Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN MASALAH
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

Fasilitator:
Dr. Hanik Endang Nihayati, SKep, Ns, Mkep

Disusun oleh:
Kelompok 6/ Kelas A3:
1. Alfia Dwi Sunarto (131611133105)
2. Muh. Dzakiyyul Fikri Wachid (131611133115)
3. Rezkisa Dwi Prambudia (131611133117)
4. Endah Desfindasari (131611133119)
5. Ariska Windy Hardiyanti (131611133131)
6. Fitrinia Puspita Sari (131611133139)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Masalah Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi”
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa I Ibu Dr. Hanik Endang Nihayati, SKep, Ns, Mkep , serta
para dosen fasilitator yang telah membimbing penulis selama perkuliahan Keperawatan
Kesehatan Jiwa I hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sangat dibutuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah berikutnya. Atas
kontribusi tersebut, penulis ucapkan terimakasih.

Penulis,

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar......................................................................................................................... ......... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Halusinasi ........................................................................................................... 3
2.2 Rentang Respon Halusinasi .................................................................................................. 3
2.3 Faktor Penyebab Halusinasi ................................................................................................. 4
2.4 Jenis-Jenis Halusinasi ........................................................................................................... 5
2.5 Tahapan Intensitas Halusinasi .............................................................................................. 6
2.6 Tanda dan Gejala Halusinasi ................................................................................................ 8
2.7 Mekanisme Koping .............................................................................................................. 9
BAB III ANALISIS KASUS .................................................................................................. 10
3.1 Pengkajian .......................................................................................................................... 79
3.1.1 Biodata ............................................................................................................................. 79
3.1.2 Keluhan Utama ................................................................................................................ 79
3.1.3 Riwayat Kesehatan .......................................................................................................... 79
3.1.4 Basic Promoting Physiology of Health ........................................................................... 80
3.1.5 Pemeriksaan Fisik Head to Toe ....................................................................................... 80
3.2 Asuhan Keperawatan pada Kanker Paru ............................................................................ 81
BAB IV PENUTUP................................................................................................................. 23
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 23
4.2 Saran ................................................................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................24
Lampiran

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut
UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa,
social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan
ekonomis.Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat
menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada
study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara
berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan
apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan
masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis
ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di
dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau
25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti,
2008).

4
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien memberi
resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang
berbicara (Kusumawati dan Hartono).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Bagaimana rentang respon halusinasi
3. Apa faktor penyebab halusinasi?
4. Apa saja jenis-jenis halusinasi?
5. Bagaimana tahapan intensitas halusinasi?
6. Apa saja tanda dan gejala halusinasi?
7. Bagaimana mekanisme koping pada halusinasi?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan jiwa halusinasi

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Untuk mengetahui bagaimana pengkajian pada gangguan jiwa
halusinasi
2) Untuk mengetahui bagaimana diagnosa pada gangguan jiwa
halusinasi
3) Untuk mengetahui bagaimana intervensi pada gangguan jiwa
halusinasi
4) Untuk mengetahui bagaimana implementasi pada gangguan jiwa
halusinasi
5) Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pada gangguan jiwa
halusinasi

5
BAB II

KONSEP HALUSINASI

2.1 Pengertian Halusinasi


Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada (Kusumawati dan Hartono, 2010).
Berdasarkan Depkes (2000 dalam Dermawan & Rusdi, 2013) halusinasi
adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi pada saat kesadaran
individu penuh atau baik.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata (Farida, 2010).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud halusinasi adalah persepsi salah satu gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan persepsi sensori seseorang
yang hanya mengalami rangsang internal (pikiran) tanpa disertai adanya
rangsang eksternal (dunia luar) yang sesuai.
2.2 Rentang Respons Neurobiologi
Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon yang
berhubungan dengan fungsi neurobiologik. Perilaku yang dapat diamati dan
mungkin menunjukkan adanya halusinasi, respon yang terjadi dapat berada
dalam rentang adaptif sampai maladaptif yang dapat digambarkan sebagai
berikut disajikan dalam tabel berikut:

Adaptif Maladaptif

 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan proses


 Persepsi akurat menyimpang berpikir/waham
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan pengalaman  Rekasi emosional  Kesukaran proses emosi
 Ketidakteraturan
 Perilaku sesuai berlebihan
perilaku
 Hubungan sosial  Perilaku tidak biasa 6
 Isolasi sosial
harmonis  Menarik diri
Dari bagan diatas bisa dilihat rentang respon neurobiologis bahwa respon adaptif
sampai maladaptif yaitu:

a. Respon adaptif:

1. Pikiran logis
Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
2. Persepsi akurat
Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman
Kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
4. Perilaku sesuai
Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut
diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan
dengan moral.
5. Hubungan sosial
Hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan di tengah-
tengah masyarakat.

b. Respon transisi

1. Pikiran kadang menyimpang


Kegagalan dalam mengabstrakkan dan mengambil kesimpulan.
2. Ilusi
Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori.
3. Reaksi emosi berlebihan atau berkurang
Emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
4. Perilaku aneh atau tak lazim
Perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran
mengolah dan tidak kenal orang lain.
5. Menarik diri
Perilaku menghindar dari orang lain.

c. Respon maladaptif
1. Gangguan pikiran atau waham

7
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walau tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.
2. Halusinasi
Persepsi yang salah terhadap rangsang.
3. Ketidakmampuan untuk kontrol emosi
Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami
kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
4. Ketidakteraturan perilaku
Ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
5. Isolasi sosial
Suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart, 2007).

2.3 Faktor Penyebab Halusinasi


6. Faktor predisposisi ( Stuart and Sundeen,1995 )
a. Faktor perkembangan
Pada tahap perkembangan individu mempunyai tugas
perkembangan yang berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal,
bila dalam pencapaian tugas perkembangan tersebut mengalami
gangguan akan menyebabkan seseorang berperilku menarik diri.
b. Faktor biologik
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologist
yang mal adaptif yang baru di mulai di pahami,ini termasuk hal hal
sebagai berikut : Penilaian pencitraan otak sudah mulai menunjukan
keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
skizofrenia:lesi pada area frontal temporal dan limbic paling
berhubunggan dengan perilaku psikotik,beberapa kimia otak
dikaitkan dengan gejala skizofrenia antara lain:dopain,neurotransmitter
dan lain lain.
c. Faktor sosiokultural
Teori social budaya atau lingkungan meyakini bahwa oang
yang berasal dari sosial ekonomi rendah atau kondisi orang tua
tunggal dan tidak mempunyai kesempatan mendaptkan penghargaan

8
dari orang lain yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realita
sehingga memberikan reaksi yang salah dan tidak mampu
berespon terhdap stimulus dari luar. Isolasi sosial merupakan
faktor dalam gangguan berhubungan. Akibat dari dari norma yang
tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia,orang cacat dan
berpenyakit kronis.
d. Faktor keluarga.
System keluarga yang terganggu dan norma keluarga yang tidak
mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain diluar keluarga dengan
pihak lain diluar keluarga dapat mengembangkan perilaku
menarik diri. Faktor genetik dapat mendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial sehingga menimbulkan perilaku
menarik diri sampai dengan halusinasi.
2. Faktor presipitasi (Stuart and Sundeen,1995).
a. Stresor sosio kultural
Menurunnya stabilitasi unit keluarga. Berpisah dari orang yang
berarti dalam keluarga dalam kehidupannya missalnya karena dirawat di
rumah sakit, perceraian, dll.
b. Stresor psikologik.
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.
c. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon
neurobiologist yang maladptif. Gangguan dalam putaran umpan balik
otak juga yang mengatur proses informasi.
2.4 Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep dalam (Damaiyanti, 2012:55) ada beberapa jenis
halusinasi yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi
penciuman, halusinasi pengecapa dan halusinasi perabaan.
a. Halusinasi pendengaran

9
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa yang
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidung atau penciuman
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau
bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke,
kejang atau dimensia.
d. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Merasa mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
2.5 Tahapan Intensitas Halusinasi
Tingkat intensitas halusinasi ( Stuart dan Sundeen, 1995 : 328 ) :
a. Tahap I : Menyenangkan – Ansietas tingkat sedang.
1. Tingkat :Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
2. Karakteristik: Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan
emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta
mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk
mengurangi ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan
sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya
bisa diatasi (Non Psikotik).
3. Prilaku klien
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

10
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
c. Gerakan mata yang cepat.
d. Respon verbal yang lamban.
e. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
b. Tahap II : Menyalahkan – Ansietas tingkat berat.
1. Tingkat: Secara umum halusinasi menjijikkan.
2. Karakteristik: Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan
menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan
kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari
sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu
karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri dari orang lain (
Non Psikotik ).
3. Perilaku klien
a. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas,
misal peningkatan tanda – tanda vital.
b. Penyempitan kemampuan konsentrasi.
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realita.
c. Tahap III : Mengendalikan – Ansietas tingkat berat
1. Tingkat: Pengalaman sensori menjadi penguasa
2. Karakteristik: Orang yang berhalusinasi menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut
berakhir (Psikotik).
3. Perilaku klien
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolaknya.
b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit.

11
d. Gejala fisik ansietas berat (berkeringat, tremor,
ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk).
d. Tahap IV : Menaklukkan – Ansietas tingkat panik
1. Tingkat: Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan
saling terkait dengan delusi.
2. Karakteristik: Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung
dalam beberapa jam atau beberapa hari bila tidak ada intervensi
terapeutik (Psikotik).
3. Perilaku klien
a. Perilaku menyerang seperti panik.
b. Potensial melakukan bunuh diri.
c. Amuk, agitasi, menarik diri, dan katakonik.
d. Tidak mampu berespon terhadap lingkungan
2.6 Tanda dan Gejala Halusinasi

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003),
seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala
yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata abnormal
4. Respon verbal yang lambat
5. Diam
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
8. Penyempitan kemampuan kosentrasi
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya

12
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
14. Berkeringat banyak
15. Tremor
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
17. Perilaku menyerang teror seperti panik
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi
20. Menarik diri
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
22. Tidak mampu berespon terhadap dari satu orang
Perilaku klien yang mengalami halusinasi antara lain adalah gerakan
mata seolah mengikuti sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh observer,
menyedengkan telinga seolah mendengar sesuatu, tampak seperti sedang
memperhatikan sesuatu, ekspresi wajah yang tidak sesuai, bicara atau tertawa
sendiri, tiba-tiba melakukan suatu tindakan tanpa adanya stimulus eksternal.
Melalui ungkapan klien data yang diperoleh adalah pernyataan klien yang
menyatakan mendengar suara-suara jika ia mengalami halusinasi pendengaran
atau melihat bayangan jika ia mengalami halusinasi penglihatan, sementara
orang lain tidak mengalaminya (Varearolis, 2000, Stuart&Laraia,2005; Mohr,
2006)
2.7 Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons
neurobiologis maladaptif meliputi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas
hidup sehari-hari.
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri (Stuart, 2007)

13
BAB III
ANALISIS KASUS

RUANG RAWAT : Ruang Cenderawasih

TANGGAL RAWAT : 18 April 2018

A. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Nn.W

Umur : 25 tahun

Informan : Ny.W

Tanggal Pengkajian : 20 April 2018

No. RM : 001/RSEB/RM/2010

B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

Windy adalah seorang pengusaha yang meraih kesuksesannya sebelum


genap berumur 25 tahun. Ia masih muda dan belum menikah, ia seorang anak yatim
sehingga hanya tinggal berdua dengan ibunya, Bu Fitri. Karena mampu meraih
kesuksesannya di usia muda, banyak sekali pesaing-pesaing bisnisnya yang iri
kepadanya, sehingga ia kerap kali diteror oleh orang kiriman dari rival-rivalnya.
Dan ia paling sering diteror dan diancam akan dibunuh. Karena sering mengalami
halusinasi hingga histeris seperti itu, Ibu akhirnya memutuskan untuk mengajak
Windy pergi ke rumah sakit jiwa agar mendapat pertolongan.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya?

Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil

3. Penganiayaan Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


Aniaya Fisik √ 25

14
Aniaya Seksual

Penolakan

KDRT

Tindakan Kriminal

Penjelasan no.1,2,3 : Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa


lalu. Pasien pernah merasa terganggu dengan adanya suara
bisikan yang mengganggunya akibat terror yang ada,
sehingga mengalami halusinasi dengan histeris .

Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan


Pendengaran

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ya Tidak √

Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/Perawatan

Masalah Keperawatan :-

D. MASALAH FISIK

1. Tanda Vital TD: 100/80 mmHg N: 100 x/menit

RR: 24 x/menit T: 36,70 C

2. Ukur TB: 165 cm BB: 47 kg

Masalah Keperawatan : -

E. PSIKOSOSIAL

1. Genogram (3 Generasi)

15
Keterangan: : Laki-laki

: Perempuan

: Pasien (25 tahun)

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

2. Konsep Diri

a. Gambaran diri : Pasien merasa terganggu dengan halusinasi adanya


ancaman akan dibunuh.

b. Identitas diri : Menyadari bahwa ia terlahir sebagai wanita.

c. Peran : Pasien merasa takut dengan ancaman akan dibunuh,


karena pasien tidak ingin meninggal

d. Ideal diri : Pasien bercita-cita ingin menjadi pebisnis yang sukses.

e. Harga diri : Semenjak kejadian tersebut keluarga pasien merasa resah


dengan keadaan pasien

Masalah Keperawatan: Pasien mengalami gangguan gambaran diri, peran,


ideal diri, dan gangguan harga diri rendah.

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : Ayah dan ibu.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat (dirumah dan di RS):

 Di lingkungan masyarakat: Pasien dulu aktif di lingkungan di


masyarakat, sehingga sukses menjadi pebisnis yang dapat meraih
kesuksesannya
 Di Lingkungan Rumah Sakit: Pasien mau mengikuti kegiatan kelompok
yang diadakan oleh perawat seperti TAK.

16
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain (di rumah dan di RS):

 Di lingkungan masyarakat: Pasien merasa takut dengan bisikan yang


sering didengar.
 Di lingkungan rumah sakit: Pasien merasa takut dan meminta tolong
kepada orang yang ada di sekitarnya agar bisikan itu hilang.

Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan


dan Pendengaran

4. Spiritual

a. Nilai dan Keyakinan : Pasien menganut agama islam.

b. Kegiatan ibadah : (di rumah dan di RS)

 Pada saat sebelum kejadian pemerkosaan pasien sangat tekun beribadah


namun setelah kejadian itu pasien kadang-kadang beribadah dan kadang-
kadang tidak.

 Pada saat dirumah sakit pasien tidak pernah sholat sehingga pasien
merasa gelisah dan tidak tenang

Masalah Keperawatan : Distress spiritual.

F. STATUS MENTAL

1. Penampilan √ Tidak Rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian

tidak sesuai seperti biasanya

Jelaskan : Pakaian pasien tidak rapi, letak kancing tidak


benar, dan pakaiannya kusut.

Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap √ Agitasi

17
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai

Pembicaraan

Jelaskan : Pasien tampak tegang saat berbicara, mata


melotot tertuju pada satu titik, lalu tiba-tiba pasien
menjerit sambil menutup telinga.

Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal (agitasi), halusinasi

3. Aktifitas Motorik

√ Tik Grimsen Tremor Kompulsif

Jelaskan : Mata tampak melotot dan tertuju pada satu titik


dan pasien tampak terlihat ketakutan.

Masalah Keperawatan : Halusinasi penglihatan

4. Alam perasaan

Sedih √ Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : Pasien tampak ketakutan sambil menutup mata


dan telinga serta mengatakan “tidak”, bahkan
pasien sampai menangis.

Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan : ketakutan.

5. Afek

Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai

Jelaskan : Pasien kadang tampak diam dan tiba-tiba


menjerit dengan mata melotot dan gerakan tangan
seperti menghalau sesuatu.

Masalah Keperawatan : Gangguan alam perasaan :labil.

6. Interaksi selama wawancara

Bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah tersinggung

18
Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan : Pasien tampak tidak kooperatif ketika menjawab


pertanyaan dari perawat, pasien menutup mata
dan menutup telinga.

Masalah Keparawatan : Kerusakan komunikasi verbal.

7. Persepsi halusinasi

√ Pendengaran √ Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : Kapan terjadinya,respon pasien terhadap kita


saat terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi,
lamanya halusinasi, isi halusinasi, fase halusinasi
pasien tampak ketakutan sambil menutup telinga
dan memandang pada satu titik lalu berkata
“tidak” dan “pergi”. Tangan pasien seperti
menghalau sesuatu yang ada di depannya.

Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran dan penglihatan.

8. Proses pikir

√ Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of idea Blocking Pengulangaan pembicaraan/

Preservasi

Jelaskan : Ketika menjawab pertanyaan perawat pasien


terlihat berbelit-belit (tujuannya sampai) dalam
menjawab pertanyaan perawat

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

9. Isi pikir

Obesesi √ Phobia Hipokondria

19
Depolarisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran √ Curiga

Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : Pasien tampak ketakutan dengan mata melotot


pada satu titik dan menutup telinga. Dan pasien
terlihat curiga terhadap perawat yang mencoba
berinteraksi dengannya

Masalah Keperawatan : Halusinasi penglihatan dan pendengaran.

10. Tingkat kesadaran



Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi

Waktu Tempat √ Orang

Jelaskan : Pasien selalu salah menyebutkan nama orang


yang ditunjuk oleh perawat

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek

√ Gangguan daya ingat saat ini

Jelaskan : Ketika ditanya oleh perawat terhadap aktivitas


yang baru saja dilakukan pasien dapat menjawab
namun lama

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih √ Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu

20
berhitung sederhana

Jelaskan : Saat ditanya pasien tidak mampu


berkonsentrasi. Pasien terlihat bingung dan
menggeleng.

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir.

13. Kemampuan penilaian

√ Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : Pasien masih dapat melakukan kegiatan sehari-


hari seperti makan dan minum sendiri (jika
diberikan pertanyaan mis. Apakah mau mandi
dulu apa mau makan dulu).

Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir.

14. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita √ Menyalahkan hal-hal di luar dirinya


Jelaskan : Pasien menyalahkan orang tuanya yang tidak
mau mendengarkan dan membantu
menyelesaikan masalahnya. Pasien juga
menyalahkan laki-laki yang telah
memperkosanya karena kasus perkosaan itu
menyebabkan dia merasa kehilangan masa
depannya.

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial : menarik diri

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

(dikaji kemampuan pasien selama di RS)

1. Makan dan minum


√ Bantuan minimal Bantuan Total

21
Jelaskan : Pasien masih dibantu dalam hal menyiapkan
makan dan minum namun dapat makan dan
minum sendiri.

Masalah Keperawatan :-

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien dapat melakukan BAB/BAK tanpa


bantuan orang lain

Masalah Keperawatan :-

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien dapat mandi sendiri tanpa bantuan dari


orang lain

Masalah Keperawatan :-

4. Berpakaian/berhias


Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien masih di bantu untuk menyisir rambut.

Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri (berhias).

5. Penggunaan obat

√ Bantuan minimal Bantuan Total

Jelaskan : Pasien selalu diingatkan untuk minum obat.

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanaan program


teraupetik.

Dikaji kemampuan pasien yang dapat dilakukan di rumah :

1. Pemeliharaan kesehatan Ya Tidak

22
Perawatan lanjutan √

Sistem pendukung √

Jelaskan : Pasien dapat mengatasi halusinasinya dengan


bantuan keluarga

Masalah Keperawatan :-

2. Kegiatan di dalam rumah Ya Tidak

Mempersiapkan makanan

Menjaga kerapian rumah √

Mencuci pakaian √

Pengaturan keuangan √

Jelaskan : Pasien tidak dapat melekukan kegiatan didalam


rumah seperti mencuci pakaian dan mengatur
keuangan.

Masalah Keperawatan :-

3. Kegiatan di luar rumah Ya Tidak

Belanja √

Transportasi √

Jelaskan : Pasien dapat berbelanja namun dengan melihat


catatan belanja dan pasien dapat menggunakan
transportasi (angkutan umum) untuk berbelanja

Masalah Keperawatan :-

H. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih

23
Teknik Relokasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif √ Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lainnya ........... Lainnya ..............

Jelaskan : Ketika sedang menghadapi masalah pasien lebih


sering menghindar dan melupakan masalah
tersebut.

Masalah Keperawatan : Koping individu inefektif.

ANALISA DATA

DATA MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN


SUBJEKTIF
- Pasien mengatakan bahwa Gangguan persepsi sensori: halusinasi
ada orang yang akan (pendengaran dan penglihatan)
membunuhnya.
- Pasien mengatakan bahwa ia
merasa ketakutan.

OBJEKTIF
- Pasien tampak ketakutan
- Pasien menutup kedua
telinga sambil berkata
“tidak” dan “pergi”.
- Bibir pasien tampak gemetar
- Pasien tampak berkeringat
- Pandangan tertuju pada satu
titik.
- Pasien menggerakan tangan
seperti mengusir sesuatu

24
DATA MASALAH/DIAGNOSA KEPERAWATAN
SUBJEKTIF
 Pasien mengatakan bahwa Isolasi Sosial : Menarik Diri
sering merasakan ketakutan
atas ancaman yang diperoleh

OBJEKTIF
 Pasien ingin ditemani oleh
ibunya karena merasa
ketakutan denga adanya
gangguan suara-suara yang
mengancam
 Menjawab pertanyaan kurang
spontan.
 Pasien apatis.

I. ASPEK MEDIK

Diagnosa medis : Skizofrenia

Terapi medik : Dengan pemberian psikofarmakoterapi. Yaitu dengan


menggunakan obat-obatan anti psikotik yaitu:

 Golongan butiroferon: Haloperidol, Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi


akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi melalui Intramuskular (IM)
dengan dosis 3x5 mg. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelah klien
diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.

 Golongan fenotiazine: Chlorpromazine/ Largactile/ Promactile. Biasanya


diberikan per oral. Pada kondisi akut biasanya diberikan 3x100 mg. Apabila
kondisi sudah stabil, dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja.

J. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran

25
2. Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Resiko Perilaku Kekerasan

4. Distress spiritual

K. POHON MASALAH (buat cabang dari masalah keperawatan yang terdapat di


pengkajian)

Resiko Perilaku
Kekerasan

Core Problem Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi Penglihatan dan
Pendengaran

Isolasi Sosial : Menarik


Diri

L. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran

2. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

3. Resiko Perilaku Kekerasan

26
1. ANALISA DATA SESUAI KASUS DAN ROLE PLAY

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Gangguan Tujuan umum:
persepsi Klien dapat
sensori; berhubungan
Halusinasi dengan orang lain
Pendengaran untuk mencegah
dan timbulnya
penglihatan halusinasi. -Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
Tujuan khusus: bersahabat, klien nampak percaya dengan klien dengan percaya sebagai dasar
1. Klien dapat tenang, mau berjabat menggunakan/ komunikasi interaksi perawat dan
membina hubungan tangan, membalas salam, terapeutik yaitu sapa klien klien.
saling percaya. mau duduk dekat perawat. dengan ramah, baik secara
verbal maupun non verbal,
perkenalkan nama perawat,
tanyakan nama lengkap klien
dan panggilan yang disukai,
jelaskan tujuan pertemuan,

27
jujur dan menepati janji,
bersikap empati dan menerima
klien apa adanya.
2. Dorong klien 2. Mengetahui masalah
mengungkapkan perasaannya. yang dialami oleh klien.
3. Dengarkan klien dengan 3. Agar klien merasa
penuh perhatian dan empati. diperhatikan.

-Klien dapat membedakan


antara nyata dan tidak 1. Adakan kontak sering dan 1. Menghindari waktu
2. Klien dapat nyata. singkat. kosong yang dapat
mengenal menyebabkan timbulnya
halusinasinya. halusinasi.
2. Observasi segala perilaku 2. Halusinasi harus kenal
klien verbal dan non verbal terlebih dahulu agar
yang berhubungan dengan intervensi efektif
halusinasi. 3. Meningkatkan realita
3. Terima halusinasi klien klien dan rasa percaya
sebagai hal yang nyata bagi klien.
klien, tapi tidak nyata bagi

28
perawat. 4. Peran serta aktif klien
4. Diskusikan dengan klien membantu dalam
situasi yang menimbulkan dan melakukan intervensi
tidak menimbulkan situasi. keperawatan.
5. Diskusikan dengan klien 5. Dengan diketahuinya
faktor predisposisi terjadinya faktor predisposisi
halusinasi. membantu dalam
-Klien dapat menyebutkan mengontrol halusinasi.
3. Klien dapat tindakan yang dapat
mengontrol dilakukan apabila 1. Mengetahui tindakan
halusinasi. halusinasinya timbul. 1. Diskusikan dengan klien yang dilakukan dalam
. tentang tindakan yang mengontrol halusinasinya.
-Klien akan dapat dilakukan bila halusinasinya
menyebutkan cara timbul.
memutuskan halusinasi 1. Meningkatkan
yaitu dengan melawan pengetahuan klien tentang
suara itu dengan 1. Diskusikan dengan klien cara memutuskan
mengatakan tidak mau tentang cara memutuskan halusinasi.
mendengar, lakukan halusinasinya. 2. Hasil diskusi sebagai
kegiatan : 2. Dorong klien menyebutkan bukti dari perhatian klien

29
menyapu/mengepel, kembali cara memutuskan atas apa yg dijelaskan
minum obat secara teratur, halusinasi. 3. Meningkatkan harga diri
dan lapor pada perawat 3. Berikan reinforcement klien
pada saat timbul halusinasi. positif atas keberhasilan klien
menyebutkan kembali cara
4. Klien dapat -Klien mau minum obat memutuskan halusinasinya.
memanfaatkan obat dengan teratur.
dalam mengontrol 1. Meningkatkan
halusinanya. 1. Diskusikan dengan klien pengetahuan klien tentang
tentang obat untuk mengontrol fungsi obat yang diminum
halusinasinya. agar klien mau minum
5. Klien mendapat -Klien mendapat sistem obat secara teratur.
sistem pendukung pendukung keluarga.
keluarga dalam 1. Mengetahui tindakan
mengontrol 1. Kaji kemampuan keluarga yang dilakukan oleh
halusinasinya. tentang tindakan yg dilakukan keluarga dalam merawat
dalam merawat klien bila klien.
halusinasinya timbul.
2. Diskusikan juga dengan 2. Meningkatkan
keluarga tentang cara merawat pengetahuan keluarga

30
klien yaitu jangan biarkan tentang cara merawat
klien menyendiri, selalu klien.
berinteraksi dengan klien,
anjurkan kepada klien untuk
rajin minum obat, setelah
pulang kontrol 1 x dalam
sebulan.

31
A. ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Fiktif
1. PENGKAJIAN

Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama
dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat,
2005).

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir


pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.

Isi pengkajian meliputi :

a. Identitas klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tanggal Masuk, Informan, Tanggal
Pengkajian, No. Rekam medik.
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek pemeriksaan fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan sosial dan spiritual.
a. Status mental
Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek (ekspresi
wajah), interaksi saat wawancara, persepsi, proses berfikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian,
dan daya tilik diri.
b. Kebutuhan persiapan pulang
Makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur, penggunaan
obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam rumah, aktivitas diluar rumah,
h. Mekanisme koping

32
i. Masalah psikososial dan lingkungan
k. Aspek medik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama perubahan


persepsi sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :

a. Perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


b. Perubahan persepsi sensori
c. Isolasi sosial
d. Gangguan konsep diri
e. Koping individu tidak efektif

3. PERENCANAAN

DIAGNOSA 1 : Perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

TUJUAN UMUM : Klien dapat mengenal hakusinasinya sehingga tidak mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.

TUJUAN KHUSUS: KRITERIA HASIL : INTERVENSI

TUK 1 : 1.1 Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling


Klien dapat membina bersahabat, menunjukan percaya dengan
hubungan saling rasa senang, ada kontak menggunakan prinsip
percaya. mata, mau berjabat tangan,
komunikasi terapeutik.
mau menyebutkan nama,
mau menjawab salam, 2. Sapa klien dengan ramah
klien duduk berdampingan baik verbal maupun non
dengan perawat, mau verbal.
mengutarakan masalah 3. Tanyakan nama lengkap
yang dihadapinya. klien dan nama panggilan
yang disukai klien.
4. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya.
5. Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
TUK 2 : 2.1 Klien dapat dasar klien.
Klien dapat mengenal menyebutkan waktu, isi,

33
halusinasinya. frekuensi timbulnya 1. Adakan kontak sering dan
halusinasi. singkat secara bertahap.
2. Observasi tingkah laku klien
terkait dengan halusinasi-nya
3. Bantu klien mengenal
halusinasinya.
4. Jika menemukan klien yang
sedang halusinasi-nya,
tanyakan apakah ada suara
yang didengar. Jika klien
menjawab ada, lanjutkan; apa
yang dikatakan.
5. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
2.2 Klien dapat (dengan nada bersahabat
mengungkapkan perasaan tanpa menuduh atau
terhadap halusinasinya. menghakimi

1. Diskusikan dengan klien apa


yang dirasakan jika
terjadinya halusinasi
(marah/takut, sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan perasaan.

3.1 Klien dapat


menyebutkan tindakan
yang biasanya dilakukan
TUK 3 :
untuk mengendalikan
Klien dapat mengontrol
halusinasinya. 1. Identifikasi bersama klien
halusinasinya.
cara tindakan yang dilakukan
jika terjadi halusinasinya
(tidur, marah, menyibukan
3.2 Klien dapat memilih diri, dll).
cara mengatasi halusinasi 2. Diskusikan manfaat dan cara
seperti yang telah yang digunakan klien, jika
didiskusikan dengan klien. bermanfaat beri pujian.

1. Bantu klien memilih dan


3.3 Klien dapat
melaksanakan cara yang melatih cara memutus
telah dipilih untuk halusinasi secara bertahap.

34
mengendalikan
halusinasinya.

4.1 Keluarga dapat 1. Beri kesempatan untuk


membina hubungan saling melakukan cara yang telah
percaya dengan perawat. dilatih. Evaluasi hasilnya dan
TUK 4:
beri pujian jika berhasil.
Klien dapat dukungan
dari keluarga dalam
mengonrol 5.1 Klien dan keluarga
halusinasinya. dapat menyebutkan 1. Anjurkan klien untuk
manfaat, dosis dan efek memberi tahu keluarga jika
TUK 5 : samping obat. mengalami halusinasi.
Klien dapat
memanfaatkan obat
dengan baik. 5.2 Klien memahami
akibat berhentinya minum 1. Diskusikan dengan klien dan
obat tanpa konsultasi keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat.

1. Diskusikan akibat
berhentinya minum obat-obat
tanpa konsultasi.

DIAGNOSA II : Perubahan persepsi-sensorik


TUJUAN UMUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi.

TUJUAN KHUSUS KRITERIA HASIL INTERVENSI

TUK 1 : 1.1 Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien


Klien dapat menyebutkan penyebab tentang perilaku menarik diri
menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dan tanda-tandanya.
menarik diri. dari : Diri sendiri, Orang
2. Berikan kesempatan pada
lain dan Lingkungan
klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik
diri atau tidak mau bergaul.
3. Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik diri,
tanda-tanda serta penyebab
yang muncul.

35
4. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
TUK 2: 2.1Klien dapat
Klien dapat menyebutkan keuntungan
menyebutkan berhubungan dengan orang
keuntungan lain. 1. Kaji pengetahuan klien
berhubungan dengan tentang manfaat dan
orang lain dan kerugian keuntungan berhubungan
tidak berhubungan dengan orang lain.
dengan orang lain 2. Beri kesempatan pada klien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain.
TUK 3 : 3.1 Klien dapat 3. Diskusikan bersama klien
Klien dapat melakukan mendemonstrasikan tentang manfaat berhubungan
hubungan sosial secara hubungan sosial secara dengan orang lain.
bertahap bertahap antara :
o Klien dan perawat. 1. Kaji kemampuan klien
o Klien dan perawat dan membina hubungan dengan
klien. orang lain.
o Klien dan perawat dan 2. Dorong dan bantu klien
keluarga. untuk berhubungan dengan
o Klien dan perawat dan orang lain secara bertahap
kelompok 3. Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan.
4. Diskusikan jadwal kegiatan
TUK 4 : harian yang dapat dilakukan
Klien dapat 4.1 Keluarga dapat : bersama klien dalam mengisi
memberdayakan sistem o Menjelaskan waktu.
pendukung atau perasaannya. 5. Motivasi klien untuk
keluarga mampu
o Menjelaskan cara mengikuti kegiatan harian.
mengembangkan
kemampuan klien merawat klien menarik
untuk berhubungan diri. 1. Bina hubungan saling
dengan orang lain o Mendemon-strasikan percaya dengan keluarga :
cara perawatan klien o Salam, perkenalkan diri.
menarik diri. o Sampaikan tujuan.
o Berpartisipasi dalam o Buat kontrak.
perawatan klien 2. Eksplorasikan perasaan
menarik diri. keluarga.

36
3. Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang :
o Perilaku menarik diri.
o Penyebab perilaku
menarik diri.
o Akibat yang akan terjadi
jika perilaku menarik diri
tidak ditanggapi.
4. Dorong anggota keluarga
untuk memberi dukungan
kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang
lain.
5. Anjurkan anggota keluarga
secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal
satu kali seminggu.
6.1.5.

DIAGNOSA III : Isolasi sosial


TUJUAN UMUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal.

TUJUAN KHUSUS KRITERIA HASIL INTERVENSI


TUK 1 : 1.1 Setelah 4x pertemuan 1. Diskusikan kemampuan dan
Klien dapat klien dapat aspek positif yang dimiliki
mengidentifikasi mengidentifikasi klien.
kemampuan dan aspek kemampuan dan aspek
2. Setiap bertemu klien
positif yang dimiliki positif yang dimiliki :
o Aspek intelektua dihindari memberi penilaian
o Aspek sosial budaya. negatif.
o Aspek fisik. 3. Utamakan memberi pujian
o Aspek emosional/ke- yang realistis.
pribadian klien.
TUK 2 :
Klien dapat menilai 2.1 Setelah 6X pertemuan
1. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang klien dapat
kemampuan yang masih
digunakan menyebutkan
dapat digunakan selama
kemampuan yang dapat
sakit.
digunakan.
2. Diskusikan kemampuan yang
dapat dilanjutkan

37
TUK 3 : penggunaannya.
Klien dapat melakukan 3.1 Setelah 10 kali
kegiatan sesuai kondisi pertemuan klien dapat 1. Beri kesempatan pada klien
sakit dan melakukan kegiatan sesuai untuk mencoba kegiatan
kemampuannya kondisi sakit dan
yang telah direncanakan.
kemampuan.
2. Beri pujian atas keberhasilan
klien.
TUK 4 : 3. Diskusikan kemungkinan
Klien dapat 4.1 Setelah 12 kali pelaksanaan di rumah.
memanfaatkan sistem pertemuan klien dapat
pendukung yang ada. memanfaatkan sistem 1. Beri pendidikan kesehatan
pendukung yang ada di pada keluarga tentang cara
keluarga.
merawat klien dengan harga
diri rendah.
2. Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien
dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.

4. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan


yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien.
Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam
tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta
berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.

5. EVALUASI

DIAGNOSA I :

1. Klien mampu membina hubungan saling percaya


2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya

38
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengonrol halusinasinya.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

DIAGNOSA II :

1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.


2. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3. Dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
4. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

DIAGNOSA III :

1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


2. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
4. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

39
NASKAH ROLEPLAY

Pemain:
- Ariska Windy sebagai Windy (Pasien)
- Fitrinia Puspita sebagai Ibu Pasien
- Alfia Dwi Sunarto sebagai Perawat Adminitrasi
- Endah Desfindasari sebagai Perawat 1
- Rezkisa Dwi sebagai Perawat 2
- Muh. Dzakiyyul Fikri sebagai Editor

Skenario:
Windy adalah seorang pengusaha yang meraih kesuksesannya sebelum genap
berumur 20 tahun. Ia masih muda dan belum menikah, ia seorang anak yatim sehingga
hanya tinggal berdua dengan ibunya, Bu Fitri. Karena mampu meraih kesuksesannya di
usia muda, banyak sekali pesaing-pesaing bisnisnya yang iri kepadanya, sehingga ia
kerap kali diteror oleh orang kiriman dari rival-rivalnya. Dan ia paling sering diteror dan
diancam akan dibunuh.
Awalnya peneror-peneror tersebut hanya mengancam lewat tulisan tapi semakin
lama peneror-peneror tersebut sampai mengikuti kemana pun Windy pergi, bahkan
kadang sampai menyerang Windy. Karena itulah, Windy mulai sering berahalusinasi
bahkan sampai histeris di rumahnya.
Suatu pagi di rumah, Ibu sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri dan
Windy. Tiba-tiba terdengar teriakan dari kamar Windy.
Windy : Aaaaaaghhhhh.... Kamu siapa? Aku belum mau mati. (sambil duduk
melingkar memeluk dirinya sendiri di sudut kamar dan menutup telinga).
Ibu : Astaghfirullah, Windy. Kamu kenapa, nak?
Windy : Ibu, ada yang mau bunuh Windy. Ada yang mau bunuh Windy!
Ibu : Siapa yang mau bunuh kamu?
Windy : Itu, Bu. Ada suara yang nyuruh Windy mati. Dari sana arahnya, Bu.
Ibu : Dimana? Tidak ada siapa-siapa di sana.
Windy : Ibu, Windy takut. Windy belum mau mati, Bu. (sambal histeris)

40
Ibu : Iya, Windy. Kamu tidak mati. Jangan takut lagi ya, nak. Ibu ada di sini
untuk kamu.
Windy : Ibu jangan tinggalin Windy ya. Windy takut.
Ibu : Iya, nak.
Karena sering mengalami halusinasi hingga histeris seperti itu, Ibu akhirnya
memutuskan untuk mengajak Windy pergi ke rumah sakit jiwa agar mendapat
pertolongan.
Sesampainya di rumah sakit jiwa…
Perawat Adm. : Selamat Pagi.. Ada yang bisa saya bantu?
Ibu : Iya Ners, tolong anak saya.. dia sering sekali histeris dan bilang kalau
mendengar suara yang katanya menyuruh dia untuk mati.
Perawat Adm. : Baik, silahkan Ibu mengurus masalah administrasi dahulu.
Ibu : Iya, Ners.
Ketika Bu Fitri sedang mengurusi masalah adminitrasi, Perawat 1 lewat di
sekitar meja adminitrasi, lalu oleh Perawat Adminitrasi dipanggil untuk membawa
Windy ke ruang perawatan.
Perawat Adm. : Ners Endah.
Perawat 1 : Iya, Ners?
Perawat Adm. : Ini ada pasien, Namanya Windy. Tolong pasien ini dibawa ke ruang
perawatan.
Perawat 1 : Baik, Ners. Ayo Dek Windy ikut dengan saya.
Beberapa menit kemudian, dua orang perawat bernama Perawat 1 dan Perawat 2
menghampir Windy yang tampak gelisah, sedih, dan histeris. Perawat 1 dan Perawat 2
pun langsung melakukan Strategi Pelaksanaan (SP) 1 terhadap pasien.

SP 1 Pasien:

Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi,


mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi.

Perawat 1 : Selamat pagi, Dek. Perkenalkan saya Ners Endah dan ini Ners Rezkisa.
Kami yang nantinya akan merawat anda. Nama anda siapa? Senang
dipanggil apa?

Windy : Nama saya Ariska Windy, panggil Windy aja.

41
Perawat 1 : Baiklah, Dek Windy. Bagaimana perasaannya hari ini? Apa ada
keluhan?

Windy : Saya takut, Ners. Dari tadi ada orang yang terus membisik-bisikan saya.
Dia menyuruh saya untuk mati. Saya takut. Saya belum mau mati, Ners.

Perawat 1 : Tenang Dek, tenang. Dimana orangnya yang membisikkan kalimat itu?

Windy : Saya tidak tahu, Ners. Tapi suara it uterus saja datang!

Perawat 2 : Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang


selama ini Dek Windy dengar?

Windy : Iya, Ners.

Perawat 2 : Mau berbincang dimana?

Windy : Di sini saja, Ners.

Perawat 2 : Mau berbincang berapa lama, Dek?

Windy : Tolong Ners, suara itu datang lagi. Tolong saya, Ners.

Perawat 2 : Tenang, Dek Windy. Tenang, ada kami di sini. Kalau begitu kita
berbincang selama 30 menit, bagaimana?

Windy : Iya, Ners. Ayo cepat!

Perawat 1 : Apakah Dek Windy mendengar suara tanpa ada wujudnya?

Windy : Iya, Ners.

Perawat 1 : Kalau boleh tau, apa yang dikatakan suara itu?

Windy : Mati kamu, mati! Begitu Ners yang saya dengar. Saya jadi takut, Ners.
Tolong saya!

Perawat 2 : Dek Windy, apakah suara itu terus menerus terdengar atau hanya
terdengar sewaktu-waktu saja?

Windy : Suara itu sering datang ketika saya lagi sendiri, Ners.

Perawat 2 : Biasanya berapa kali sehari Dek mendengar suara itu?

42
Windy : Sering, Ners. Bisa sampai lebih dari lima kali.

Perawat 1 : Lebih dari lima kali sehari ya? Kalau begitu, pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah waktu sendiri?

Windy : Iya. Pas lagi sepi-sepinya suara itu pasti datang.

Perawat 1 : Apa yang Dek Windy rasakan pada saat mendengar suara itu?

Windy : Saya takur, Ners. Takut sekali.

Perawat 2 : Apa yang Dek Windy lakukan saat mendengar suara itu?

Windy : Saya teriak, Ners. “Tidak! Tidak! Saya tidak mau mati!” begitu, Ners.

Perawat 2 : Apakah dengan cara tersebut suara itu hilang?

Windy : Tidak, Ners. Suara itu tetap saja datang. Apa yang harus saya lakukan,
Ners?

Perawat 1 : Baiklah, Dek Windy harus tenang ya sekarang. Bagaimana kalau kita
belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul?

Windy : Iya, saya mau, Ners.

Perawat 1 : Begini, Dek Windy, untuk mencegah suara itu muncul sebenarnya
terdapat empat cara. Pertama, menghardik suara tersebut. Kedua, dengan
cara bercakap-cakap bersama orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal. Dan yang terakhir adalah minum obat dengan
teratur. Kita belajar cara pertama terlebih dahulu ya. Jadi, kalau suara itu
mulai terdengar, Dek Windy bisa langsung bilang “Pergi! Saya tidak mau
dengar! Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu!” sambil Dek Windy
menutup kedua telinga, begitu diulang-ulang hingga suara itu tidak
terdengar lagi. Coba Dek Windy peragakan!

Windy : (sambil menutup kedua telinganya) Pergi! Saya tidak mau dengar! Saya
tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu ya, Ners?

Perawat 2 : Iya, betul sekali, Dek. Coba lagi, Dek.

43
Windy : (sambil menutup kedua telinganya) Pergi! Saya tidak mau dengar! Saya
tidak mau dengar! Kamu suara palsu!

Perawat 2 : Iya bagus, Dek Windy sudah bisa memperagakannya. Bagaimana


perasaan Dek Windy setelah memperagakan latihan tersebut?

Windy : Saya sudah lega. Sudah tidak takut lagi, Ners.

Perawat 1 : Baguslah kalau begitu, nanti kalau suara itu mulai muncul lagi, silahkan
coba cara tersebut ya, Dek.

Windy : Baik, Ners.

Perawat 2 : Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Apakah Dek mau?

Windy : Mau, Ners.

Perawat 2 : Baik, maunya jam berapa saja latihannya, Dek?

Windy : Hmmm, jam 9 pagi saja.

Perawat 2 : Baik, Dek Windy. (memasukkan jadwal kegiatan latihan menghardik


halusinasi dalam jadwal kegiatan harian Windy). Tempatnya mau
dimana?

Windy : Di sini saja, Ners.

Perawat 2 : Baiklah, di sini ya Dek.

Perawat 1 : Kalau begitu bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara tersebut dengan cara yang kedua?

Windy : Iya, Ners.

Perawat 1 : Pukul berapa maunya, Dek Windy?

Windy : Nanti saja. Pukul berapa ya?

Perawat 1 : Bagaimana kalau dua jam lagi?

Windy : Oh iya, Ners.

44
Perawat 1 : Baiklah, Dek. Kalau begitu kami permisi dahulu. Sampai jumpa dua
jam lagi.

Windy : Sampa jumpa, Ners.

Setelah Perawat 1 dan Perawat 2 selesai melakukan SP 1 Pasien, Perawat 1 dan


Perawat 2 mengontrak waktu dua jam kemudian untuk melakukan evaluasi apa yang
telah dijelaskan pada pasien dan sekaligus latihan mengontrol halusinasi dengan cara
yang lain.

45
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang dimana tidak
terdapat stimulus. Ada beberapa tipe halusinasi yaitu halusinasi pengelihatan
(optik), halusinasi pendengaran (akustik), halusinasi pengecap (gustatorik),
halusinasi peraba (taktil), halusinasi penciuman (olfaktori). Menurut Stuart dan
Sundeen, 1995, faktor yang menyebabkan halusinasi adalah faktor predisposisi
dan faktor presipitasi, faktor predisposisi terdiri dari faktor perkembangan,
faktor biologi, faktor sosiokultural, dan faktor keluarga sedangkan faktor
presipitasi terdiri dari faktor stressor sosio kultural, stressor psikologik, dan
biologis
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam
menghadapi kasus halusinasi yang terjadi dan kita harus mampu membedakan
resiko halusinasi tersebut dan bagaimana cara penanganannya, dan juga
diharapkan ketika kita semua menjumpai seseorang yang mengalami gangguan
halusinasi agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat kepada
penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti
sediakala.

46
DAFTAR PUSTAKA

Stuart. Gail wiscartz. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta : EGC

Anisah, Cut. 2017. Analisis Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien
Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Aceh : Universitas Syah Kuala Vol.02 No. 02

Carolina. 2008. Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap


Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi. Jakarta : Universitas Indonesia

Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik
Course). Jakarta : EGC

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan) Ed 3.
Jakarta : EGC

47

Anda mungkin juga menyukai