KELOMPOK 9
ANGGOTA :
NORMAINI
MAULIDATUL ISLAMI
TOMMY ALFIAN
DOSEN PENGASUH
UIN ANTASARI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pendidikan kewarganegaraan dengan tepat
waktu.
Kami menyadari didalam pembuatan makalah ini memiliki banyak kekurangan karena
itu kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar kedepannya kami
bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah.
Dan semoga makalah tentang ruang lingkup wawasan nusantara ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata kami ucapkan terimka kasih yang
sebesar-besarnya atas perhatiannya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era
sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan
dan mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan
menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya.
Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia
berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh
dan berkembang, kesamaan nilai-nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad, dan
semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang
mampu mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam wadah Nusantara.
Semangat perjuangan bangsa yang tak kenal menyerah telah terbukti
pada perang kemerdekaan 17 Agustus 1945. Semangat perjuangan bangsa
tersebut dilandasi oleh keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan yang maha
Esa dan keikhlasan untuk berkorban. Landasan perjuangan tersebut merupakan
nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia.
4
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah
air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta
ketahanan nasional dalam diri para mahasiswa calon sarjana/ilmuan warga
Negara kesatuan Republik Indonesia yang sedang mengkaji dan akan
menguasai iptek dan seni. Kualitas warga Negara akan ditentukan
terutama oleh keyakinan dan sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara disamping derajat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dipelajarinya.
3. Kompetensi yang Diharapkan
Melalui pendidikan Kewarganegaraan, warga Negara Kesatuan Republik
Indonesia diharapkan mampu: “memahami, menganalisis, dan menjawab
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negaranya
secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan
nasional seperti yang digariskan dalam pembukuan UUD 1945”.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
S. Sumarso, Pendidikan Kewarganegaraan,( Jakarata: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) hlm.55
6
ranah masyarakat sipil yang direpresentasikan pleh organisasi non-pemerintah
(ornop) seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan juga sector swasta.
Sisi lain memaknai Good Governance sebagai penerjemahan kongkrit dan
demokrasi. Tegasnya menurut Taylor, Good Governance adalah pemerintahan
demokratis seperti yang dipraktikan dalam Negara-negara demokrasi maju di
Eropa Barat dan Amerika misalnya (Saiful Mujani, 2001).
Pada dasarnya konsep Good Governance memberikan rekomendasi pada
system pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga-lembaga
Negara baik ditingkat pusat maupun daerah, sector swasta, dan masyarakat madani
(civil society). Good Governance berdasar pandangan ini berarti suatu
kesepakatan menyangkut pengaturan Negara yang diciptakan bersama oleh
pemerintah, masyarakat madani (civil society) dan sector sawsta. Kesepakatan
tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses dan lembaga-lembaga
dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya,
menggunakan hak hokum, memenuhi kewajiban dan menjebatani perbedaan di
antara mereka.
Sesuai dengan pengertian diatas, maka pemerintahan yang baik itu adalah
pemerintahan yang baik dalam ukuran proses maupun hasil-hasilnya. Semua unsur
dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinertgis, tidak saling berbenturan,
memperoleh dukungan dari rakyat dan lepas dari gerakan-gerakan anarkis yang
bisa menghambat proses dan lajunya pembangunan.proses pelaksanaan
pembangunan sebagai wujud pelaksanaan amanah pemerintahannya juga harus
dilakukan dengan penuh transparansi serta didukung dengan manajemen yang
akuntebel.
Good Governance sebagai paradigm dapat terwujud bila ketiga pilar
pendukungnya dapat berfungsi secara baik yaitu neegara, sektor swasta. Dan
masyarakat madani (civil society).
2
2
Ayumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani (Jakarta :ICCE UIN Syarif
Hidayatullah,2000 ) hlm.179-182
7
Dari berbagai hasil kajiannya, lembaga Administrasi Negara (LAM) telah
menyimpulkan Sembilan aspek fundamental dalam perwujudan good governance,
yaitu:
1. Partisipasi (participation)
Semua warga masyarakat berhak terlibat dalam pengambilan keputusan,
baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah untuk mewakili
kepentingan mereka.
2. Penegakan Hukum (Rule Of Law)
Sehubungan dengan itu, Santosa (2001, h. 87) menegaskan, bahwa proses
mewujudkan cita Good Governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk
menegakkan rule of law, dengan karakter-karakter antara lain sebagai berikut:
a. Supremasi hokum (the supremacy of law);
b. Kepastian hokum (legal certainty);
c. Hukum yang responsif;
d. Penegakkan hukum yang konsiten dan non-diskriminatif;
e. Independensi peradilan
3. Transparansi (Transparency)
Gaffar menyimpulkan setidaknya ada delapan aspek mekanisme
pengelolaan Negara yang harus dilakukan secara transparan, yaitu:
- Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan
- Kekayaan pejabat publik
- Pemberian penghargaan
- Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
- Kesehatan
- Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan public
- Keamanan dan ketertiban
- Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
4. Responsif (Responsiveness)
Salah satu asas fundamental menuju cita goog governance adalah
responsive, yakni pemerintah haarus peka dan cepat tanggap terhadap
persoalan-persoalan masyarakat.
5. Konsensus (Consensus Orientation)
8
Asas fundamental lain yang juga harus menjadi perhatian pemerintah
dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahannya menuju cita good
governance adalah pengambilan keputusan secara konsensus, yakni
pengambilan putusan melalui proses musyawarah dan semaksimal mungkin
berdasar kesepakatan bersama. Cara pengembalian keputusan tersebut selain
dapat memuaskan semua pihak juga dapat menarik komitmen komponen
masyarakat sehingga memilikki legitimasi untuk melahirkan coercive power
(kekuatan memaksa) dalam upaya mewujudkan efektifitas pelaksanaan
keputusan.
6. Kesetaraan dan Keadilan (Equity)
Terksit dengan asas consensus, transparansi dan responsive, good
governance juga harus didukung dengan asas equity, yakni kesamaan dalam
perlakuan (treatment) dan pelayanan. Asas ini dikembangkan berdasarkan
sebuah kenyataan bahwa bangsa indonesia ini tergolong bangsa yang plural,
baik dilihat dari segi etnik, agama dan budaya. Pluralism ini tentu saja pada
satu sisi dapat memicu masalah apabila dimanfaatkan alam konteks
kepentingan sempit seperti primordialisme, egoisme, dan sebagainya.
Karenanya prinsip equity harus diperhatian agar tidak memunculkan eksis
yang tidak diinginkan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
7. Efektivitas (Effectiveness) dan Efesiensi (Efficiency)
Di samping harus memperhatikan beragam kepentingan dari berbagai
lapisan dan kelompok social sebagaimana ditekankan pada asas equity,
pemerintaham yang baik juga harus memenuhi kretiria efektivitas dan
efisiensi, yakni berdayaguna dan berhasilguna kriteria efektivitas biasanya
diukur dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya
kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan social.
Sedangkan efisiensi biasanya diukur dengan rasionalitas biaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai
untuk kepentingan yang terbesar, maka pemerintahan itu termasuk dalam
kategori pemerintahan ynag efesien. Citra itulah yang menjadi tuntutan dalam
upaya mewujudkan cita good governance.
8. Akuntabilitas (Accountability)
9
Asas akuntabilitas berarti pertanggungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya delegasi dan kewenangan untuk mengurusi
berbagai urusan dan kepentingan mereka.
9. Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka
perwujudkan good governance, karena perubahan dunia dengan kemajuan
teknologinya yang begitu cepat.
Untuk mewujudkan cita good governance dengan asas-asas fundamental
sebagaimana telah dipaparkan di atas, setidaknya harus melakukan lima aspek
prioritas, yakni:
a. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan
b. Kemandirian lembaga peradilan
c. Aparatur pemerintah yang professional dan penuh integritas
d. Masyarakat madani (civil society) yang kuat dan partisipatif
e. Penguatan upaya otonomi daerah
3
3
Ayumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Masyarakat Madani (Jakarta :ICCE UIN Syarif
Hidayatullah,2000 ) hlm.182-192
10
dengan asumsi bahwa local self-goverment juga memiliki makna tersebut. Alasan
lainnya adalah bahwa pemerintahan lokal akan memelihara berbagai penerimaan
masyarakat (grassroot) terhadap demokrasi.
Dalam rangka membangun Good Governance didaerah prinsip-prinsip
fundamental yang menopang tegaknya Good Governance harus diperhatikan dan
diwujudkan tanpa terkecuali. Penyelenggaraan otonomi daerah pada dasarnya
akan betul-betul terealisasi dengan baik apabila dilaksanakan dengan memaknai
prinsip-prinsip Good Governance.
11
karena, setiap bangsa yang telah menegara membutuhkan strategi dalam
memanfaatkan wilayah negara sebagaai ruang hidup nasional untuk menentukan
kebijakan, kepentingan dan tujuan Nasional. Melalui pembangunan sehingga
bangsa itu tetap eksis dalam arti ideologis, politis,5
BAB III
PENUTUP
5
S. Sumarso, Pendidikan Kewarganegaraan,( Jakarata: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) hlm.105
6
https://qodhyanf.wordpress.com/2015/06/25/ketahanan-nasional-sebagai-geostrategi-indonesia/
12
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
3. https://qodhyanf.wordpress.com/2015/06/25/ketahanan-nasional-sebagai-
geostrategi-indonesia/
13