Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SAHAM SYARI’AH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pasar Modal Syari’ah

Dosen Pengampuh:
Awang Dody Kardeli / Dedi Suyandi, S.Ag., ME.
Disusun Oleh:
Kelompok 3
M. Sulthan A 1199230119
Nissa Sivana S 1199230124
Putri Ayu A 1199230132
Rayhan Dzikri R 1199230136
Revan Setya H 1199230138
Ria Winda 1199230139

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG
DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga
alhamdulillah kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Saham
Syari’ah” ini dengan baik.

Makalah ini berisikan tentang penjelasan mengenai pengertian saham dan


macam-macamnya dan materi-materi lain yang erat hubunganya dengan materi
tersebut. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pasar
Modal Syari’ah.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Awang Dody Kardeli
dan Dedi Suyadi selaku dosen mata kuliah Pasar Modal Syari’ah. Terimakasih juga
kepada kawan-kawan kelompok yang telah bekerja keras dan berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini.

“Tiada gading yang tak retak” begitupula dengan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun, selalu kami harapkan
demi lebih baiknya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Juni 2022

i
DAFTAR ISI
Hal................................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 2
C. TUJUAN PENELITIAN ................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. SAHAM ......................................................................................... 3
B. SAHAM SYARI’AH ...................................................................... 4
C. DSN MUI MENGENAI SAHAM SYARI’AH ................................ 5
D. PROSES SCREENING SAHAM SYARI’AH .................................. 7
E. INSTRUMEN SAHAM SYARI’AH ............................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................. 12


A. KESIMPULAN ............................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kehidupan saat ini sangat berkembang pesat, terutama dalam


hal perekonomian. Banyak inovasi-inovasi yang dilakukan manusia demi untuk
memenuhi kebutuhannya. Dikarenakan setiap manusia pasti memerlukan harta
untuk mencukupi segala yang dibutuhkan dalam hidupnya. Salah satunya adalah
melalui kegiatan investasi dipasar modal.
Berinvestasi merupakan salah satu strategi pengendalian kekayaan yang efektif
bagi setiap orang, termasuk untuk pengusaha-pengusaha muslim Indonesia,
investasi adalah alternatif muamalah yang menjadi pilihan. Investasi merupakan
penempatan sejumlah kekayaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan
datang. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investor membeli aset langsung
serta dalam bentuk surat berharga (sekuritas) biasanya dapat dilakukan melalui
pasar modal. Namun dalam kegiatan investasi ini masih terdapat kekhawatiran para
calon investor muslim terhadap persepsi spekulasi atau gharar yang melekat pada
sistem perdagangan di pasar modal, termasuk saham.
Di Indonesia yang berperan sebagai pasar modal adalah Bursa Efek Indonesia
(BEI). Pada 12 Mei 2011 BEI meluncurkan produk layanan syariahnya berupa
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebagai tindak lanjut dari pembentukan
Daftar Efek Syariah (DES) oleh Bapepam dan LK pada November 2007.
Penerbitkan ISSI dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi investor untuk
berinvestasi di saham. Adanya ISSI ini dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja
seluruh saham syariah yang tercatat di BEI. Peluncuran ISSI diperlukan sebagai
pengembangan untuk menggambarkan kinerja seluruh saham syariah yang terdaftar
dalam BEI. Dengan adanya ISSI masyarakat tidak lagi salah paham terhadap
dimana semula pemikiran saham syariah yang dimiliki Indonesia hanya berjumlah
30 saham yang termasuk dalam JII saja ternyata masih banyak saham syariah
lainnya yang terdaftar dale ISSI. Hal ini menjadi fenomena menarik yang

1
membuktikan bahwa di Indonesia juga turut andil dalam mendukung kebangkitan
ekonomi islam di dunia.

Berdasarkan uraian diatas, pada kesempatan ini kami akan membahas


mengenai saham syariah beserta hal-hal yang berkaitan dengan saham syariah.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi saham ?


2. Apa pengertian saham syariah ?
3. Bagaimana Fatwa DSN tentang saham syariah?
4. Bagaimana proses screening saham syariah?
5. Apa saja instrument saham ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud saham

2. Untuk mengetahui definisi saham syariah

3. Untuk mengetahui Fatwa DSN mengenai Saham Syariah

4. Untuk mengetahui proses screening saham syariah

5. Untuk mengetahui instrumen saham

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Saham
Menurut buku Panduan Berinvestasi Saham Edisi terkini, saham (stock)
merupakan surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau
badan terhadap suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menerbitkan 2 jenis
saham, yaitu saham biasa dan saham preferen.

Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka


menanggung risiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi
perusahaan buruk, mereka tidak menerima dividen, dan sebaliknya pada saat
perusahaan baik, mereka dapat memperoleh dividen yang lebih besar bahkan
saham bonus. Pemegang saham biasa ini memiliki hak suara dalam RUPS
(Rapat Umum Pemegang Saham) dan ikut menentukan kebijakan perusahaan.
Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset
perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham preferen.

Selain saham biasa, kita juga mengenal adanya saham preferen. Sesuai
namanya, saham preferen ini mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran
dividen dibanding saham biasa. Pemegang saham preferen akan memperoleh
hak untuk memperoleh dividen yang tetap (fixed rate) setiap tahunnya. Jika
perusahaan pada suatu tidak mampu membagikan dividen, maka hak dividen
pemegang saham preferen akan diakumulasikan. Bila perusahaan jatuh
bangkrut dan dilikuidasi, pemegang saham preferen akan mendapatkan
pembayaran dari sisa-sisa aset perusahan sebelum pemegang saham biasa.
Biasanya pemegang saham preferen memiliki hak suara yang terbatas atau
dikurangi. Contohnya: tidak memiliki hak suara dalam RUPS atau menentukan
kebijakan perusahaan.1

1
L. Thian Hin, Panduan Berinvestasi Saham, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), hlm.15-16

3
B. Saham Syari’ah
Saham syari’ah adalah saham-saham perusahaan publik yang
operasionalnya memenuhi perinsip-prinsip syari’ah, sedangkan pasar modal
syari’ah adalah institusi yang menyelenggarakan transaksi perdagangan efek
syari’ah. Saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan
suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun
cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Dalam prinsip
syariah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba, dan
memproduksi barang yang dilarang dalam Islam. Penyertaan modal dalam
bentuk saham yang dilakukan pada suatu perusahaan yang kegiatan usahanya
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dapat dilakukan berdasarkan akad
musyarakah dan mudharabah. Akad musyarakah umumnya dilakukan pada
saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah umunya dilakukan
pada saham perusahaan publik. Lebih lanjut dalam fatwa DSN MUI No.
40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syari’ah di Pasar Modal.

Tidak semua jenis saham diperbolehkan untuk diperdagangkan dalam


pasar modal syari’ah, jenis saham yang dilarang adalah preferred stock (saham
istimewa). Terdapat perbedaan besar antara saham biasa (common stock) dan
saham istimewa (preferred stock) yang mendasari pelarangan untuk
diperdagangkan di pasar modal syari’ah yaitu :

“The primary difference between preferred stock and common stock


relates to the order in which shareholders are paid in the event of bankcrupty
or other corporate restructuring. If the issuing company seeks bankruptcy
protection, then the owners of preferred shares take priority over common
shareholders when it comes time to pay dividends and liquidate the company's
assets. Further, although dividends paid on common stock are not guaranteed
and can fluctuate from quarter to quarter, preferred shareholders are usually
guaranteed a fixeddividendpaid on a regular basis. This means that interest
rates affect the pricing of preferred stock. High rates could make a preferred
dividend seem unattractive and low rates could make it seem attractive”.

4
Pada saham istimewa jika perusahaan mengalami kebangkrutan
(dilikuidasi) maka pemegangnya mendapat prioritas pertama untuk
memperoleh pembayaran dibandingkan pemegang saham biasa, hal ini tentu
bertentangan dengan prinsip keadilan sebagai salah satu prinsip Islam
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 90 :

‫ع ِن ا ْلفَ ْحشَاءِ َوا ْل ُم ْنك َِر َوالْبَ ْغي ِ يَ ِعظُكُ ْم‬


َ ‫ئ ذِى القُ ْربَى َويَ ْن َهى‬
ِ ‫ان َوإِ ْيت َا‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫اِنَّ هللاَ يَأ ْ ُم ُر ِبا ْلعً ْد ِل َو‬
َ ‫اْل ْح‬
‫لَعَلَّكُ ْم تَذَكَّ ُر ْو َن‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."

Dalam hal pembagian deviden perusahaan, tidak ada jaminan kepastian


besarnya deviden bagi pemegang saham biasa, deviden dapat berfluktuasi
tergantung dari kemampuan perusahaan menghasilkan laba, sementara untuk
pemegang saham istimewa ada jaminan kepastian untuk memperoleh deviden
tetap tanpa melihat kondisi perusahaan. Adanya keuntungan tetap bagi saham
istimewa dapat dikategorikan riba yang sangat dilarang dalam Islam,
sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 130 :
‫ َّوتَّقُ ْوهللاَ لَ َعلَّكُ ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو َن‬, ً‫عفَة‬
َ ‫ضعَافًا ُّمضَا‬ ِ ‫َيا ا َ ُّي َها الَّ ِذ ْينَ ا َ َمن ُ ْوا ََل ت َأْكُل ُ ْوا‬
ْ َ ‫الر َبوا ا‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba


dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.”2

C. DSN MUI Mengenai Saham Syari’ah


Saham syariah merupakan saham yang memenuhi kriteria pemilihan
saham syariah berdasarkan POJK Nomor 17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan
dan Persyaratan Efek Syariah Berupa Saham oleh Emiten Syariah atau
Perusahaan Publik Syariah untuk meregulasi instrumen saham syariah di pasar

2
Hanif, “Perkembangan Perdagangan Saham Syariah di Indonesia”, dalam ASAS, Jurnal
Hukum dan Ekonomi Islam, Volume 4, No. 1, Lampung: 2012, hlm. 7

5
modal dan kriterianya telah diatur dalam Fatwa DSN No: 40/DSN-MUI/X/2003
Pasal 3 tentang Kriteria Emiten atau Perusahaan Publik, antara lain:
1. Jenis usaha, produk, jasa yang diberikan dan akad, serta cara pengelolaan
perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan Efek Syariah
tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah,
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1 di atas, antara lain:
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang;
b. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional;
c. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang
haram; dan
d. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
e. melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi
lebih dominan dari modalnya;
3. Emiten atau Perusahaan Publik yang bermaksud menerbitkan Efek Syariah
wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai
dengan syariah atas Efek Syariah yang dikeluarkan.
4. Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah wajib
menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi Prinsip-prinsip Syariah dan
memiliki Shariah Compliance Officer.
5. Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah
sewaktu-waktu tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka Efek
yang diterbitkan dengan sendirinya sudah bukan sebagai Efek Syariah.
Selain itu, BEI melakukan tahaptahap pemilihan yang juga
mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten yang
mengacu pada Fatwa DSN No: 20/DSN-MUI/IX/2000 Pasal 10 tentang Kondisi
Emiten yang Tidak Layak, yaitu:

6
a. Apabila struktur hutang terhadap modal sangat bergantung pada
pembiayaan dari hutang yang pada intinya merupakan pembiayaan yang
mengandung unsur riba;
b. Apabila suatu emiten memiliki nisbah hutang terhadap modal lebih dari
82% (hutang 45%, modal 55%).
c. Apabila manajemen suatu emiten diketahui telah bertindak melanggar
prinsip usaha yang islami. 3

D. Proses Screening Saham


Saham biasa adalah saham yang memberikan hak kepada pemiliknya
untuk mendapat hak suara dan dividen. Dividen ini tidak dijamin dan
bergantung pada keputusan dewan direksi serta kinerja perusahaan. Dalam hal
dimana perusahaan menjadi rugi atau pailit, maka pemilik saham dapat juga
menjadi rugi pada investasinya sampai dengan jumlah yang diinvestasikan.

Hampir semua ilmuwan Islam setuju bahwa investasi saham biasa


adalah diperbolehkan. Mereka berpendapat bahwa jika usaha utama
perusahaan konsisten dengan aturan-aturan Syariah, maka berinvestasi atau
memperdagangkan sahamnya juga diperbolehkan. Para ilmuwan Syariah telah
menentukan sejumlah aturan untuk memastikan bahwa saham-saham tertentu
mematuhi ketentuan syariah.

Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham


tersebut diterbitkan oleh:

1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam


anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah

3
Ajeng Gama Rosyida, Imron Mawardi, ”Perbandingan Tingkat Pengembalian (Return),
Risiko dan Koefisien Variasi pada Saham Syariah dan Saham Non Syariah di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode 2011-2013”, dalam JESTT, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Volume 2,
Surabaya:2015, hlm 292

7
2. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah yaitu
tidak melakukan kegiatan usaha:
i. Perjudian dan permainan yang tergolong judi
ii. Perdagangan yang tidak disertai penyerahan barang/jasa
iii. Perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu
iv. Bank berbasis bunga
v. Perusahaan pembiayaan berbasis bunga
vi. Jual beli resiko yang mengandung unsur ketidakpastian
(gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi konvesional
vii. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya, barang atau jasa
haram bukan karena zatnya yangditetapkan oleh DSN-MUI,
dan/atau barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat
mudharat
viii. Melakukan transaksi yang mengandung unsur risywah
b. Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak
lebih dari 45 %
c. Rasio total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya
tidak lebih dari 10%. 4

Setelah tahap pemilihan dan penyaringan dilakukan, setiap tahunnya BEI


akan melakukan pengkajian ulang setiap enam bulan sekali. Sesuai yang
dikatakan Suryomurti (2011:139) bahwa komponen perhitungannya adalah
semua saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan

4
Mohd Ma’sum Billah, Penerapan Pasar Modal Islam.Terj, (Jakarta: PT Ina Publikatama, 2010),
hlm. 22

8
oleh Bapepam-LK (yang saat ini tugas dan fungsinya digantikan oleh OJK)
setiap enam bulan sekali. Perubahan ini akan terus di monitoring oleh BEI
secaraterus-menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. 5

E. Instrumen Saham Syariah


Pada umumnya saham yang di terbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten)
yang melakukan penawaran umum (intial public offering) ada 2 macam yaitu
saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preffered stock). Perbedaan
saham ini berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut. Hak
tersebut meliputi hak atas menerima dividen, dan memperoleh bagian
kekayaan jika perusahaan di likuidasi setelah dikurangi semua kewajiban-
kewajiban perusahaan. Adapun ciri-ciri saham istimewa selengkapnya adalah
sebagai berikut :

1. Hak utama atas dividen, artinya saham istimewa mempunyai hak terlebih
dahulu dalam hal menerima dividen.
2. Hak utama atas aktiva peruahaan, artinya dalam hak likuidasi berhak
menerima pembayaran maksimum sebesar nilainominal saham istimewa
setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
3. Penghasilan tetap, artinya pemegang saham istimewa memperoleh
penghasilan dalam jumlah yang tetap
4. Jangka waktu yang tidak terbatas, saham istimewa yang diterbitkan
mempunyai jangka waktu yang tidak terbatas, akan tetapi dengan syarat
bahwa perusahaan mempunyai hak untuk membeli kembali saham
istimewa tersebut dengan harga tersebut.
5. Tidak memiliki hak suara, artinya pemegang saham istimewa tidak
mempunyai suara dalam RUPS.
6. Saham istimewa kumulatif, artinya dividen yang tidak dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham tetap menjadi hak pemegang saham
istimewa tersebut. jika suatu saat perusahaan tidak membagikan dividen,

5
Rosyida, Mawardi, ”Perbandingan ......, hlm 293

9
maka pada periode yang lain perusahaan tersebut membagikan dividen,
maka perusahaan harus membayarkan dividen terutang tersebut sebelum
membagikannya kepada pemegang saham biasa.
Selain dari saham biasa dan istimewa, saham memiliki macam dan jenis yang
cukup beragam, berikut adalah beberapa tipe macam saham :
1. Saham yang di cap (assented shares), penyetempelan saham dapat terjadi
dalam hal perseroan mengalami kerugian besar, yang tidak dapat
dihapuskan dari cadangan perseroan. Jika terjadi hal demikian perseroan,
dengan menurunkan nilai nominal dari sahamnya menjadi sama dengan
kekayan (equity) dan nilai nominal sahamnya diturunkan secara
proporsional
2. Saham Tukar, yaitu jenis saham yang dapat ditukar oleh pemiliknya
dengan jenis saham lain, biasanya saham preferen dengan saham biasa
3. Saham Tanpa Suara, yaitu jenis saham yang pemiliknya tidak diberi hak
suara pada RUPS (non voting stock)
4. Saham Tanpa Pari, yaitu saham yang tidak memiliki nilai nominal atau
pari, tetapi hak pemiliknya dapat diketahui dengan cara menjumlahkan
seluruhn kekayaan (equity) dan kemudian di bagi dengan jumlah saham
yang dikeluarkan( no par stock)
5. Saham Preferen Unggul, yaitu saham preferen yang hak prioritasnya lebih
besar dari preferen lain (prior preferenf stock)
6. Saham Preferen Tukar, yaitu saham preferen yang dapat ditukar oleh
pemiliknya dengan saham biasa (convertible preferend stock)
7. Saham Preferen Partisipasi, yaitu saham yang disamping hak prioritasnya
masih dapat turut serta dalam pembagian dividen selanjutnya
(participating preferend stock)
8. Saham Preferen Kumulatif, yaitu saham preferen yang memberikan hak
untuk mendapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun
yang lalu secara kumulatif (cumulative preferred stock)

10
9. Saham Pendiri, yaitu jasa yang diberikan oleh para pendiri perusahaan,
baik berupa penyertaan modal yang bersumberkan dari penarikan
beberapa peserta lainnya atau dari relasi penting lain
10. Saham Pegawai, yaitu kesempatan yang diberikan oleh perseroan kepada
para pegawainya untuk memiliki saham perusahaan.
11. Saham Bonus, pada saat perbandingan antara cadangan dan modal saham
yang tidak berimbang pada suatu perseroan dapat di hilangkan dengan
jalan memberikan saham bonus kepada para pemegang saham dengan
cuma-cuma. 6

6
Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana,
2007),hlm. 63

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Saham (stock) merupakan surat berharga yang merupakan tanda
kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Saham syariah
merupakan saham-saham perusahaan publik yang operasionalnya memenuhi
perinsip-prinsip syari’ah. Saham syariah diatur dalam POJK Nomor
17/POJK.04/2015 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Syariah Berupa
Saham oleh Emiten Syariah atau Perusahaan Publik Syariah untuk meregulasi
instrumen saham syariah di pasar modal dan kriterianya telah diatur dalam
Fatwa DSN No: 40/DSN-MUI/X/2003 Pasal 3 tentang Kriteria Emiten atau
Perusahaan Publik, dan Fatwa DSN No: 20/DSN-MUI/IX/2000 Pasal 10
tentang Kondisi Emiten yang Tidak Layak.

Perkembangan perdagangan saham syari’ah ditunjukkan oleh nilai


ISSI, ISSI dibutuhkan untuk menggambarkan kinerja seluruh saham syari’ah
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan dalam JII hanya
diwakili oleh 30 emiten yang penentuannya melibatkan Dewan Pengawas PT.
Danareksa Investment Management. Saat ini terdapat 361 saham yang tercatat
dalam ISSI dan 30 saham yang tercatat didalamnya terdaftar dalam JII.

Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham


tersebut diterbitkan oleh: 1. Emiten yang secara jelas menyatakan kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah; 2. Emiten yang
tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya, namun memenuhi kriteria: a.
Tidak melakukan kegiatan usaha: Perjudian, Perdagangan tanpa penyerahan
barang/jasa, perdagangan dengan penawaran palsu, bunga, gharar, maisir,dan
lain-lain, b. Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak
lebih dari 45 %, c. Rasio total pendapatan bunga dan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih
dari 10%.

12
Karena keberadaannya yang masih tergolong baru, maka ada berbagai
macam kendala dalam melakukan pengembangan sehingga diperlukan solusi
dan strategi yang lebih baik dalam melakukan generalisasi saham syariah di
masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dalam buku:

Billah,Mohd Ma`sum, 2010, Penerapan Pasar Modal Islam.Terj, (Jakarta: PT Ina


Publikatama)

Hin,Thian.L, 2008, Panduan Berinvestasi Saham, (Jakarta: PT Elex Media


Komputindo)

Huda, Nurul,Mustafa Edwin, 2007, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,cet.1,


(Jakarta: Kencana)

Soemitra,Andri, 2017, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,cet.7, (Jakarta:


Prenada Media Grup)

Sumber dari Jurnal:

Rosyida,Gama Ajeng, Imron Mawardi, April 2015, ”Perbandingan Tingkat


Pengembalian (Return), Risiko dan Koefisien Variasi pada Saham Syariah dan
Saham Non Syariah di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013”,
JESTT, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Volume 2,
Surabaya:2015, https://e-journal.unair.ac.id/JESTT/article/viewFile/572/375 ,
21 April 2018

Firmansyah,Egi Arvian, Juni 2017, “Seleksi Saham Syariah : Perbandingan antara


Bursa Efek Indonesia dan Malaysia”, JIBM, Jurnal Inspirasi Bisnis dan
Managemen, Volume 1, No. 1, Cirebon:2017,
https://www.researchgate.net/publication/317426691_Seleksi_Saham_Syaria
h_Perbandingan_antara_Bursa_Efek_Indonesia_dan_Malaysia , 21 April 2018

Hanif, Januari 2012, “Perkembangan Perdagangan Saham Syariah di


Indonesia”,ASAS, Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, Volume 4, No. 1,
Lampung: 2012, https://media.neliti.com/media/publications/177901-ID-
perkembangan-perdagangan-saham-syariah-d.pdf , 21 April 2018

Anda mungkin juga menyukai