Fasilitator:
Dr. Hanik Endang Nihayati, SKep, Ns, Mkep
Disusun oleh:
Kelompok 6/ Kelas A3:
1. Alfia Dwi Sunarto (131611133105)
2. Muh. Dzakiyyul Fikri Wachid (131611133115)
3. Rezkisa Dwi Prambudia (131611133117)
4. Endah Desfindasari (131611133119)
5. Ariska Windy Hardiyanti (131611133131)
6. Fitrinia Puspita Sari (131611133139)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Masalah Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi”
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa I Ibu Dr. Hanik Endang Nihayati, SKep, Ns, Mkep , serta
para dosen fasilitator yang telah membimbing penulis selama perkuliahan Keperawatan
Kesehatan Jiwa I hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat dibutuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas
kontribusi tersebut, penulis ucapkan terimakasih.
Penulis,
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar......................................................................................................................... ......... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Halusinasi ........................................................................................................... 3
2.2 Rentang Respon Halusinasi .................................................................................................. 3
2.3 Faktor Penyebab Halusinasi ................................................................................................. 4
2.4 Jenis-Jenis Halusinasi ........................................................................................................... 5
2.5 Tahapan Intensitas Halusinasi .............................................................................................. 6
2.6 Tanda dan Gejala Halusinasi ................................................................................................ 8
2.7 Mekanisme Koping .............................................................................................................. 9
BAB III ANALISIS KASUS .................................................................................................. 10
3.1 Pengkajian .......................................................................................................................... 79
3.1.1 Biodata ............................................................................................................................. 79
3.1.2 Keluhan Utama ................................................................................................................ 79
3.1.3 Riwayat Kesehatan .......................................................................................................... 79
3.1.4 Basic Promoting Physiology of Health ........................................................................... 80
3.1.5 Pemeriksaan Fisik Head to Toe ....................................................................................... 80
3.2 Asuhan Keperawatan pada Kanker Paru ............................................................................ 81
BAB IV PENUTUP................................................................................................................. 23
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 23
4.2 Saran ................................................................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................24
Lampiran
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi
resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang
berbicara (Kusumawati dan Hartono).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Bagaimana rentang respon halusinasi
3. Apa faktor penyebab halusinasi?
4. Apa saja jenis-jenis halusinasi?
5. Bagaimana tahapan intensitas halusinasi?
6. Apa saja tanda dan gejala halusinasi?
7. Bagaimana mekanisme koping pada halusinasi?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
5
BAB II
KONSEP HALUSINASI
Adaptif Maladaptif
a. Respon adaptif:
1. Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
2. Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
4. Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan
dengan moral.
5. Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah-
tengah masyarakat.
b. Respon transisi
c. Respon maladaptif
1. Gangguan pikiran atau waham
7
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.
2. Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsang.
3. Ketidakmampuan untuk kontrol emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami
kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
4. Ketidakteraturan perilaku
Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
5. Isolasi sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart, 2007).
8
dari orang lain yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realita
sehingga memberikan reaksi yang salah dan tidak mampu
berespon terhdap stimulus dari luar. Isolasi sosial merupakan
faktor dalam gangguan berhubungan. Akibat dari dari norma yang
tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia,orang cacat dan
berpenyakit kronis.
d. Faktor keluarga.
System keluarga yang terganggu dan norma keluarga yang tidak
mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga dengan
pihak lain diluar keluarga dapat mengembangkan perilaku
menarik diri. Faktor genetik dapat mendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial sehingga menimbulkan perilaku
menarik diri sampai dengan halusinasi.
2. Faktor presipitasi (Stuart and Sundeen,1995).
a. Stresor sosio kultural
Menurunnya stabilitasi unit keluarga. Berpisah dari orang yang
berarti dalam keluarga dalam kehidupannya missalnya karena dirawat di
rumah sakit, perceraian, dll.
b. Stresor psikologik.
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.
c. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon
neurobiologist yang maladptif. Gangguan dalam putaran umpan balik
otak juga yang mengatur proses informasi.
2.4 Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep dalam (Damaiyanti, 2012:55) ada beberapa jenis
halusinasi yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi
penciuman, halusinasi pengecapa dan halusinasi perabaan.
a. Halusinasi pendengaran
9
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa yang
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidung atau penciuman
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau
bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke,
kejang atau dimensia.
d. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Merasa mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
2.5 Tahapan Intensitas Halusinasi
Tingkat intensitas halusinasi ( Stuart dan Sundeen, 1995 : 328 ) :
a. Tahap I : Menyenangkan – Ansietas tingkat sedang.
1. Tingkat :Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
2. Karakteristik: Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan
emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta
mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk
mengurangi ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan
sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya
bisa diatasi (Non Psikotik).
3. Prilaku klien
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
10
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
c. Gerakan mata yang cepat.
d. Respon verbal yang lamban.
e. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
b. Tahap II : Menyalahkan – Ansietas tingkat berat.
1. Tingkat: Secara umum halusinasi menjijikkan.
2. Karakteristik: Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan
menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan
kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari
sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu
karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri dari orang lain (
Non Psikotik ).
3. Perilaku klien
a. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas,
misal peningkatan tanda – tanda vital.
b. Penyempitan kemampuan konsentrasi.
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realita.
c. Tahap III : Mengendalikan – Ansietas tingkat berat
1. Tingkat: Pengalaman sensori menjadi penguasa
2. Karakteristik: Orang yang berhalusinasi menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut
berakhir (Psikotik).
3. Perilaku klien
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolaknya.
b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit.
11
d. Gejala fisik ansietas berat (berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk).
d. Tahap IV : Menaklukkan – Ansietas tingkat panik
1. Tingkat: Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan
saling terkait dengan delusi.
2. Karakteristik: Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung
dalam beberapa jam atau beberapa hari bila tidak ada intervensi
terapeutik (Psikotik).
3. Perilaku klien
a. Perilaku menyerang seperti panik.
b. Potensial melakukan bunuh diri.
c. Amuk, agitasi, menarik diri, dan katakonik.
d. Tidak mampu berespon terhadap lingkungan
2.6 Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003),
seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala
yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata abnormal
4. Respon verbal yang lambat
5. Diam
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
8. Penyempitan kemampuan kosentrasi
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya
12
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
14. Berkeringat banyak
15. Tremor
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
17. Perilaku menyerang teror seperti panik
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi
20. Menarik diri
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
22. Tidak mampu berespon terhadap dari satu orang
Perilaku klien yang mengalami halusinasi antara lain adalah gerakan
mata seolah mengikuti sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh observer,
menyedengkan telinga seolah mendengar sesuatu, tampak seperti sedang
memperhatikan sesuatu, ekspresi wajah yang tidak sesuai, bicara atau tertawa
sendiri, tiba-tiba melakukan suatu tindakan tanpa adanya stimulus eksternal.
Melalui ungkapan klien data yang diperoleh adalah pernyataan klien yang
menyatakan mendengar suara-suara jika ia mengalami halusinasi pendengaran
atau melihat bayangan jika ia mengalami halusinasi penglihatan, sementara
orang lain tidak mengalaminya (Varearolis, 2000, Stuart&Laraia,2005; Mohr,
2006)
2.7 Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons
neurobiologis maladaptif meliputi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas
hidup sehari-hari.
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri (Stuart, 2007)
13
BAB III
ANALISIS KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn.W
Umur : 25 tahun
Informan : Ny.W
No. RM : 001/RSEB/RM/2010
C. FAKTOR PREDISPOSISI
√
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya?
14
Aniaya Seksual
Penolakan
KDRT
Tindakan Kriminal
Masalah Keperawatan :-
D. MASALAH FISIK
Masalah Keperawatan : -
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (3 Generasi)
15
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
2. Konsep Diri
3. Hubungan Sosial
16
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain (di rumah dan di RS):
4. Spiritual
Pada saat dirumah sakit pasien tidak pernah sholat sehingga pasien
merasa gelisah dan tidak tenang
F. STATUS MENTAL
2. Pembicaraan
17
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
Pembicaraan
3. Aktifitas Motorik
4. Alam perasaan
5. Afek
18
Kontak mata kurang Defensif Curiga
7. Persepsi halusinasi
Pengecapan Penghidu
8. Proses pikir
Preservasi
9. Isi pikir
19
Depolarisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Disorientasi
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
20
berhitung sederhana
21
Jelaskan : Pasien masih dibantu dalam hal menyiapkan
makan dan minum namun dapat makan dan
minum sendiri.
Masalah Keperawatan :-
2. BAB/BAK
Masalah Keperawatan :-
3. Mandi
Masalah Keperawatan :-
4. Berpakaian/berhias
√
Bantuan minimal Bantuan Total
5. Penggunaan obat
22
Perawatan lanjutan √
Sistem pendukung √
Masalah Keperawatan :-
Mempersiapkan makanan
√
Menjaga kerapian rumah √
Mencuci pakaian √
Pengaturan keuangan √
Masalah Keperawatan :-
Belanja √
Transportasi √
Masalah Keperawatan :-
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
23
Teknik Relokasi Bekerja berlebihan
ANALISA DATA
OBJEKTIF
- Pasien tampak ketakutan
- Pasien menutup kedua
telinga sambil berkata
“tidak” dan “pergi”.
- Bibir pasien tampak gemetar
- Pasien tampak berkeringat
- Pandangan tertuju pada satu
titik.
- Pasien menggerakan tangan
seperti mengusir sesuatu
24
DATA MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN
SUBJEKTIF
Pasien mengatakan bahwa Isolasi Sosial : Menarik Diri
sering merasakan ketakutan
atas ancaman yang diperoleh
OBJEKTIF
Pasien ingin ditemani oleh
ibunya karena merasa
ketakutan denga adanya
gangguan suara-suara yang
mengancam
Menjawab pertanyaan kurang
spontan.
Pasien apatis.
I. ASPEK MEDIK
25
2. Isolasi Sosial : Menarik Diri
4. Distress spiritual
Resiko Perilaku
Kekerasan
26
1. ANALISA DATA SESUAI KASUS DAN ROLE PLAY
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan Tujuan umum:
persepsi Klien dapat
sensori; berhubungan
Halusinasi dengan orang lain
Pendengaran untuk mencegah
dan timbulnya
penglihatan halusinasi. -Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
Tujuan khusus: bersahabat, klien nampak percaya dengan klien dengan percaya sebagai dasar
1. Klien dapat tenang, mau berjabat menggunakan/ komunikasi interaksi perawat dan
membina hubungan tangan, membalas salam, terapeutik yaitu sapa klien klien.
saling percaya. mau duduk dekat perawat. dengan ramah, baik secara
verbal maupun non verbal,
perkenalkan nama perawat,
tanyakan nama lengkap klien
dan panggilan yang disukai,
jelaskan tujuan pertemuan,
27
jujur dan menepati janji,
bersikap empati dan menerima
klien apa adanya.
2. Dorong klien 2. Mengetahui masalah
mengungkapkan perasaannya. yang dialami oleh klien.
3. Dengarkan klien dengan 3. Agar klien merasa
penuh perhatian dan empati. diperhatikan.
28
perawat. 4. Peran serta aktif klien
4. Diskusikan dengan klien membantu dalam
situasi yang menimbulkan dan melakukan intervensi
tidak menimbulkan situasi. keperawatan.
5. Diskusikan dengan klien 5. Dengan diketahuinya
faktor predisposisi terjadinya faktor predisposisi
halusinasi. membantu dalam
-Klien dapat menyebutkan mengontrol halusinasi.
3. Klien dapat tindakan yang dapat
mengontrol dilakukan apabila 1. Mengetahui tindakan
halusinasi. halusinasinya timbul. 1. Diskusikan dengan klien yang dilakukan dalam
. tentang tindakan yang mengontrol halusinasinya.
-Klien akan dapat dilakukan bila halusinasinya
menyebutkan cara timbul.
memutuskan halusinasi 1. Meningkatkan
yaitu dengan melawan pengetahuan klien tentang
suara itu dengan 1. Diskusikan dengan klien cara memutuskan
mengatakan tidak mau tentang cara memutuskan halusinasi.
mendengar, lakukan halusinasinya. 2. Hasil diskusi sebagai
kegiatan : 2. Dorong klien menyebutkan bukti dari perhatian klien
29
menyapu/mengepel, kembali cara memutuskan atas apa yg dijelaskan
minum obat secara teratur, halusinasi. 3. Meningkatkan harga diri
dan lapor pada perawat 3. Berikan reinforcement klien
pada saat timbul halusinasi. positif atas keberhasilan klien
menyebutkan kembali cara
4. Klien dapat -Klien mau minum obat memutuskan halusinasinya.
memanfaatkan obat dengan teratur.
dalam mengontrol 1. Meningkatkan
halusinanya. 1. Diskusikan dengan klien pengetahuan klien tentang
tentang obat untuk mengontrol fungsi obat yang diminum
halusinasinya. agar klien mau minum
5. Klien mendapat -Klien mendapat sistem obat secara teratur.
sistem pendukung pendukung keluarga.
keluarga dalam 1. Mengetahui tindakan
mengontrol 1. Kaji kemampuan keluarga yang dilakukan oleh
halusinasinya. tentang tindakan yg dilakukan keluarga dalam merawat
dalam merawat klien bila klien.
halusinasinya timbul.
2. Diskusikan juga dengan 2. Meningkatkan
keluarga tentang cara merawat pengetahuan keluarga
30
klien yaitu jangan biarkan tentang cara merawat
klien menyendiri, selalu klien.
berinteraksi dengan klien,
anjurkan kepada klien untuk
rajin minum obat, setelah
pulang kontrol 1 x dalam
sebulan.
31
A. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Fiktif
1. PENGKAJIAN
Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama
dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat,
2005).
a. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan, Tanggal
Pengkajian, No. Rekam medik.
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek pemeriksaan fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan sosial dan spiritual.
a. Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek (ekspresi
wajah), interaksi saat wawancara, persepsi, proses berfikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian,
dan daya tilik diri.
b. Kebutuhan persiapan pulang
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur, penggunaan
obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam rumah, aktivitas diluar rumah,
h. Mekanisme koping
32
i. Masalah psikososial dan lingkungan
k. Aspek medik
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. PERENCANAAN
DIAGNOSA 1 : Perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUJUAN UMUM : Klien dapat mengenal hakusinasinya sehingga tidak mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
33
halusinasinya. frekuensi timbulnya 1. Adakan kontak sering dan
halusinasi. singkat secara bertahap.
2. Observasi tingkah laku klien
terkait dengan halusinasi-nya
3. Bantu klien mengenal
halusinasinya.
4. Jika menemukan klien yang
sedang halusinasi-nya,
tanyakan apakah ada suara
yang didengar. Jika klien
menjawab ada, lanjutkan; apa
yang dikatakan.
5. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
2.2 Klien dapat (dengan nada bersahabat
mengungkapkan perasaan tanpa menuduh atau
terhadap halusinasinya. menghakimi
34
mengendalikan
halusinasinya.
1. Diskusikan akibat
berhentinya minum obat-obat
tanpa konsultasi.
35
4. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 2: 2.1Klien dapat
Klien dapat menyebutkan keuntungan
menyebutkan berhubungan dengan orang
keuntungan lain. 1. Kaji pengetahuan klien
berhubungan dengan tentang manfaat dan
orang lain dan kerugian keuntungan berhubungan
tidak berhubungan dengan orang lain.
dengan orang lain 2. Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain.
TUK 3 : 3.1 Klien dapat 3. Diskusikan bersama klien
Klien dapat melakukan mendemonstrasikan tentang manfaat berhubungan
hubungan sosial secara hubungan sosial secara dengan orang lain.
bertahap bertahap antara :
o Klien dan perawat. 1. Kaji kemampuan klien
o Klien dan perawat dan membina hubungan dengan
klien. orang lain.
o Klien dan perawat dan 2. Dorong dan bantu klien
keluarga. untuk berhubungan dengan
o Klien dan perawat dan orang lain secara bertahap
kelompok 3. Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan.
4. Diskusikan jadwal kegiatan
TUK 4 : harian yang dapat dilakukan
Klien dapat 4.1 Keluarga dapat : bersama klien dalam mengisi
memberdayakan sistem o Menjelaskan waktu.
pendukung atau perasaannya. 5. Motivasi klien untuk
keluarga mampu
o Menjelaskan cara mengikuti kegiatan harian.
mengembangkan
kemampuan klien merawat klien menarik
untuk berhubungan diri. 1. Bina hubungan saling
dengan orang lain o Mendemon-strasikan percaya dengan keluarga :
cara perawatan klien o Salam, perkenalkan diri.
menarik diri. o Sampaikan tujuan.
o Berpartisipasi dalam o Buat kontrak.
perawatan klien 2. Eksplorasikan perasaan
menarik diri. keluarga.
36
3. Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang :
o Perilaku menarik diri.
o Penyebab perilaku
menarik diri.
o Akibat yang akan terjadi
jika perilaku menarik diri
tidak ditanggapi.
4. Dorong anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang
lain.
5. Anjurkan anggota keluarga
secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal
satu kali seminggu.
6.1.5.
37
TUK 3 : penggunaannya.
Klien dapat melakukan 3.1 Setelah 10 kali
kegiatan sesuai kondisi pertemuan klien dapat 1. Beri kesempatan pada klien
sakit dan melakukan kegiatan sesuai untuk mencoba kegiatan
kemampuannya kondisi sakit dan
yang telah direncanakan.
kemampuan.
2. Beri pujian atas keberhasilan
klien.
TUK 4 : 3. Diskusikan kemungkinan
Klien dapat 4.1 Setelah 12 kali pelaksanaan di rumah.
memanfaatkan sistem pertemuan klien dapat
pendukung yang ada. memanfaatkan sistem 1. Beri pendidikan kesehatan
pendukung yang ada di pada keluarga tentang cara
keluarga.
merawat klien dengan harga
diri rendah.
2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien
dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
DIAGNOSA I :
38
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengonrol halusinasinya.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
DIAGNOSA II :
DIAGNOSA III :
39
NASKAH ROLEPLAY
Pemain:
- Ariska Windy sebagai Windy (Pasien)
- Fitrinia Puspita sebagai Ibu Pasien
- Alfia Dwi Sunarto sebagai Perawat Adminitrasi
- Endah Desfindasari sebagai Perawat 1
- Rezkisa Dwi sebagai Perawat 2
- Muh. Dzakiyyul Fikri sebagai Editor
Skenario:
Windy adalah seorang pengusaha yang meraih kesuksesannya sebelum genap
berumur 20 tahun. Ia masih muda dan belum menikah, ia seorang anak yatim sehingga
hanya tinggal berdua dengan ibunya, Bu Fitri. Karena mampu meraih kesuksesannya di
usia muda, banyak sekali pesaing-pesaing bisnisnya yang iri kepadanya, sehingga ia
kerap kali diteror oleh orang kiriman dari rival-rivalnya. Dan ia paling sering diteror dan
diancam akan dibunuh.
Awalnya peneror-peneror tersebut hanya mengancam lewat tulisan tapi semakin
lama peneror-peneror tersebut sampai mengikuti kemana pun Windy pergi, bahkan
kadang sampai menyerang Windy. Karena itulah, Windy mulai sering berahalusinasi
bahkan sampai histeris di rumahnya.
Suatu pagi di rumah, Ibu sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri dan
Windy. Tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar Windy.
Windy : Aaaaaaghhhhh.... Kamu siapa? Aku belum mau mati. (sambil duduk
melingkar memeluk dirinya sendiri di sudut kamar dan menutup telinga).
Ibu : Astaghfirullah, Windy. Kamu kenapa, nak?
Windy : Ibu, ada yang mau bunuh Windy. Ada yang mau bunuh Windy!
Ibu : Siapa yang mau bunuh kamu?
Windy : Itu, Bu. Ada suara yang nyuruh Windy mati. Dari sana arahnya, Bu.
Ibu : Dimana? Tidak ada siapa-siapa di sana.
Windy : Ibu, Windy takut. Windy belum mau mati, Bu. (sambal histeris)
40
Ibu : Iya, Windy. Kamu tidak mati. Jangan takut lagi ya, nak. Ibu ada di sini
untuk kamu.
Windy : Ibu jangan tinggalin Windy ya. Windy takut.
Ibu : Iya, nak.
Karena sering mengalami halusinasi hingga histeris seperti itu, Ibu akhirnya
memutuskan untuk mengajak Windy pergi ke rumah sakit jiwa agar mendapat
pertolongan.
Sesampainya di rumah sakit jiwa…
Perawat Adm. : Selamat Pagi.. Ada yang bisa saya bantu?
Ibu : Iya Ners, tolong anak saya.. dia sering sekali histeris dan bilang kalau
mendengar suara yang katanya menyuruh dia untuk mati.
Perawat Adm. : Baik, silahkan Ibu mengurus masalah administrasi dahulu.
Ibu : Iya, Ners.
Ketika Bu Fitri sedang mengurusi masalah adminitrasi, Perawat 1 lewat di
sekitar meja adminitrasi, lalu oleh Perawat Adminitrasi dipanggil untuk membawa
Windy ke ruang perawatan.
Perawat Adm. : Ners Endah.
Perawat 1 : Iya, Ners?
Perawat Adm. : Ini ada pasien, Namanya Windy. Tolong pasien ini dibawa ke ruang
perawatan.
Perawat 1 : Baik, Ners. Ayo Dek Windy ikut dengan saya.
Beberapa menit kemudian, dua orang perawat bernama Perawat 1 dan Perawat 2
menghampir Windy yang tampak gelisah, sedih, dan histeris. Perawat 1 dan Perawat 2
pun langsung melakukan Strategi Pelaksanaan (SP) 1 terhadap pasien.
SP 1 Pasien:
Perawat 1 : Selamat pagi, Dek. Perkenalkan saya Ners Endah dan ini Ners Rezkisa.
Kami yang nantinya akan merawat anda. Nama anda siapa? Senang
dipanggil apa?
41
Perawat 1 : Baiklah, Dek Windy. Bagaimana perasaannya hari ini? Apa ada
keluhan?
Windy : Saya takut, Ners. Dari tadi ada orang yang terus membisik-bisikan saya.
Dia menyuruh saya untuk mati. Saya takut. Saya belum mau mati, Ners.
Perawat 1 : Tenang Dek, tenang. Dimana orangnya yang membisikkan kalimat itu?
Windy : Saya tidak tahu, Ners. Tapi suara it uterus saja datang!
Windy : Tolong Ners, suara itu datang lagi. Tolong saya, Ners.
Perawat 2 : Tenang, Dek Windy. Tenang, ada kami di sini. Kalau begitu kita
berbincang selama 30 menit, bagaimana?
Windy : Mati kamu, mati! Begitu Ners yang saya dengar. Saya jadi takut, Ners.
Tolong saya!
Perawat 2 : Dek Windy, apakah suara itu terus menerus terdengar atau hanya
terdengar sewaktu-waktu saja?
Windy : Suara itu sering datang ketika saya lagi sendiri, Ners.
42
Windy : Sering, Ners. Bisa sampai lebih dari lima kali.
Perawat 1 : Lebih dari lima kali sehari ya? Kalau begitu, pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah waktu sendiri?
Perawat 1 : Apa yang Dek Windy rasakan pada saat mendengar suara itu?
Perawat 2 : Apa yang Dek Windy lakukan saat mendengar suara itu?
Windy : Saya teriak, Ners. “Tidak! Tidak! Saya tidak mau mati!” begitu, Ners.
Windy : Tidak, Ners. Suara itu tetap saja datang. Apa yang harus saya lakukan,
Ners?
Perawat 1 : Baiklah, Dek Windy harus tenang ya sekarang. Bagaimana kalau kita
belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul?
Perawat 1 : Begini, Dek Windy, untuk mencegah suara itu muncul sebenarnya
terdapat empat cara. Pertama, menghardik suara tersebut. Kedua, dengan
cara bercakap-cakap bersama orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal. Dan yang terakhir adalah minum obat dengan
teratur. Kita belajar cara pertama terlebih dahulu ya. Jadi, kalau suara itu
mulai terdengar, Dek Windy bisa langsung bilang “Pergi! Saya tidak mau
dengar! Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu!” sambil Dek Windy
menutup kedua telinga, begitu diulang-ulang hingga suara itu tidak
terdengar lagi. Coba Dek Windy peragakan!
Windy : (sambil menutup kedua telinganya) Pergi! Saya tidak mau dengar! Saya
tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu ya, Ners?
43
Windy : (sambil menutup kedua telinganya) Pergi! Saya tidak mau dengar! Saya
tidak mau dengar! Kamu suara palsu!
Perawat 1 : Baguslah kalau begitu, nanti kalau suara itu mulai muncul lagi, silahkan
coba cara tersebut ya, Dek.
Perawat 2 : Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Apakah Dek mau?
Perawat 1 : Kalau begitu bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara tersebut dengan cara yang kedua?
44
Perawat 1 : Baiklah, Dek. Kalau begitu kami permisi dahulu. Sampai jumpa dua
jam lagi.
45
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana tidak
terdapat stimulus. Ada beberapa tipe halusinasi yaitu halusinasi pengelihatan
(optik), halusinasi pendengaran (akustik), halusinasi pengecap (gustatorik),
halusinasi peraba (taktil), halusinasi penciuman (olfaktori). Menurut Stuart dan
Sundeen, 1995, faktor yang menyebabkan halusinasi adalah faktor predisposisi
dan faktor presipitasi, faktor predisposisi terdiri dari faktor perkembangan,
faktor biologi, faktor sosiokultural, dan faktor keluarga sedangkan faktor
presipitasi terdiri dari faktor stressor sosio kultural, stressor psikologik, dan
biologis
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam
menghadapi kasus halusinasi yang terjadi dan kita harus mampu membedakan
resiko halusinasi tersebut dan bagaimana cara penanganannya, dan juga
diharapkan ketika kita semua menjumpai seseorang yang mengalami gangguan
halusinasi agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada
penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti
sediakala.
46
DAFTAR PUSTAKA
Stuart. Gail wiscartz. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC
Anisah, Cut. 2017. Analisis Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien
Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Aceh : Universitas Syah Kuala Vol.02 No. 02
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik
Course). Jakarta : EGC
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan) Ed 3.
Jakarta : EGC
47