Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN EVIDENCE-BASED PRACTICE/ EBP

Nama Mahasiswa : Dasep Ulfi Firmansyah


NIM : 01503180331
Ruangan/ Unit Siloam : IPD Lantai 3A / Siloam Purwakarta

1. MASALAH
Selama mengikuti stase elektif di ruangan IPD lantai 3A, berdasarakan hasil observasi yang
saya lakukan di lapangan kurang lebih selama 3 minggu ini tentang tindakan keperawatan
yang ada di ruang IPD lantai 3A saya menemukan tindakan pemasangan infus kepada pasien
yang tidak sesuai prosedur yang mana beberapa perawat memakai handscone (sarung
tangan) tetapi sebelumnya tidak melakukan cuci tangan terlebih dahulu baik dengan air
mengalir atau dengan handsrube, seringkali beberapa perawat tidak memperhatikan teknik
aseptif saat pemsangan infus dilakukan, dan hal ini membuat perawat tidak menjalankan
SOP yang sudah ditentukan saat melakukan tindakan. Kesadaran cuci tangan (hand hygiene)
pada petugas kesehatan merupakan perilaku yang mendasar dalam upaya mencegah infeksi
silang. Cuci tangan mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya infeksi
paska pemasangan infus (plebitis), infeksi nasokomial atau Hospital Acquired Infection
(HAIs) pada pasien yang mendapat terapi infus merupakan salah satu indikator adanya
infeksi akibat pemasangan infus yang tidak sesuai prosedur terutama masalah teknik septik-
aseptik. Pasien yang mengalami phlebitis mengalami nyeri sehingga mengganggu
kenyamanan pasien. Hal ini membuat saya tertarik untuk membahas mengenai cara
mengurangi nyeri akibat phlebitis.
2. HASIL PENELITIAN TERKINI
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ambrosis Romario (2014) dengan judul
“Perbedaan Kompres Air Hangat dan Normal Salin pada Penurunan Derajat
Phelebitis Paska Pemasangan Infus di RSK DR Sitanala” .Hasil penelitian menyebutkan
bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh kompres air hangat dan kompres normal salin
terhadap penurunan derajat phelebitis. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa baik
menggunakan kompres air hangat atau dengan menggunakan kompres normal salin sama-
sama dapat menurunkan drajat phelebitis. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh
Chrisyen Damanik, Supriyanto dan Siti Riyani (2015) dengan judul”Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Flebitis Setelah Pemberian Kompres Hangat”. Hasil dari penelitian
bahwa tindakan pemberian kompres air hangat efektif menurunkan intensitas nyeri pada
pasien flebitis. Begitupun penelitaian yang dilakukan oleh Dwi Rahayu Setiyowati, Luh Titi
Handayani, dan Fitriana Putri (2017) dengan judul penelitian”Pengaruh Kompres Air
Hangat Terhadap Nyeri Pada Penderita Flebitis di RS DKT Jember” bahwa dengan
melakukan tindakan kompres air hangat pada penderita flebitis mempunyai pengaruh dalam
mengurangi nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang rumit yang hanya bisa dirasakan oleh
orang yang mengalaminya, respon seseorang terhadap nyeri berbeda antara satu sama
lainnya. Phlebitis merupakan imflamasi yang terjadi vena yang bisa menimbulkan
kemerahan, bengkak, dan nyeri. Salah satu cara mengurangi nyeri yaitu dengan kompres air
hangat. Tujuan kompres air hangat dapat mempelancar sirkulasi darah, mengurangi rasa
sakit, memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada pasien.
3. RENCANA SOLUSI/ MASUKAN
Rencana solusi yang saya ingin lakukan berdasarkan masalah yang ada adalah sesuai dengan
penelitian yang didapatkan tentang penanganan nyeri pada pasien flebitis atau menurunkan
drajat flebitis dengan menggunakan kompres air hangat, hal ini untuk meningkatkan
kenyamanan pasien. Kompres air hangat bisa menjadi pilihan untuk penanganan pasien
dengan flebitis yang diakibatkan oleh bekas pemasangan infus. Materi ini dijadikan
pembahasan bersama dengan kepala ruangan, incharge untuk disampaikan dan
disosialisasikan kepada perawat yang bertugas diruangan ini agar melakukan tatalaksana
pasien dengan flebitis. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan perawat mengenai
tindakan yang bisa membantu perawat saat melakukan tindakan diruangan. Tindakan
kompres air hangat juga bisa di edukasikan kepada pasien dan keluraga, sehingga pasien dan
keluarga bisa melakukan sendiri.
REFERENSI
Romario, Ambrosis . (2014). Perbedaan Kompres Air Hangat dan Normal Salin pada Penurunan
Derajat Phelebitis Paska Pemasangan Infus di RSK DR Sitanala.
Damanik, Chrisyen., Supriyanto & Riyani, Siti (2015). Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
Flebitis Setelah Pemberian Kompres Hangat”. Jurnal.stikeswhs.ac.id
Setiyowati, Dwi Rahayu.,Titi Handayani, Luh., & Putri, Fitriana (2017).Pengaruh Kompres Air
Hangat Terhadap Nyeri Pada Penderita Flebitis di RS DKT Jember. Jurnal
.unmuhjember.ac.id

Anda mungkin juga menyukai