Anda di halaman 1dari 4

Soal 2

Diketahui
Produksi tiap tahun sebagai berikut.
Daging (ton) Minyak Sawit (ton)
Malaysia 40 30
Indonesia 50 100

Jawaban
A. Secara kontekstual, perdagangan terjadi apabila ada kesepakatan diantar kedua
pihak, yaitu produsen dengan konsumen yang dalam hal ini Malaysia dengan Indonesia.
Asumsi nilai tukar daging 1 ton terhadap minyak sawit dengan 40 banding 30 ialah untuk
nilai tukar 1 ton daging dengan 0,75 ton atau 750 kg minyak sawit, dimana dengan demikian
40*0,75 = 30 ton (seimbang). Sedangkan pada saat nilai tukar 1 ton daging dengan minyak
sawit 50 banding 100 lebih efektif dan perdagangan akan terjadi pada saat 1 ton daging
ditukar dengan 2 ton minyak sawit. Dalam hal ini Malaysia akan memperoleh laba pada saat
kuantitas minyak sawit 30 ton, sedangkan Indonesia akan memperoleh laba pada saat
1,25 ton minyak sawit, maka pada saat satu negara mengeluarkan 1000 ton daging akan
B. terdapat 1.250 ton minyak sawit yang dikeluarkan oleh negara lainnya. Dalam hal ini secara
kuantitas, negara yang memiliki daging 1000 ton dari pada negara yang memiliki minyak
sawit sebesar 1.250 ton merasakan laba dan diuntungkan. Akan tetapi beda situasinya pada
saat nilai tukar kedua komoditas didasari pada ketetapan harga setiap ton barang. Oleh
karenanya, praktek perdagangan internasional serta teori keunggulan komparatif yang
menyatakan bahwa barang yang memiliki nilai kegunaan pasti juga memiliki nilai penukaran
mampu menentukan tingkat kesejahteraan diantara kedua negara yang melakukan kegiatan
transaksi, namun hal ini belum tentu mampu menyejahterakan masyarakatnya secara
langsung sebab kita tidak mengetahui teknis penetapan harga selanjutnya setelah dilakukan
transaksi antara dua negara dengan harga yang ditetapkan pada aktivitas perekonomian

Soal 3
Diketahui
Tas Sepatu
USA 10 20
Indonesia 120000 180000

Jawaban
C.

Asumsi di USA saat /($) = Rp.10.000 dimana tas $10*10.000 = Rp.100.000 dan
sepatu $20*10.000 = Rp.200.000
Asumsi di USA saat /($) = Rp.13.000 dimana tas $10*13.0000 = Rp.130.000 dan sepatu
$20*13.000 =Rp.260.000
Asumsi di USA saat /($) = Rp.9.500 dimana tas $10*9.500 = Rp. 95.000 dan sepatu
$20*9.500 = Rp.190.000
Asumsi di USA saat /($) = Rp. 8.500 dimana tas $10*8.500 = Rp.85.000 dan sepatu $*8.500 =
Asumsi di USA saat /($) = Rp.10.000 dimana tas $10*10.000 = Rp.100.000 dan
sepatu $20*10.000 = Rp.200.000
Asumsi di USA saat /($) = Rp.13.000 dimana tas $10*13.0000 = Rp.130.000 dan sepatu
$20*13.000 =Rp.260.000
Asumsi di USA saat /($) = Rp.9.500 dimana tas $10*9.500 = Rp. 95.000 dan sepatu
$20*9.500 = Rp.190.000
Asumsi di USA saat /($) = Rp. 8.500 dimana tas $10*8.500 = Rp.85.000 dan sepatu $*8.500 =
Rp.170.000
Asumsi di Indonesia saat /($) = Rp.10.000 dimana tas Rp.120.000 / Rp.10.000 = $12 dan
sepatu Rp.180.000 / Rp.10.000 = $18
Asumsi di Indonesia saat /($) = Rp.13.000 dimana tas Rp.120.000 / Rp.13.000 = $9,23 dan
sepatu Rp.180.000/ Rp.13.000 = $13,84
Asumsi di Indonesia saat /($) = Rp.9.500 dimana tas Rp.120.000 / Rp.9.500 = $12,63 dan
sepatu Rp.180.000 / Rp.9.500 = $18,94
Asumsi di Indonesia saat /($) = Rp.8.500 dimana tas Rp.120.000 / Rp.8.500 =$14,11 dan
sepatu Rp.180.000 / Rp.8.500 = $21,17
Adapun berdasarkan asumsi penetapan harga tertentu pada setiap komoditas baik di USA
maupun Indonesia menunjukkan pengeluaran minimum akan dilakukan oleh USA pada saat
melakukan impor dengan kurs rupiah terendah, yaitu Rp.8.500 sedangkan untuk Indonesia
pada saat kurs nilai tukar terhadap dollar sebesar Rp.13.000 artinya berbicara mengenai
impor tas dan sepatu setiap negara akan meminimalisir pengeluaran mereka guna diolah
atau dijual kembali didalam negeri guna meraup laba semaksimal mungkin, kecuali kasusnya
berbicara mengenai ekspor atau menjual barang maka USA sendiri akan lebih profit pada
saat kurs rupiah Rp.13.000 dan Indonesia pada saat Rp.8.500

D.

Asumsi pada saat kurs dollar terhadap penjualan sepatu sebesar Rp.9.000 yaitu Rp.180.000 /
Rp.9.000 = $20 artinya dalam konteks memproduksi atau ekspor sepatu Indonesia memperoleh laba
apabila rupiah mengalami apresiasi rupiah terhadap mata uang asing dalam hal ini $. Sebab pada
saat kurs dollar terhadap rupiah sebesar Rp.8.500 (asumsi minimum dalam kasus ini) akan
diperoleh Rp.180.000 / Rp.8.500 = $21,17. Dengan demikian untuk kasus ekspor sangat diharapkan
rupiah sedang mengalami penguatan dan kurs mata uang asing mengalami penurunan atau disebut
dengan apresiasi rupiah, yang mana biasa terjadi saat kuantitas permintaan maupun penawaran
meningkat.
kesepakatan diantar kedua
hal ini Malaysia dengan Indonesia.
wit dengan 40 banding 30 ialah untuk
minyak sawit, dimana dengan demikian
nilai tukar 1 ton daging dengan minyak
akan terjadi pada saat 1 ton daging
alaysia akan memperoleh laba pada saat
akan memperoleh laba pada saat
mengeluarkan 1000 ton daging akan
eh negara lainnya. Dalam hal ini secara
ri pada negara yang memiliki minyak
gkan. Akan tetapi beda situasinya pada
apan harga setiap ton barang. Oleh
eori keunggulan komparatif yang
naan pasti juga memiliki nilai penukaran
edua negara yang melakukan kegiatan
ahterakan masyarakatnya secara
an harga selanjutnya setelah dilakukan
apkan pada aktivitas perekonomian

0*10.000 = Rp.100.000 dan

0*13.0000 = Rp.130.000 dan sepatu

*9.500 = Rp. 95.000 dan sepatu

0*8.500 = Rp.85.000 dan sepatu $*8.500 =


atu sebesar Rp.9.000 yaitu Rp.180.000 /
i atau ekspor sepatu Indonesia memperoleh laba
mata uang asing dalam hal ini $. Sebab pada
sumsi minimum dalam kasus ini) akan
demikian untuk kasus ekspor sangat diharapkan
uang asing mengalami penurunan atau disebut
t kuantitas permintaan maupun penawaran

Anda mungkin juga menyukai