Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah sampai
pada tingkat perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu
matematika. Pada setiap jenjang pendidikan terdapat beberapa materi yang susah
untuk dipahami siswa, hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan ke pihak guru yang mengajar Matematika di beberapa sekolah.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan pada guru matematika kelas IX di beberapa Sekolah Menengah
Pertama di kota Bengkulu, dapat disimpulkan bahwa materi yang susah untuk
dipahami siswa kelas IX adalah materi tentang Kesebangunan dan Himpunan
Kosong. Berdasarkan pada hal tersebut, penulis beserta kelompok menuliskan
makalah ini yang berisikan materi-materi tentang Kesebangunan dan Himpunan
Kosong dengan pemaparan yang mudah untuk dipahami oleh siswa.

1.2.
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Apakah pengertian dari kesebangunan ?
Bagaimana menyelesaikan soal cerita pada materi kesebangunan ?
Apakah pengertian dari himpunan ?
Apakah pengertian himpunan kosong ?
Bagaimana menngetahui himpunan kosong ?

1.3.
Tujuan
1. Mempelajari materi kesebangunan dengan mudah.
2. Mempelajari materi himpunan dengan mudah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIMPUNAN
2.1.1. Pengertian Himpunan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau menggunakan
istilah-istilah kelompok, kumpulan, kelas, atau gugus untuk mengungkapkan suatu
kumpulan objek atau benda tertentu. Istilah kelompok, kumpulan, kelas, atau gugus
dalam matematika dikenal dengan istilah himpunan. Konsep tentang himpunan
pertama kali dikemukakan oleh seorang matematikawan berkebangsaan Jerman, yaitu
Georg Cantor yang hidup antara tahun 1845-1918.
Himpunan adalah kumpulan benda-benda yang didefinisikan (diberi
batasan ) dengan jelas.
Dalam hal ini yang di maksud didefinisikan dngan jelas adlah dapat
ditentukan dengan tegas, benda apa saja yang termasuk dan yang tidak termasuk
dalam suatu himunanyang diketahui. Benda-benda yang termasuk dalam suatu
himpunan disebut elemen,anggota,atau unsur dari suatu himpunan. Untuk selanjutnya
dipergunakan istilah anggota atau elemen.
Berdasarkan definisi di atas,maka suatu himpunan atau kelompok benda
belum tentu merupakan suatu himpunan.
Contoh :
Kumpulan hewan berkaki empat. Yang merupakan anggota, misalnya: kerbau, sapi,
kuda. Yang bukan anggota, misalnya: ayam, itik. Jadi, kumpulan tersebut adalah
himpunan, karena jelas batasannya.

2.1.2. Lambang dan Keanggotaan Suatu Himpunan


a. Pengertian Anggota Himpunan
Dalam bahasan pengertian himpunan, telah

dibicarakan

tetang

keanggotaan suatu himpunan. Setiap benda yang masuk dalam suatu himpunan
disebut anggota, elemen, atau unsur.

Misalkan, diatas piring terdapat buah-buahan yaitu 5 buah pisang, 8 buah


apel, 3 buah belimbing, dan 2 buah mangga. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa:

Pisang termasuk dalam kelompok buah-buahan dalam piring.


Apel termasuk dalam kelompok buah-buahan dalam piring.
Mangga termasuk dalam kelompok buah-buahan dalam piring.
Belimbing termasuk dalam kelompok buah-buahan dalam piring.
Meskipun diatas piring terdapat 5 buah pisang, 8 buah apel, 3 buah

belimbing, dan 2 buah mangga, tapi pada penulisan keanggotaan himpunan, untuk
tiap-tiap kelompok buah itu hanya di tulis satu anggota saja. Jadi, anggota yang sama
hanya ditulis satu kali.
Himpunan dapat dinyatakan dengan menggunan tanda kurung kurawal,
dan biasanya diberi nama dengan menggunakan huruf kapital, misalkan A, B, C, D,
dan seterusnya sampai Z.
Misalkan himpunan buah-buahan diatas piring tadi diberi nama B, maka :
B = {pisang, apel, mangga, belimbing}
Dengan demikian, dapat dinyatakan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Karena pisang trmasuk dalam himpunan B, maka pisang anggota himpunan B.


Karena Apel termasuk dalam himpunan B, maka apel anggota himpunan B.
Karena mangga trmasuk dalam himpunan B, maka mangga anggota himpunan B
Karena belimbing trmasuk dalam himpunan B, maka belimbing anggota
himpunan B.
Dalam suatu himpunan, masing-masing anggota berbeda dengan anggota lainnya.
Untuk menyatakan suatu benda yang merupakan anggota suatu himpunan

digunakan bilangan

dan untuk menyatakan benda yang bukan anggota suatu

himpunan digunakan lambang .


b. Menyatakan Banyak Anggota Suatu Himpunan

Banyak anggota himpunan A dapat dinyatakan dengan notasi n(A). Jadi,


notasi n(B) artinya banyak anggota pada himpunan B, dan n(C) artinya banyak
anggota pada himpunan C.
Contoh:
Diketahui M = {m, a, t, h}.
Banyak anggota himpunan M adalah 4 buah.
Ditulis : n(M) = 4.
c. Mengenal Beberapa Himpunan Bilangan
Terdapat beberapa macam himpunan bilangan yang sering digunakan,
diantaranya himpunan-himpunan berikut :
1. Himpunan bilangan bulat, biasanya diberi nama B.
B = {...,-3,-2,-1,0,1,2,3,4,..}
2. Himpunan bilangan asli, biasanya diberi nama A.
A = {1,2,3,4,5,..}
3. Himpunan bilangan cacah , biasanya diberi nama C.
C = {0,1,2,3,4,..}
4. Himpunan bilangan cacah ganjil, yaitu {1,3,5,7,9,..}
5. Himpunan bilangan cacah genap, yaitu {2,4,6,8,..}
6. Himpunan bilangan prima, yaitu {2,3,5,7,11,..}
Bilangan prima adalah bilangan yang memepunyai tepat dua faktor yang berbeda,
atau bilangan yang hanya habis dibagi oleh 1 dan bilangan itu sendiri (kecuali 1).
7. Himpunan bilangan cacah kuadrat, yaitu {0,1,4,9,16,..}
8. Himpunan bilangan komposit, yaitu {4,6,8,9,10,..}
Bilangan komposit (tersusun) adalah bilangan cacah yang mempunyai lebih dari 2
faktor.
2.1.3. Menyatakan Suatu Himpunan
a. Menyatakan Himpunan dengan Kata-Kata atau Sifat Keanggotaan
Menyatakan himpunan dengan kata-kata atau sifat keanggotaan himpunan
sangat bermanfaat untuk himpunan yang memilki anggota sangat banyak dan tak
beraturan, karena kita akan mengalami kesulitan ketika harus menuliskan semua
anggota-anggotanya satu demi satu.

Untuk menyatakan himpunan dengan kata-kata, perhatikan kesamaan sifat yang


dimiliki angota-anggota himpunan tersebut.
Contoh :
A = {senin, selasa, sabtu}
Penulisan dengan kata-kata atau sifat keanggotaan himpuna adalah :
A = {nama hari dalam seminggu yang dimulai dengan huruf S}
b. Menyatakan Himpunan dengan Notasi Pembentuk Himpunan
Menyatakan suatu himpunan dengan notasi pembentuk himpunan

adalah

menyatakan suatu himpunan dengan syarat keanggotaan himpunan, yang dalam


penilisannya menggunakan bentuk {x x ...}.
Contoh:
Nyatakan himpunan C = {a, b, c, d} dengan notasi pembentuk himpunan!
Jawab:
C = { p p empat huruf pertama dalam abjad }
c. Menyatakan Himpunan dengan Mendaftar Anggota-Anggotanya
Dengan cara ini, anggota-anggota himpunan ditulis dalam kurung kurawal, dan
dipisahkan dengan tanda koma ( , ). Pada penulisan himpunan dengan cara mendaftar
anggota-anggotanya, jika semua anggota dapat ditulis, maka urutan penulisan boleh
diabaikan.
Contoh :
P = {nama bulan dalam setahun yang diawali dengan huruf J}.
Penulisan dengan mendaftar anggota-anggotanya adalah sebagai berikut.
P = {Januari, Juni, Juli} atau P = {Juni, Januari, Juli}

Jika suatu himpunan mempunyai anggota sangat banyak, dan memiliki pola
tertentu, maka penulisannya dapat dilakukuan dengan menggunakan tiga buah titik,
dibaca dan seterusnya.
Contoh :
A = {bilangan asli} dapat kita tuliskan sebagai:
A = {1,2,3,4,...}
2.1.4. Himpunan Kosong
Himpuna kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai anggota. Untuk
memahami pengertian himpunan kosong, ikuti uraian berikut :
Misal, didalam keranjang terdapat isolatif, stapler, tip-ex, dan stabilo sehingga
terbentuk { isolatif, stapler, tip-ex, stabilo}. Kemudian, pertama tip-ex yang ada di
dalam keranjang kita ambil, himpunannya menjadi {isolatif, stapler, stabilo, ke-2
stabilo yang ada di dalam keranjang kita ambil, himpunannya menjadi {solatif,
stapler, ke-3 solatif yang ada di dalam keranjang kita ambil, himpunannya menjadi
{stapler, ke-4 stapler yang ada di dalam keranjang kita ambil, himpunannya menjadi
himpunan yang tidak mempunyai anggota yang disebut himpunan kosong, ditulis
dengan notasi { } atau .
Contoh :
Di kelas A terdapat 10 orang siswa yang sedang belajar, mereka adalah Nurul, Rizky,
Satrio, Armita, Nadya, Indry, Dhani, Rahma, Sinta dan Fajar. Sehingga terbentuk
sebuah himpuan A dengan anggota Nurul, Rizky, Satrio, Armita, Nadya, Indry, Dhani,
Rahma, Sinta dan Fajar. A = {Nurul, Rizky, Satrio, Armita, Nadya, Indry, Dhani,
Rahma, Sinta dan Fajar}. Dan pada hari Minggu mereka semua tidak berada di kelas
dikarenakan libur. Jadi kelas itu kosong pada hari Minggu. Kelas yang kosong
tersebut disebut himpunan kosong, karena tidak ada anggota di dalamnya.
Himpunannya menjadi A = { }.

2.2.

Kesebangunan

Kesebangunan adalah sesuatu benda / bangun datar yang memiliki bentuk yang
sama tetapi memiliki ukuran yang berbeda. Yang mana berguna juga untuk
menghitung tinggi suatu benda yang sulit diukur secara langsung.
2.2.1. Syarat Kesebangunan Dua Bangun Datar
a. Syarat Dua Bangun yang Sama dan Sebangun ( Kongruen)
Dua buah bangun datar yang tepat saling menutupi atau tepat saling berimpit disebut
dua bangun yang sama dan sebangun atau kongruen.

b. Syarat Dua Bangun yang Sebangun


Dua buah bangun datar yang mempunyai bentuk yang sama, tetapi ukuran atau
besarnya berlainan disebut bangun-bangun yang sebangun.

Jadi, Perbandingan bagian-bagian yang bersesuain adalah sama, yaitu


EF : AB = EH : AD = 3 : 1.
Ukuran sudut-sudut yang bersesuain juga sama, yaitu:
A

= E=90

B=F=90
C=G=90

D=H=90
Jadi, persegi panjang ABCD dan EFGH Sebangun dan keduanya memiliki sifat-sifat
berikut:
1. Pasangan sisi yang bersesuain sebanding dan
2. Sudut-sudut yang bersesuain sama besar.
c. Menentukan Panjang Sisi
c.1. Menentukan Panjang Sisi pada Dua Bangun yang Sama dan Sebangun
Untuk menentukan panjang sisi pada dua bangunan yang sama dan sebangun ,
gunakan ketentuan yang sudah dibahas. Yaitu:
Jika dua bangun sama dan sebangun maka :
1. Pasangan sisi yang bersesuaian sama panjang dan
2. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar
Contoh:

Pada gambar diatas,

ABC dan

sama dan sebangun. Jika diketahui panjang

AB = 8 cm, AC = 6 cm, dan DF = 7 cm. Tentukan panjang DE, EF, dan BC!
Jawab:
Karena, ABC dan sama dan sebangun. Maka :
AB = DE, jadi DE = 8 cm
AC = E, jadi EF = 6 cm
BC = D, jadi BC = 7 cm
c.2. Menentukan Panjang Sisi pada Dua Bangun yang Sebangun
Untuk menentukan panjang sisi pada dua bangun yang sebangun , gunakan
ketentuan yang telah dibahas.
Jika dua bangun sebangun maka :
1. Sisi yang bersesuain sebanding.
2. Sudut-sudut yang bersesuain sama besar.
Contoh:
Gambar dibawah ini menunjukkan dua bangun yang sebangun. Hitunglah :
a. Panjang AB
b. Panjang QR

Jawab:
Oleh karena bangun ABCD dan PQRS sebangun, maka sisi yang bersesuain
sebanding.
AB DC
=
PQ SR

a.

AB 6
=
12 9
9AB = 12 x 6
9AB = 72
AB = 72/9
AB = 8
Jadi panjang AB = 8 cm.
AD DC
=
QR SR

b.

4
6
=
QR 9
6QR = 4 x 9
6QR = 36
QR = 36/6
QR = 6 cm
Jadi panjang QR= 6 cm

2.2.2.

Segitiga-Segitiga Sama Dan Sebangun

a. Syarat Dua Segitiga Sama Dan Sebangun

Pada cermin datar, bangun asli dengan bayangannya merupakan bangunbangun yang sama dan sebangun, demikian juga segitiga dan bayangannya adalah
bangun-bangun yang sama dan sebangub atau kongruen.
Perhatikan gambar :

Jika

ABC

direfleksikan (dicerminkan) terhadap garis XY, maka bayangannya

adalah A ' B' c . Jadi, ABC dan ABC sama dan sebangun.
Selanjutnya ABC ditranslasikan (digeser) kekanan, maka akan berimpit atau tepat
menutupi DEF. maka ABC dan DEF sama dan sebangun.
Karena

ABC

sama dan sebangun dengan ABC, dan sama dan sebangun

dengan DEF, maka ABC


Karena ABC

sama dan sebangun dengan DEF.

dan DEF sama dan sebangun, maka

= E

= D

= F

AB = ED
BC = DF
AC = EF

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :


Jika dua buah segitiga sama dan sebangun, maka
1. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang
2. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar

b. Sifat-Sifat Dua Segitiga Sama dan Sebangun


Dua buah bangun yang sama bentuk maupun ukurannya dikatakan dua bagun
yang sama dan sebangun. Jadi, jika dua byah bangun yang sama dan sebangun
diimpitkan maka kedua bangun tersebut akan tepat saling menutupi atau bagianbagian yang bersesuaian akan saling menempati dengann tepat.
Demikian halnya dengan segitiga, dua buah segitiga dikatakan sama dan
sebangun apabila ketiga segitiga itu diimpitkan maka keduanya akan tepat saling
menutupi atau bagian-bagian yang bersesuaian saling menempati dengan tepat.
Perhatikan gambar berikut :

Jika ABC diimpitkan pada DEF, maka


A D sebab A=D
B E

sebab B=E

C F

sebab C=F

AB DE sebab AB = DE

AC DF sebab AC = DF
BC DF sebab BC = DF
Jadi ABC DEF, berarti ABC dan DEF sama dan sebangun (kongruen).
Untuk menentukan dua segitiga yang sama dan sebangun, dapat dilakukan
berdasarkan unsure-unsur pada segitiga, yaitu panjang sisi dan besar sudut. Dengan
demikian, berdasarkan pada panjang sisi dan besar sudutlah kita dapat menyelidiki
apakah dua segitiga sama dan sebangun atau tidak seperti berikut :
b.1. Ketiga Sisi yang Bersesuaian Sama Panjang (sisi, sisi, sisi).

Dari gambar, jika ABC diimpitkan pada PQR maka


AB PQ sebab AB = PQ
AC PR sebab AC = PR
BC QR sebab BC = QR
Jadi, ABC dan PQR saling menempati denagn tepat, sehingga ABC dan
PQR sama dan sebangun.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Jika dua buah segitiga memiliki sisi bersesuaian yang sama panjang
maka kedua segitiga itu sama dan sebangun

Contoh:

Perhatikan gambar berikut!

a) Buktikan bahwa ABC dan KLM sama dan sebangun!


b) Sebutkan pasangan sudut yang sama besar!
Jawab :
a) Perhatikan ABC dan KLM
AB = LK
AC = LM
BC = KM
Karena ketiga sisi yang bersesuaian sama panjang, maka ABC dan KLM sama
dan sebangun (sisi, sisi, sisi).
b)

Pasangan sudut yang sama besar adalah


A=L

B=K

C=M

Sudut-sudut yang sama besar dapat juga ditentukan dengan cara berikut
BC = KM

menghadap

AB = LK

BC

menghadap

menghadap

AC = LM

AB

menghadap

menghadap
AC

menghadap

Catatan: sudut-sudut yang sama besar menghadap pada sisi-sisi


yang sama panjang

b.2. Ketiga Sudut yang Bersesuaian Sama Besar (sd, sd, sd)
Pada gambar,

K =R

sehingga kaki

dan kaki

dapat berimpit,

tetapi belum tentu tepat saling menutupi, sebab tidak diketahui apakah KL = RS atau
KM = RT.

Demikian juga untuk

L=S

dan

M =T , belum tentu LM = ST. oleh

karena KLM dan RST belum tentu tepat saling menutupi, maka KLM dan RST
belum tentu sam dan sebangun.
Jika dua buah segitiga memiliki sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar maka kedua segitiga itu belum
tentu sama dan sebangun

b.3. Dua Sisi Sama Panjang dan Sudut yang Diapit Sama Besar (sisi, sudut, sisi)

Contoh:
Perhatikan gambar

1) Buktikan bahwa PQR dan YXZ sama dan sebangun!


2) Sebutkan pasangan sudut yang sama besar!
Jawab :
1) Perhatikan PQR dan YXZ
PQ = YX
P=Y
PR = YZ
PQR dan YXZ mempunyai dua sisi yang bersesuaian yang sama panjang dan
satu sudut apit yang sama besar.
Jadi, PQR dan YXZ sama dan sebangun (sisi, sudut, sisi).
2) Pasangan sudut yang sama besar adalah :
P=Y , Q=X , dan R=Z
b.4. Satu Sisi dan Dua Sudut (sd, sd, sisi), (sd, sisi, sd), atau (sisi, sd, sd)
Contoh :
Perhatikan gambar!

1) Buktikan bahwa PQR dan TSU sama dan sebangun!


2) Sebutkan pasangan sisi yang sama panjang!
Jawab:
1) Perhatikan PQR dan TSU
PQ = TS = 5cm
Q=S=40
R=U=85
Jadi, PQR dan TSU sama dan sebangun (sisi, sudut, sisi)
2) Pasangan sisi yang sama panjang adalah
PQ = TS PR = TU
QR = SU
c. Menentukan Panjang Sisi dan Besar Sudut pada Segitiga yang Sama dan
Sebangun
Untuk menentukan panjang sisi atau bvesar sudut dari segitiga-segitiga yang sam
dan sebangun, terlebih dahulu tentukan sudut-sudut yang sama besar atau sisi-sisi
yang sama panjang. Jika segitiga-segitiganya belum diketahui sama dan sebangun,
terlebih dahulu harus diperiksa apakah segitiga-segitiga tersebut sama dan sebangun
atau tidak.
Contoh:
Pada gambar berikut diketahui ABC dan PQR sama dan sebangun. Tentukan besar
R !

Jawab:
ABC dan PQR sama dan sebangun, maka
B=Q=50
R

= 180 - (90 + Q )
= 180 - (90 + 50 )
= 180 - 140
= 40

2.2.3.

Segitiga-segitiga yang Sebangun

a. Syarat dua segitiga yang sebangun


a.1. Segitiga sebangun berdasarkan sudut-sudut bersesuaian

Perhatikan segitiga ABC dan Segitiga DEF pada gambar di atas!


A=D(karena sehadap )
B=E (karena sehadap)

C=F (karena kedua sudut yang lain sama)

Jadi,

ABC

dan

sama sudut ( sudut-sudut bersesuaian sama besar).

Kita periksa perbandingan sisi yang bersesuaian.


AB : DE = 3 : 4
AC : DF = 3 : 4
BC : EF = 3 : 4
Jadi, sisi- sisi yang bersesuaian pada
Selanjutnya perhatikan,

ABC

dan

ABC

dan

sebanding

PQR !

A=P(karena sehadap )

B=Q( karena sehadap)


C=R( karena kedua sudut yanglain sama)

Jadi,

ABC

dan

PQR

sama sudut ( sudut-sudut bersesuaian sama besar).

Kita periksa perbandingan sisi yang bersesuaian.


AB : PQ = 3 : 6 = 1 : 2
AC : PR = 3 : 6 = 1 : 2
BC : QR = 3 : 6 = 1 : 2
Jadi, sisi- sisi yang bersesuaian pada

ABC

dan

PQR

sebanding.

Dari hasil-hasil di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Jika sudut-sudut yng bersesuaian pada dua buah segitiga sama


besar maka sisi-sisi yang bersesuaian adalah sebanding.
Jadi, jika sudut-sudut yang bersesuaian pada dua buah segitiga
sama besar maka kedua segitiga itu pasti sebangun

Contoh :
1. Dalam

ABC

dan

PQR

diketahui besar

BAC =60 , ABC =40 ,

QRP=60 , dan PRQ=80 .


Jelaskan mengapa kedua segitiga itu sebangun? Kemudian sebutkan pasangan sisi
bersesuaian yang sebanding!

Jawab :
Pada

ABC :

Pada

PQR

BAC =60

QPR=60

ABC =40

PRQ=80

ACB=180 (60 + 40 )

PQR=180 (60 +80 )

180 100

180 140

80

40

BAC =QPR=60
ABC =

PQR=40

ACB=PRQ=80

Jadi,

ABC

dan

PQR

sebangun karena sudut-sudut yang bersesuaian sama

besar.
Pasangan sisi bersesuaian yang sebanding adalah :
AB AC BC
=
=
PQ PR QR
Sisi yang bersesuaian dapat ditentukan dengan cara berikut ini
BAC =QPR

BAC =QPR

ABC =PQR

ABC =

ACB=

ACB=

PQR

PRQ

PRQ

a.2. Segitiga Sebangun Berdasarkan Sisi-Sisi yang Bersesuaian


Perhatikan gambar berikut!

Pada gambar di atas,


bersesuaian yang sama besar yaitu
sisi pada

ABC

dan

memiliki sudut-sudut

A=D , B=E , dan C=F . Panjang sisi-

adalah 2 kali panjang sisi-sisi pada

ABC

yang bersesuaian,

maka :
AB : DE = 1 : 2
AC : DF = 1 : 2
BC : QR = 1 : 2

ABC dan memiliki sisi-sisi bersesuaian yang sebanding.


Jadi,
Hal ini berarti bahwa, ABC dan sebangun.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
Jika sisi-sisi yang bersesuaian pada dua buah segitiga
sebanding atau memiliki perbandingan yang sama maka
sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
Jadi, jika sisi-sisi yang bersesuaian pda dua buah segitiga
sebanding maka kedua segitiga itu sebangun.

Contoh :

1. Dalam

ABC

dan

PQR

diketahui panjang sisi AB= 8 cm, BC = 6 cm,

AC = 10 cm, PQ = 12 cm, QR = 9 cm, dan PR = 15 cm. Jelaskan mengapa kedua


segitiga itu sebangun? Kemudian sebutkan pasangan sudut-sudut yang sama
besar!
Jawab :

Pada

ABC

Pada

PQR

AB = 8 cm

PQ = 12 cm

BC = 6 cm

QR = 9 cm

AC = 10 cm

PR = 15 cm

AB : PQ = 8 cm : 12 cm

AC : PR = 10 cm : 15 cm

=2:3
BC : QR = 6 cm : 9 cm
=2:3
Jadi,

ABC

dan

PQR

sebangun, karena sisi-sisi yang bersesuaian

sebanding.
Pasangan sudut yang sama besar adalah :

A=P

B=Q
C=R

a.3. Segitiga Sebangun Berdasarkan Satu Sudut dan Dua Sisi yang Mengapit
Sudut
Contoh :

Pada gambar di atas, diketahui besar A=40 , panjang AB = 3 cm, AC = 2,5 cm ,


DE = 6 cm, dan DF = 5 cm
Maka :
A=D=40
AB : DE = 3 : 6 = 1 : 2
AC : DF = 2,5 : 5 = 1 : 2
Jadi, pada

ABC

dan

tersebut diketahui sebuah sudut sama besar dan

dua sisi bersesuaian yang mengapit sudut itu sebanding.


Apakah

ABC

sebangun dengan

langkah langkah berikut ini!

? Untuk membuktikannya, lakukan

1. Tentukan B , C , E , F

dengan menggunakan busur derajat secara teliti

2. Dengan menggunakan penggaris, tentukan panjang BC dan EF, kemudian buatlah


perbandingannya dalam bentuk sederhana
3. Pasangkanlah sudut-sudut bersesuaian yang sama besar dan sisi sisi bersesuaian
yang sebanding.
Dari hasil jawaban di atas dapat disimpulkan, jika dua segitiga memiliki satu sudut
sama besar dan dua sisi bersesuaian yang mengapit sudut itu sebanding maka dua
segitiga itu sebangun
2.2.4. Segitiga-Segitiga pada Segitiga Siku-Siku dan Segitiga dengan Garis
Sejajar
a. Segitiga Siku-Siku Sebangun pada Segitiga Siku-Siku dengan Garis Tinggi
ke Sisi Miring
Perhatikan gambar !

Segitiga ABC pada gambar siku-siku di A dan AD adlah garis tinggi ke sisi
miring BC. Dengan memperhatikan sudut-sudutnya, maka terdapat tiga segitiga
sebangun, yaitu ABD, ADC, dan ABC.
Berdasarkan pasangan segitiga yang sebangun, maka dapat ditentukan rumusrumus berikut ini.
1. Perhatikan gambar

ABD dan ADC sebangun, maka :


AD
BD
=
CD
AD
AD x AD
AD2

= BD x CD
= BD x CD

2. Perhatikan gambar!

ABD dan CBA sebangun, maka


AB
BD
=
BC
AB
AB x AB
AB2

= BD x BC
= BD x BC

3. Perhatikan gambar

DAC dan ABC sebangun maka


AC
CD
=
CB
AC
AC x AC = CD x CB
AC2
= CD x CB
Untuk lebih mengingat rumus tersebut, perhatikan arah garis berpanah pada
masing-masing gambar berikut ini.

Contoh:
Segitiga ABC disamping siku-siku di A. Panjang BC = 20 cm dan BD = 8 cm.
Tentukan panjang AD!

Jawab:
BC = 20 cm

AD2 = BD X CD

BD = 8 cm

AD2 = 8 X12

CD = 20 8

AD2 = 96

= 12 cm

AD

96

atau
AD =
=4
Jadi panjang AD =

16 x 6
6

96 atau 4 6 cm

b. Segitiga Sebangun pada Segitiga dengan Garis-Garis Sejajar


Dalam ABC, DE // AB.

Perhatikan CDE dan CAB!

CDE

= CAB

(sehadapan)

CED

= CBA

(sehadapan)

DCE

= ACB (sehadapan)

Jadi, CDE dan CAB sebangun karena sudut yang bersesuaian sama bessar, seingga
diperoleh rumus berikut ini.

Untuk gambar di atas, berlaku rumus berikut:


CD
CA

CE

= CB

DE
AB

Atau
a
a+b

= c+ d = f

Untuk selanjutnya, perbandingan garis di atas dapat digunakan dalam prhitungan


tanpa membuktikan segitiga-segitiga sebangun.
Contoh:

Dalam ABC, DE // AB. Panjang DE = 8 cm, AB = 12 cm, AD = 4 cm, dan CE = 10


cm.

Hitunglah:
a. Panjang CD,

b. panjang BE

Jawab:
a.

CD
CA

CD
CD + 4

DE
AB

b.

8
12

=8

Jadi, CD = 8 cm

DE
AB

10
CB

8
12

8CB = 10 x 12
8CB = 120
120
CB =
8

12 CD = 8(CD+4)
12CD = 8CD + 32
12CD 8CD = 32
4CD = 32
32
CD = 4
CD

CE
CB

CB = 15
Jadi, BE = CB CE
= (15 10) cm
= 5 cm

Selanjutnya, perhatikan gambar untuk uraian berikut.

a
a+b

= c+ d

a(c + d) = c (a + b)

(perkalian silang)

ac + ad = ac + bc
ac + ad ac = bc
a
b

ad = bc
a
c

c
d

b
d

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :


Berlaku rumus

a
b

c
d

atau

a
c

Contoh:
Dari PQR disamping, PQ // ST, RS = 6 cm, RP = 8 cm, dan RT = 9cm.
Berapakah panjang TQ?

Jawab:

RS
SR

6
2

RT
TQ

9
TQ

RS
RT

atau

6
9

SP
TQ

2
TQ

6TQ = 2 x 9

6TQ = 2 x 9

6TQ = 18

6TQ = 18

TQ = 18/6

TQ = 18/6

TQ = 3

TQ = 3

Jadi, panjang TQ = 3 cm
2.2.5. Penerapan Kesebangunan pada Soal Cerita
Untuk menyelesaikan soal cerita, dapat di bantu dengan membuat sketsa atau gambar.
Dari gambar itu, kita dapat menyelesaikan soal cerita berdasarkan kesebangunan.
Contoh:
Pada gambar dibawah ini, tongkat bdan pohon berturut-turut mempunyai panjang
bayangan 5 m dan 20 m. jika tinggi tongkat adalah 4m, hitunglah tinggi pohon (t)!

Jawab:
4
t

= 20

5 x t = 4 x 20
5t

= 80

= 80 / 5

= 16

Jadi, tinggi pohon = 16 meter.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Soal dan Pembahasan

3.1.1. Himpunan Kosong


1. Buatlah soal tentang himpunan kosong!
3.1.2. Kesebangunan
1. Menghitung salah satu sisi yang belum diketahui.
Perhatikan gambar!

Jika diketahui AB = 6 cm
AC = 9 cm
DC = 3 cm
Maka panjang DE = ?
Perbandingannya adalah
AB
AC
=
DE
DC
6
DE

9
3

9DE = 6 3
DE = 2 cm
2. Hitung tinggi tiang bendera dengan memperbandingkan tinggi anak terhadap
tinggi tiang bendera dan panjang bayangan anak terhadap panjang bayangan tiang
bendera. Sketsanya seperti di bawah ini.

Penyelesaian
AB
DE

BC
DC

AB
165

2000
350

AB =

2000 x 165
330

AB = 1000 cm = 10 m
Jadi, tinggi tiang bendera adalah 10 m.
3. Perhatikan gambar trapesium di bawah!

Jika AE =

1
AD
3

Hitung panjang EF
Penyelesaian:
1
AE= AD
3
AE=1 dan DE =2

EF=

AB DE AE DC
AE+ ED

EF=

4 cm 2+1 10 cm
1+2

EF=6,33 cm

BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Dua buah bangun datar yang btepat saling menutupi atau saling berimpit disebut dua
bangun yang sama dan sebangun. Sedangkan dua buah bangun datar yang
mempunyai bentuk sama tetapi ukuran atau besarnya berlainan disebut bangun yang
sebangun. Dan benda benda yang termasuk dalam suatu himpunan disebut anggota,
elemen atau unsur dari suatu himpunan.

4.2.
Saran
Diharapkan dengan mempelajari materi kesebangunan dan himpunan kosong siswa
tidak hanya mampu secara teori melainkan mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA
Cholik, M Adinawan.Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII Semester
1.Jakarta:Erlangga.2013.

Anda mungkin juga menyukai