Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

QAWAIDUL FIQHIYAH
“SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA”

OLEH:

Sesi Maria
NIM. 202201013

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Khodijah ishak, M.E.Sy

JURUSAN AKUNTANSI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARI’AH
BENGKALIS
TA 2022/2023
Pengertian Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah salah satu instrumen
moneter Bank Indonesia yang digunakan oleh bank-bank syariah Indonesia.
Tujuannya adalah sebagai tempat kelebihan likuiditas dari bank-bank syariah.
Berbeda dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang menggunakan sistem lelang,
SWBI menerapkan sistem wadiah atau titipan, dengan bank-bank syariah hanya
mendapatkan bonus tergantung dari kebijakan Bank Indonesia.
Dengan demikian bonus yang didapatkan tidaklah tetap dan berbeda dengn
SBI yang mampu memperoleh bonus 7 hingga 8 persen, sedangkan SWBI hanya
sekitar 3 persen. Oleh sebab itulah bank syariah lebih sering mengucurkan kredit
atau pembiayaan daripada bank konvensional.
Dapat dikatakan pula SWBI dapat kita katakan sebagai instrumen
perbankan pengendali moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang bebas
riba sebagai bukti dari penitipan dana oleh bank-bank syariah atau Unit Usaha
Syariah. Penitipan Dana Wadiah dapat berjangka waktu 7 hari, 14 hari, dan 28
hari.

Karakteristik SWBI
Karena SWBI dijadikan acuan oleh bank-bank syariah di Indonesia, SWBI
memiliki karakteristik tersendiri. Menurut Fatwa DSN – MUI No. 36/X/2002,
karakteristik dari SWBI adalah:
 Bank Indonesia selaku bank sentral boleh menerbitkan instrumen moneter
berdasarkan prinsip syariah yang dinamakan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI) yang bisa dimanfaatkan oleh bank syariah untuk
mengatasi kelebihan likuiditasnya.
 Akad yang digunakan dalam SWBI adalah akad wadi’ah yang telah diatur
dalam fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 tentang giro dan Fatwa DSN
No. 02/DSN-MUI/2000 tentang tabungan.
 Dalam SWBI tidak diperbolehkan ada imbalan yang disyaratkan,
terkecuali dalam bentuk pemberian atau athayah yang bersifat sukarela
dari Bank Indonesia.
 SWBI tidak boleh diperjualbelikan.

Sementara itu, menurut Pasal 6 Peraturan Bank Indonesia No. 6/7/2004,


karakteristik dari SWBI adalah:
 SWBI diterbitkan dan ditatausahakan tanpa warkat (scripless)
 SWBI tidak untuk diperjualbelikan (non negotiabe)

Inti dari kedua uraian karakteristik di atas adalah SWBI tidak dapat
diperjualbelikan, serta tidak memiliki imbalan, atau dengan kata lain harus dibuat
secara sukarela.

Landasan Hukum SWBI


SWBI tentu memiliki landasan hukum yang jelas, antara lain:
1. PBI No. 2/9/PBI/2000 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
2. PBI No. 6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
3. SEBI No. 6/6/DPM/2004 tentang tatacara pelaksanaan Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia.
4. SEBI No. 7/37/DPM/2005 tatacara Pelaksanaan dan Penyelesaian
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.

Hubungan Pasar Uang Antar Bank Indonesia dan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia
Disamping SWBI, bank syariah juga memberikan kesempatan pada
mayarakat luas untuk menyimpan dana serta memperoleh pembiayaan serta jasa
perbankan lainnya berdasarkan prinsip syariah. Dalam upaya tersebut, maka
dirasa perlu untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dana melalui
diselenggarakannya pasar uang berdasarkan prinsip syariah.
Dana yang masuk dari masyarakat dinamakan Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang kemudian akan dimanage oleh bank syariah, salah satunya dengan
melakukan investasi antar bank. Investasi antar bank syariah inilah yang
dinamakan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS). Tujuan PUAS tentu saja
sebagai wadah investasi antar bank syariah, sehingga tidak perlu melakukan
penanaman dana pada bank konvensional. Kendati demikian, tidak menutup
kemungkinan bagi bank konvensional untuk menanamkan dana atau berinvestasi
pada bank syariah.
Berkaitan dengan operasional perbankan syariah, kegiatan investasi jangka
pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah, atau
transaksi menggunakan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (Sertifikat
IMA).
Keuntungan dalam transaksi ini adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan yang lebih baik
2. Risiko yang lebih rendah
3. Mudah dicairkan
4. Proses sederhana dan flaksibel
Kesimpulan
SWBI dan PUAS sebagai instrumen pengganti Sertifikat Bank Indonesia
dan Pasar Uang Antar Bank tentu akan berhadapan dengan banyak rintangan.
Namun sebagai instrumen yang dihadirkan untuk menjawab solusi Maysir,
Gharar, dan Riba, kehadiran SWBI dan PUAS tentu perlu disambut dengan baik.
Adanya pengaruh signifikan dari tingkat suku Bunga SBI terhadap bonus
SWBI serta bagi hasil yang dibagikan pada transaksi PUAS menunjukkan bahwa
secara positif tingkat bonus SWBI tidak dapat terhindarkan dari tingkat suku
bunga Bank Indonesia. Di sisi lain, instrumen tersebut belum berperan secara
optimal karena adanya dana yang mengganggur di perbankan syariah pada akhir
tahun yang dimanfaatkan dan kemudian ditaruh di SWBI, dengan mengharapkan
bonus tinggi yang seharusnya dapat disalurkan pada secktor riil. Namun karena
mempertimbangkan risiko yang terjadi, maka perbankan menaruh SWBI.
Kenyataannya, produk ekonomi dan keuangan syariah memang belum
benar-benar lepas dari sistem ekonomi konvensional (yang cenderung
menggunakan konsep riba), dan tidak dapat dijalankan secara murni hanya dengan
sistem suatu Negara berdasarkan prinsip syariah yang kaffah. Namun demikian,
hal tersebut merupakan langkah awal yang amat positif untuk menuju pada sistem
ekonomi yang murni syariah.

Anda mungkin juga menyukai