Anda di halaman 1dari 78

ABSTRAK

Pada ruas jalan Tol 2 Manado - Bitung dibuat jalan diatas permukaan yang
miring dan berlereng, sehingga perlu dilakukan penimbunan untuk mengatur
elevasi tanah agar aman dan sesuai desain perencanaan agar lereng terhindari dari
kelongsoran, untuk itu perlu dilakukan analisa faktor keamanan lereng dan dibuat
perkuatan pada lereng. Pada penelitian ini dianalisa kestabilan lereng dan didesain
perkuatan pada lereng dengan metode Mechanically Stabilized Earth MSE,
menggunakan software Slide V.6.005 dengan panjang perkuatan 0,7 He / 8,4 m
tinggi dinding 12 m dan jarak vertikal antar perkuatan 0.6 m, material perkuatan
yaitu geogrid UX 1100, UX 1400, UX 1500, UX 1600, UX 1700, UX 1800.Hasil
penelitian menunjukan bahwa lereng eksisting pada ruas jalan tol 2 Manado -
Bitung STA 9+745 aman karena memiliki faktor keamanan lebih dari 1. Dalam
desain dinding MSE dengan jarak antara perkuatan 0,6 m dan menggunakan 20
lapis perkuatan, didapat nilai faktor keamanan untuk metode bishop simpilified
1.607, metode ordinary/fellenius 1.533, dan metode janbu simplified 1.507, Faktor
keamanan desain yang direncanakan aman dan memenuhi syarat karena memiliki
nilai diatas 1.3.

Kata kunci : Lereng, Desain Dinding MSE, Software Slide V.6.005.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Kestabilan Lereng Sebagai Perkuatan Desain Dinding MSE Pada ruas jalan tol
2 Manado-Bitung STA 9+745 Menggunakan Software Slide V.6.005” yang
merupakan sebuah karya tulis untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana
Teknik.

Adapun penulis menyadari bahwa dalam perkuliahan bahkan penyelesaian


skripsi ini, banyak hal yang boleh terjadi, suka duka, canda tawa bahkan air mata
memenuhi rangkaian cerita Namun, penulis merasa sangat bersyukur bisa mendapat
bimbingan, dukungan, bantuan bahkan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr, Ir. Ellen J. Kumaat, M.Sc.DEA selaku Rektor Universitas Sam Ratulangi
Manado.
2. Prof.Dr. Ir. Fabian J. Manoppo, M.Agr, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sam Ratulangi Manado.
3. Ir. Agnes Tekla Mandagi, MT, selaku dosen pembimbing I dan Ir. Jack Hary
Ticoh, MT, selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh kasih dan ketulusan
hati memberikan motivasi, berbagi ilmu, dan dengan setia membimbing hingga
skripsi ini boleh terselesaikan.
4. Prof. Dr. Ir.O.B.A. Sompie, M.Eng, Dr.Eng. Hendra Riogilang, ST, MT, dan Alva
N. Sarajar, ST, MT selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, kritik,
sanggahan, dan pengujian guna menyempurnakan penulisan skripsi ini bahkan
memberikan ilmu kepada penulis.
5. Semuel Y.R. Rompis, ST, MT, M.Eng, Ph. D, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sam Ratulangi Manado.
6. Ir. Mecky R.E. Manoppo, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Universitas
Sam Ratulangi Manado.
7. Dr. Eng. Cindy J. Supit, ST, MSi, selaku Koordinator Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sam Ratulangi.
8. Seluruh Dosen, Asisten Dosen / Laboratorium dan Staf administrasi yang telah
memberikan ilmu dan membantu selama proses perkuliahan di Fakultas Teknik..

ii
9. Papa Teddy Sampouw, Mama Rianiva Walangitan, Kakak Bonnke Sampouw,
Kakak Morris Sampouw, Adik Kenneth Sampouw, Adik Glory Sampouw tercinta
atas semangat, kasih sayang, bimbingan, motivasi, pengorbanan bahkan doa yang
selalu terucap untuk penulis.
10. Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XV Manado yang telah mendukung dan
menopang selama penelitian tugas akhir skripsi.
11. Teman-teman teknik sipil angkatan 2015 (CIV15EN) yang selalu memberi
semangat dan dukungan selama perkuliahan sampai pembuatan skripsi ini.
12. Teman-teman KKT 118 Unsrat Posko molompar kecamatan Tombatu Timur yang
selalu memberi support dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
13. Berterima Kasih juga kepada Partner Setia saya Maria Yovita Palan, S.Kep yang
selalu mendoakan, menopang, mensupport dan membantu saya selama pembuatan
skripsi ini.
14. Bapak Gembala Hanny Doodoh, dan Ibu Gembala Yanti Subianto beserta Jemaat
GBI Lembah Pujian Mawar Sharon Manado yang selalu mendukung dan
mendoakan.

Terima kasih juga untuk semua pihak yang tidak tercantum namanya namun
secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam proses perkuliahan,
penelitian, bahkan penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam


penulisan karya tulis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran
guna menyempurnakan karya tulis ini sehingga dapat semakin bermanfaat bagi
pembaca. Kiranya Tuhan Yesus menyertai kita semua

Manado, Agustus 2019

Billy Graham Sampouw


15021101215

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR NOTASI ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................. 2
1.3. Pembatas Masalah .................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 4


2. 1. Lereng Dan Longsor ................................................................. 4
2.1.1. Lereng ........................................................................... 4
2.1.2. Longsor ......................................................................... 4
2.2. Kestabilan Lereng ..................................................................... 4
2.2.1. Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop
Disederhanakan (Simplified Bishop Method) .............. 7
2.2.2. Kestabilan Lereng dengan Metode Fellenius ............... 8

iv
2. 3. Dinding Penahan Tanah ........................................................... 9
2.3.1. Kegunaan Dinding Penahan Tanah .............................. 10
2.3.2. Klasifikasi Dinding Penahan Tanah ............................. 11
2. 4. Dinding Mechanically Stabilized Earth (MSE) ....................... 14
2.4.1. Komponen Utama Dinding MSE ................................... 15
2.4.2. Keuntungan dan Kelemahan Dinding MSE ................. 18
2.4.3. Penggunaan Dinding MSE ........................................... 19
2. 5. Perencanaan Dinding MSE....................................................... 21
2.5.1. Penutup Muka ............................................................... 21
2.5.2. Umur Rencana .............................................................. 21
2.5.3. Dimensi Alas Perata (Leveling Pad)............................. 21
2.5.4. Terbenamnya Penutup Muka (Embedment) ................. 21
2.5.5. Panjang Perkuatan ........................................................ 22
2. 6. Kestabilan Dinding MSE .......................................................... 22
2.6.1. Stabilitas Eksternal ....................................................... 23
2.6.2. Stabilitas Internal .......................................................... 28
2.7. Geogrid ..................................................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 32


3.1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 32
3.2. Bagan Penelitian ....................................................................... 33
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................... 34
3.4. Pengumpulan Data.................................................................... 35
3.5. Mengalisis Kestabilan Lereng Eksisting
Menggunakan Software SLIDE ............................................... 36
3.6. Mengalisis Kestabilan Global Dinding MSE

v
Menggunakan Software SLIDE ............................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 38


4.1. Analisis Kestabilan Lereng Eksisting Pada Ruas Jalan Tol
Manado-Bitung STA 9+745 ..................................................... 38
4.2. Desain Dinding MSE ............................................................... 41
4.3. Kestabilan Eksternal ................................................................. 43
4.4. Kestabilan Internal.................................................................... 44
4.5. Analisis Kestabilan Lereng yang sudah menggunakan
Dinding MSE Pada Ruas Jalan Tol Manado-Bitung
STA 6+475 ............................................................................... 51

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 53


5.1. Kesimpulan ............................................................................... 53
5.2. Saran ...................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54


LAMPIRAN ..................................................................................................... 56

vi
DAFTAR NOTASI

Fs : Faktor keamanan
: Tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah

: Tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor


c : Kohesi
cd : Kohesi yang bekerja sepanjang bidang longsor
σ : Tegangan normal
𝜙 : Sudut geser dalam
𝜙d : Sudut geser yang bekerja sepanjang bidang longsor
Tr : Gaya geser perlawanan
Nr : Gaya normal-reaksi
Wn : Berat tanah pada irisan
r : Jari-jari lingkaran bidang longsor
n : Jumlah irisan
Ka : Koefisien tekanan tanah aktif
V : Beban vertikal
: Berat isi tanah yang ditahan
: Tinggi dinding efektif diatas leveling pad
: Panjang perkuatan
q : Beban lalu lintas
e : Eksentrisitas
: Tegangan vertikal
: Gaya tahanan horizontal
: Gaya pendorong horizontal
: Berat isi tanah
Ta : Kuat izin rencana material perkuatan

vii
Tmax : Gaya tarik maksimum
Tpo : Kapasitas tarik perkuatan
: Faktor koreksi tipe perkuatan
Rc : Persentase cakupan perkuatan
: Tegangan vertikal perkuatan pada kedalaman z dari atas dinding
: Faktor gesekan tarik
Tcn : kuat izin sambungan
N : Nilai SPT
Mr : Momen dari tahanan geser
Md : Momen dari berat massa tanah
αi : Panjang lengkung lingkaran pada irisan
d : kedalaman embedment
F : Beban horizontal
Sv : Panjang distribusi tekanan lateral

viii
DAFTAR GAMBAR

2.1. Gravity Wall...............................................................................................12

2.2. In-situ Walls ...............................................................................................13

2.3. Mechanically Stabilized Earth dengan penutup muka panel beton cetak .15

2.4. Komponen-komponen Dinding MSE ........................................................16

2.5. Macam-Macam Penutup Muka .................................................................16

2.6. Dinding Blok Modular Cetakan Kering ....................................................20

2.7. Contoh Penggunaan Dinding MSE ............................................................20

2.8. Contoh-contoh Dinding MSE ....................................................................23

2.9. Keruntuhan Eksternal pada Dinding MSE ................................................24

2.10. Diagram Tekanan untuk Dinding MSE dengan Tanah Timbunan

Horizontal dan Beban Lalu Lintas .............................................................29

2.11. Geogrid Uniaxial .......................................................................................30

2.12. Geogrid Bi-axial ........................................................................................31

2.13. Geogrid Triax.............................................................................................31

3.1. Lokasi Penelitian .......................................................................................32

3.2. Bentuk geometrik lereng............................................................................35

4.1. Hasil analisis kestabilan lereng eksisting dengan metode Bishop


Simplified pada Program SLIDE ................................................................38
4.2. Hasil analisis kestabilan lereng eksisting dengan metode
Ordinary / Fellinius pada Program SLIDE ................................................39
4.3. Hasil analisis kestabilan lereng eksisting dengan metode
Janbu Simplified pada Program SLIDE ....................................................40

ix
4.4. Desain Perencanaan Dinding MSE pada Ruas Jalan Tol 2 Manado Bitung
STA 9+745 .................................................................................................42
4.5. Skema Rencana Dinding MSE dengan Perkuatan Geogrid .......................44
4.6. Hasil analisis kestabilan lereng yang sudah menggunakan Dinding MSE
dengan perkuatan geogrid ……………………………………………….52

x
DAFTAR TABEL

2.1. Ketentuan Material Granular pada Dinding MSE .....................................17


2.2. Beberapa Kisaran Nilai Sifat-sifat Indeks dan Mekanis Tanah .................18
2.3. Persyaratan Terbenamnya Penutup Muka (Embedment)...........................22
2.4. Persyaratan Kestabilan Dinding MSE dengan Perkuatan Geosintetik ......22
2.5. Koefisien Daya Dukung Tanah .................................................................28
3.1. Data Penyelidikan Tanah ...........................................................................35
3.2. Nilai Sudut Geser Dalam (ϕ) .....................................................................36
4.1. Nilai Faktor Keamanan pada Lereng Eksisting Ruas Jalan Tol
Manado-Bitung STA 6+475 menggunakan metode Bishop
Simplified, Ordinary/Fellinius, dan Janbu .................................................41
4.2. Analisis Kestabilan Dinding MSE terhadap Gelincir,Guling dan
Daya Dukung ............................................................................................43
4.3. Uji Kegagalan Tarik .................................................................................45
4.4. Kuat Izin Geogrid pada Berbagai Jenis .....................................................46
4.5. Kestabilan Terhadap Kegagalan Geosintetik.............................................46
4.6. Kuat Izin Sambungan Geogrid pada Berbagai Jenis .................................48
4.7. Kestabilan Terhadap Kegagalan Sambungan ............................................49
4.8. Nilai Faktor Keamanan Stabilitas Global menggunakan Metode
Bishop Simplified dan ordinary Fellenius ................................................51

xi
DAFTAR LAMPIRAN

A Data tanah dan data Geometrik Lereng


B Analisis Kestabilan Lereng Eksisting Pada Ruas Jalan Tol Manado-Bitung
STA 9+745

C Nilai Faktor Keamanan Stabilitas Global menggunakan Metode Bishop


Simplified dan ordinary Fellenius

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Aktifitas pergerakan manusia atau barang dari tempat asal ke tempat yang
dituju membutuhkan infrastruktur jalan sebagai prasarana utama pada bidang
transportasi darat. Ketersediaan prasarana jalan menjadi sesuatu yang sangat
penting dalam mendukung berkembangnya suatu wilayah yang ditandai dengan
lancarnya distribusi pergerakan manusia, barang dan jasa sehingga kegiatan
perekonomian wilayah yang ditandai dengan lancarnya distribusi pergerakan
manusia, barang dan jasa sehingga perekonomian wilayah tersebut menjadi lebih
maju. Dalam kebutuhan pengguna lahan jalan semakin meningkat dan mendorong
perencana maupun pelaksaan pembuatan jalan memaksimalkan lahan yang
ada,salah satunya adalah daerah perbukitan dan berlereng menuntut perencana
untuk melakukan penggalian maupun timbunan tanah

Dalam hal ini pada ruas jalan Tol 2 Manado Bitung STA 9+745 akan dibuat
jalan diatas permukaan tanah yang miring, dengan perencanaan diatas lereng perlu
dilakukan penimbunan tanah agar elevasi tanah sesuai dengan direncanakan. Hal
tersebut dapat menyebabkan kelongsoran apabila tidak diberi pengaman lereng
pada area tanah timbunan.

Metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya longsor yaitu


Mechanically Stabilized Earth, dengan kondisi tanah di sekitar dinding yaitu tanah
dasar (Foundation soil), tanah timbunan yang diberi perkuatan (reinforced fill) dan
tanah yang ditahan (Retained soil)

Dinding MSE yang menggunakan penutup muka beton pracetak pada


umumnya lebih murah dibanding dengan dinding penahan beton yang diperkuat
untuk ketinggian lebih dari 3m pada kondisi pondasi yang baik. Pada umumnya
dinding MSE lebih menguntungkan dibanding struktur penahan beton lainnya.

1
1.2. Identifikasi Masalah
Adapun permasalahan dalam melakukan penelitian ini, yaitu menganalisis
kestabilan lereng serta mengaplikasikan desain dinding MSE yang direncanakan
dengan menggunakan software Slide V6.005.

1.3. Pembatas Masalah


Dalam penelitian ini diberi beberapa batasan agar penelitian lebih
terarah,berikut batas masalah tersebut
Antara lain:
a) Menggunakan data tanah hasil penyelidikan di lapangan yang di ambil dari
perusahaan terkait yakni PT Jaya Konstruksi
b) Analisa kestabilan lereng eksisting
c) Tidak merencanakan drainase
d) Tidak memperhitungkan biaya (cost)
e) Tidak memperhitungkan muka air tanah
f) Desain dan Analisa kestabilan dinding MSE dengan perkuatan geogrid
g) Tidak merencanakan struktur penutup atas pada dinding MSE
h) Tidak meninjau gempa
i) Tidak memperhitungkan penurunan (settlement)
j) Penggunaan Geogrid pada facing dan perkuatannya dibatasi dan hanya
menggunakan Spek Standar dari Program Slide dan nilai kuat tarik yang di
input digunakan nilai kuat tarik berdasarkan jenis geogrid yang saya gunakan
yaitu Geogrid Uni Axial dengan nilai kuat tarik yang di input adalah 40kN/m.

1.4. Tujuan Penelitian


a) Mendapatkan nilai faktor keamanan lereng pada ruas jalan tol 2 Manado-
Bitung STA 9+745 dengan Software Slide V.6.005
b) Mendesain Dinding MSE direncanakan dengan software Slide V.6.005
c) Mendapatkan Kestabilan dinding MSE (Mecanically Stabilized Earth) dengan
perkuatan geogrid pada ruas jalan Tol 2 Manado-Bitung STA 9+745

2
1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bisa berguna dan menjadi alternativ pengaman lereng yang
dibuat pada ruas jalan tol 2 Manada-Bitung STA 9+745.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lereng dan Longsor

2.1.1. Lereng

Berdasarkan proses terbentuknya lereng dapat dibagi menjadi 2 macam


Yaitu:
a. Lereng alamiah yang terbentuk dari proses alam seperti gerakan tanah,
pengikisan dan sebagainya (misalnya : lereng di daerah perbukitan)
b. Lereng buatan yang terbentuk dari proses kegiatan manusia yang
dilakukan sengaja guna keperluan tertentu, seperti penggalian,
pemotongan dan penimbunan tanah.(misalnya lereng galian atau lereng
tanggul untuk jalan, lereng bendungan, dan sebagainya)
Selain itu, lereng juga dapat dibedakan menjadi lereng tak terhingga
(lereng bukit) dan lereng terbatas (tanggul, bendungan, dan sebagainya)

2.1.2. Longsor

Kelongsoran pada lereng alamiah dapat terjadi akibat penambahan


beban pada lereng (misalnya : bangunan baru, air yang masuk ke
dalam pori-pori tanah maupun yang menggenang, beban dinamis oleh
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.), penggalian atau pemotongan tanah
pada kaki lereng, penggalian yang mempertajam kemiringan lereng,
perubahan posisi muka air secara cepat (pada bendungan, sungai dan
lain-lain), kenaikan tekanan lateral oleh air, gempa bumi, penurunan
tahanan geser tanah pembentuk lereng

2.2. Kestabilan Lereng

Faktor Keamanan (FK) Lereng


Kelongsoran suatu lereng umumnya terjadi melalui suatu bidang tertentu yang
disebut dengan bidang gelincir (slip surface).

4
kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak dan gaya penahan yang
bekerja pada bidang gelincir tersebut. Gaya penahan (resisting force) adalah gaya
yang menahan agar tidak terjadi kelongsoran, sedangkan gaya penggerak (driving
force) adalah gaya yang menyebabkan terjadinya kelongsoran. Perbandingan antara
gaya-gaya penahan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah inilah yang disebut
dengan faktor keamanan (FK) lereng penambangan.
Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat ditulis dengan rumus sebagai
berikut :
Dengan ketentuan, jika :
FK > 1,0 : Lereng dalam kondisi stabil.
FK < 1,0 : Lereng tidak stabil.
FK = 1,0 : Lereng dalam kondisi kritis.

Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkat kestabilan lereng


penambangan maka hasil analisa dengan FK = 1.00 belum dapat menjamin bahwa
lereng tersebut dalam keadaan stabil. Hal ini disebabkan karena ada beberapa faktor
yang perlu diperhitungkan dalam analisa faktor keamanan lereng penambangan,
seperti kekurangan dalam pengujian conto di laboratorium serta conto batuan yang
diambil belum mewakili keadaan sebenarnya di lapangan, tinggi muka air tanah pada
lereng tersebut, getaran akibat kegiatan peledakan di lokasi penambangan, beban alat
mekanis yang beroperasi, dll.
Dengan demikian, diperlukan suatu nilai faktor keamanan minimum dengan
suatu nilai tertentu yang disarankan sebagai batas faktor keamanan terendah yang
masih aman sehingga lereng dapat dinyatakan stabil atau tidak. Sehingga pada
penelitian ini, faktor keamanan minimum yang digunakan adalah FK ≥ (sama dengan
atau lebih besar) dari 1.25, sesuai prosedur dari Joseph E. Bowles (2000), Dengan
ketentuan :

FK ≥ 1,25 : Lereng dalam kondisi Aman.


FK < 1,07 : Lereng dalam kondisi Tidak Aman.
FK > 1,07 ; <1,25 : Lereng dalam kondisi kritis.

5
Berdasarkan Federal Highway Administration FHWA (2009). Untuk Lereng dengan
Desain Faktor keamanan Minimum yang digunakan untuk dinding MSE Adalah;
FK > 1,3 : Lereng dalam kondisi stabil.
FK < 1,3 : Lereng tidak stabil.
FK = 1,3 : Lereng dalam kondisi kritis.
Tujuan dari analisis stabilitas lereng ini adalah untuk menentukan faktor keamanan.
Faktor keamanan adalah rasio antara gaya yang menahan dan gaya yang
menggerakkan, yang ditunjukkan pada persamaan berikut ini.

.................................................. [2.1]

Dimana :

tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah

tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor

Tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah dapat dihitung
dengan persamaan :

𝜙 ................................... [2.2]

Dimana:

c = kohesi

σ = gaya normal pada bidang kelongsoran

𝜙 = sudut geser tanah

Tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor dapat


dihitung dengan persamaan :

𝜙 ............................... [2.3]

Dimana :

= kohesi yang bekerja sepanjang bidang longsor

6
𝜙 = sudut geser yang bekerja sepanjang bidang longsor.

Dengan memasukkan persamaan [2.2] dan [2.3] ke dalam persamaan [2.1]


maka persamaan faktor keamanan menjadi :

..................................... [2.4]

Dari persamaan tersebut dapat dibagi dan didapatkan 2 rumus lain untuk
mendefinisikan angka keamanan terhadap nilai kohesi Fc, dan angka
keamanan terhadap sudut geser,

................................................. [2.5]

dan

........................................... [2.6]

Jika persamaan [2.4], [2.5] dan [2.6] dibandingkan, maka Fc menjadi sama
dengan harga tersebut memberikan angka keamanan terhadap kekuatan
tanah. Atau, jika

.............................................. [2.7]

Maka persamaan faktor keamanan menjadi :

....................................... [2.8]

, maka lereng adalah dalam keadaan akan longsor. Umumnya, harga


1,5 untuk keamanan terhadap kekuatan geser dapat diterima untuk
merencanakan stabilitas lereng.

2.2.1. Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop Disederhanakan (Simplified


Bishop Method)

7
Metode Bishop disederhanakan (Bishop,1955) mengasumsikan
bahwa gaya-gaya yang bekerja pada sisi-sisi irisan mempunyai
resultan nol pada arah vertikal.

Gaya geser perlawanan dapat dinyatakan pada persamaan :

( ) ……………[2.9]

Persamaan lain dalam mencari faktor keamanan adalah sebagai


berikut:

∑ ( )


............................... [2.11]

dengan

.............................................. [2.12]

Dalam penyederhanaannya, diasumsikan , maka persamaan


[2.11] berubah menjadi :


............................................... [2.13]

2.2.2. Kestabilan Lereng dengan Metode Fellenius

Kestabilan lereng dengan menggunakan metode Fellenius (1927)


mengasumsikan gaya-gaya yang bekerja pada sisi- sisi irisan
mempunyai resultan nol pada arah horizontal. Faktor keamanan
didefinisikan sebagai11,



.............................................................................. [2.14]

dengan,

8
∑ ∑ ................................................... [2.15]

∑ ∑ 𝜙 .......................................... [2.16]

dimana :

r = jari-jari lingkaran bidang longsor (lihat gambar 2.1)

n = jumlah irisan

Wi = berat massa tanah irisan ke-i (kN)

c = kohesi tanah (kN/m2)

= sudut geser dalam tanah (derajat)

αi = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)

Metode Fellinius menghasilkan faktor keamanan yang lebih rendah


dengan cara hitungan yang lebih teliti.

2. 3. Dinding Penahan Tanah

Dinding penahan tanah adalah konstruksi dinding yang menahan tanah


atau material lain pada area yang memiliki perubahan yang signifikan pada
suatu ketinggian. ebuah konstruksi yang sebagian besar berbentuk tegak
9 atau hampir tegak kecuali pada kondisi tanah tertentu yang
mengharuskan konstruksi dinding penahan tanah berbentuk condong ke tanah
urugan. Dinding penahan tanah merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk mencegah terjadinya longsor. Dengan menahan tekanan tanah lateral
oleh tanah maupun air merupakan cara kerja dinding penahan tanah guna
membuat tanah menjadi stabil dan tidak terjadi longsor. Tingginya tanah yang
ditahan oleh konstruksi dinding penahan tanah cenderung menimbulkan geser
dan momen guling.(Agnes Mandagi,Cut Meutia Ratag, 2018)

Stabilisasi tanah adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk
memperbaiki kualitas tanah dasar sehingga diharapkan tanah dasar tersebut

9
mutunya dapat lebih baik dan dapat meningkatkan kemampuan daya dukung
tanah terhadap konstruksi yang akan dibangun diatasnya (Alva N
sarajar,Hariman Palar,2013)

Prinsip-prinsip Umum Stabilisasi Tanah


Apabila dalam suatu pekerjaan konstruksi diatas tanah tidak sesuai maka perencana
dapat mengambil langkah-langkah berikut :
1. Menghindari lokasi demikian dan mencari alternatif lokasi lain.
2. Menerima keadaan tanah yang ada dan mendesain struktur yang sesuai.
3. Menyingkirkan sebagian tanah yang perlu dan menggantikannya dengan material
tanah yang sesuai.
4. Memperbaiki satu atau beberapa sifat-sifat teknis tanah yang ada dengan cara
tertentu yang dikenal dengan stabilisasi. (Ricky imanuel Bulo,Jack H Ticoh,2014)

Tanah dapat dikelompokkan atas tiga jenis tanah yaitu berbutir kasar, tanah berbutir
halus dan tanah organik yang diterangkan sebagai berikut.
a. Tanah berbutir kasar adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya
berupa pasir dan kerikil.
b. Tanah berbutir halus adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya
berupa lempung dan lanau.
c. Tanah organik adalah tanah yang cukup banyak mengandung bahan-bahan
organik. (Christian Rompas, Hendra Riogilang, 2018)

2.3.1. Kegunaan Dinding Penahan Tanah

Aplikasi praktis dari dinding penahan tanah meliputi

a. Proyek jalan raya dan jalan kereta api yang dibangun di daerah
lereng;
b. Abutmen jembatan;

10
c. Dinding penahan yang digunakan untuk menahan tanah disekitar
bangunan di daerah lereng;
d. Flood control facilities, yang digunakan untuk mengontrol banjir
dari sungai;
e. Dinding penahan tanah yang digunakan untuk mencegah tanah
longsor;
f. Dinding penahan tanah yang dibangun untuk mengakomodasi
kapal yang berlabuh.
2.3.2. Klasifikasi Dinding Penahan Tanah

Dinding Penahan Tanah dapat diklasifikasikan menurut beberapa hal,


yaitu:

a. Load Support Mechanism : sistem yang distabilisasi eksternal atau


sistem yang distabilisasi internal ;
b. Construction Concept : konstruksi galian atau timbunan
c. System Rigidity : Kaku atau Fleksibel
dinding penahan tanah dapat diklasifikasikan dalam tiga factor itu.
Sebagai contoh, turap dapat diklasifikasikan sebagai dinding galian
terstabilisasi secara eksternal yang relatif fleksibel. Dinding
Mechanically Stabilized Earth (MSE) dapat diklasifikasikan sebagai
dinding timbunan terstabilisasi secara internal yang relatif fleksibel

a. Klasifikasi berdasarkan Load Support Mechanism


Menurut O’Rourke dan Jones (1990) terdapat dua kategori
klasifikasi dinding penahan tanah yaitu sistem stabilisasi eksternal
dan sistem stabilisasi internal juga sistem hybrid yang merupakan
gabungan kedua kategori tersebut

1. Sistem Stabilisasi Eksternal


Sistem stabilisasi eksternal yaitu sistem yang mekanismenya
memanfaatkan berat dan kekakuan struktur, pada dasarnya

11
semua dinding tradisional dapat dianggap sistem stabilisasi
eksternal. Sistem ini dibagi menjadi dua kategori yaitu
Gravity Wall yang memanfaatkan berat struktur untuk
menahan tanah (lihat gambar 2.1) dan In-situ wall yang
memanfaatkan kelenturan struktur untuk menahan tanah.
(lihat gambar 2.2)

Gambar 2.1. Gravity Wall


(Sumber : FHWA, 2010)

Gambar 2.2. In-situ Walls

(Sumber : Coduto, 2001)

2. Sistem Stabilisasi Internal

12
Sistem stabilisasi internal adalah sistem untuk memperkuat
tanah untuk mencapai kestabilan. Sistem ini diperkenalkan
sejak tahun 1960. Dibagi menjadi dua kategori yaitu
reinforced soil / mechanically stabilized earth (MSE) dan in-
situ reinforcement. Reinforced soils menambahkan material
perkuatan pada tanah yang ditimbun (lihat gambar 2.3),
sedangkan in-situ reinforcement menambahkan material
perkuatan dengan memasukkannya ke dalam tanah.

Gambar 2.3. Mechanically Stabilized Earth dengan penutup


muka panel beton cetak dan lembaran baja atau polimer untuk
memperkuat tanah. Dinding ini masih dalam proses
pembangunan.
(Sumber : Coduto, 2001)

b. Klasifikasi berdasarkan Construction Concept


Dinding penahan tanah juga dapat diklasifikasi berdasarkan
metode konstruksinya yaitu konstruksi timbunan atau konstruksi
galian.
Konstruksi dinding timbunan menggunakan metode konstruksi
yaitu dinding dibangun dari dasar ke atas dinding sedangkan
koonstruksi dinding galian dibangun dari atas ke dasar dinding

13
bersamaan dengan excavation operations. Klasifikasi dinding
berdasarkan construction concept.
c. Klasifikasi berdasarkan System Rigidity
Dinding penahan tanah juga dapat diklasifikasi berdasarkan
kekakuannya yaitu kaku atau fleksibel. Sebuah dinding dianggap
kaku jika bergerak sebagai satu unit (rigid body rotation dan/atau
translation) dan tidak mengalami lentur. Kebanyakan gravity wall
dianggap dinding kaku.
Dinding fleksibel adalah dinding yang mengalami deformasi
lentur disamping gerakan rigid body. Deformasi semacam itu
menghasilkan redistribusi tekanan lateral dari yang lebih fleksibel
ke bagian yang lebih kaku dari sistem. Hampir semua dinding
penahan kecuali gravity wall dapat dianggap dinding fleksibel.

2. 4. Dinding Mechanically Stabilized Earth (MSE)

Dinding MSE dibangun dengan meletakan elemen perkuatan pada


tiap lapisan dan dipadatkan dengan tanah timbunan terpilih dibelakang
dinding (lihat gambar 2.4.). Tanah dan elemen struktur berlaku sebagai
kesatuan bentuk struktur yang merupakan dinding tersebut. Konsep ini
pertama kali dikembangkan oleh Henri Vidal pada awal tahun 1960. Sejak
akhir tahun 1960, dinding MSE telah digunakan semakin luas di seluruh
dunia.

14
Gambar 2.4. Komponen-komponen Dinding MSE

(Sumber : Christopher, dkk, 1990)

Dinding MSE dapat dipertimbangkan sebagai alternative yang efektif untuk


menggantikan dinding gravitasi konvensional. Pada dasarnya dinding MSE
terdiri dari perkuatan di dalam timbunan tanah yang membantuh menahan
tekanan tanah lateral.

2.4.1. Komponen Utama Dinding MSE

Pada dasarnya Dinding MSE terdiri dari tiga komponen utama yaitu
penutup muka, elemen perkuatan dan tanah timbunan.

a. Penutup Muka
Fungsi dari penutup muka adalah untuk menjaga material
timbunan lereng dari keruntuhan, penggerusan, dan erosi serta
mengatur aliran drainase pada beberapa kondisi. Jenis penutup
muka yang digunakan pada dinding MSE dapat mempengaruhi
segi estetika. sehingga tampilan warna penutup permukaan pun
bervariasi. Pada umumnya, tipe-tipe penutup muka yang
digunakan adalah panel beton pracetak segmental, unit dinding
blok modular cetakan kering, penutup muka dari logam (metallic
strips facing), rangka kawat yang di las (welded wire grid),

15
bronjong, penutup muka dari geosintetik, dan beton semprot
(shotscrete).(lihat gambar 2.5. dan 2.6.)

(b)
(a)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 2.5. Macam-Macam Penutup Muka (a) Panel Beton Pracetak


Segmental; (b) Geosintetik yang Disemprot Shotcrete; (c) Unit Dinding Blok
Modular; (d) Full-Height Concrete Panel; (e) Bronjong; (f) Tire-Facing Units

(Sumber : FHWA, 2009)

Gambar 2.6. Dinding Blok Modular Cetakan Kering

(Sumber : NCMA, 1997)

16
b. Elemen Perkuatan
Berdasarkan jenis bahannya, dinding MSE dapat dibagi menjadi
perkuatan metalik yaitu umumnya besi lunak (mild steel) yang
digalvanis atau epoksi; perkuatan nonmetalik yaitu bahan polimer
yang terdiri dari polipropilen, polietilen atau poliester (contohnya
geosintetik) juga bahan alami seperti kayu.
c. Tanah Timbunan
Tanah timbunan yang umumnya direkomendasikan untuk dinding
MSE adalah tanah granular karena tanah granular memiliki
kemampuan menyalurkan tegangan, ketahanan dan drainase yang
lebih baik dibandingkan tanah lempung.
Pemilihan kriteria tanah timbunan harus mempertimbangkan
kinerja jangka panjang struktur, stabilitas masa konstruksi dan
faktor degradasi lingkungan yang terjadi terhadap perkuatan.
Ketentuan material granular pada dinding MSE dapat dihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Ketentuan Material Granular pada Dinding MSE

(Sumber : FHWA, 2009)

17
Beberapa kisaran nilai sifat-sifat indeks dan mekanis tanah yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam menilai keandalan hasil pengujian
tanah timbunan dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Beberapa Kisaran Nilai Sifat-sifat Indeks dan Mekanis


Tanah

(Sumber : DPU, 2009)

2.4.2. Keuntungan dan Kelemahan Dinding MSE.

a. Keuntungan Dinding MSE


Dinding MSE mempunyai banyak keuntungan dibandingkan
dinding beton bertulang konvensional maupun dinding penahan
gravitasi. Keuntungan dinding MSE, antara lain :
1. Prosedur pengerjaan yang mudah dan tidak membutuhkan
peralatan konstruksi yang besar;
2. Tidak membutuhkan keahlian khusus;
3. Hanya membutuhkan sedikit persiapan;
4. Struktur MSE dapat menahan deformasi sehingga tidak
memprioritaskan kekakuan struktur;
5. Biaya yang cukup efektif;
6. Secara teknis, ketinggiannya dapat melampaui 100ft (30 m).

18
Dinding MSE cenderung lebih ekonomis dibandingkan dengan
dinding penahan jenis lainnya yang tingginya melebihi 10 ft (3 m).
Salah satu hal yang sangat menguntungkan dari dinding MSE
adalah fleksibilitas dan kemampuan untuk menahan deformasi
walaupun pada tanah dasar pondasi yang buruk.

b. Kelemahan Dinding MSE


Kelemahan dinding MSE adalah sebagai berikut :
1. Membutuhkan ruang yang luas untuk pemasangan perkuatan
pada muka lereng atau dibelakang dinding
2. Dinding MSE membutuhkan tanah timbunan khusus. (Pada
beberapa kasus, biaya untuk mendatangkan tanah timbunan
khusus menyebabkan ketidakekonomisan)
3. Desain untuk sistem perkuatan tanah membutuhkan pembagian
tanggung jawab antara pemasok material dan pemilik proyek.

2.4.3. Penggunaan Dinding MSE

Pada penggunaan biasanya digunakan untuk abutmen jembatan, jalan


raya, rel kereta api, dan area komersial serta pemukiman dengan
elevasi yang dinaikkan pada daerah dekat jembatan atau medan
berbukit. Dinding MSE digunakan sebagai struktur sementara maupun
permanen yang juga digunakan untuk memperbaiki/menahan
keruntuhan lereng.

Contoh penggunaan dinding MSE dapat dilihat pada gambar 2.7. Pada
gambar 2.8. menunjukan variasi kontruksi dinding MSE .

19
(a) Dinding Penahan; (b) Akses Jalan

(c) Struktur Tepi Laut (d) Abutmen


Jembatan

Gambar 2.7. Contoh Penggunaan Dinding MSE

(Sumber : FHWA, 2009)

Gambar 2.8. Contoh-contoh Dinding MSE

(Sumber : FHWA, 2009)

20
2. 5. Perencanaan Dinding MSE

Dalam merencanakan dinding MSE, ada beberapa bagian yang


direncanakan dan dianalisa, yakni :

1. Penutup Muka
2. Umur Rencana
3. Dimensi Alas Perata (Levelling Pad)
4. Terbenamnya Penutup Muka (Embedment)
5. Panjang Perkuatan
2.5.1. Penutup Muka
Penentuan jenis penutup muka sangat penting dalam segi estetika karena
penutup muka satu-satunya yang terlihat dari luar setelah konstruksi
selesai.
2.5.2. Umur Rencana
Dinding MSE harus dirancang untuk kehidupan layanan berdasarkan
pertimbangan pengaruh jangka panjang terhadap kerusakan material,
rembesan,dan pengaruh keadaan lingkungan terhadap komponen
material.

2.5.3. Dimensi Alas Perata (Leveling Pad)


Untuk struktur dinding, alas perata terbuat dari beton tak bertulang
(2500 psi {17,2 mPa}). Kekuatan dan ketebalan beton harus mampu
menahan beban sehingga dapat mengizinkan terjadinya retak saat
penurunan setempat (jika diperlukan) untuk mengurangi konsentrasi
tegangan yang dapat terjadi.
2.5.4. Terbenamnya Penutup Muka (Embedment)
Terbenamnya penutup muka harus memenuhi persyaratan yang
diperlihatkan pada Tabel 2.3.

21
Tabel 2.3. Persyaratan Terbenamnya Penutup Muka (Embedment)
Kemiringan Lereng di Kedalaman Minimum Embedment dari
Depan Dinding atas Alas Perata
Semua Kemiringan 2 ft (0,6 m)
Horizontal (Dinding) He/20
Horizontal (Abutmen
He/10
Jembatan)
3H : 1V He/10
2H : 1V He/7
1,5H:1V He/5

Dimana : He = tinggi efektif dinding dihitung dari permukaan alas


perata

2.5.5. Panjang Perkuatan


Panjang perkuatan minimum yang direkomendasikan untuk dinding
MSE adalah 0,7He atau 2,5m, dimana He adalah tinggi efektif dinding
MSE dihitung dari permukaan atas leveling pad. Selain itu, dalam
penentuan panjang penjangkaran harus mempertimbangkan stabilitas
geser, stabilitas guling, dan eksentrisitas.
2. 6. Kestabilan Dinding MSE
Persyaratan kestabilan dinding MSE dengan perkuatan geosintetik yang
disarankan oleh (Holtz, dkk, 2008) dapat dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4. Persyaratan Kestabilan Dinding MSE dengan Perkuatan
Geosintetik

(Sumber : Han, 2015)

22
2.6.1. Stabilitas Eksternal
Untuk dinding penahan gravitasi dan semi gravitasi, ada 3 (tiga)
keruntuhan eksternal, yakni : (1) Gelincir (Sliding); (2) pembatasan
eksentrisitas / guling (Overturning); (3) daya dukung (Bearing)

Gambar 2.9. Keruntuhan Eksternal pada Dinding MSE


(Sumber : FHWA, 2008)
a. Tekanan Tanah Aktif
Perhitungan stabilitas dinding MSE dengan muka vertikal dilakukan
dengan mengasumsikan massa struktur dinding MSE berperilaku
sebagai rigid body dengan tekanan tanah bekerja pada bidang
vertikal di belakang zona perkuatan. (lihat gambar 2.10.)
Koefisen tekanan tanah aktif (Ka) untuk dinding vertikal (yaitu
dinding dengan kemiringan kurang dari 8 derajat) dan lereng
belakang horizontal dihitung menggunakan persamaan Coulomb
yang disederhanakan :

( ).................................... [2.17]

Dimana :
Ka = koefisien tekanan tanah aktif
= sudut geser dalam tanah yang diperkuat

23
Gambar 2.10. Diagram Tekanan untuk Dinding MSE dengan Tanah
Timbunan Horizontal dan Beban Lalu Lintas

(Sumber : FHWA, 2008)

b. Beban Vertikal
Beban vertikal dapat dihitung menggunakan persamaan :

1. Akibat tanah yang ditahan


................................................................ [2.18]
dimana :
= berat isi tanah yang ditahan
= tinggi dinding MSE diatas leveling pad
= panjang perkuatan
2. Akibat beban lalu lintas
....................................................................... [2.19]
dimana :
q = beban lalu lintas

24
Beban vertikal yang digunakan merupakan resultan dari beban-
beban vertikal yang ada, dengan persamaan :
∑ ..................................................................... [2.20]
c. Beban Horizontal
Beban horizontal yang bekerja dapat dihitung dengan persamaan:
1. Akibat tanah yang ditahan

........................ [2.21]

dimana :
= koefisien tekanan tanah aktif yang diperkuat
2. Akibat beban lalu lintas
............................................ [2.22]
d. Eksentrisitas, e, dari resultan gaya pada dasar dinding dengan
menjumlahkan momen massa bagian tanah yang diperkuat terhadap
garis tengah massa. Sebagai catatan, R pada gambar 2.20. harus
sama dengan penjumlahan gaya vertikal pada tanah timbunan yang
diperkuat, pada kondisi ini menghasilkan :
( ) ( ) ( )
........... [2.23]

e harus lebih kecil dari L/6 untuk tanah atau L/4 untuk batuan. Jika
e lebih besar, maka panjang perkuatan harus diperbesar.
e. Tegangan vertikal merata ekuivalen pada dasar, :

.................................. [2.24]

Pada pendekatan ini, dari Myerhof mengasumsikan bahwa beban


eksentrisitas menghasilkan redistribusi tekanan yang seragam
pada dasar dinding. Area ini di definisikan dengan dinding
dikurangi dua kali nilai eksentrisitas

f. Stabilitas Guling (Overtuning)


Stabilitas guling (overtuning) dapat dihitung dengan persamaan :

25


dimana :
MRO = Momen tahanan yang bekerja
MO = Momen guling
g. Stabilitas Gelincir (Sliding)
Stabilitas gelincir (sliding) dapat dihitung dengan persamaan :
∑ ∑
∑ ∑
[2.25]

Dimana gaya tahanan merupakan gaya yang terkecil dari gaya geser
sepanjang dasar dinding atau lapisan lunak dekat dasar dinding, dan
gaya geser adalah komponen horizontal dari gaya yang bekerja pada
bidang vertikal dibelakang dinding (lihat gambar 2.19.)

Sebagai catatan, tekanan tanah pasif pada kaki embedment tidak


diperhitungkan karena tanah tersebut berpotensi hilang akibat
proses alamiah maupun pekerjaan manusia selama masa layannya
(misalnya erosi, pemasangan utilitas, dan sebagainya). Kuat geser
dari sistem penutup muka juga secara konservatif diabaikan. 9

Beban tambahan lainnya dapat berupa beban hidup dan beban mati.

Gaya-gaya tahanan horizontal dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan :

............. [2.26]

dengan adalah nilai terkecil dari (tan , tan atau tan ρ).
Untuk beban-beban hidup kendaraan harus diabaikan.

Gaya-gaya pendorong horizontal dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan :

............................... [2.27]

26
h. Stabilitas Daya Dukung (Bearing)
Terdapat 2 (dua) mode keruntuhan daya dukung, yakni : (1)
keruntuhan geser global; (2) keruntuhan geser lokal. Geser lokal
ditandai dengan ―peremasan (squeezing)” dari tanah pondasi apabila
terdapat tanah lunak atau bersifat lepas di bawah dinding.
1. Geser global
Untuk mencegah keruntuhan daya dukung, tegangan vertikal
yang dihitung dengan tipe Meyerhoff tidak melebihi daya
dukung izin tanah pondasi yang telah ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor keamanan sebesar 2,5.
......................................... [2.28]

- Persamaan tegangan vertikal pada pondasi dengan


mengasumsikan distribusi tipe meyerhoff :

................................ [2.29]

- Perhitungan daya dukung ultimit, qult untuk tanah dasar di


depan dinding yang rata dan tanpa pengaruh muka air tanah
menggunakan persamaan berikut :
........... [2.30]

dimana :

= kohesi (kN/m2)

= berat isi tanah (kN/m3)

Nc dan Nɣ = koefisien daya dukung tanah (lihat tabel 2.5.)

27
Tabel 2.5. Koefisien Daya Dukung Tanah

(Sumber : DPU, 2009)


2. Geser lokal
Untuk mencegah pergerakan horizontal struktur yag besar pada
tanah berkohesif rendah, persyaratan berikut ini harus dipenuhi :
................................................ [2.31]
Jika kondisi tersebut tidak memadai, maka perlu adanya
perbaikan tanah pondasi.
2.6.2. Stabilitas Internal
Untuk perhitungan stabilitas internal yang menggunakan simplified
coherent gravity method, koefisien tekanan tanah merupakan fungsi
jenis perkuatan dimana koefisien minimum (Ka) yang digunakan untuk
dinding dengan perkuatan geotextiles dan geogrids menerus. Untuk
kestabilan internal, digunakan bidang keruntuhan Rankine.
Menurut (Holtz,dkk 2008) terdapat 3 (tiga) jenis keruntuhan internal
,yakni: (1) kegagalan geosintetik; (2) kegagalan tarik; (3) kegagalan

28
sambungan. Untuk menganalisis kestabilan internal, setiap perkuatan
memberikan gaya tarik maksimum yang dihitung melalui persamaan:
( ) ................. [2.32]

dimana :
n = jumlah perkuatan
svi = panjang distribusi tekanan lateral aktif setiap perkuatan pada
dinding MSE (lihat gambar 2.11.)

Gambar 2.11. Distribusi Kuat Tarik Maksimum pada Setiap Perkuatan


(Sumber : Han, 2015)
Untuk dinding dengan kemiringan atas datar, bidang keruntuhan
potensial dalam zona perkuatan merupakan bidang keruntuhan Rankine,
itu adalah :
𝜙

Model material selalu diperlukan untuk mengetahui karakteristik (sifat


fisik dan mekanik) lapisan tanah di lokasi dengan menggunakan analisis
studi geoteknik yang telah dilakukan di lapangan dan di
laboratorium.Tanah lunak seperti tanah liat, Lempung kelanauan dan
gambut menunjukkan tingkat kompresibilitas yang tinggi dibandingkan
dengan tanah lainnya (O.B.A. Sompie, 2017)

29
2.7. Geogrid

Geogrid merupakan suatu produk berbentuk lembaran jaring (web)


yang terbuat dari bahan polimer lentur yang digunakan dengan tanah, batuan,
atau material geoteknik lainnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
suatu pekerjaan, struktur atau system (ASTM D 4439). Fungsi geogrid yang
utama adalah sebagai perkuatan. Geogrid dibentuk oleh suatu jaring teratur
dengan elemen-elemen tarik dan mempunyai bukaan berukuran tertentu
sehingga saling mengunci (interlock) dengan bahan pengisi di sekelilingnya:

Jenis –jenis Geogrid dan kegunaannya :

a) Uni-axial Geogrids adalah lembaran massif dengan celah yang memanjang


dengan bahan dasar HDPE (High Density Polyethelene), banyak digunakan di
Indonesia untuk perkuatan tanah pada DPT (dinding penahan tanah) dan
untuk memperbaiki lereng yang longsor dengan menggunakan tanah
setempat/bekas longsoran.

Gambar 2.12. Geogrid Uniaxial


b) Bi-axial Geogrids dari bahan dasar polypropylene (PP) dan banyak digunakan
di Indonesia sebagai bahan untuk meningkatkan tanah dasar lunak (CBR <
1%). Bi-axial Geogrid adalah lembaran berbentuk lubang bujursangkar di
mana dengan struktur lubang bujursangkar ini partikel tanah timbunan akan
saling terkunci dan kuat geser tanah akan naik dengan mekanisme penguncian
ini. Kuat tarik bervariasi antara 20 kN/m – 40 kN/m. Keunggulan Geogrid Bi-
Axial ini antara lain :

30
1. Kuat tarik yang bervariasi
2. Kuat tarik tinggi pada regangan yang kecil
3. Tahan terhadap sinar ultra violet
4. Tahan terhadap rekasi kimia tanah vulkanik dan tropis tahan
hingga 120 tahun
Geogrid Bi-Axial berfungsi sebagai stabilisasi tanah dasar. Seperti pada
tanah dasar lunak (soft clay maupun tanah gambut). Metode kerjanya
adalah interlocking, artinya mengunci agregat yang ada di atas Geogrid
sehingga lapisan agregat tersebut lebih kaku, dan mudah dilakukan
pemadatan

Gambar 2.13. Geogrid Bi-axial

c) Geogrid Triax Fungsinya sama dengan Bi-axial sebagai material stabilisasi


tanah dasar lunak, hanya saja performance nya lebih baik. Hal ini disebabkan
bentuk bukaan segitiga lebih kaku sehingga penyebaran beban menjadi lebih
merata.

Gambar 2.14. Geogrid Triax

31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pengertian Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan


oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan
investigasi pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode penelitian memberikan
gambaran rancangan penelitian yang meliputi antara lain: prosedur dan langkah-
langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa
data-data tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis.

Dalam bab ini menjelaskan mengenai metodologi penelitian untuk


menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada.

3.1. Lokasi Penelitian


Lokasi Penelitian ini dilakukan pada lereng ruas Jalan Tol 2 manado-Bitung
STA 9+745 Di Provinsi Sulawesi Utara.

Arah ke Kolongan dan Suwaan,

LOKASI PENELITIAN

Jalan Tol Manado – Bitung


Lokasi Airmadidi STA 9+745

Arah ke Tumaluntung

Gambar 3.1. Ruas Jalan Tol 2 Manado Bitung

32
3.2. Bagan Penelitian

Mulai

Survei lokasi

Pengambilan data yang diperlukan


di instansi terkait

Ada Data
Pengolahan data yang didapat

Analisis Kestabilan Lereng Eksisting


menggunakan Program Slide V,6.005

Penentuan dimensi
awal dinding MSE

Tidak Stabil Stabil

Cek stabilitas eksternal

Stabil

Cek stabilitas Internal

Stabil

Cek stabilitas Global

Kesimpulan dan Saran

Saran
33
3.3. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Studi Literatur
Langkah pertama dari penelitian ini yaitu studi literatur, dimana penulis
menulusuri, membaca, dan mengambil intisari dari dari sumber-sumber
tulisan/teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan.
Tulisan maupun teori mengenai tanah, lereng, perkuatan pada
tanah,perhitungan stabilitas lereng, reverensi perhitungan dan perencanaan
geosintetik, gaya dukung tanah, dan sebagainya. Dapat dicari dari buku,
jurnal, artikel, laporan penelitian maupun situs-situs di internet. Tujuannya
adalah untuk dijadikan sebagai dasar teori dalam melakukan penelitian ini.
b. Survei Lokasi
Penulis melakukan survei lokasi untuk melihat kondisi lapangan yang
dijadikan studi kasus.
c. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
Instansi yang terkait yaitu PT Jaya Konstruksi.
d. Analisis Data dan Pembahasan
Dari data-data yang diperoleh dari Instansi maupun survei langsung
dilapangan kemudian dilakukan análisis kestabilan lereng eksisting dan
mendesain dinding MSE yang kemudian akan dianalisis terhadap kestabilan
eksternal maupun kestabilan internal.
e. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang dicapai setelah análisis data
dan pembahasan
2. Saran
Saran merupakan solusi yang diberikan penulis baik teoritis maupun praktis
guna menyelesaikan masalah yang ada.

34
3.4. Pengumpulan data

Data-data yang akan diambil dari Instansi Terkait pada PT Jaya Konstruksi
ruas jalan tol 2 Manado Bitung STA 9+745 maupun yang di dapat dari
literatur panduan Geoteknik adalah:
a. Data bentuk penampang/geometrik lereng

Gambar 3.2 Bentuk Geometrik Lereng,Di Ruas Jalan Tol STA 9+745

(Sumber : PT Jaya Konstruksi)

b. Data tanah
1) Data tanah asli

Tabel 3.1 Data Penyelidikan tanah

kedalaman (m) N-SPT Klasifikasi tanah ɣtotal (KN/ m3) C(kPa)


0-4 6 lanau berbatu kerikil 19 0.39
4—6 29 lanau kepasiran 19 0.37
6—8 14 pasir kelempungan 19 0.31
8—10 7 lanau pasir halus 19 0.34
10—12 35 pasir kelanauan 19 0.32
12—14 41 lanau pasir halus 19 0.26
14-26 60 pasir kelanauan 19 0.25

(Sumber : PT Jaya Konstruksi)

35
Nilai SPT yang didapat dari hasil pengujian tanah kemudian dikonversikan menjadi
nilai sudut geser dalam (ϕ)

Korelasi Nilai SPT


Nilai SPT dapat digunakan untuk memperkirakan sudut geser dalam.
Pendekatan korelasi nilai sudut geser dalam dan N SPT dalam persamaan:

𝜙
Tabel 3.2 Nilai sudut geser dalam
Kedalaman (m) Φ°

0-4 28.88056
4—6 35.34586
6—8 31.19416
8—10 29.17354
10--12 36.9385
12--14 38.49226
14-26 43.156

(Sumber : PT Jaya Konstruks dan hasil analisis)


2) Tanah timbunan
Tanah timbunan yang digunakan pada bidang perkuatan adalah tanah
granular
ɣ = 19 kN/ m3
c = 0 kPa
= 3
c. Pembebanan
Jalan tol Manado – Bitung adalah jalan Arteri / Provinsi dengan jalan
kelas I, oleh karena itu analisis beban lalu lintas digunakan 15 kPa dari
ketentuan dalam Panduan Geoteknik 4 No. Pt T-10-2002-B

3.5. Analisis Kestabilan Lereng Eksisting Menggunakan Software SLIDE.

Selanjutnya menganalisis kestabilan lereng eksisting dilakukan


menggunakan software SLIDE V.6.005 dengan memasukkan pemodelan

36
data geometrik lereng parameter data tanah, kuat geser tanah, dan
pembebanan yang dimodelkan dalam program Slide V.6.005.

3.6. Menganalisa kestabilan Global dinding MSE dengan Software Slide


V.6.005.

Desain dimensi dinding MSE sesuai perencanaan dengan perkuatan


Geogrid dan di analisa faktor keamanannya.

37
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Analisis Kestabilan Lereng Eksisting Pada Ruas Jalan Tol Manado-


Bitung STA 9+745
Dalam penelitian ini, perhitungan analisis kestabilan lereng eksisting
dilakukan perhitungan manual dan dengan software SLIDE. Metode yang
digunakan dalam analisis kestabilan lereng eksisting adalah Bishop simplified,
Fellenius /Ordinary, dan Janbu Simplified.
a. Metode Bishop Simplified

Gambar 4.1 Hasil analisis kestabilan lereng eksistig dengan metode Bishop
(sumber : hasil analisis)
Analisis lereng eksisting yang diberikan beban lalu lintas 15 kN/m2
menggunakan metode Bishop Simplified, mendapatkan hasil faktor
keamanan 1,529 dengan software SLIDE. Dari nilai faktor keamanan
hasil analisis, lereng eksisting pada ruas jalan tol Manado-Bitung STA
9+745 dengan menggunakan metode Bishop simplified dikatakan aman
karena lebih dari 1.

38
b. Metode Ordinary/Fellinius

Gambar 4.2. Hasil analisis kestabilan lereng eksisting dengan metode


Ordinary/Fellenius
(sumber : hasil analisis)

Dengan metode Fellenius/Ordinary, Faktor keamanan minimum lereng


eksisting dengan beban lalu lintas 15 kPa adalah 1,502 dari software
SLIDE. Nilai faktor keamanan tersebut dikatakan aman karena melebihi
nilai 1.

39
c. Metode Janbu Simplified

Gambar 4.3. Hasil analisis kestabilan lereng eksisting dengan metode


Janbu Simplified
(sumber : hasil analisis)

Dengan metode Janbu Simplified, Faktor keamanan minimum lereng


eksisting dengan beban lalu lintas 15 kPa adalah 1,504 dari software
SLIDE. Nilai faktor keamanan tersebut dikatakan aman karena melebihi
nilai 1.

Dari ketiga metode perhitungan yang digunakan, nilai faktor keamanan


dengan menggunakan metode Bishop Simplified lebih besar dibandingkan
metode Ordinary / Fellenius dan metode Janbu Simplefied. Namun ketiga
hasil analisis menunjukkan bahwa lereng eksisting pada ruas jalan tol 2
Manado – Bitung STA 9+745 dapat dikatakan aman dimana faktor keamanan
melebihi nilai 1.

40
Tabel 4.1.Nilai Faktor Keamanan pada Lereng Eksisting Ruas Jalan Tol
Manado-Bitung STA 6+475 menggunakan metode Bishop Simplified,
Ordinary/Fellinius.

FAKTOR FAKTOR
NO METODE PERHITUNGAN KEAMANAN KEAMANAN KET.
MINIMUM IZIN

Bishop
1 Software SLIDE 1,529 1 Aman
Simplified

Ordinary /
2 Software SLIDE 1,502 1 Aman
Fellinius
3 Janbu
Simplified Software SLIDE 1,504 1 Aman

(Sumber : Hasil analisis)

4.2. Desain Dinding MSE


a. Tinggi Dinding MSE
Tinggi dinding MSE yang direncanakan adalah 12 m mengikuti geometri
lereng eksisting dengan rencana ruang milik jalan sebesar panjang
perkuatan yang direncanakan.
b. Penutup Muka
Jenis penutup muka yang direncanakan pada dinding MSE ini adalah
Panel Beton Pracetak yang pada setiap lapisan akan diberi perkuatan
geogrid. Dimensi tinggi atau jarak vertikal antar perkuatan yakni : 0.6 m
c. Umur Rencana
Seperti pada umumnya dinding penahan tanah permanen direncanakan
untuk memiliki masa layan 75 tahun, demikian juga pada dinding MSE ini
direncanakan memiliki masa layan 75 tahun.
d. Dimensi Alas Perata (Leveling Pad)
Dimensi alas perata diambil 700 mm x 300 mm
e. Terbenamnya Penutup Muka (Embedment)

41
Kedalaman embedment diambil sesuai persyaratan minimum embedment
untuk dinding dengan kemiringan lereng didepan dinding horizontal yakni
He/20 dimana He merupakan tinggi dinding efektif dari atas embedment
sampai puncak dinding. Karena dinding MSE yang direncanakan 12 m
maka kedalaman embedment yang diambil adalah 0,6 m..
f. Panjang Perkuatan
Panjang perkuatan disyaratkan adalah 0,7He atau 2,5m, namun pada
penelitian ini,akan di analsisa panjang perkuatan variabel bebas yang akan
divariasikan, yakni : 0,4He; 0,5He; 0,6He; 0,7He; 0,8He; 0,9He tetapi
panjang perkuatan yang akan di gunakan pada perencanaan ini adalah
0,7He;

Gambar 4.4. Desain Perencanaan Dinding MSE pada Ruas Jalan Tol Manado Bitung
STA 9+745
(sumber : Hasil Desain perencanaan)

42
4.3. Kestabilan Eksternal
Tabel 4.2. Analisis Kestabilan Eksternal Dinding MSE pada Ruas Jalan Tol STA
9+745

GELINCIR
NO L
FKGeser FKGeser (izin) KONTROL

1 0,9 H 10.8 4.11 1.5 OK


2 0,8 H 9.6 3.65 1.5 OK
3 0,7 H 8.4 3.20 1.5 OK
4 0,6 H 7.2 2.74 1.5 OK
5 0,5 H 6 2.28 1.5 OK
6 0,4 H 4.8 1.83 1.5 OK
DAYA DUKUNG
NO L FKdaya FK dy dkg
KONTROL
dukung (izin)

1 0,9 H 10.8 68.75 2 OK


2 0,8 H 9.6 56.55 2 OK
3 0,7 H 8.4 43.94 2 OK
4 0,6 H 7.2 30.89 2 OK
5 0,5 H 6 17.62 2 OK
6 0,4 H 4.8 5.34 2 OK
GULING
NO L FKGuling
FKGuling KONTROL
(izin)

1 0,9 H 10.8 7.49 2 OK


2 0,8 H 9.6 5.92 2 OK
3 0,7 H 8.4 4.53 2 OK
4 0,6 H 7.2 3.33 2 OK
5 0,5 H 6 2.31 2 OK
6 0,4 H 4.8 1.48 2 TIDAK OK

Hasil analisis diatas menjelaskan bahwa ketiga stabilitas merupakan suatu


kesatuan. Perlu dilakukan perubahan apabila salah satu dari ketiga stabilitas

43
tidak memenuhi persyaratan karena dimensi yang dipakai akan digunakan
dalam perencanaan dinding MSE jika ketiga stabilitasnya memenuhi
persyaratan.

Berdasarkan hasil analisis, desain perkuatan dengan panjang 0,4 He tidak


dapat digunakan dalam perencanaan dinding MSE, sedangkan desain
perkuatan dengan panjang 0,6 He dan 0,5 He yakni lebih kecil dari
persyaratan minimum panjang perkuatan yang disarankan (Elias, dkk, 2001)
memenuhi kestabilan eksternal.

4.4. Kestabilan Internal

Dinding MSE direncanakan setinggi 12 m dan selebar L. Jarak vertikal antar


perkuatan sama dengan tinggi penutup muka yakni 0,6 m. Dinding dipasang
vertikal lurus = presentase cakupan geogrid, Rc = 100% dan sudut
gesekan antara dinding dan tanah . Skema dinding MSE yang
direncanakan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.5. Desain Skema Perencanaan Dinding MSE dengan perkuatan geogrid
pada Ruas Jalan Tol Manado Bitung STA 9+745
(sumber : Hasil Desain perencanaan)

44
a. Cek Kegagalan Tarik,

Table 4.3 Uji kegagalan tarik pada SV = 0.6 m dengan panjang perkuatan
sama yakni 0,7 He

Fspo > 1,5


Lapisan 0,7 He
Fspo Kontrol
1 6.389 OK
2 21.633 OK
3 20.806 OK
4 20.671 OK
5 20.898 OK
6 21.339 OK
7 21.917 OK
8 22.587 OK
9 23.323 OK
10 24.108 OK
11 24.929 OK
12 25.779 OK
13 26.650 OK
14 26.229 OK
15 25.859 OK
16 25.532 OK
17 25.240 OK
18 24.979 OK
19 24.743 OK
20 24.530 OK
(Sumber : Hasil Analisis)
b. Kegagalan Geosinteti
Jenis geosintetik menggunakan perencanaan Geogrid. Kestabilan terhadap kegagalan
geosintetik dicoba berbagai kekuatan maksimum yang dizinkan perkuatan sesuai jenis
geogrid

RFID = 1.05
RFCR = 2.6
RFD = 1
FSRP = 1.5

45
Tabel 4.4. Kuat Izin Geogrid pada Berbagai Jenis
UX UX
Jenis Geogrid UX 1100 UX 1600 UX 1700 UX1800
1400 1500
Kekuatan Maks
yang diizinkan 21.2 25.6 41.8 52.7 64.1 74.1
(kN/m)

(Sumber : Tensar’s Brochure )


Kekuatan maksimum yang diizinkan dikalikan dengan faktor-faktor reduksi
menghasilkan kekuatan izin (Ta)
Tabel. 4.5. Kestabilan terhadap Kegagalan Geosintetik pada Sv = 0,6 m

UX 1100 UX 1400
Tmax
Lap Ta Fs Kontrol Ta Fs Kontrol
kN/m kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5 kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5
1 3.366 57.876 17.196 OK 69.888 20.765 OK
2 6.146 57.876 9.417 OK 69.888 11.371 OK
3 8.000 57.876 7.235 OK 69.888 8.736 OK
4 9.853 57.876 5.874 OK 70.888 7.194 OK
5 11.707 57.876 4.944 OK 71.888 6.141 OK
6 13.560 57.876 4.268 OK 72.888 5.375 OK
7 15.414 57.876 3.755 OK 73.888 4.794 OK
8 17.267 57.876 3.352 OK 74.888 4.337 OK
9 19.121 57.876 3.027 OK 75.888 3.969 OK
10 20.975 57.876 2.759 OK 76.888 3.666 OK
11 22.828 57.876 2.535 OK 77.888 3.412 OK
12 24.682 57.876 2.345 OK 78.888 3.196 OK
13 26.535 57.876 2.181 OK 79.888 3.011 OK
14 28.389 57.876 2.039 OK 80.888 2.849 OK
15 30.242 57.876 1.914 OK 81.888 2.708 OK
16 32.096 57.876 1.803 OK 82.888 2.582 OK
17 33.950 57.876 1.705 OK 83.888 2.471 OK
18 35.803 57.876 1.617 OK 84.888 2.371 OK
19 37.657 57.876 1.537 OK 85.888 2.281 OK
20 39.510 57.876 1.465 TIDAK OK 86.888 2.199 OK

46
UX 1500 UX 1600
Ta Fs Kontrol Ta Fs Kontrol
kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5 kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5
114.114 33.905 OK 143.871 42.746 OK
114.114 18.567 OK 143.871 23.409 OK
114.114 14.265 OK 143.871 17.985 OK
114.114 11.581 OK 143.871 14.601 OK
114.114 9.748 OK 143.871 12.290 OK
114.114 8.415 OK 143.871 10.610 OK
114.114 7.403 OK 143.871 9.334 OK
114.114 6.609 OK 143.871 8.332 OK
114.114 5.968 OK 143.871 7.524 OK
114.114 5.441 OK 143.871 6.859 OK
114.114 4.999 OK 143.871 6.302 OK
114.114 4.623 OK 143.871 5.829 OK
114.114 4.300 OK 143.871 5.422 OK
114.114 4.020 OK 143.871 5.068 OK
114.114 3.773 OK 143.871 4.757 OK
114.114 3.555 OK 143.871 4.483 OK
114.114 3.361 OK 143.871 4.238 OK
114.114 3.187 OK 143.871 4.018 OK
114.114 3.030 OK 143.871 3.821 OK
114.114 2.888 OK 143.871 3.641 OK

UX 1700 UX1800
Ta Fs Kontrol Ta Fs Kontrol
kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5 kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5
174.993 51.993 OK 202.293 60.104 OK
174.993 28.472 OK 202.293 32.914 OK
174.993 21.875 OK 202.293 25.288 OK
174.993 17.760 OK 202.293 20.531 OK
174.993 14.948 OK 202.293 17.280 OK
174.993 12.905 OK 202.293 14.918 OK
174.993 11.353 OK 202.293 13.124 OK
174.993 10.134 OK 202.293 11.715 OK
174.993 9.152 OK 202.293 10.580 OK
174.993 8.343 OK 202.293 9.645 OK

47
174.993 7.666 OK 202.293 8.862 OK
174.993 7.090 OK 202.293 8.196 OK
174.993 6.595 OK 202.293 7.624 OK
174.993 6.164 OK 202.293 7.126 OK
174.993 5.786 OK 202.293 6.689 OK
174.993 5.452 OK 202.293 6.303 OK
174.993 5.154 OK 202.293 5.959 OK
174.993 4.888 OK 202.293 5.650 OK
174.993 4.647 OK 202.293 5.372 OK
174.993 4.429 OK 202.293 5.120 OK

(Sumber : Hasil Analisis)

Berdasarkan hasil perhitungan kestabilan terhadap kegagalan geosintetik pada Sv =


0,6 hanya Geogrid dengan jenis UX 1100 yang tidak dapat digunakan. Selain itu
untuk Geogrid dengan jenis UX 1400, UX 1500, UX 1600, UX 1700, dan UX 1800
dapat digunakan dalam perencanaan dinding MSE ini karena nilai Ta/Tmax lebih
besar dari 1,5.

c. Kegagalan Sambungan
Jenis geosintetik menggunakan perencanaan Geogrid. Kestabilan terhadap
kegagalan sambungan dicoba berbagai kekuatan maksimum yang diijinkan
perkuatan sesuai jenis geogrid.

Fscn = Tcn / Ta

Dengan Fscn > 1,5

Tabel 4.6. Kuat Izin Sambungan Geogrid pada Berbagai Jenis

Jenis Geogrid UX 1100 UX 1400 UX 1500 UX 1600 UX 1700 UX1800


Kekuatan Maks
yang diizinkan 54 66 105 135 160 180
(kN/m)

(Sumber : Tensar’s Brochure)

48
Tabel 4.7. Kestabilan terhadap Kegagalan Sambungan Pada Sv = 0,6 m

UX 1100 UX 1400
Tmax
Lapisan Tcn Tcn
Ta/Tmax Kontrol Ta/Tmax Kontrol
kN/m kN/m kN/m
1 3.365696472 54 16.04 OK 66.00 19.61 OK
2 6.146054427 54 8.79 OK 66.00 10.74 OK
3 7.999626398 54 6.75 OK 66.00 8.25 OK
4 9.853198368 54 5.48 OK 66.00 6.70 OK
5 11.70677034 54 4.61 OK 66.00 5.64 OK
6 13.56034231 54 3.98 OK 66.00 4.87 OK
7 15.41391428 54 3.50 OK 66.00 4.28 OK
8 17.26748625 54 3.13 OK 66.00 3.82 OK
9 19.12105822 54 2.82 OK 66.00 3.45 OK
10 20.97463019 54 2.57 OK 66.00 3.15 OK
11 22.82820216 54 2.37 OK 66.00 2.89 OK
12 24.68177413 54 2.19 OK 66.00 2.67 OK
13 26.5353461 54 2.04 OK 66.00 2.49 OK
14 28.38891807 54 1.90 OK 66.00 2.32 OK
15 30.24249004 54 1.79 OK 66.00 2.18 OK
16 32.09606201 54 1.68 OK 66.00 2.06 OK
17 33.94963398 54 1.59 OK 66.00 1.94 OK
18 35.80320595 54 1.51 OK 66.00 1.84 OK
19 37.65677792 54 1.43 TIDAK OK 66.00 1.75 OK
20 39.51034989 54 1.37 TIDAK OK 66.00 1.67 OK

UX 1500 UX 1600
Tcn Tcn
Ta/Tmax Kontrol Ta/Tmax Kontrol
kN/m kN/m
105.00 31.20 OK 135.00 40.11 OK
105 17.08 OK 135 21.97 OK
105 13.13 OK 135 16.88 OK
105 10.66 OK 135 13.70 OK
105 8.97 OK 135 11.53 OK
105 7.74 OK 135 9.96 OK
105 6.81 OK 135 8.76 OK
105 6.08 OK 135 7.82 OK
105 5.49 OK 135 7.06 OK
105 5.01 OK 135 6.44 OK
105 4.60 OK 135 5.91 OK

49
105 4.25 OK 135 5.47 OK
105 3.96 OK 135 5.09 OK
105 3.70 OK 135 4.76 OK
105 3.47 OK 135 4.46 OK
105 3.27 OK 135 4.21 OK
105 3.09 OK 135 3.98 OK
105 2.93 OK 135 3.77 OK
105 2.79 OK 135 3.59 OK
105 2.66 OK 135 3.42 OK

UX 1700 UX1800
Tcn Tcn
Ta/Tmax Kontrol Ta/Tmax Kontrol
kN/m kN/m
160.00 47.54 OK 180.00 53.48 OK
160 26.03 OK 180 29.29 OK
160 20.00 OK 180 22.50 OK
160 16.24 OK 180 18.27 OK
160 13.67 OK 180 15.38 OK
160 11.80 OK 180 13.27 OK
160 10.38 OK 180 11.68 OK
160 9.27 OK 180 10.42 OK
160 8.37 OK 180 9.41 OK
160 7.63 OK 180 8.58 OK
160 7.01 OK 180 7.88 OK
160 6.48 OK 180 7.29 OK
160 6.03 OK 180 6.78 OK
160 5.64 OK 180 6.34 OK
160 5.29 OK 180 5.95 OK
160 4.99 OK 180 5.61 OK
160 4.71 OK 180 5.30 OK
160 4.47 OK 180 5.03 OK
160 4.25 OK 180 4.78 OK
160 4.05 OK 180 4.56 OK

(Sumber : Hasil Analisis)


Berdasarkan hasil perhitungan kestabilan terhadap kegagalan geosintetik pada Sv =
0,6 hanya Geogrid dengan jenis UX 1100 yang tidak dapat digunakan. Selain itu
untuk Geogrid dengan jenis UX 1400, UX 1500, UX 1600, UX 1700, dan UX 1800

50
dapat digunakan dalam perencanaan dinding MSE ini karena nilai Ta/Tmax lebih
besar dari 1,5.
4.1.Analisis Kestabilan Lereng yang sudah menggunakan Dinding MSE
Pada Ruas Jalan Tol Manado-Bitung STA 9+745
Dalam perhitungan analisis kestabilan lereng sesudah menggunakan dinding
MSE diambil parameter rencana dinding MSE yang memenuhi kestabilan
eksternal maupun kestabilan internal, yakni :
L = 0,7 He
Sv = 0,6 m
Jenis Geogrid = UX 1700 dan UX 1800
Facing = Cohesive Soil yang divariasikan berdasarkan konsistensi
tanah yakni medium sampai keras, maka :
Cu = 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45; 50; 55; 60; 65; 70; 75;
80; 85; 90; 95; 100
Tabel 4.8. Nilai Faktor Keamanan Stabilitas Global menggunakan Metode Bishop
Simplified dan ordinary Fellenius
Nilai Faktor Keamanan (Bishop Simplified) Nilai Faktor Keamanan (Ordinary / Fellenius)
Jenis Geogrid Jenis Geogrid
UX1700 UX1800 UX1700 UX1800
Cu (kPa) Cu (kPa)
Panjang Perkuatan Panjang Perkuatan
0,7 He 0,7 He 0,7 He 0,7 He
15 1.086 1.086 15 0.969 0.969
20 1.336 1.336 20 1.179 1.179
25 1.576 1.576 25 1.389 1.389
30 1.671 1.806 30 1.599 1.599
35 1.675 1.877 35 1.657 1.809
40 1.68 1.879 40 1.66 1.847
45 1.684 1.882 45 1.662 1.849
50 1.688 1.884 50 1.664 1.851
55 1.691 1.886 55 1.667 1.853
60 1.694 1.889 60 1.669 1.855
65 1.697 1.891 65 1.671 1.857
70 1.7 1.893 70 1.674 1.859
75 1.703 1.895 75 1.676 1.86
80 1.706 1.898 80 1.679 1.862
85 1.708 1.9 85 1.681 1.864
90 1.711 1.902 90 1.683 1.866
95 1.714 1.905 95 1.686 1.868
100 1.717 1.907 100 1.688 1.87

Sumber (Hasil Analisis)

51
Gambar 4.5.Hasil analisis kestabilan lereng yang sudah menggunakan Dinding MSE
dengan perkuatan geogrid pada Ruas Jalan Tol Manado Bitung STA 9+745
(sumber : Hasil Desain perencanaan)

Hasil faktor keamanan Analisis kestabilan lereng yang sudah menggunakan Dinding
MSE Adalah 1,607. Menurut FHWA (2009) angka faktor keamanan terhadap perkuatan
dinding MSE lebih dari 1,3 dikatakan aman.

52
BAB V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dalam penelitian ini Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh , yakni :
1. Nilai faktor keamanan pada lereng eksisting di Ruas Jalan Tol Manado
Bitung STA 9+745 dan dengan menggunakan metode Bishop Simplified
pada program SLIDE adalah 1,529 ,Untuk metode Ordinary / Fellenius
adalah 1,502 ,dan untuk metode janbu 1,504. dan Berdasarkan ketiga hasil
tersebut, menunjukkan bahwa lereng eksisting pada ruas jalan Tol Manado
Bitung STA 9+745 dikatakan aman karena meleihi nilai 1.
2. Desain dinding MSE dengan tinggi 12 m, panjang perkuatan 0.7 He atau
8,4 m jarak vertikal antar perkuatan 0,6 m dan jenis geogrid yang
digunakan UX 1700 aman dan dapat digunakan sebagai alternativ
pengaman lereng pada ruas jalan tol manado bitung STA 9+745.
3. Faktor keamanan pada lereng yang sudah menggunakan Dinding MSE
adalah 1,607 dan itu dikatakan aman karena melebihi nilai 1,3.

4.2. Saran
1. Perlu dilakukan kajian terhadap metode pencegah lainnya seperti
shotscrete, anchor, soil nailing, gravity wall, dan lainnya guna mendapatkan
metode pencegah longsor yang paling efisien

53
DAFTAR PUSTAKA

Aggour, M. S. 2002. Updating Bearing Capacity - SPT Graphs. Mary

Brooks, & Nielsen, J. P. 1992. Basics of Retaining Wall Design. California: HBAP
Publications.

Berg, R. R., Christopher, B. R., & Samtani, N. C. 2009. Design of Mechanically


Stabilized Earth Walls and Reinforced Soil Slopes - Volume I. Washington,
D.C.: FHWA-NHI.

Bulo R, & Ticoh J, 2014. Studi Pengaruh Aspal Cut-Back Terhadap Nilai Cbr Tanah
Lempung, Skripsi. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Bowles J E 1989 Physical and geotechnical properties of soils
Christopher , B., Gill, S., Giroud, J., Mitchell, J., Schlosser, F., & Dunnicliff, J. 1990.
Reinforced Soil Structures - Volume I, Design and Construction Guidelines -
Volume II, Summary of Research and Systems Information. FHWA RD 89-
043.
CV Rubikon, Soil Investigation and Land Survey
Dinas Pekerjaan Umum Sulawesi Utara,2015 , Analisis Pembebanan Lalulintas

Elias, V. P., Christopher, B. R., & Berg, R. 2001. Mechanically Stabilized Earth
Walls and Reinforced Soil Slopes Design and Construction Guidelines.
Washington D.C.: FHWA-NHI.

Federal Highway Administration (FHWA), 2009, Design and Construction of


Mechanically Stabilized Earth Walls and Reinforced Soil Slopes

Han, J.2015. Principles and Practice of Ground Improvement. Canada: John Wiley &
Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Hardiyatmo. 2002. Mekanika Tanah II. Yogyakarta: UGMpek Press.

Palar H. & Sarajar A. 2013. Pengaruh Pencampuran Tras Dan Kapur Pada Lempung
Ekspansif Terhadap Nilai Daya Dukung. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
Peck, R.B., Hansen, W.E., and Thornburn, T.H. Foundation Engineering, 2nd ed.,
Wiley, New York, 1953.

54
Ratag C. & Mandagi A. 2018. Analisis Dinding Mechanically Stabilized Earth (Mse)
(Studi Kasus: Ruas Jalan Tol Manado Bitung Sta 6+475). Skripsi.
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Rompas C. & Riogilang H. 2018. Pengaruh Pencampuran Belerang Terhadap Kuat


Geser Tanah. Skripsi. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Surendro, B. 2015. Mekanika Tanah. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Sompie O.B.A. 2017. Pengaruh Konsolidasi Terhadap Deformasi Dan Faktor


Keamanan Dengan Model Material Tanah Lunak. Jurnal Spektran, Vol. 5,
No. 2,
hioi Y. and Fukui J ―Application of N-value to Design of Foundations in Japan,”
2nd European Symposium of Penetration Testing, Vol. 1, 1982 pp 159 – 164.

Bulo R, & Ticoh J, 2014. Studi Pengaruh Aspal Cut-Back Terhadap Nilai Cbr Tanah
Lempung, Skripsi. Universitas Sam Ratulangi, Manado.

55
LAMPIRAN 1

Data tanah dan data Geometrik Lereng

Tabel 3.1 Data Penelidikan tanah

kedalaman (m) N-SPT Klasifikasi tanah ɣtotal (KN/ m3) C(kPa)


0-4 6 lanau berbatu kerikil 19 0.39
4—6 29 lanau kepasiran 19 0.37
6—8 14 pasir kelempungan 19 0.31
8—10 7 lanau pasir halus 19 0.34
10—12 35 pasir kelanauan 19 0.32
12—14 41 lanau pasir halus 19 0.26
14-26 60 pasir kelanauan 19 0.25

56
Jadi Nilai Sudut geser dalam yang di dapat dalam korelasi nilai SPT
adalah
Rumus korelasi nilai SPT
ϕ°=27.1+ .3N-0.00054N²

Tabel 3.2 Nilai sudut geser dalam

kedalaman (m) ϕ°

0-4 28.88056

4--6 35.34586

6--8 31.19416

8--10 29.17354

10--12 36.9385

12--14 38.49226

14-26 43.156

57
LAMPIRAN 2

Analisis Kestabilan Lereng Eksisting Pada Ruas Jalan Tol Manado-Bitung STA
9+745

a. Metode Bishop Simplified

58
b. Metode Ordinary/Fellinius

c. Metode Janbu Simplified

59
FAKTOR FAKTOR
NO METODE PERHITUNGAN KEAMANAN KEAMANAN KET.
MINIMUM IZIN

Bishop
1 Software SLIDE 1,449 1 Aman
Simplified

Ordinary /
2 Software SLIDE 1,438 1 Aman
Fellinius

3 Janbu
Simplified Software SLIDE 1,441 1 Aman

Kestabilan Eksternal
Tabel 4.2. Analisis Kestabilan Eksternal Dinding MSE pada Ruas Jalan Tol STA
9+745

GELINCIR
NO L
FKGeser FKGeser (izin) KONTROL

1 0,9 H 10.8 4.11 1.5 OK


2 0,8 H 9.6 3.65 1.5 OK
3 0,7 H 8.4 3.20 1.5 OK
4 0,6 H 7.2 2.74 1.5 OK
5 0,5 H 6 2.28 1.5 OK
6 0,4 H 4.8 1.83 1.5 OK
DAYA DUKUNG
NO L FKdaya FK dy dkg
KONTROL
dukung (izin)

1 0,9 H 10.8 68.75 2 OK


2 0,8 H 9.6 56.55 2 OK
3 0,7 H 8.4 43.94 2 OK
4 0,6 H 7.2 30.89 2 OK
5 0,5 H 6 17.62 2 OK
6 0,4 H 4.8 5.34 2 OK
NO L GULING

60
FKGuling
FKGuling KONTROL
(izin)

1 0,9 H 10.8 7.49 2 OK


2 0,8 H 9.6 5.92 2 OK
3 0,7 H 8.4 4.53 2 OK
4 0,6 H 7.2 3.33 2 OK
5 0,5 H 6 2.31 2 OK
6 0,4 H 4.8 1.48 2 TIDAK OK

Kestabilan terhadap Kegagalan Geosintetik pada Sv = 0,6 m

UX 1100 UX 1400
Tmax
Lap Ta Fs Kontrol Ta Fs Kontrol
kN/m kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5 kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5
1 3.366 57.876 17.196 OK 69.888 20.765 OK
2 6.146 57.876 9.417 OK 69.888 11.371 OK
3 8.000 57.876 7.235 OK 69.888 8.736 OK
4 9.853 57.876 5.874 OK 70.888 7.194 OK
5 11.707 57.876 4.944 OK 71.888 6.141 OK
6 13.560 57.876 4.268 OK 72.888 5.375 OK
7 15.414 57.876 3.755 OK 73.888 4.794 OK
8 17.267 57.876 3.352 OK 74.888 4.337 OK
9 19.121 57.876 3.027 OK 75.888 3.969 OK
10 20.975 57.876 2.759 OK 76.888 3.666 OK
11 22.828 57.876 2.535 OK 77.888 3.412 OK
12 24.682 57.876 2.345 OK 78.888 3.196 OK
13 26.535 57.876 2.181 OK 79.888 3.011 OK
14 28.389 57.876 2.039 OK 80.888 2.849 OK
15 30.242 57.876 1.914 OK 81.888 2.708 OK
16 32.096 57.876 1.803 OK 82.888 2.582 OK
17 33.950 57.876 1.705 OK 83.888 2.471 OK
18 35.803 57.876 1.617 OK 84.888 2.371 OK
19 37.657 57.876 1.537 OK 85.888 2.281 OK
20 39.510 57.876 1.465 TIDAK OK 86.888 2.199 OK

61
UX 1500 UX 1600
Ta Fs Kontrol Ta Fs Kontrol
kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5 kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5
114.114 33.905 OK 143.871 42.746 OK
114.114 18.567 OK 143.871 23.409 OK
114.114 14.265 OK 143.871 17.985 OK
114.114 11.581 OK 143.871 14.601 OK
114.114 9.748 OK 143.871 12.290 OK
114.114 8.415 OK 143.871 10.610 OK
114.114 7.403 OK 143.871 9.334 OK
114.114 6.609 OK 143.871 8.332 OK
114.114 5.968 OK 143.871 7.524 OK
114.114 5.441 OK 143.871 6.859 OK
114.114 4.999 OK 143.871 6.302 OK
114.114 4.623 OK 143.871 5.829 OK
114.114 4.300 OK 143.871 5.422 OK
114.114 4.020 OK 143.871 5.068 OK
114.114 3.773 OK 143.871 4.757 OK
114.114 3.555 OK 143.871 4.483 OK
114.114 3.361 OK 143.871 4.238 OK
114.114 3.187 OK 143.871 4.018 OK
114.114 3.030 OK 143.871 3.821 OK
114.114 2.888 OK 143.871 3.641 OK

UX 1700 UX1800
Ta Fs Kontrol Ta Fs Kontrol
kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5 kN/m Ta/Tmax Fs > 1,5
174.993 51.993 OK 202.293 60.104 OK
174.993 28.472 OK 202.293 32.914 OK
174.993 21.875 OK 202.293 25.288 OK
174.993 17.760 OK 202.293 20.531 OK
174.993 14.948 OK 202.293 17.280 OK
174.993 12.905 OK 202.293 14.918 OK
174.993 11.353 OK 202.293 13.124 OK
174.993 10.134 OK 202.293 11.715 OK
174.993 9.152 OK 202.293 10.580 OK
174.993 8.343 OK 202.293 9.645 OK

62
174.993 7.666 OK 202.293 8.862 OK
174.993 7.090 OK 202.293 8.196 OK
174.993 6.595 OK 202.293 7.624 OK
174.993 6.164 OK 202.293 7.126 OK
174.993 5.786 OK 202.293 6.689 OK
174.993 5.452 OK 202.293 6.303 OK
174.993 5.154 OK 202.293 5.959 OK
174.993 4.888 OK 202.293 5.650 OK
174.993 4.647 OK 202.293 5.372 OK
174.993 4.429 OK 202.293 5.120 OK

63
Kestabilan terhadap Kegagalan Sambungan Pada Sv = 0,6 m

UX 1100 UX 1400
Tmax
Lapisan Tcn Tcn
Ta/Tmax Kontrol Ta/Tmax Kontrol
kN/m kN/m kN/m
1 3.365696472 54 16.04 OK 66.00 19.61 OK
2 6.146054427 54 8.79 OK 66.00 10.74 OK
3 7.999626398 54 6.75 OK 66.00 8.25 OK
4 9.853198368 54 5.48 OK 66.00 6.70 OK
5 11.70677034 54 4.61 OK 66.00 5.64 OK
6 13.56034231 54 3.98 OK 66.00 4.87 OK
7 15.41391428 54 3.50 OK 66.00 4.28 OK
8 17.26748625 54 3.13 OK 66.00 3.82 OK
9 19.12105822 54 2.82 OK 66.00 3.45 OK
10 20.97463019 54 2.57 OK 66.00 3.15 OK
11 22.82820216 54 2.37 OK 66.00 2.89 OK
12 24.68177413 54 2.19 OK 66.00 2.67 OK
13 26.5353461 54 2.04 OK 66.00 2.49 OK
14 28.38891807 54 1.90 OK 66.00 2.32 OK
15 30.24249004 54 1.79 OK 66.00 2.18 OK
16 32.09606201 54 1.68 OK 66.00 2.06 OK
17 33.94963398 54 1.59 OK 66.00 1.94 OK
18 35.80320595 54 1.51 OK 66.00 1.84 OK
19 37.65677792 54 1.43 TIDAK OK 66.00 1.75 OK
20 39.51034989 54 1.37 TIDAK OK 66.00 1.67 OK

UX 1500 UX 1600
Tcn Tcn
Ta/Tmax Kontrol Ta/Tmax Kontrol
kN/m kN/m
105.00 31.20 OK 135.00 40.11 OK
105 17.08 OK 135 21.97 OK
105 13.13 OK 135 16.88 OK
105 10.66 OK 135 13.70 OK
105 8.97 OK 135 11.53 OK
105 7.74 OK 135 9.96 OK
105 6.81 OK 135 8.76 OK

64
105 6.08 OK 135 7.82 OK
105 5.49 OK 135 7.06 OK
105 5.01 OK 135 6.44 OK
105 4.60 OK 135 5.91 OK
105 4.25 OK 135 5.47 OK
105 3.96 OK 135 5.09 OK
105 3.70 OK 135 4.76 OK
105 3.47 OK 135 4.46 OK
105 3.27 OK 135 4.21 OK
105 3.09 OK 135 3.98 OK
105 2.93 OK 135 3.77 OK
105 2.79 OK 135 3.59 OK
105 2.66 OK 135 3.42 OK

UX 1700 UX1800
Tcn Tcn
Ta/Tmax Kontrol Ta/Tmax Kontrol
kN/m kN/m
160.00 47.54 OK 180.00 53.48 OK
160 26.03 OK 180 29.29 OK
160 20.00 OK 180 22.50 OK
160 16.24 OK 180 18.27 OK
160 13.67 OK 180 15.38 OK
160 11.80 OK 180 13.27 OK
160 10.38 OK 180 11.68 OK
160 9.27 OK 180 10.42 OK
160 8.37 OK 180 9.41 OK
160 7.63 OK 180 8.58 OK
160 7.01 OK 180 7.88 OK
160 6.48 OK 180 7.29 OK
160 6.03 OK 180 6.78 OK
160 5.64 OK 180 6.34 OK
160 5.29 OK 180 5.95 OK
160 4.99 OK 180 5.61 OK
160 4.71 OK 180 5.30 OK
160 4.47 OK 180 5.03 OK
160 4.25 OK 180 4.78 OK
160 4.05 OK 180 4.56 OK

65
LAMPIRAN 3

Nilai Faktor Keamanan Stabilitas Global menggunakan Metode Bishop Simplified


dan ordinary Fellenius

Nilai Faktor Keamanan (Bishop Simplified) Nilai Faktor Keamanan (Ordinary / Fellenius)
Jenis Geogrid Jenis Geogrid
UX1700 UX1800 UX1700 UX1800
Cu (kPa) Cu (kPa)
Panjang Perkuatan Panjang Perkuatan
0,7 He 0,7 He 0,7 He 0,7 He
15 1.086 1.086 15 0.969 0.969
20 1.336 1.336 20 1.179 1.179
25 1.576 1.576 25 1.389 1.389
30 1.671 1.806 30 1.599 1.599
35 1.675 1.877 35 1.657 1.809
40 1.68 1.879 40 1.66 1.847
45 1.684 1.882 45 1.662 1.849
50 1.688 1.884 50 1.664 1.851
55 1.691 1.886 55 1.667 1.853
60 1.694 1.889 60 1.669 1.855
65 1.697 1.891 65 1.671 1.857
70 1.7 1.893 70 1.674 1.859
75 1.703 1.895 75 1.676 1.86
80 1.706 1.898 80 1.679 1.862
85 1.708 1.9 85 1.681 1.864
90 1.711 1.902 90 1.683 1.866
95 1.714 1.905 95 1.686 1.868
100 1.717 1.907 100 1.688 1.87

66

Anda mungkin juga menyukai