Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN


MASALAH GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

Dosen Pembimbing :
Dr. Ah Yusuf, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh :

Putri Hisanah 131511133015


Afita Nur Dwiyanti 131611133114
Handini Indah Rahmawati 131611133122
Achmad Ubaidillah Mughini 131611133128
Nabila Rahma Ulinnuha 131611133136
Sulpince Weya 131611133150

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, serta taufik hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawtan Jiwa Pada Klien Dengan Masalah Gangguan
Proses Pikir: Waham” dapat selesai dengan lancar tanpa sedikitpun halangan dan sesuai
harapan.

Terima kasih bapak kepada Dr. Ah Yusuf, S.Kp., M.Kes selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekuranga dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar makalah ini dapat lebih baik
lagi.
Demikian yang dapat Penulis sampaikan, semoga makalah ini memberikan
pengetahuan baru bagi kita semua dan dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Terima
kasih atas perhatiannya.

Surabaya, 31 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI ..................................................................................................... 3
2.1 Definisi ........................................................................................................................ 3
2.2 Etiologi ........................................................................................................................ 3
2.3 Klasifikasi Waham ..................................................................................................... 3
2.4 Proses Terjadinya Waham ........................................................................................ 4
2.5 Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 5
2.6 WOC ........................................................................................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................................................ 7
2.8 Asuhan Keperawatan Umum Waham ..................................................................... 8
BAB 3 ASUHAN KEPEPERWATAN .................................................................................. 16
3.1 Kasus ......................................................................................................................... 16
3.2 Pembahasan .............................................................................................................. 16
3.2.1 Pengkajian ......................................................................................................... 16
3.2.2 Analisa Data ...................................................................................................... 23
3.2.3 Pohon Masalah.................................................................................................. 24
3.2.4 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 25
3.2.5 Intervensi Keperawatan ................................................................................... 25
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................................... 28
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 28
4.2 Saran ......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa
sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman dari
persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian
individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan,
pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya
individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang
lain ( Purba, 2008 ).
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa
literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap dilaporkan
sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan berkisaran antara 0,83-1,2%. Sementara
pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30 kasus dari 100.000
orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah menurut direktur RSUD Amino
Gondhohutomo semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes mengataan di tahun 2009 angka
kejadian penderitaan gangguan jiwa di Jawa Tengah berkisar antara 3300 orang sampai 9300
orang, angka kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa.
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman diri, rasa
tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak
kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu
kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa defenisi dari waham ?
2. Apa saja klasifikasi waham ?
1
3. Apa etiologi waham ?
4. Bagaimana proses terjadinya waham ?
5. Bagaimana manifestasi waham ?
6. Bagaimana strategi penatalaksanaan pada pasien dengan masalah gangguan proses
pikir: waham ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan proses
pikir: waham ?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengetahui
serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
gangguan proses pikir : waham
b. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang :
1. Untuk mengetahui defenisi waham
2. Untuk mengetahui klasifikasi waham
3. Untuk megetahui etiologi waham
4. Untuk mengetahui manifestasi waham
5. Strategi pelaksanaan pada pasien dengan masalah gangguan proses pikir: waham
6. Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan proses pikir: waham

1.4 Manfaat Penulisan


1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai asuhan keperawatan dengan pasien
dengan masalah gangguan proses pikir: waham
2. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui asuhan keperawatan dengan
pasien dengan masalah gangguan proses pikir: waham
3. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien dengan masalah gangguan
proses pikir: waham

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham termasuk gangguan isi pikiran.
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus internal dan
eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu keyakinan individu
yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Keyakinan individu tersebut
tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat
diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali
(Kusumawati, 2010). Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di
dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia.

2.2 Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Genetik: faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Neurobiologis: adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan korteks limbic.
c. Neurotransmiter: abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamate.
d. Psikologis: ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

2.3 Klasifikasi Waham


1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah bank
swasta lho..” atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
2. Waham curiga
3
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga saya harus
membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita
penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-
tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur
ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.

2.4 Proses Terjadinya Waham


1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara
kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self
ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau
telepon genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak
berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan
4
menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak
kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara
adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan
pengakuan pasien tidak merugikan orang lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi
sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah
pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian traumatik
masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain.

2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu:
1. Pasien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan,
atau kekayaan luar biasa, pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain
atau sekelompok orang, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada
dalam tubuhnya;
2. Menarik diri;
3. Sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain;
4. Rasa curiga yang berlebihan;
5
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan);
6. Takut, sangat waspada;
7. Tidak tepat menilai lingkungan/realitas;
8. Ekspresi wajah tegang;
9. Mudah tersingung.
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

6
2.6 WOC

Risiko kerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses pikir: waham

Gangguan konsep diri:


harga diri rendah: kronis

2.7 Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain:
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat
b. Haloperidol
c. Karbamazepin
2. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan
pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham.
Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
a. Tentukan target symptom
b. Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan
c. Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang lama
4-6 minggu
d. Hindari polifarmasi
e. Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
Contoh obat antipsikotik adalah:
a. Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).
Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
b. Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg
Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan gejala
positif.

7
Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip
Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien), neuroleptic
malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif untuk menghilangkan
gejala negatif.
3. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan
pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah
penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada
gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan
kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
4. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati
otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam
kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti
skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-
obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.
5. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi
juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika
gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi
dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok,
terapi keluarga, terapi supportif.

2.8 Asuhan Keperawatan Umum Waham

Diagnosa Keperawatan Tujuan yang ingin diharapkam Intervensi


Gangguan Komunikasi Klien diharapkan dapat Mendengar Aktif
Verbal. mengatasi masalah gangguan - Menunjukkan ketertarikan
Definisi : Penurunan, komunikasi verbal, dengan kepada klien.
perlambatan, atau kriteria hasil : - Mendengarkan isi pesan
ketiadaan kemampuan maupun perasaan yang
untuk menerima, Komunikasi tidak terungkap selama
memproses, mengirim - Dapat menginterpretasi akurat percakapan.

8
dan/atau menggunakan terhadap pesan yang diterima. - Memverifikasi pemahaman
sistem simbol. - Mengarahkan pesan pada mengenai pesan-pesan
penerima yang tepat. yang disampaikan dengan
- Dapat bertukar pesan dengan menggunakan pertanyaan
akurat pada orang lain. maupun memberikan
umpan balik.
Komunikasi : Penerimaan
- Dapat menginterpretasikan Peningkatan Komunikasi:
bahasa tertulis. Kurang Pendengaran
- Dapat menginterpretasikan - Mencatat dan
Bahasa lisan. mendokumentasikan
- Dapat mengenali pesan yang metode komunikasi yang
diterima. disukai pasien (misalnya;
lisan, tertulis, membaca
Memproses Informasi bibir, atau American Sign
- Dapat mengidentifikasi Language) dalam
benda-benda umum. perencanaan perawatan.
- Klien menunjukkan proses - Menghindari lingkungan
berpikir yang terorganisir. yang bersisik saat
- Klien dapat menunjukkan berkomunikasi.
persamaan dan perbedaan - Mendengarkan dengan
antara dua benda. penuh perhatian, sehingga
memberikan waktu yang
adekuat bagi klien untuk
menanggapi dan
memproses komunikasi.

Peningkatan Komunikasi:
Kurang Bicara
- Memonitor kecepatan
bicara, tekanan, kecepatan,
kuantitas, volume dan
diksi.
- Memonitor proses kognitif,

9
anatomis dan fisiologis
terkait dengan kemampuan
berbicara (misalnya;
memori, pendengaran dan
Bahasa)
- Memonitor pasien terkait
dengan perasaan frustasi,
kemarahan, depresi atau
respon-respon lain
disebabkan karena adanya
gangguan kemampuan
berbicara.

Perubahan proses Klien diharapkan dapat Manajemen Delusi


pikir:waham. mengatasi masalah gangguan - Membina hubungan saling
Definisi : Keyakinan yang pada proses pikir, dengan kriteria percaya dan hubungan
keliru tentang isi pikiran hasil : interpersonal dengan klien
yang dipertahankan secara - Menghindari mendepat
kuat atau terus menerus Kontrol diri terhadap distorsi mengenai kepercayaan
namun tidak sesuai pemikiran yang salah atau meyatakan
dengan kenyataan. - Klien dapat mengenali karaguan akan fakta
halusinasi atau delusi yang - Dukung klien untuk
sedang terjadi memvalidasi kepercayaan
- Klien dapat menahan diri delusi dengan orang yang
untuk mengikuti halusinasi dipercaya. (missal; tes
atau delusi realita)
- Klien dapat menunjukkan
pemikiran yang berdasarkan Manajemen Halusinasi
kenyataan. - Memberikan klien
kesempatan untuk
Identitas mendiskusikan
- Klien dapat menyatakan halusinasinya
perasaan yang jelas tentang - Memfokuskan kembali
identitas pribadi klien mengenai topik jika

10
- Klien dapat menantang diri komunikasi klien tidak
mengenai keyakinan yang sesuai situasi
salah tentang diri sendiri - Memonitor kehadiran
- Klien dapat membedakan diri halusinasi mengenai
dengan lingkungan dan orang konten (dari halusinasi
lain. yang berupa) kekerasan
atau yang membahayakan
Resolusi Rasa Bersalah diri
- Klien dapat mengidentifikasi
persepsi realistis terkait Peningkatan Kesadaran
penyebab perasaan bersalah. Diri
- Klien dapat mengidentifikasi - Dukung pasien untuk
bahwa perasaan bersalah mengenal dan
merupakan reaksi yang mendiskusikan pikiran dan
umum. perasaannya
- Klien dapat beradaptasi - Membantu klien untuk
dengan perubahan hidup yang merubah pandangan
terjadi. mengenai konsep diri
sebagai korban dengan
mendefinisikan haknya
dengan cara yang tepat.
- Membantu klien untuk
mengidentifikasi perasaan
bersalah

Gangguan konsep diri: Klien diharapkan dapat Peningkatan Harga Diri


Harga diri rendah: Kronis mengatasi masalah gangguan - Memonitot pernyataan
Definisi : Evaluasi atau harga diri rendah kronis, dengan pasien mengenai harga diri
perasaaan negatif terhadap kriteria hasil : - Menentukan kepercayaan
diri sendiri atau diri pasien dalam hal
kemampuan klien seperti Harga diri penilaian diri
tidak berarti, tidak - Klien dapat menerima - Mendukung pasien untuk
berharga, tidak berdaya terhadap keterbatasan diri terlibat dalam memberikan
yang berlangsung dalam - Menerima dengan postif afirmasi positif melalui

11
waktu lama dan terus pujian dan kritik dari orang pembicaraan pada diri
menerus. lain. sendiri dan secara verbal
- Menggambarkan rasa bangga terhadap diri setiap hari.
terhadap diri sendirii. - Membantu pasien untuk
mengientifikasi dampak
Otonomi pribadi dari kelompok sejawat
- Membuat keputusan hidup pada perasaan dan harga
yang diinformasikan. diri.
- Klien mempertimbangkan
pilihan lain saat membuat Peningkatan Citra Tubuh
keputusan. - Menentukan harapan citra
diri klien didasarkan pada
Kesadaran diri tahap perkembangan
- Dapat membedakan diri dari - Menggunakan bimbingan
lingkungan dan orang lain antisipatif menyiapkan
- Klien dapat mengenali klien terkait dengan
kemampuan emosional perubahan-perubahan citra
pribadi tubuh yang telah
- Klien mempertahankan diprediksikan.
kesadaran terhadap perasaan - Membantu klien untuk
- Klien dapat bercermin pada menentukan pengaruh dari
perasaan tentang penemuan peer group terhadap
diri. persepsi pasien mengani
citra tubuh saat ini.

Dukungan Emosional
- Berdiskusi Bersama klien
mengenai pengalaman
emosinya
- Mengeksplorasi apa yang
memicu emosi pasien
- Membantu klien untuk
mengenali perasaanya
seperti adanya cemas,

12
marah atau sedih
- Memfasilitasi klien untuk
mengidentifikasi pola
respon yang biasanya
dipakai ketika menghadapi
rasa takut.

Rencana Keperawatan Pada Pasien Dengan Waham


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu: Setelah.....x pertemuan, pasien SP 1
mampu:
a. Berorientasi kepada a. Bantu orientasi realita
a. Dapat menyebutkan
realistik secara b. Identifikasi kebutuhan yang
kejadian-kejadian sesuai
bertahap tidak terpenuhi
dengan urutan waktu serta
b. Memenuhi kebutuhan c. Latih pasien memenuhi
harapan /kebutuhan dasar
dasar kebutuhannya.
yang tidak terpenuhi
c. Berinteraksi dengan d. Bimbing pasien
seperti: harga diri, rasa
orang lain dan memasukkan dalam jadwal
aman.
lingkungan kegiatan harian.
b. Dapat menyebutkan
d. Menggunakan obat
hubungan antara kejadian
dengan prinsip 5 benar
traumatis / kebutuhan tidak
terpenuhi dengan
wahamnya.
c. Menjelaskan gangguan
fungsi hidup sehari-hari
yang dilakukan ide-ide/
pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan seperti:
hubungan dengan keluarga,
hubungan dengan orang
lain, aktivitas sehari-hari,
pekerjaan, sekolah dan
prestasi.
Setelah....x pertemuan, pasien SP 2

13
mampu: a. Validasi masalah dan latihan
Melakukan aktivitas yang sebelumnya.
konstruktif sesuai dengan b. Identifikasi kemampuan
minatnya yang dapat yang dimiliki
mengalihkan fokus klien dari c. Latih kemampuan yang
wahamnya. dimiliki
d. Bimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Setelah...x pertemuan, pasien SP 3
mampu: a. Validasi masalah dan latihan
a. Menyebutkan manfaat sebelumnya.
minum obat, kerugian tidak b. Jelaskan penggunaan obat
minum obat, nama, warna, secara benar.
dosis, efek terapi dan efek c. Bimbing pasien
samping obat interaksi memasukkan dalam jadwal
klien. kegiatan harian.
b. Mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan
benar.
c. Menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.
Keluarga mampu: Setelah....x pertemuan, keluarga SP 1
a. Mengidentifkasi mampu: a. Diskusikan masalah yang
waham pasien Menjelaskan tentang waham dirasakan keluarga dalam
b. Memfasilitasi pasien dan perawatannya. merawat pasien.
untuk memenuhi b. Jelaskan pengertian, tanda
kebutuhan yang dan gejala waham, serta
dipenuhi oleh proses terjadinya waham.
wahamnya. c. Jelaskan cara-cara merawat
c. Mempertahankan pasien waham.
program pengobatan Setelah....x pertemuan, keluarga SP 2
pasien secara optimal mampu: a. Evaluasi kemampuan

14
Memperagakan cara merawat keluarga
pasien b. Latih keluarga merawat
paien pada pasien langsung.
Setelah....x pertemuan, keluarga SP 3
mampu: a. Evaluasi kemampuan
Membuat perencanaan pulang keluarga.
b. Bantu keluarga membuat
jadual aktivitas pasien di
rumah termasuk minum
obat.
c. Jelaskan rencana tindak
lanjut

15
BAB 3
ASUHAN KEPEPERWATAN

3.1 Kasus
Tn. R adalah orang yang terpandang di desanya dan beliau berambisi untuk menjadi
anggota DPR. Keluarga Tn.R tidak mendukungnya untuk menjadi anggota DPR dengan
alasan biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan belum tentu berhasil, tetapi Tn.R tetap
bersih keras untuk mencalonkan diri dan yakin akan menang. Tn.R sangat bekerja keras
untuk meyakinkan warga agar semua memilihnya.
Tiba saatnya pemilihan, ternyata hasil perolehan suara Tn.R lebih sedikit
dibandingkan dengan saingannya, yaitu Ny.W. Tn.R merasa sangat kecewa dan keluarga
Tn.R menyalahkannya, karena tidak mau mendengarkan pendapat dari keluarganya.
Setelah kejadian tersebut Tn.R menjadi murung dan selalu mengunci diri di kamar,
tidak mau makan dan mandi. Lama kelamaan Tn.R selalu mengatakan bahwa dirinya
adalah seorang pejabat penting. Setiap pagi selalu berpakaian rapi, bersepatu kinclong
seperti anggota DPR. Karena keluarga merasa khawatir dengan perilaku Tn. R dan malu
dengan tetangga, maka keluarga membawa Tn.R ke rumah sakit jiwa.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengkajian
Ruangan Rawat: Flamboyan Tanggal Rawat: 12-05-2014
1. Identitas Klien
Inisial : Tn. R (L/P)
Umur : 30 Tahun
Informan : Klien dan Status
Tanggal pengkajian : 13-05-2014
No. RM : 066839xxxx

16
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena ia bertengkar dengan keluarganya.
Klien mengatakan keluarganya menyalahkan klien sebab klien menjadi pejabat
penting dan keluarga tidak setuju. Dilihat dari status rekam medik, klien dibawa ke
rumah sakit karena murung, diam dan terkadang marah-marah.
3. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Tidak
2. Pengobatan Sebelumya
Klien belum mendapatkan pengobatan karena keluarga merasa takut
mendekati ketika klien marah-marah
3. Riwayat Trauma
Klien gagal menjadi anggota DPR dan menghabiskan banyak biaya
M.K: respons pascatrauma
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa
5. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan
Tidak ada
M.K: -

4. Fisik
1. Tanda Vital : TD: 120/70mmHg N: 90x/menit S: 36,5c RR: 20x/menit
2. Ukur : TB: 171 cm BB: 65 kg
3. Keluhan fisik: Klien tidak mengeluh sakit apapun
M.K: -

17
5. Psikososial
1. Genogram

= perempuan

= laki-laki

= meninggal

= orang yang terdekat

= pasien

= orang yang tinggal


serumah

Keluarga selalu menyalahkan klien jika apa yang dilakukan gagal dan tidak
pernah mendukung apa yang dilakukan klien.
M.K: koping keluarga inefektif: ketidakmampuan koping.
2. Kosep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan sangat menyukai semua bagian dari tubuhnya karena
ini adalah pemberian Allah kepadanya.
b. Identitas Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dia adalah seorang suami yang baik,
selain itu dia juga seorang pegawai di kelurahan
c. Peran
Di rumah klien mengatakan dia adalah seorang suami yang baik, ia juga
sebagai pegawai di kelurahan.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bahwa harapannya ia bisa menjadi pemimpin buat
rakyat.
e. Harga Diri

18
Klien mengatakan dirinya sangat dihormati oleh masyarakat karena dia
adalah seorang pejabat penting di gedung DPR, tetapi sekarang ia harus
tinggal di RSJ, kumpul dengan orang sakit jiwa, klien mengatakan
malu.
M.K: gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti atau terdekat
Klien mengatakan orang yang terdekat dengannya adalah istrinya jika
ada masalah ceritanya langsung ke istrinya
b. Peran serta kegiatan kelompok
Klien mengatakan sebelum disini dia mengikuti rapat di gedung DPR
c. Hambatan dan hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan saat ini waktunya kurang, malah tidak ada waktu
untuk berkomunikasi dengan teman karena waktunya lebih banyak
untuk rapat dengan anggota DPR lainnya.
M.K: perubahan kinerja peran
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan harus mendekatkan diri pada
Tuhan karena Allah yang memberikan segalanya, dan klien mengatakan
takut pada Tuhan
b. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan saat dirumah waktunya beribadah pada Allah lebih
banyak dan rajin beribadah, tetapi saat disini jarang karena belum
beradaptasi dengan lingkungan, saat ini klien sering menyendiri dan
diam.
M.K: -

6. Status Mental
a. Penampilan:
Pasien tampak rapi, bersih, memakai pakaian dengan sopan.
M.K: -
b. Pembicaraan:

19
Pasien bicara cepat, nada bicara cepat, pasien sering mengulang pembicaraan,
mengatakan tentang kehebatan dirinya, pembicaraan awal terarah sesuai
pertanyaan, lama kelamaan nglantur dan klien menyombongkan jabatannya.
M.K: kerusakan komunikasi
c. Aktivitas Motorik:
Klien tampak sering sibuk sendiri dan jarang beraktivitas dengan teman atau
orang lain, karena tidak punya waktu untuk berkenalan. Klien mengatakan lebh
baik tidur karena seharian saya sibuk mengurusi pekerjaan saya.
M.K: intoleransi aktivitas
d. Alam perasaan:
Klien merasa khawatir jika dia berkumpul dengan yang lain kerjaannya akan
terbengkalai.
e. Afek:
Emosi klien sering berubah-ubah kadang wajar kadang menyendiri (diam),
kadang marah-marah.
M.K: resiko tinggi terhadap cedera
f. Interaksi selama wawancara:
Klien kooperatif, mau bercakap-cakap, mau tersenyum, pembicaraan klien
selalu mempertahankan pendapatnya,kalau dirinya orang hebat
g. Persepsi:
a. Tidak ada halusinasi
b. Tidak ada ilusi
c. Tidak ada depersonalisai
d. Tidak ada realisasi
e. Tidak ada gangguan somatosensorik
h. Proses pikir:
Pembicaraan klien berulang-ulang (perseverasi). .Klien selalu mengulang
pembicaraan bahwa klien pejabat penting di pemerintahan dan sangat sibuk.
M.K: perubahan proses pikir
i. Isi pikir:
Klien mengatakan bahwa setiap hari ia disibukkan dengan berbagai urusan
pemerintahan karena klien pejabat tinggi di pemerintahan. Klien berkata non
realistis, pembicaraan klien tidak sesuai dengan kenyataan
M.K: perubahan proses pikir

20
j. Tingkat kesadaran:
Kesadaran klien berubah secara:
1. Limitasi: Pasien tidak bisa membedakan kenyataan dibuktikan dengan
pasien menyatakan dirinya merupakan salah satu pejabat penting dalam
pemerintahan.
2. Relasi: Pasien mengatakan tidak pernah berkumpul dengan teman yang
lain karena waktunya dihabiskan dengan mengurung diri di kamar.
Disorientasi
1. Waktu: Klien mengatakan masih bisa mengenali waktu.
2. Tempat: Klien mengatakan sekarang berada di RSJ, tempat orang gila
katanya.
3. Orang: Klien mengatakan bahwa orang-orang disekitarnya adalah teman
kerjanya di gedung DPR.
k. Memori:
1. Jangka Panjang: Klien mampu mengingat keluarganya.
2. Jangka Menengah: Klien mampu mengingat 1 bulan yang lalu masih
dirumah dan bekerja di kelurahan.
3. Jangka Pendek: Klien mampu mengingat hari ini bangun pagi, mandi dan
sarapan.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung:
Saat ditanya “jika bapak belanja habis 5000,untuk beli tempe dan uang ibu
10.000 maka kembalinya berapa? “klien menjawab Rp.5000
m. Kemampuan penilaian:
Klien mampu menilai dengan baik.
n. Daya tilik diri:
Mengingkari penyakit yang diderita: Klien mengatakan dia tidak sakit jiwa
tetapi orang-orang menganggap dia gila.
M.K: resiko tinggi ketidakpatuhan

7. Kebutuhan pulang
a. Makan
Klien makan sendiri dengan bimbingan perawat, makan 3x1 hari, 1 porsi tidak
dihabiskan
b. BAK /BAK

21
Klien dapat BAB/BAK secara mandiri
c. Mandi
Klien mandi tidak harus dimotivasi perawat terlebih dahulu
d. Berpakaian atau berhias
Klien dapat berpakaian atau berhias sendiri, menggunakan pakaian yang sesuai
seragam pada hari itu dan ganti baju 1 x sehari
e. Istirahat dan tidur
1. Tidur siang 13.00 – 15.30
2. Tidur malam 18.00 – 05.00
3. Aktivitas sebelum tidur: duduk – duduk, nonton tv
4. Klien tidak mengalami gangguan tidur
f. Penggunaan Obat
Klien mengatakan tidak mengonsumsi obat
g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan : Sistem pendukung
h. Aktivitas dalam rumah
Klien mengatakan sering didalam kamar dengan mengurung diri
i. Aktivitas diluar rumah
Klien jarang keluar rumah

8. Mekanisme koping
Mekanisme koping maladaptif karena ia mengganggap dirinya sebagai pejabat
tinggi yang banyak kerjaan.

9. Masalah psikososial dan lingkungan


Klien mengatakan tidak ada waktu bergaul dengan yang lain, karena klien sibuk
dengan urusan pekerjaannya sebagai pejabat penting yang banyak tugas .

10. Pengetahuan kurang tentang


Klien mengatakan orang gila itu ya orang yang mengalami penyakit gangguan jiwa,
saya tidak sakit jiwa tapi dibawa kesini.

11. Aspek medik


1. Diagnosa medis:

22
F.25.0 (skizoafektif)
2. Terapi Medik:
Haloperidol 5 mg 1-0-1
Clopramazine 100 mg 0-1-1
Defakene 2 x 1 sdm
B.komplek 1-0-1

12. Daftar masalah keperawatan


Gangguan Jiwa Waham

13. Daftar diagnosis keperawatan


1. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan waham kebesaran.
2. Gangguan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

3.2.2 Analisa Data


Nama : Tn. R
Usia : 30 tahun
No RM : 066839xxxx
No. Data Masalah
1. DS : Resiko gangguan komunikasi verbal
Klien mengatakan waktunya tidak
ada untuk berkomunikasi dengan
teman karena lebih banyak sibuk
dengan urusannya sendiri.
DO :
Klien lebih sering menyendiri.
Aktivitas klien menurun.
Klien kurang berkomunikasi
dengan orang lain.
2. DS : Gangguan proses pikir : waham
Klien mengatakan bahwa dirinya
adalah seorang pejabat DPR.

23
Klien mengatakan tidak ada yang
bisa mengalahkan dirinya karena
dia memiliki kedudukan yang
tinggi di gedung DPR.
DO :
Klien terus membicarakan
kehebatannya.
Setiap pagi klien selalu
berpakaian rapi dan bersepatu
kinclong seperti pejabat.
3. DS : Harga diri rendah
Klien mengatakan bahwa klien
merasa kecewa dengan sikap
keluarganya yang sepertinya tidak
bahagia padahal dia telah terpilih
menjadi anggota DPR.
DO :
Klien lebih sering menyendiri.
Klien tidak mau bergaul dengan
orang lain.

3.2.3 Pohon Masalah


Resti gangguan komunikasi verbal

Gangguan proses pikir: Waham

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

24
3.2.4 Diagnosa Keperawatan
1. Resti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan waham kebesaran.
2. Gangguan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

3.2.5 Intervensi Keperawatan


Masalah prioritas: Perubahan proses pikir : waham kebesaran
KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
HASIL
TUM: Setelah 1 kali b. Bina hubungan Dengan membina
Secara bertahap interaksi klien saling percaya. hubungan saling
pasien mampu menunjukkan tanda- c. Ciptakan percaya pasien
berhubungan tanda percaya lingkungan yang akan merasa aman
dengan realitas kepada perawat: tenang, buat dan bersedia
a. Mau kontrak yang jelas berinteraksi dengan
TUK 1: menerima kehadi d. Jangan perawat
Pasien dapat ran perawat membantah dan
membina disampingnnya mendukung
hubungan saling 2.Mengatakan mau waham klien
percaya menerima bantuan 4. Observasi apakah
perawat. waham klien
3.Tidak menunjukan menganggu aktivitas
tanda-tanda curiga sehari- hari dan
4.Mengizinkan perawatan diri.
duduk di samping.

TUK 2 : Setelah 1 kali 1. Diskusikan Untuk


Pasien dapat interaksi klien dengan pasien meningkatkan
mengidentifikasi menunjukan: kemampuan yang Harga diri pasien
kemampuan Klien menceritakan dimiliki pada waktu terhadap dirinya
yang di miliki. ide-ide dan perasaan lalu dan saat ini sendiri dan realita
yang muncul secara yang realistis.

25
berulang dalam 2. Tanyakan apa
pikirannya. yang bisa dilakukan
dan anjurkan untuk
melakukanya.
3. Jika pasien selalu
berbicara tentang
waham nya
dengarkan sampai
kebutuhan waham
tidak ada

TUK 3 : Setelah 2 kali 1. Observasi Untuk memenuhi


Pasien dapat interaksi klien: kebutuhan pasien kebutuhan pasien
mengidentifikasi 1. Dapat sehari-hari. yang belum
kebutuhan yang menyebutkan 2. Dikusikan terpenuhi
tidak dapat kejadian-kejadian kebutuhan pasien
terpenuhi. sesuai yang tidak terpenuhi
dengan urutan selama di rumah
waktu serta maupun di rumah
kebutuhan dasar sakit.
yang tidak terpenuhi 3. Hubungan
2.Dapat kebutuhan yang
menyebutkan tidak terpenuhi
hubungan antara dengan timbulnya
kejadian traumatis waham.
atau kebutuhan tidak 4.Tingkatkan
terpenuhi dengan aktivitas yang dapat
wahamnya. memenuhi
kebutuhan pasien,
memerlukan waktu
dan tenaga.
5. Atur situasi agar
klien tidak

26
mempunyai waktu
dengan wahamnya.

TUK 4 : Setelah dilakukan 2 1. Berbicara dengan Dengan


Pasien kali interaksi klien pasien dalam berorientasi dengan
berhubungan dapat menyebutkan konteks realitas realita klien dapat
dengan realitas perbedaan (realitas diri, orang menyatakan
pengalaman nyata lain waktu dan pernyataan sesuai
dengan pengalaman tempat). dengan kenyataan
wahamnya. 2.Sertakan pasien
dalam TAK
orientasi realita.
3.Beri pujian pada
setiap kegiatan
positif yang
dilakukan pasien.

TUK 5 : Setelah 1 kali 1.Diskusi dengan Dukungan dari


Pasien interaksi keluarga keluarga tentang keluarga dapat
mendapat dapat menjelaskan: gejala waham, cara membantu pasien
dukungan 1. pengertian waham merawat merasa aman dan
keluarga 2.tanda dan gejala lingkuangan tidak merasa di
waham keluarga, follow up tolak
3. cara merawat 2. Anjurkan pasien
klien waham melaksanakan
dengan bantuan
perawat.

27
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang di pertahankan secara kuat/ terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Klasifikasi waham
a) Waham kebesaran
b) Waham agama
c) Waham curiga
d) Waham somatik
e) Waham nihlistik
Tanda dan gejala
a) Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
b) Fungsi persepsi
c) Fungsi emosi
d) Fungsi motorik.
e) Fungsi sosial kesepian.
f) Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah
gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.

4.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dan
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara intensif
serta mampu berfikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila mendapati
klien dengan penyakit gangguan kejiwaan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK,
Universitas Indonesia

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung, RSJP
Bandung.

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Stuart dan Sundeen. 2005. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika

29

Anda mungkin juga menyukai