Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ANALISA SINTESA TINDAKAN (AST) CHEST THERAPY

AST ke - 6
Nama Initial Pasien : Tn. M
No. Rekam Medis : 218879
Usia : 61 Tahun

Diagnosa Medis : CVDH + Pneumonia.

Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2019

Tanggal Tindakan : 17 Juni 2019

Nama Praktikan : Metusalah Timotius


NIM : 01503180196

No Kriteria Nilai
1 Diagnosa Keperawatan (PE):
Ketidakeefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pneumonia ditandai dengan suara napas tambahan, batuk tidak efektif, kesulitan
verbalisasi. NANDA. (2018).
2 Data Subjekif:
- Pasien tidak terkaji karena afasia.
3 Data Objektif:
- Pasien tampak lemah dan kesulitan bergerak.

- Pasien afasia terpasang NGT, batuk spontan (-), reflex menelan (-), ronkhi (+). SpO2 98% dengan nasal kanul.

- Hasil X-ray: Pneumonia

- Terapi farmasi: Pasien mendapat terapi Salbutamol dan Bisolvon sebagai bronkodilator dan mukolitik

4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan menurut teori):

1. Menjelaskan prosedur pada keluarga pasien


2. Menutup sampiran
3. Memposisikan pasien 45 derajat
4. Mengauskultasi bunyi nafas pasien dan mengkaji pola pernapasan
5. Memantau SpO2
6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
7. Melakukan clapping di bagian dada depan dan memberikan getaran
8. Memposisikan pasien miring kanan
9. Melakukan clapping di punggung dan memberikan getaran
10. Memposisikan pasien terlentang dengan ketinggian kepala 45 derajat
11. Mengecek pola pernapasan da saturasi
12. Merapikan lingkungan pasien
13. Mengatur posisi nyaman pasien.
14. Mencuci tangan
5 Dasar Pemikiran:
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut dengan batuk dan ditangani dengan sesak oleh agen infeksius

seperti virus, bakteri, mikoplasma, aspirasi substansial asing, terdiri dari radang paru-paru yang terdapat eksudasi dan bantuan (Nurarif &

Kusuma, 2013). Menurut Black dan Hawks (2013) salah satu manifestasi klinis dari pneumonia adalah adanya produksi sputum yang

menyebabkan adanya suara nafas saat auskultasi. Menurut Vera (2017) penanganan jalan nafas merupakan prioritas utama dalam menangani

pasien dengan pneumonia. Mlcak dan Herndon (2012) menjelaskan bahwa fisioterapi dada di gunaan untuk membantu drainase dari bronkial

untuk mengeluarkan sputum dengan menggunakan perkusi dan getaran. Studi sudah menunjukkankombinasi dari fisioterapi dada efektiv

dalam mengeluarkan sputum. Berdasarkan landasan teori tersebut maka praktikan melakukan intervensi Conventional Chest Physiotherapy

kepada Tn.D untuk mempromosikan jalan nafas yang efektif.

6 Prinsip Tindakan: Bersih


7 Analisa Tindakan Keperawatan:

Intervensi Chest Therapy dilakukan mengacu pada Cyric Fibrosis Fundation (2018) dimana menjelaskan mengenai langkah-langkah untuk
melakukan intervensi Chest Therapy. Dimana memposisikan pasien, melakukan clapping dan vibrasi. Intervensi akan semakin efektif jika
dikombinasikan dengan beberapa terapi konvensional seperti ABCT dan batuk effektif (Lewis & Olds, 2014). Terapi farmasi lain dapat
diberikan seperti obat batuk dan bronkodilator untuk membantu pasien bernafas secara efektif (Vera, 2017).
Mlcak dan Herndon (2012) menjelaskan adanya hasil yang efektif pada pasien-pasien yang diberikan intervensi Chest therapy. Pengecekan
saturasi, bunyi nafas, jumlah dahak dan pola nafas merupakan indicator keberhasilan dari pemerikasaan system pernapasan (Black & Hawks,
2013)

8 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan)

Menurut Cystic Fibrosis Foundation (2018) bahaya yang dapat terjadi adalah trauma di bagian dada dan trauma tumpul di organ-organ seperti

lambung dan limpa. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak melakukan perkusi di daerah-daerah berikut: tulang belakang, payudara, lambung

dan rusuk bagian bawah.


9 Hasil yang didapat:

S:
- Pasien tidak dapat dikaji
O:
- Pasien tampak lemah dan kesulitan bergerak.
- Pasien afasia terpasang NGT, batuk spontan (+), reflex menelan (-), ronkhi (+). SpO2 98% dengan nasal kanul, dahak belum ada
- TD: 140/90 mmHg, HR: 74x/mnit , RR: 25x/mnt, T: 36 o C

A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi

P:
1. Kaji kecepatan, ritme dan kedalam pernapasan, pergerakan dada dan penggunaan otot bantu nafas
2. Kaji batuk dan produksi sputum
3. Auskultasi bunyi nafas
4. Observasi warna sputum, konsistensi dan jumlah
5. Kaji hidrasi pasien
6. Naikan kepala pasien dan ubah posisi secara berkala
7. Lakukan suction jika pasien tak dapat batuk
10 Evaluasi Diri:

Saya selama melakukan Chest Therapy masih terlihat kaku, akan tetapi karena di bantu oleh kakak rehab medic maka saya mulai percaya
diri. Akan tetapi saya merasa tidak nyaman selama proses Chest Therapy karena posisi pasien sangat rendah, membuat saya harus tunduk dan
rasa tidak nyaman. Kedepannya saya akan mencoba berikan posisi nyaman baik untuk pasien dan diri saya sendiri.
11 Daftar Pustaka:

Black, J, M., & Hawks, J, H. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.

Cystic Fibrosis Foundation. (2018). Chest Physical Therapy

Lewis, L, K., & Olds, T, S. (2014). The Active Cycle of Breathing Technique: A Systematic Review and
Meta-analysis. Elsavier

Mlcak, R. P., & Herndon, D, N. (2012). Chest Physiotherapy. Science Direct

NANDA. (2018). Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification 2018-2020. Philadelphia: NANDA
International

Nurarif., & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction
Publishing

Vera, N. (2017). 8+ Pneumonia Care Plans. Nurslab

Nilai

Anda mungkin juga menyukai