Anda di halaman 1dari 53

Bahan Aspal

Aspal

• ASPAL merupakan material yang termoplastis yaitu melunak jika dipanaskan


dan menjadi padat jika didinginkan.

• Aspal menjadi sangat berguna untuk para ahli jalan mengingat bahwa aspal
merupakan bahan pengikat yang kuat, kedap air dan tahan terhadap
keawetan, walaupun secara fisik aspal bahan setengah padat.
Aspal

Klasifikasi Aspal Berdasarkan Sumber Dan Penggunaannya


Aspal Keras atau Aspal Panas (AC,
Aspal Buatan
asphalt cement)
(petrolueum asphalt)
 Asphaltic Base Crude Oli
 Parafin Base Crude Oli
Aspal Cair (cut back)
 Mixed Base Crude Oli
 Rapid Curing (AC+benzene)
 Medium Curing (AC+kerosene)
 Slow Curing (AC+minyak berat)

ASPAL
Aspal Emulsi (AC+air+asam/basa)
 Cathionic/Anionic Rapid Setting
Aspal Alam  Cathionic/Anionic Medium Setting
(Native Asphalt)  Cathionic/Anionic Slow Setting
 Lake Asphalt (Trinidad Lake)
 Rock Asphalt (Perancis, Swiss,
Pulau Buton)
Aspal
 Aspal alam umumnya ditemukan dipulau Buton ( Sulawesi Tenggara- Indonesia),
Prancis, Swiss dan Amerika latin.
 Menurut sifat dan kekerasannya, aspal terdiri dari, Batuan (Rock aspahlt), Plastis
(Trinidat lake Asphalt=TLA), cair (Bermuda Lake Asphalt).
 Sedangkan jika dilihat dari tingkat kemurniannya aspal dibedakan 2 jenis yaitu,
1. Murni dan hampir murni (Bermuda lake asphalt).
2. Tercampur dengan mineral (Rock aspal pulau Buton, Trinidad, Prancis dan
Swiss)
Aspal
Aspal
 Aspal buatan merupakan aspal yang dibuat dari minyak bumi sebagai bahan
baku, dimana minyak bumi yang banyak mengandung aspal (Aspaltene) dan
hanya sedikit mengandung parafin.
 Jika dilihat dari kada parafinnya , aspal buatan terbagi atas :
1. Paraffin based crude oil (kadar paraffin tinggi)
2. Aspaltene/naphtene base crude oil (kadar paraffin rendah)
3. Mixed base crude oil (kadar aspal tinggi namun kadar paraffin rendah)
Aspal

Proses Penyulingan Minyak Bumi


Aspal
 Aspal keras atau aspal panas biasanya disebut aspalt cement. Aspal ini biasanya
digunakan dalam keadaan panas dan cair, dan pada suhu ruang dengan berbentuk
padat.
 Aspal keras biasanya terdiri dari ,AC pen 40/50, AC pen 60/70, AC pen 80/100,
AC pen 200/300.
 Untuk penetrasi rendah biasanya digunakan di daerah bercuaca panas dengan
volume lalu lintas yg tinggi. Sebaliknya untuk penentrasi tinggi biasanya didaerah
dingin dengan volume lalu lintas rendah.
Aspal
 Aspal cair (cut back asphalt) merupakan campuran aspal keras dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Aspal ini umumnya digunakan
dalam keadaan dingin dan cair. Pada suhu ruang, asplah ini berbentuk cair.
 Berdasarkan dari bahan pencairnya, aspal cair dibedakan menjadi :
1. Rapid curing , merupakan aspal yang dilarutkan dengan bensin. Jenis aspal
ini cukup cepat mengalami penguapan. Umumnya digunakan sebagai tack
coat (lapis perekat) dan prime coat (lapis resap pengikat).
2. Medium curing, merupakan aspal yang dilarutkn dengan kerosene dan
mempunyai kecepatan penguapan sedang.
3. Slow curing, merupakan aspal yang dilarutkan dengan solar dan mempunyai
waktu yang cukup lama untuk menguap. Umumnya digunakan untuk prime
coat dan dust laying (lapis pengikat debu).
Aspal
Aspal emulsi merupakan suatu campuran Untuk bahan perkerasan umumnya
aspal dengan air dalam bahan pengemulsi. yang digunakan adalah aspal emulsi
Emulsifer agent merupakan ion bermuatan kationik dan anionic.
listrik yang berfungsi sebagai stabilitator. Sedangkan berdasarkan kecepatan
Berdasarkan dari muatan listriknya aspal pengerasannya, dibedakan atas :
emulsi dibedakan menjadi : 1. Rapid setting, umumnya
1. Kationik (aspal emulsi asam), bermuatan digunakan sebagai tack coat.
arus positif. 2. Medium setting, umumnya untuk
2. Anionik (aspal emulsi alkali), bermuatan seal coat.
negative 3. Slow setting, umumnya digunakan
3. Nonionik (aspal yg tidak mengalami untuk prime coat.
ionisasi)
Aspal
Nilai Penetrasi

Klasifikasi
40-50 60-70 85-100 120-150 200-300
Berdasarkan Nilai Penetrasi
min max min max min max Min max min max

Aspal Penetrasi (25C, 100 gr, 5 detik) 40 50 60 70 85 100 120 150 200 300

Menurut
Titik Nyala (Cleveland Open), C 232 - 232 - 232 - 218 - 177 -

Daktilitas (25C, 5 cm per menit) 100 - 100 - 100 - 100 - 100 -

AASTHO Kelarutan pada trichloroethele, % 99 - 99 - 99 - 99 - 99 -

Kehilangan berat, % - 0.8 - 0.8 - 1.0 - 1.3 - 1.5

Penetrasi setelah kehilangan berat 58 - 54 - 50 - 46 - 40 -

Daktilitas setelah kehilangan berat - - 50 - 75 - 100 - 100 -

Nilai Viskositas
Berdasarkan Nilai Viskositas
AC-2.5 AC-5 AC-10 AC-20 AC-30 AC-40

Viskositas, 60C (140F), poises 250 50 500100 1000 200 2000 400 3000600 4000 800

Viskositas, 135C (275F),Cs, Min 125 175 250 300 350 400

Penetrasi (25C, 100 gr, 5 detik) 220 140 80 60 50 40

Titik Nyala (C) 163 177 219 232 232 232

Kelarutan pada trichloroethene, % 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0

Kehilangan Berat, % - 1.0 0.5 0.5 0.5 0.5


Aspal
Pengujian untuk karakteristik aspal
1. Pengujian Penetrasi
2. Pengujian Daktilitas
3. Pengujian Titik Lembek
4. Kepekaan Aspal terhadap Perubahan Suhu
5. Pengujian Viskositas
6. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
7. Pengujian Berat Jenis
8. Hilang dalam Pemanasan
9. Penyulingan Aspal Cair
10. Kadar Air dalam Minyak Bumi dan Bahan yang Mengandung Bitumen
11. Kelekatan Aspal dalam Batuan
Karakteristik Bahan

• Sesuai dengan fungsinya dalam sistem struktur (strength) yang dirancang dan
dapat bertahan selama masa pelayanan (durability)

• Paling “murah” untuk strength dan durability yang diharapkan


Sikus Batuan Pemadatan
Sementasi
Kristalisasi
Sedimentasi

Batuan
Sedimen Pemindahan
(Transport)
Erosi
Pelapukan Pelapukan
Sempurna
Metamorfosis

Batuan
Beku Tanah
Batuan
Metamorf

Pendinginan
Pemanasan
Magma
Karakteristik Bahan
Jenis bahan agregat berdasarkan asal terbentuknya batuan :
• Batuan Beku (igneous rock) merupakan batuan yang berasal dari magma yang
mendingin dan membeku. Dibedakan atas batuan beku luar (extrusive igneous
rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).
• Batuan Sedimen merupakan batuan yang berasal dari campuran partikel
mineral, sisa hewan dan tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan-lapisan
pada kulit bumi, hasil endapan di danau, laut dan sebagainya.
• Batuan Metamorfik merupakan batuan yang berasal dari batuan sedimen
ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya
perubahan tekanan dan temperatur dari kulit bumi.
Karakteristik Bahan
Jenis bahan agregat berdasarkan pengolahannya :
• Agregat alam merupakan agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana
bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk
melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan
proses pembentukannya.
• Agregat melalui proses pengolahan merupakan agregat yang diperlukan proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi
jalan. Agregat ini biasanya ditemukan di gunung-gunung atau dibukit-bukit, dan
sungai-sungai sering ditemui dan biasanya masih berbentuk batu gunung atau
ukuran yang besar-besar
• Agregat buatan merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran <
0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik-pabrik semen atau mesin
pemecah batu.
Agregat

Agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang
berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran
besar maupun kecil atau fragmen- fragmen.

Bentuk Partikel
Agregat
Agregat

Pembagian agregat menurut The Asphalt Institut, (1993) :

• Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan
No. 8 (2,36 mm)

• Agregat Halus, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan
No.8 (2,36 mm).

• Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75% lolos
saringan no. 30 (0,06 mm)
Agregat

Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok, yaitu:

• Agregat Kasar adalah agregat yang mempunyai batas bawah pada ukuran 4.75 mm
atau ukuran saringan no.4 (ASTM)

• Agregat Halus adalah agregat yang mempunyai batas bawah ukuran pasir = 0.075
mm (no. 200) dengan batas atas ukuran pasir = 4.75 mm (no. 4)
Agregat

Pembagian agregat berdasarkan ukuran butiran menurut bina marga, (2002) :

• Agregat Kasar adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan No.
4 (4,75 mm)

• Agregat Halus adalah agregat dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan
No.4 (4,75 mm).

• Bahan Pengisi (filler) adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75% lolos
saringan no. 200 (0,075 mm)
Pemilihan Agregat

Agregat yang akan digunakan sebagai bahan perkerasan jalan tergantung dari :

• tersedianya bahan setempat

• mutu bahan

• bentuk/jenis konstruksi yang digunakan


Pemilihan Agregat

Parameter yang perlu diperhatikan dalam memilih material agregat perkerasan jalan :

• Size & grading (ukuran dan gradasi)

• Cleanliness (kebersihan)

• Toughness (kekuatan/ kekerasan)

• Particle texture (bentuk dan kondisi partikel)

• Surface texture (bentuk dan kondisi permukaan dari partikel)

• Absorption (penyerapan)

• Affinity for asphalt (daya lekat terhadap aspal)


Persyaratan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat SNI 03-3407-1994 Maks 12 %
terhadap larutan natrium dan
magnesium
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks 40 %
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min 95 %
Angularitas (kedalaman dari
DoT’s Pennsylvania Test 95/90
permukaan < 10 cm )
Method, PTM No. 621
Angularitas (kedalaman dari
80/75
permukaan ≥ 10 cm )
Partikel pipih ASTM D-4791 Maks 25 %
Partikel lonjong ASTM D-4791 Maks 10 %
Material lolos saringan no. 200 SNI 03-4142-1996 Maks 1 %
Aggregate Impact Value (AIV) BS 812:part 3:1975 Maks 30%
Berat Jenis dan Penyerapan SNI 03-1969-1990 Maks 3%
Sumber : Bina Marga (2002)
Persyaratan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Material mengandung bahan pasir SNI 03 – 4428 – 1997 Maks 8%
dengan cara setara pasir
Berat jenis agregat halus SNI 03 – 1970 – 1990 Maks 2,5%
Penyerapan Maks 3%
Material lolos saringan No. 200 SNI 03 – 4428 - 1997 Maks 8%
Sumber : Bina Marga (2002)

Persyaratan Bahan Pengisi (filler)


Pengujian Standar Nilai
Lolos saringan No. 200 SNI 03 M – 02 – 1994 - 03 Min 75%
Bebas dari bahan organik Maks 4%
Sumber : Bina Marga (2002)
Pengujian Material Agregat

Pemeriksaan atau pengujian material agregat di laboratorium meliputi :


1. Ukuran dan gradasi (size and grading)
2. Kekerasan/keausan (toughness)
3. Ketahanan terhadap pelapukan (soundness)
4. Daya pelekatan terhadap aspal (affinity for asphalt)
5. Bentuk butir (shape)
6. Susunan/bentuk permukaan (surface texture)
7. Daya absorpsi (absorption)
8. Kebersihan (cleaness)
9. Berat jenis (specific gravity)
Gradasi Agregat

Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat . Gradasi agregat
berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas
(kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran. Gradasi agregat ditentukan
dengan cara analisa saringan, dimana sampel agregat harus melalui satu set
saringan. Gradasi agregat terbagi dalam 5 jenis yaitu :
1. Agregat bergradasi pekat/rapat (dense-graded)
2. Agregat bergradasi renggang/terbuka (open graded)
3. Agregat bergradasi seragam (single size/uniform graded)
4. Agregat bergradasi halus (fine graded)
5. Agregat bergradasi celah (gap-graded)
Gradasi Agregat

Gradasi rapat (dense graded) adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari
agregat kasar sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi
baik (well graded). Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki stabilitas yang
tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.
Gradasi Agregat

Gradasi renggang (open graded) adalah Agregat open-graded digunakan untuk


suatu agregat yang berisi sedikit atau membuat beton aspal (AC) open-grade,
tidak ada agregat halusnya, atau satu yang menghasilkan permukanaan yang
rongga di dalam agregat yang dipadatkan skid resistennya baik dan dapat
relatif besar. Dimana berisi kurang dari menyerap air supaya menghasilkan
10% lewat ayakan no. 10 (2-mm) dan pengeringan permukaan baik.
kurang dari 2% lewat ayakan no. 200 (75-
µm). Ukuran maksimum nominal
biasanya sama atau kurang dari 2½ inch
(63,5 mm).
Gradasi Agregat

Gradasi seragam (uniform graded) adalah gradasi agregat dengan ukuran butir yang
hampir sama. Gradasi seragam ini terkadang juga disebut gradasi terbuka (open
graded) karena hanya mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak
rongga/ ruang kosong antar agregat. Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki
stabilitas yang tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.
Gradasi Agregat

Gradasi halus (fine graded) merupakan gradasi yang dominan di isi oleh butiran
agregat halus. Agregat halus biasanya berupa material pasir yang mempunyai tingkat
kekasaran yang berbeda – beda.
Gradasi Agregat

Gradasi senjang (gap graded) adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang
ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali.
Gradasi Agregat

Selain 5 jenis gradasi agregat yang telah disebutkan sebelumnya, kelima gradasi ini pun
umumnya di golongkan kedalam 2 jenis gradasi berdasarkan kualitas dari jenis gradasi
tersebut, yaitu :

1. Gradasi baik

2. Gradasi sedang

3. Gradasi buruk
Gradasi Agregat
Gradasi baik merupakan campuran agregat Gradasi buruk merupakan distrubusi
dengan ukuran butiran yang terdistribusi ukuran agregat yang tidak memenuhi
merata dalam rentang ukuran butiran. persyaratan agregat bergradasi baik,
Gradasi yang termasuk dalam gradasi baik atu ukuran butir tidak terdistribusi
ini adalah gradasi rapat. dengan baik sehingga masih terdapat
celah pada campuran. Gradasi yang
termasuk dalam kategori gradasi
Gradasi sedang merupakan berisi buruk ini adalah gradasi seragam,
prosentasi yang lebih besar pasir gradasi terbuka dan gradasi senjang.
(dibandingkan open-graded), biasanya 8
sampai dengan 18% lewat ayakan no. 8
(2,36 mm). Ini gradasi yang baik dari kasar
ke halus, dan dapat terdiri dari kerikil atau
batu pecah.
Contoh Grafik Gradasi Agregat
100%

90%

80%

70%

60%

% Lolos
50%

40%

30%

20%

10%

0%
0,01 0,1 1 10 100
No. Saringan
Lapis Perkerasan Jalan
Struktur perkerasan lentur memiliki beberapa lapisan perkerasan yaitu :
a. Lapis permukaan (surface course)
b. Lapis pondasi (base course)
c. Lapis pondasi bawah (subbase course)
d. Lapisan tanah dasar (subgrade)
Lapis Perkerasan Jalan
Struktur perkerasan kaku memiliki beberapa lapisan perkerasan yaitu :
a. Lapis permukaan, yang terdiri dari pelat beton
b. Lapis pondasi bawah, sebagai lapisan bantalan
c. Lapisan tanah dasar (subgrade)
Lapis Permukaan (Surface Course)

Lapis permukaan merupakan lapisan paling atas dari struktur perkerasan. Fungsi
dari lapis permukan yaitu :
a. Sebagai lapis penahan beban vertical dari kendaraan
b. Sebagai lapis aus (wearing course) karena menerima gesekan dan getaran roda
c. Sebagai lapisan kedap air
d. Sebagai lapisan yang menyebarkan beban ke lapis pondasi
Lapis Permukaan (Surface Course)

Lapis permukaan juga terbagi menjadi 2 lapisan yaitu :


a. Lapis aus (wearing course), merupakan lapis permukaan yang kontak dengan
roda kendaraan dan perubahan cuaca.
b. Lapis permukaan antara (binder course), merupakan lapis permukaan yang
terletak di bawah lapis aus dan diatas lapis pondasi.
Lapis Permukaan (Surface Course)

Jenis lapis permukaan yang umumnya digunakan di Indonesia, yaitu :


1. Laburan aspal,
a) Laburan aspal satu lapis (burtu : surface dressing)
b) Laburan aspal dua lapis (burda : surface dressing)
2. Lapis tipis aspal pasir (latasir : sand sheet / SS)
3. Lapisan tipis beton aspal (lataston : hot rolled sheet /HRS)
a) Lataston lapis aus (HRS-WC)
b) Lataston lapis permukaan antara (HRS-BC)
Lapis Permukaan (Surface Course)

4. Lapis beton aspal (laston : asphalt concrete / AC)


a) Laston lapis aus (AC-WC)
b) Laston lapis permukaan antara (AC-BC)
5. Lapis penetrasi macadam (lapen)
6. Lapis asbuton agregat (lasbutag)
Lapis Pondasi (Base Course)

Lapis pondasi merupakan lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi
bawah dan permukaan. Fungsi dari lapis pondasi yaitu :
a. Bagian struktur perkerasan yang menahan gaya vertical dari beban kendaraan
dan di sebarkan ke lapisan dibawahnya
b. Sebagai lapis peresap untuk lapis pondasi bawah
c. Sebagai bantalan atau perletakan lapisan permukaan.
Lapis Pondasi (Base Course)

Lapis pondasi yang umumnya digunakan di Indonesia yaitu :


1. Laston lapis pondasi (AC-BC)
2. Lasbutag lapis pondasi
3. Lapis penetrasi macadam
4. Lapis pondasi agregat
5. Lapis pondasi tanah semen
6. Lapis pondasi agregat semen
Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah merupakan lapis perkerasan yang terletak diantara lapis
pondasi dan tanah dasar. Fungsi dari lapis pondasi bawah yaitu :
a. Bagian dari struktur perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban
kendaraan ke lapisan tanah dasar.
b. Efisiensi penggunaan material yang relative murah
c. Sebagai lapis peresap agar tanah tidak berkumpul di pondasi
d. Sebagai lapis pertama
e. Sebagai lapisan filter untuk mencegah partikel – partikel halus dari tanah dasar
naik ke lapis pondasi.
Faktor – Faktor
Dalam Desain Tebal
Perkerasan
Perkerasan
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil desain tebal perkerasan lentur,
yaitu :
1. Beban lalu lintas 7. Sifat dan jumlah material yang tersedia
2. Sifat tanah dasar 8. Bentuk geometrik jalan
3. Fungsi jalan 9. Kondisi perkerasan terdahulu (khusus
4. Kondisi lingkungan peningkatan jalan)
5. Kinerja struktur perkerasan
6. Umur rencana / masa pelayanan
Perkerasan
Beban lalu lintas merupakan beban dinamis yang terjadi secara berulang selama
masa pelayanan jalan. Besarnya beban biasanya dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu :
1. Konfigurasi sumbu kendaraan dan roda kendaraan
2. Beban sumbu dan roda kendaraan
3. Tekanan ban
4. Volume lalu lintas
5. Repetisi sumbu
6. Distribusi arus lalu lintas pada perkerasan jalan
7. Kecepatan kendaraan
Perkerasan
Konfigurasi Sumbu Kendaraan Dan Roda Kendaraan
Berdasarkan konfigurasi sumbu dan jumlah roda yang dimiliki di ujung – ujung
sumbu, sumbu kendaraan di bedakan menjadi :
a. Sumbu tunggal roda tunggal
b. Sumbu tunggal roda ganda
c. Sumbu ganda atau sumbu tandem roda tunggal
d. Sumbu ganda atau sumbu tandem roda ganda
e. Sumbu tripel roda ganda
Perkerasan

Sumber : Bina Marga, No. 01/MN/BM/83


Perkerasan
Survey Beban Kendaraan
Hasil survey beban kendaraan ini biasanya berupa data :
1. Berat setiap jenis kendaraan
2. Fluktuasi beban sumbu
3. Distribusi beban sumbu setiap jenis kendaraan
Alat yang digunakan dalam survey ini biasanya :
1. Static weighning
2. Weight in motion (WIM)
Perkerasan
Repetisi Beban Lalu Lintas
Repetisi beban umumnya dinyatakan dalam lintasan sumbu kendaraan. Terdapat 2
cara dalam penentuan beban lalu lintas yaitu :
1. Repetisi lintasan sumbu standar
2. Spektra beban dimana beban lalu lintas dinyatakan dalam repetisi beban sumbu
sesuai beban dan konfigurasi kelompok sumbunya.
Perkerasan
Repetisi Beban Lalu Lintas
Kendaraan yang memiliki berbagai konfigurasi sumbu, roda dan variasi total beban
diseragamkan dengan menggunakan satuan lintasan sumbu standar yang disebut
equivalent single axle load (ESA). Menurut Bina Marga kriteria beban sumbu
standar yaitu :
a. Beban sumbu 8160 kg
b. Tekanan roda 1 ban ± 5,5 kg/cm2 (0,55 Mpa)
c. Lebar bidang kontak 11 cm
d. Jarak antara masing – masing sumbu roda ganda = 33 cm
Perkerasan
Untuk mengetahui kinerja suatu perkerasan jalan dapat dilihat dari beberapa aspek
fungsional, yaitu :
1. Kekasaran permukaan
2. Indeks permukaan
3. Kekesatan permukaan
Perkerasan
1. Kekasaran permukaan
Merupakan iregularitas permukaan perkerasan yang berbanding terbalik dengan
kenyamanan mengemudi. Kekasaran permukaan ini umumnya dilihat dari nilai IRI
(international roughness index)
2. Indeks permukaan
Merupakan skala penilaian kinerja struktur perkerasan yang diadopsi dari metode
AASTHO, skala penilaian ini memiliki rentang nilai antara 1 sampai 5
3. Kekesatan permukaan (skid resistance)
Merupakan gaya yang dihasilkan antara muka jalan dan ban untuk mengimbangi
majunya gerak kendaraan jika dilakukan pengereman.

Anda mungkin juga menyukai