Kemampuan menalar menyebabkan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang mampu mengembangkan pengetahuan secara terus-menerus dan dengan sungguh-sungguh. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Manusia memikirkan hal-hal baru, menjelajah dunia baru, karena manusia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia mengambangkan kebudayaan yang memberikan makna kepada kehidupannya. Manusia harus memanusiakan diri dalam hidupnya. Dengan demikian manusia memiliki tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Dengan pengetahuan inilah manusia menjadi makhluk yang multidimensi dan unik di muka bumi ini. Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia. Untuk dapat menghargai suatu ilmu, misalnya ilmu keperawatan atau kesehatan masyarakat maka kita harus mengerti hakikat ilmu itu sebenarnya. Pengertian yang mendalam terhadap hakikat ilmu yang kita pelajari, akan mampu meningkatkan apresiasi kita serta membuka mata kita terhadap berbagai kekurangan yang ada padanya. Ners dan profesi kesehatan lainnya yang terlalu mendewa-dewakan ilmunya sebagai satu satunya sumber kebenaran biasanya tidak mengetahui hakikat ilmu itu sendiri yang sebenarnya. Sebaliknya, siapapun yang memalingkan muka dari hakikat ilmu yang dikuasainya, maka mereka tidak mau melihat kenyataan betapa ilmu-ilmu itu telah membentuk peradaban modern seperti apa yang kita jumpai di Negara-negara maju sekarang ini. Kepicikan seperti itu kemungkinan besar disebabkan karena mereka berpaling dan kurang mengenal hakikat ilmu yang dipelajari dan dikuasainya itu yang sebenarnya. Meskipun pengetahuan keilmuan yang dikuasainya memang menunjukkan kebenaran, namun kebenaran ilmu bukanlah satu-satunya kebenaran dalam kehidupan praktik. Terdapat berbagai sumber kebenaran lain yang memperkaya khasanah kehidupan praktik kesehatan itu, dan semua kebenaran itu mempunyai manfaat, asal diletakkan pada tempatnya yang layak. Kehidupan dalam praktik kesehatan professional cukup kompleks untuk dianalisis hanya dari satu jalan pemikiran. Adalah ketinggian hati (over confidence) atau kesombongan yang tidak berdasar bila kita beranggapan bahwa ilmulah alpha dan omega dari kebenaran dalam prantik. Terdapat tempat masing-masing dalam kehidupan praktik-praktik profesi kesehatan bagi falsafah, seni, agama, dan sebagainya di samping ilmu yang dikuasai itu sendiri. Semuanya bersifat saling membutuhkan dan saling mengisi, seperti yang dikatakan Einstein bahwa “ilmu tanpa agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalah sesat” (Science without religion is blind, religion without science is blame). Untuk itulah perlu adanya pula tafsir konstraktual ilmu keperawatan yang berasal dari premis trasedental atau filsafat ilmu keperawatan. 1.2 Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari konsisten, koheren dan korespondensi?
2. Apa hubungan dari konsisten, koheren dan korespondensi? 3. Apakah definisi dari filsafat ilmu? 4. Apakah peran dari filsafat dalam keperawatan? 5. Apa manfaat atau peranan ilmu filsafat dalam ilmu keperawatan? 6. Bagaimana hubungan antara filsafat ilmu dengan keperawatan? 7. Bagaimana implementasi filsafat ilmu dalam ilmu keperawatan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dari konsisten, koheren dan korespondensi. 2. Untuk menjelaskan hubungan dari konsisten, koheren dan korespondensi. 3. Untuk mengetahui definisi dari filsafat ilmu. 4. Untuk mengetahui peran dari filsafat dalam keperawatan. 5. Untuk mengetahui apa saja manfaat atau peranan ilmu filsafat dalam ilmu keperawatan. 6. Untuk menjelaskan hubungan antara filsafat ilmu dengan keperawatan. 7. Untuk menjelaskan implementasi filsafat ilmu dalam ilmu keperawatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis Dengan di buatnya makalah ini di harapkan dapat menambah kaidah ilmu dan wawasan untuk penulis tetang ilmu Keperawatan dalam kerangka filsafat ilmu
2. Bagi pembaca
Dengan di buatnya makalah ini di harapkan akan menambah wawasan
kepada pembaca tentang tetang ilmu Keperawatan dalam kerangka filsafat ilmu