Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS

UPTD PUSKESMAS JELI


TAHUN 2019

A. PENDAHULUAN

Penggunaan infus terjadi disemua lingkungan keperawatan kesehatan


seperti perawatan akut, perawatan emergensi, perawatan ambulatory dan
perawatan kesehatan di rumah. Infus atau terapi intravena merupakan salah satu
cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam
tubuh pasien.

Terapi intra vena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi


penderita disemua lingkungan perawatan di rumah sakit dan merupakan salah
satu terapi utama. Sistem terapi ini berefek langsung, lebih cepat, lebih efektif,
dapat dilakukan secara kontinu dan penderitapun merasa lebih nyaman jika
dibandingkan dengan cara yang lainnya. Tetapi karena terapi ini diberikan
secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus,
salah satunya adalah plebitis. Plebitis merupakan inflamasi vena yang
disebabkan baik dari iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh
komplikasi dari terapi intravena. Plebitis dikarakteristikkan dengan adanya dua
atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi, dan teraba mengeras di
bagian vena yang terpasang kateter intravena,

Secara sederhana plebitis berarti peradangan vena. Plebitis berat hampir


selalu diikuti bekuan darah atau trombus pada vena yang sakit. Plebitis dapat
menyebabkan thrombus yang selanjutnya menjadi tromboplebitis, perjalanan
penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika thrombus terlepas
kemudian diangkut dalam aliran darah dan masuk kejantung maka dapat
menimbulkan gumpalan darah seperti katup bola yang bisa menyumbat
atrioventrikular secara mendadak dan menimbulkan kematian,

Banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis plebitis, antara


lain: faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan, Obat suntik yang bisa
menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida,
vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak
obat khemoterapi. Larutan infus dengan osmolaritas > 900 mOsm/L harus
diberikan melalui vena sentral. Faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter,
lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius. Kanul yang berukuran besar jika
digunakan pada vena yang berlumen kecil dapat mengiritasi bagian intima dari
vena, disamping itu fixasi yang kurang tepat dapat menyebabkan inflamasi atau
plebitis. Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka plebitis mencakup, usia,
jenis kelamin dan kondisi dasar (yakni. diabetes melitus, infeksi, luka bakar).
Suatu penyebab yang sering luput perhatian adalah adanya mikropartikel dalam
larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan penggunaan filter.

Kepatuhan Pasien saat terpasang infus juga sangat berpengaruh dengan


tingkat kejadian phlebitis misalnya pasien sering bergerak pada area yang
terpasang infus, pasien lupa mematikan infus pada saat ke kamar mandi. Apabila
pasien sering bergerak selama terpasang infus akan mengakibatkan plebitis
seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri disepanjang vena. Hal ini sangat
merugikan bagi pasien karena infus yang seharusnya dilepas setelah 72 jam kini
harus dilepas sebelum waktunya. Selain itu juga akan menambah biaya
perawatan.

Faktor yang dapat mendukung sikap patuh pasien, diantaranya:


Pendidikan, pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan buku
dan lain-lain. Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri
kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang lebih
mandiri, harus dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan sementara
pasien yang tingkat ansietasnya tinggi harus diturunkan terlebih dahulu. Tingkat
ansietas yang terlalu tinggi atau rendah, akan membuat kepatuhan pasien
berkurang. Modifikasi faktor lingkungan dan social, membangun dukungan sosial
dari keluarga dan teman-teman sangat penting, kelompok pendukung dapat
dibentuk untuk membantu memahami kepatuhan terhadap program pengobatan,
seperti pengurangan berat badan dan lainnya. Perubahan Model Terapi, program
pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien terlibat aktif dalam
pembuatan program tersebut. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan
dengan pasien. adalah suatu yang penting untuk memberikan umpan balik pada
pasien setelah memperoleh informasi diagnosis.
B. LATAR BELAKANG

Infeksi yang terkait dengan pemberian infus dapat dikurangi dengan


empat intervensi yaitu perawat melakukan teknik cuci tangan yang aktif untuk
menghilangkan organisme gram negatif sebelum mengenakan sarung tangan
saat melakukan prosedur pungsi vena, mengganti larutan intravena sekurang-
kurangnya setiap 24 jam, mengganti semua kateter vena perifer sekurang-
kurangnya 72 jam, selain itu perawat juga harus menjelaskan kepada pasien
agar tidak banyak bergerak pada area yang terpasang infus, mematikan infus
saat ke kamar mandi.

Di Puskesmas JELI dalam penghitungan angka phlebitis menggunakan


rumus indikator sebagai berikut :
Judul infeksi akibat jarum infus
Ruang Lingkup pencegahan dan pengendalian infeksi
Dimensi Mutu efektivitas, efisieensi, keselamatan dan keamanan
Tujuan 1. pencegahan ketidak seimbangan cairan
elektrolit
2. akses kegawatdaruratan atau pemberian obat
3. memberikan makanan dan minuman pada
pasien yang tidak boleh melalui mulut
pemasangan infus adalah tindakan memasukkan
kateter intravena ke dalam pembuluh vena pasien
Definisi untuk memberikan cairan/elektrolit atau terapi
Operasional lainnya
jumlah pasien yang terinfeksi akibat pemasangan
Numerator jarum infus sesuai kriteria dalam periode tertentu
jumlah lama hari pemasangan infus dalam periode
Denumerator tertentu
Cara Penghitungan jumlah kasus infeksi jarum infus x 1000
jumlah lama hari pemasangan infus
semua pasien yang dilakukan pemasangan infus di
Kriteria Inklusi Puskesmas JELI
Kriteria Eksklusi semua pasien yang sudah terpasang infus dari luar
Metodologi
pengumpulan data survey
Periode analisis 1 bulan
Frekwensi
pengumpulan data 1 bulan
Sumber data Rawat inap dan PPI
Strandart 25.05%
Penanggung Jawab
pengumpul data Tim PPI
C. TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan surveillance infeksi phlebitis :
1. mengukur laju angka dasar ( basaline rate) dari infeksi di Puskesmas.
Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar resiko yang dihadapai oleh
setiap pasien yang dirawat di Puskesmas.
2. Menurunkan laju infeksi ditemukan factor resiko Puskesmas yang akan
diintervensi sehingga dapat menurunkan laju angka infeksi.

D. HASIL DAN ANALISIS

a. Data hasil surveillance

b. Analisis

Analisis terhadap kejadian ini dan ditemukan bahwa :

1. Kejadian phlebitis disebabkan karena pemberian obat osmolaritas


tinggi / pekat
2. Phlebitis terjadi karena kepatuhan pasien yang kurang
3. Pemahaman petugas tentang tanda – tanda phlebitis tidak sama
4. Kepatuhan petugas dalam cuci tangan dalam 5 moments masih
kurang

Dari hasil analisa yang telah ditemukan tersebut akhirnya dilakukan suatu
treatment untuk proses perbaikannya yaitu diantaranya adalah :

1. Koordinasi dengan Farmasi dalam penggunaan obat – obat yang


pekat / osmolaritas tinggi dengan melakukan pengenceran.
2. Edukasi ke pasien saat akan dilakukan pemasangan infus. Edukasi ini
berisi tentang hal – hal yang dilakukan atau tidak dilakukan pasien
setelah dipasang infuse
3. Peningkatan pemahaman petugas tentang tanda dan gejala phlebitis
dengan cara resosialisasi Algoritma Phlebitis serta drajat / tingkat
phlebitis.
4. Pelaksanaan resosialisasi tentang hand hygiene baik mengenai
langkah – langkah cuci tangan maupun 5 moments cuci tangan.
5. Pelaksanaan audit kepatuhan cuci tangan pasien serta adanya
pendampingan dan pembinaan terhadap staf yang tidak faham dan
tidak patuh terhadap SPO cuci tangan
6. Sosialisasi bundle infuse kepada seluruh staf pelaksana
Setelah dilakukannya treatment tersebut maka angka kejadian phlebitis di
Puskesmas JELI berangsur – angsur membaik dan selalu dibawah angka
standar yaitu 25.05 ‰. Namun demikian proses perbaikan tersebut terus
menerus dilakukan dan dimonitoring serta dievaluasi secara periodic baik
oleh Tim PPI maupun bidang Keperawatan dalam rangka menjaga mutu
pelayanan di Puskesmas JELI Kabupaten Tulungagung.
E. PENUTUP

Tulungagung,
Ketua Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
UPTD Puskesmas JELI

Nandar Adinata, Skep.Ners

Anda mungkin juga menyukai