transparency
International korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan
publik yang dipercayakan kepada mereka. Dalam arti yang luas, korupsi atau
korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.

2. Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli


a) Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” korupsi adalah penyelewengan atau
penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau
orang lain.
b) Menurut corruption is the abuse of trust in the interest of private gain, korupsi
adalah penyelahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi
c) Menurut “Bank Dunia” korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan jabatan
publik untuk mendapatkan ke untungan pribadi.
d) Menurut Black’s Law Dictionary korupsi adalah perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan
hak-hak dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya
untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain,
berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.
e) Menurut Syeh Hussein Alatas pakar sosiologi korupsi dalam Damanhuri
(2010) topologi korupsi ada 7, yaitu :
1) Korupsi transaktif yaitu korupsi yang menunjukan adanya kesepakatan tibal
balik antara pihak yang memberi dan menerima demi keuntungan bersama
dimana kedua pihak sama-sama aktif menjalankan tindak korupsi.
2) Korupsi ekstortif yaitu korupsi yang menyertakan bentuk-bentuk koersi
tertentu dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap agar tidak

korupsi 2
membahayakan diri, kepentingan, orang-orangnya atau hal-hal lain yang
dihargainya.
3) Korupsi investif yaitu korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang
atau jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan keuntungan tertentu yang
diperoleh pemberi, selain keuntungan yang di harapkan akan di peroleh di
masa datang.
4) Korupsi nepotistik yaitu korupsi berupa pemberian perlakukan khusus pada
teman atau yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki
jabatan publik. Dengan kata lain mengutamakan kedekatan hubungan dan
bertentangan dengan norma dan aturan yang berlaku.
5) Korupsi autigenik yaitu korupsi yang dilakukan individu karena
mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari pengetahuan
dan pemahamannya atas sesuatu yang hanya diketahui sendiri.
6) Korupsi suportif yaitu korupsi yang menicu penciptaan suasana yang
kondusif untuk melindungi atau mempertahankan keberadaan tindak
korupsi.
7) Korupsi defensif yaitu tindak korupsi yang terpaksa di lakukan dalam
rangka mempertahankan diri dari pemerasan.
f) Menurut Gibbons (1999) menyebutkan ada sembilan bentuk korupsi: patronase
politik atau menggunakan sumberdaya publik sebagai pendukung dalam
pemilihan; mempekerjakan pegawai pemerintah yang mendukung pandangan
politik penguasa atau kontrak alokasi pegawai berdasarkan kriteria partisan;
membeli suara (money politic); pork-barreling atau menjanjikan pekerjaan
umum kepada pemilih tetapi calon tahu bahwa pemilih tersebut tidak mampu
menjalankan pekerjaan; penyuapan atau warga negara yang membayar pejabat
untuk mendukung kepentingan mereka; graft atau sogok-menyogok, ketika
seorang pejabat menunjukkan bahwa dia harus dihargai agar sesuai dengan
tindakan publik; nepotisme atau menyewa atau mengalokasikan kontrak
berdasarkan kekerabatan atau persahabatan; mendorong pejabat publik lain atau
perantara untuk melakukan tindakan korupsi; dan kampanye uang atau
menerima dana dari kelompok yang berkompromi dalam pemilihan.
g) Menurut Ilmu Politik

korupsi 3
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan
administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri
maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi,
sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau
pribadi lainnya.
h) Menurut Ahli Ekonomi
Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi
didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan
kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam
dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya
merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu
pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.
i) Menurut Haryatmoko
Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat
dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang
atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.
j) Menurut Brooks
Menurut Brooks, korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau
melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa keuntungan
yang sedikit banyak bersifat pribadi.

3. Pengertian Korupsi Menurut Undang-undang


a. Korupsi menurut Pasal 2 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 “Setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonoman negara…”
b. Korupsi menurut Pasal 3 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 “Setiap orang
yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.”

korupsi 4
B. Korupsi di Singapura
Singapura dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi yang rendah
di dunia. Pemberantasan korupsi di Singapura dilakukan melalui berbagai langkah
pencegahan dan penindakan. Berikut adalah beberapa aspek yang mencerminkan
pendekatan Singapura terhadap pencegahan dan penindakan korupsi :

Pencegahan Korupsi
1. Sistem Hukum yang Tegas
Singapura memiliki sistem hukum yang sangat tegas terhadap tindakan
korupsi. Hukuman yang berat diberlakukan bagi pelaku korupsi, termasuk pidana
penjara dan denda yang besar.
2. Lembaga Anti-Korupsi:
Lembaga Kepolisian Singapura dan Lembaga Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi (Corrupt Practices Investigation Bureau/CPID) bertanggung jawab untuk
menyelidiki dan menindak tindakan korupsi.
3. Transparansi dan Akuntabilitas:
Singapura menempatkan penekanan pada transparansi dan akuntabilitas dalam
pemerintahannya. Hal ini mencakup pengungkapan kekayaan pejabat publik dan
praktik-praktik pencegahan korupsi lainnya.
4. Pendidikan dan Pelatihan:
Program pendidikan dan pelatihan di bidang etika dan anti-korupsi
diimplementasikan untuk para pegawai publik dan sektor swasta. Ini bertujuan
untuk menciptakan budaya anti-korupsi di semua lapisan masyarakat.
5. Sistem Pengadilan yang Efisien:
Pengadilan di Singapura dikenal karena kecepatan dan efisiensinya. Ini
membantu dalam penyelesaian cepat kasus-kasus korupsi, yang pada gilirannya
dapat memberikan efek jera.

Penindakan Korupsi
1. Penyelidikan dan Penuntutan:

korupsi 5
CPID bertanggung jawab untuk menyelidiki dugaan korupsi dan menuntut
pelakunya. Proses hukum di Singapura cenderung cepat dan efisien.

2. Perlindungan Saksi dan Pelapor:


Sistem perlindungan saksi dan pelapor korupsi dibangun untuk mendorong
individu untuk melaporkan tindakan korupsi tanpa takut akan represalias.
3. Kerjasama Internasional:
Singapura aktif dalam kerjasama internasional untuk memerangi korupsi. Hal
ini mencakup pertukaran informasi dan kerja sama dengan lembaga-lembaga
internasional yang berkomitmen untuk memberantas korupsi.
4. Monitoring Keuangan:
Pengawasan ketat terhadap transaksi keuangan dan aset-aset yang
mencurigakan dilakukan untuk mencegah korupsi dan pencucian uang.
5. Penggunaan Teknologi:
Singapura memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam mendeteksi dan menangani kasus korupsi, seperti analisis data
dan kecerdasan buatan.

Dengan pendekatan yang komprehensif ini, Singapura telah berhasil membangun


citra sebagai negara yang bebas korupsi dan memiliki tata kelola yang baik.
Singapura telah berhasil membangun sistem pencegahan dan penindakan korupsi
yang kokoh. Dengan kombinasi hukum yang tegas, lembaga anti-korupsi yang kuat,
transparansi, dan upaya penindakan yang efektif, Singapura terus menjadi contoh
dalam upaya pemberantasan korupsi global. Tetapi, tantangan tetap ada, dan peran
masyarakat dalam mendukung upaya pencegahan dan penindakan korupsi tetap krusial
untuk menjaga integritas negara ini.

C. Korupsi di Malaysia
Pencegahan dan penindakan korupsi di Malaysia melibatkan sejumlah langkah
dan inisiatif oleh pemerintah. Berikut adalah beberapa aspek yang mencerminkan
upaya Malaysia dalam mengatasi masalah korupsi:

Pencegahan Korupsi

korupsi 6
1. Lembaga Anti-Korupsi
Lembaga Anti-Rasuah Malaysia, atau Malaysian Anti-Corruption
Commission (MACC), bertanggung jawab untuk melawan korupsi di sektor publik
dan swasta. MACC memiliki peran penting dalam penyelidikan dan penegakan
hukum terkait korupsi.
2. Hukum dan Perundang-undangan
Malaysia memiliki undang-undang yang tegas terkait dengan tindak pidana
korupsi. Hukuman yang berat diberikan kepada pelaku korupsi untuk memberikan
efek jera.
3. Transparansi Keuangan
Langkah-langkah transparansi keuangan, seperti penerapan sistem pelaporan
keuangan yang transparan, bertujuan untuk mencegah korupsi dalam pengelolaan
keuangan publik dan swasta.
4. Pendidikan dan Pelatihan
Program pendidikan dan pelatihan di bidang etika dan anti-korupsi diberikan
kepada pegawai pemerintah dan sektor swasta. Ini diharapkan dapat menciptakan
kesadaran dan budaya anti-korupsi di seluruh masyarakat.
5. Whistleblower Protection
Perlindungan bagi pelapor dan saksi korupsi diperkuat untuk mendorong
individu untuk melaporkan tindakan korupsi tanpa takut akan pembalasan.
6. Kolaborasi dengan Sektor Swasta
Kerjasama dengan sektor swasta untuk memastikan penerapan praktik bisnis
yang etis dan anti-korupsi. Ini dapat melibatkan pedoman bisnis yang jelas dan
insentif untuk mematuhi standar etika yang tinggi.

Penindakan Korupsi
1. Penyelidikan dan Penuntutan
MACC memiliki peran utama dalam menyelidiki dan menuntut kasus-kasus
korupsi. Pemeriksaan menyeluruh dilakukan untuk mengidentifikasi dan
menangani praktik korupsi.
2. Sistem Peradilan yang Efektif

korupsi 7
Malaysia berusaha memastikan bahwa sistem peradilan beroperasi secara
efektif dan adil dalam menangani kasus-kasus korupsi. Pemrosesan kasus harus
berlangsung tanpa hambatan yang berlebihan.

3. Kerjasama Internasional
Malaysia berpartisipasi dalam kerjasama internasional dalam upaya melawan
korupsi. Ini mencakup pertukaran informasi dan koordinasi dengan lembaga-
lembaga internasional yang berfokus pada pemberantasan korupsi.
4. Auditing dan Pengawasan
Penguatan fungsi audit internal dan eksternal untuk memeriksa pengelolaan
keuangan dan memastikan kepatuhan terhadap aturan dan regulasi yang berlaku.
5. Komitmen Pemerintah
Komitmen pemerintah untuk memberantas korupsi secara terbuka dinyatakan
dan ditegaskan, menunjukkan dorongan politik yang kuat untuk mengatasi masalah
ini.

Malaysia telah menunjukkan komitmen serius dalam pencegahan dan penindakan


korupsi melalui langkah-langkah proaktif yang diimplementasikan oleh MACC dan
pemerintah. Meskipun tantangan masih ada, upaya ini mencerminkan tekad untuk
menciptakan tata kelola yang baik dan integritas di semua lapisan masyarakat
Malaysia. Dengan mengintegrasikan pendekatan pencegahan dan penindakan,
Malaysia dapat terus memperkuat fondasi untuk mewujudkan masyarakat yang bersih
dari korupsi.

korupsi 8
BAB. III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penanganan korupsi di Malaysia dan Singapura mencerminkan komitmen kuat
pemerintah kedua negara untuk menciptakan lingkungan yang bebas korupsi dan
memberikan kepercayaan kepada masyarakat dan investor. Meskipun keduanya
memiliki beberapa persamaan, terdapat perbedaan dalam konteks struktural dan
pendekatan.
Meskipun perbedaan kontekstual dan struktural eksis, baik Malaysia maupun
Singapura memberikan contoh penerapan langkah-langkah efektif dalam upaya
pencegahan dan penindakan korupsi. Keduanya menegaskan bahwa pemberantasan
korupsi membutuhkan pendekatan yang holistik dan melibatkan seluruh lapisan
masyarakat untuk mencapai keberhasilan yang berkelanjutan.

B. Saran
Bagi mahasiswa, agar mempunyai semangat yang lebih untuk mempelajari tentang arti
korupsi dan penanganannya.

korupsi 9
DAFTAR PUSTAKA

Axel,D, Christos,K, Steve ,M., 2004.Corruption Around the World: Evidence from a
Structural Model.
Budiyanto., 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga
Komisi Pemberantasan Korupsi (2008), Survei Persepsi Masyarakat Terhadap KPK dan
Korupsi Tahun 2008.
Transparency International (2008), Transparency International 2008 orruption Perceptions
Index – Immediate Release.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Mauro, Paolo (1995), ”Corruption and Growth”, The Quarterly Journal of Economics,
August 1995.

korupsi 10

Anda mungkin juga menyukai