Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh :

Nama : Ni Putu Dewi Setiawati

Nim : C1118026

Kelas : 6A Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA USADA BALI

2021
1. Silahkan jelaskan secara singkat perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia

Jawab: Perubahan/Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya penurunan


anatomis dan fungsional yang sangat besar. Andrea dan Tobin (peneliti),
memperkenalkan “Hukum 1%”, yang menyatakan bahwa fungsi organ akan
mengalami penurunan sebanyak 1% setiap tahunnya setelah usia 30 tahun
(Martono, 2004). Menurut Kamso yang dikutip oleh Zuhdi (2000), pada lansia
terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, fungsi pendengaran 67%, pengelihatan
72%, daya ingat 61%, serta kelenturan tubuh yang menurun sebesar 64%.
Permasalahan yang muncul pada lansia dapat disebabkan karena adanya
perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh. Beberapa perubahan fisiologis yang
terjadi akibat proses penuaan antara lain:

 Sistem panca-indera

Lansia yang mengalami penurunan persepsi sensoris akan terdapat kesenggangan


untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.
Indera yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman
dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensoris.

a. Pengelihatan

Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi disekitar kornea dan


membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sclera.
Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia. Perubahan
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan
termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi pupil
akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu katarak
(Suhartin, 2010).

b. Pendengaran

Penurunan pendengaran merupakan kondisi secara dramatis dapat mempengaruhi


kualitas hidup seseorang. Kehalangan pendengaran pada lansia disebut dengan
presbikusis. Presbikusis merupakan perubahan yang terjadi pada pendengaran
akibat proses penuaan yaitu telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi
sensorineural, hal ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf
tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari
hal ini adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidakmampuan untuk
mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi (Chaccione, 2005).

c. Perabaan

Pada lansia terjadi penurunan kemampuan dalam mempersepsikan rasa pada kulit,
ini terjadi karena penurunan korpus free nerve ending pada kulit. Rasa tersebut
berbeda untuk setiap bagian tubuh sehingga terjadi penurunan dalam merasakan
tekanan, raba panas dan dingin. Gangguan pada indera peraba tentunya
berpengaruh pada sistem somatosensoris.

 Sistem musculoskeletal

a. Otot

Menurut Lumbantobing (2005) perubahan yang jelas pada sistem otot lansia
adalah berkurangnya massa otot. Penurunan massa otot ini lebih disebabkan oleh
atrofi. Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan
metabolik atau denervasi saraf (Martono, 2004). Perubahan ini akan menyebabkan
laju metabolik basal dan laju konsumsi oksigen maksimal berkurang (Taslim,
2001). Otot menjadi lebih mudah capek dan kecepatan kontraksi akan melambat.
Selain dijumpai penurunan massa otot, juga dijumpai berkurangnya rasio otot
dengan jaringan lemak. Akibatnya otot akan berkurang kemampuannya sehingga
dapat mempengaruhi postur.

b. Tulang

Pada lansia dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium
tubuh, serta perlambatan remodeling dari tulang. Massa tulang akan mencapai
puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun). Penurunan
massa tulang lebih dipercepat pada wanita pasca menopause. Sama halnya dengan
sistem otot, proses penurunan massa tulang ini sebagai disebabkan oleh faktor
usia dan disuse (Wilk, 2009).

c. Perubahan postur

Perubahan postur meningkatkan sejalan dengan pertambahan usia. Hal itu dapat
dihubungkan dengan keseimbangan dan resiko jatuh. Gangguan keseimbangan
lansia disebakan oleh degenerasi progresif mekanoreseptor sendi intervertebra.
Degenerasi karena peradangan atau trauma pada vertebra dapat menggangu
afferent feedback ke saraf pusat yang berguna untuk stabilitas postural.

 Sistem persarafan

a. Saraf pusat

Menurut Martono (2004) pada lansia akan terjadi penurunan berat otak sebesar
10%. Berat otak 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkatkan menjadi
1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45- 50 tahun
penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak
berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 juta
sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik
dari susunan saraf pusat.
b. Saraf perifer

Saraf perifer tepi adalah jaringan saraf untuk semua gerakan (saraf motorik) dan
sensasi (saraf sensoris). Jaringan saraf ini berhubungan dengan sistem sarat pusat
(SSP) melalui batang otak dan pada beberapa tempat sepanjang kord spinal.
Penuaan menyebabkan penurunan presepsi sensorik dan respon motorik pada
susunan SSP. Hal ini terjadi karena SSP pada usia lanjut usia mengalami
perubahan. Berat otak pada lansia berkurang berkaitan dengan berkurangnya
kandungan protein dan lemak pada otak sehingga otak menjadi lebih ringan.

2. Silahkan jelaskan dan cari rumus chumlea, bagaimana penggunaannya pada


klien lansia.

Jawab: Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu.
Subyek yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran
dilakukan pada kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha
membentuk sudut 900. Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal
dari tulang platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian
0,1 cm. Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan
menggunakan rumus Chumlea7,8: TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) +
(2,02 x tinggi lutut dlm cm) TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) +
(1,83 x tinggi lutut dlm cm) Teknik pengukuran panjang depa. Dilakukan
pengukuran panjang depa bagi subyek dengan alat mistar panjang 2 meter.
Panjang depa biasanya menggambarkan hasil pengukuran yang sama dengan
tinggi badan normal dan dapat digunakan untuk menggantikan pengukuran TB.
Subyek yang diukur harus memiliki kedua tangan yang dapat direntangkan
sepanjang mungkin dalam posisi lurus lateral dan tidak dikepal. Jika salah satu
kedua tangan tidak dapat diluruskan karena sakit atau sebab lainnya, maka
pengukuran ini tidak dapat dilakukan. Subyek berdiri dengan kaki dan bahu
menempel melawan tembok sepanjang pita pengukuran ditempel di tembok.
Pembacaannya dilakukan dengan skala 0,1 cm mulai dari bagian ujung jari tengah
tangan kanan hingga ujung jari tengah tangan kiri. Teknik pengukuran tinggi
badan subyek diukur dalam posisi tegak pada permukaan tanah/lantai yang rata
(flat surface) tanpa memakai alas kaki. Ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan
dan menempel di dinding dalam posisi agak terbuka di bagian depan jari-jari kaki,
pandangan mata lurus ke depan, kedua lengan dikepal erat, tulang belakang dan
pantat menempel di dinding,dan bahu dalam posisi relaks. Tinggi badan diukur
dengan mikrotoa yang pembacaannya dilakukan dengan skala 0,1 cm.Teknik
pengukuran berat badan adalah variabel antropometri yang sering digunakan dan
hasilnya cukup akurat. Berat badan juga merupakan komposit pengukuran ukuran
total tubuh. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah timbangan
injak digital (Seca). Subyek diukur dalam posisi berdiri dengan ketentuan subyek
memakai pakaian seminimal mungkin, tanpa isi kantong dan sepatu/sandal.
Pembacaan skala dilakukan pada alat dengan ketelitian 0,1 kg.

Anda mungkin juga menyukai