Anda di halaman 1dari 23

Keterampilan Hidup yang sering juga disebut kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau

kemampuan untuk dapat berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara
efektif. Dari definisi sederhana tersebut, keterampilan yang dapat digolongkan ke dalam keterampilan
hidup sangat beragam tergantung pada situasi dan kondisi maupun budaya masyarakat setempat
(DEPDIKNAS, 2002).

Sekolah/daerah memiliki kewenangan yang luas untuk mengembangkan dan menyelenggarakan


pendidikan sesuai dengan kondisi peserta didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan daerah.
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur
(adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll) merupakan ciri khas yang
memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa.

B. Tujuan

Adapun tujuan permasalahan yang dikaji dari makalah ini adalah Ingin mengetahui konsep keterampilan
hidup.

BAB II

LANDASAN TEORI

Menurut definisi World Health Organization (WHO), life skills atau ketrampilan hidup adalah
kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan positif yang membuat seseorang dapat menyelesaikan
kebutuhan dan tantangan sehari-hari dengan efektif. Definisi itu adalah menurut World Health
Organization (WHO).

Sedangkan life skills pada para siswa adalah bahwa saat kita ingin hidup aman dan nyaman dan berguna
bagi bagi masyarakat sekitar, kita harus mampu menolong diri sendiri dan menolong orang lain serta
menolong masyarakat kita untuk bisa menggapai tujuan tujuan hidupnya. Ketrampilan dan kemampuan
yg diperlukan untuk menanggungjawabi tindakan tindakan pribadi dan kelompok untuk menggapai
tujuan bersamam itulah yg disebut leadership life skills. Dan ketrampilan ini perlu sekali diajarkan karena
ketrampilan ini bukan Sesutu yang memang sudah ada pada diri setiap manusia.

Pengajaran dan pengarahan siswa pada ketrampilan memimpin ini dimaksudkan untuk pembentuakan
karakternya, meningkatkan kompetensinya, dan mengkokohkan rasa percaya dirinya.

Sedangkan menurut para ahli:

a. Menurut Brolin
Life skills atau kecakapan hidup adalah sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan
oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa life skill
merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat bahagia dalam kehidupan.

b. Malik fajar

Mengatakan bahwa life skills adalah kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam
bidang akademik.

c. Slamet PH

Mendefinisikan life skills adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh
seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut mencakup
segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal untuk menjalankan kehidupannya.

Dari penjelasan diatas dapat disaimpulkan bahwa Keterampilan Hidup (life skills) diartikan sebagai
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan
secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keterampilan Hidup (Life Skills)

Menurut WHO, Life Skills adalah kemampuan perilaku positif dan adaptif yang mendukung seseorang
untuk secara efektif mengatasi tuntutan dan tantangan, selama hidupnya. Keterampilan Hidup yang
dimaksud menurut WHO, terdiri dari :

1. Keterampilan memecahkan masalah

2. Keterampilan berpikir kritis

3. Keterampilan mengambil keputusan

4. Keterampilan berpikir kreatif

5. Keterampilan komunikasi interpersonal

6. Keterampilan bernegosiasi

7. Keterampilan mengembangkan kesadaran diri

8. Keterampilan berempati
9. Keterampilan mengatasi stress dan emosi

Dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20/2003 pasal 26 ayat 3 disebutkan bahwa Life Skills
Education (LSE) digolongkan sebagai pendidikan non formal, yang memberikan keterampilan personal,
sosial, intelektual dan vokasional untuk mampu hidup dan bekerja secara mandiri.

B. Unsur-Unsur Keterampilan Hidup

Unsur-unsur life skills beserta nilai, kemampuan dan sikap yang diperlukan:

1. Understanding oneself and others

Mengenal diri sendiri, memahami orang lain, empati, konsep diri, kepekaan nurani, nilai nilai, tujuan
hidup, stress management, kehidupan spiritual

2. Communicating

Kemampuan mendengar, kemampuan bicara, komunikasi non verbal, menulis, ekspresi diri, kial tubuh

3. Getting along with others

Perhatian pada sesama. Empati, kemampuan bergaul, menerima orang lain apa adanya, curhat, bekerja
sama dalam teamwork

4. Learning to learn

Kreatifitas, pencarian sumber sumber informasi, mengorganisir informasi, kemampuan bertanya,


kemauan berexperimen, mengajar, belajar, pola dan tehnik belajar

5. Making decision

Identifikasi masalah, sumber informasi, pengumpulan informasi, goal settings, pengumpulan


alternatives, process pengambilan keputusan, mendefinisikan masalah

6. Managing

Time management, pengorganisasian, tujuan, perencanaan, supervise, pengontrolan, refleksi, evaluasi,


mobilisasi

7. Working with group

kerja sama, penyampaian informasi, komunikasi, feedback, kebutuhan kelompok, kebutuhan individual,
lingkungan , motivasi, saling menghormati

C. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Hidup

Tujuan
Secara umum pendidikan keterampilan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan
fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa
datang. Secara khusus pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan untuk:

1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema
yang dihadapi.

2. Merancang pendidikan agar fungsional bagi kehidupan peserta didik dalam menghadapi
kehidupannya di masa datang.

3. memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel,


sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas

4. mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang


pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Manfaat

Secara umum manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai
bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang
mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor
ketergantungan terhadap lapangan pekerjaan yang sudah ada dapat diturunkan, yang berarti
produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.

BAB IV

KESIMPULAN

Keterampilan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan
berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Secara umum pendidikan keterampilan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan
fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa
datang. Manfaat pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal
dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang
mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara.

DAFTAR PUSTAKA
http://pkbmpls.wordpress.com/2008/02/06/pengertian-pendidikan-kecakapan-hidup-life-skills/

http://satyawiyatama.blogspot.com/2011/01/leadership-life-skills-di-dalam.html

http://swintoro.wordpress.com/2008/04/07/life-skill/

http://izza-allyve.blogspot.com/2013/03/model-dan-strategi-pembelajaran-life.html

sobatblogku.blogspot.com/2012/09/pengertian-keterampilan-hidup-life.html

Keterampilan hidup adalah salah satu cara untuk membekali anak didik kita, khususnya para remaja
dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola risiko, membuat keputusan yang tepat
mengenai kehidupan mereka,” kata Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan Syahril saat memberi arahan pada
Peluncuran Program Guru Belajar Seri Pendidikan Keterampilan Hidup, Jakarta, Selasa (1/12/2020).

Pendidikan keterampilan hidup terdiri dari keterampilan kognitif, keterampilan sosial, keterampilan
emosional, yang berarti bersifat holistik. “Keterampilan ini penting bagi anak-anak kita dan para remaja,
yang mereka butuhkan guna mencapai sebuah kehidupan yang produktif dan berarti,” terang Iwan.

Pendidikan keterampilan hidup berkontribusi terhadap peningkatan hasil belajar dan juga membekali
anak-anak dan remaja dengan hal-hal yang mereka butuhkan dalam transisi ke masa dewasa. Seperti
kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat, kemampuan untuk menghadapi tantangan zaman,
dan rasa diberdayakan serta lebih percaya diri.

“Hal ini tentu membutuhkan kemampuan dari para guru dalam mengajar menggunakan pendekatan
yang lebih interaktif sehingga para guru bisa benar-benar memahami bagaimana peserta didik yang
mereka ajar dan menggali potensi yang terbaik dari mereka,” harap Dirjen GTK Kemendikbud, Iwan
Syahril.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Kecakapan hidup merupakan orientasi pendidikan yang mensinergikan mata pelajaran menjadi
kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, dimanapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun
profesinya.Kecakapan hidup (Life Skill) yaitu kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema
kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.

Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan vokasional atau keterampilan untuk bekerja.
Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun, tetap memerlukan
kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai masalah yang
harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh pendidikan pun memerlukan kecakapan hidup ,
karena mereka tentu juga memiliki permasalahannya sendiri. Bukankah dalam hidup ini, di manapun
dan kapanpun, orang selalu menemui masalah yang memerlukan pemecahan?

Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema
kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak
melanjutkan pendidikannya.

Untuk mewujudkan hal ini, perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas yang tidak hanya
berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how
to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya
untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari (Bently, 2000). Pendidikan yang mengitegrasikan
empat pilar pendidikan yang diajukan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to
be, and learning to live together.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, maka kelompok kami menyusun makalah


dengan judul“LATAR BELAKANG LAHIRNYA PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DAN PENTINGNYA
PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM SISTEM NASIONAL (UUD 1945)” sebagai sebuah atensi dalam
membumikan Pembelajaran Pendidikan kecakapan hidup di Indonesia pada umumnya dan khususnya di
lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana latar belakang lahirnya pendidika kecakapan hidup?

2. Apa saja pentingnya pendidikan kecakapan hidup?

3. Apa saja pentingnya kecakapan hidup dalam sistem nasional (UUD 1945)?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk memahami Latar belakang lahirnya kecakapan hidup.

2. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan kecakapan hidup.

3. Untuk mengetahui pentingnya kecakapan hidup dalam sistem nasional (UUD 1945).
D. Manfaat penulisan

Berdasarkan pembahasan mengenai pengertian, fungsi, dang ruang lingkup pembelajaran fiqih, maka
manfaat penulisan dapat ditinjau dari dua sisi, antara lain sebagai berkiut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil diskusi dalam makalah ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya, wawasan, pengetahuan, konsep dan teori mengenai latar belakang lahirnya
kecakapan hidup dan pentingnya kecakapan hidup dalam sistem nasional (UUD 1945). Dengan
demikian, mampu menerapkan dan menjelaskan makalah tersebut.

2. Manfaat Praktis

Hasil diskusi ini diharapkan dapat menyumbangkan pikiran terhadap pemecahan masalah yang
berkaitan dengan masalah pembelajaran pendidikan kecakapan hidup serta permasalahan yang
berkaitan dengannya. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi acuan bagi penyusun program pemecahan
masalah mengenai pembelajaran pendidikan keckapan hidup serta dapat mengimplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.

E. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan yang dipaparkan dalam makalah mandiri ini adalah terdiri dari: BAB I.
Pendahuluan: terdiri dari A. Latar Belakang masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penulisan, D.
Manfaat Penulisan dan E. Sistematika BAB II. Kajian Teoritik terdiri dari A. Latar belakang lahirnya
kecakapan hidup, B. pentingnya pendidikan kecakapan hidup, C. pentingnya kecakapan hidup dalam
sistem nasional (UUD 1945). BAB III. Analisis latar belakang lahirnya pendidikan kecakapan hidup dalam
sistem nasional (UUD 1945). Bab IV. Penutup terdiri dari A. Kesimpulan B. Saran C. Rekomendasi

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Latar Belakang Lahirnya Pendidikan Kecakapan Hidup

Sebelum di paparkan mengenai latar belakang lahirnya pendidikan kecakapan hidup, maka akan di
jelaskan terlebih dahulu tentang pengertian dari pendidikan, kecakapan hidup, dan pendidikan
kecakapan hidup.

1. Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam
maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki
oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
berpengaruh pada kebudayaan suatu daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya
berpangkal dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam arti yang sangat
luas.

Bratanata dkk. mengartikan pendidikan sebagai usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun
dengan cara tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya untuk mencapai
kedewasaannya (Ahmadi dan Uhbiyati 2007 :69).

John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan


fondamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Brown (dalam Ahmadi,
2004 :74) bahwa pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan
didalam tingkah laku dihasilkan didalam diri orang itu melalui didalam kelompok.

.Ahmadi dan Uhbiyati (2007 :70) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu
kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang
dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak mencapai kedewasaan yang
dicitacitakan dan berlangsung terus menerus.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas mak dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan
sarana untuk membantu seorang anak untuk dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu bermanfaat bagi kehidupannya
dimasyarakat.

2. Kecakapan Hidup

Sebagaimana dijelaskan dalam Kurikulum 2004, kecakapan hidup adalah "Kecakapan yang dimiliki
seseorang untuk mampu memecahkan permasalahan hidup secara wajar dan menjalani kehidupan
secara bermartabat tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi,
sehingga akhirnya mampu mengatasinya".

Berdasarkan pengertian di atas, kecakapan hidup (life skills) merupakan kecakapan untuk memecahkan
masalah secara inovatif dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.
Pemecahan masalah tersebut dapat berupa proses maupun produk yang bermanfaat untuk
mempertahankan, meningkatkan, atau memperbaharui hidup dan kehidupan siswa.

Kecakapan hidup tersebut diharapkan dapat dicapai melalui berbagai pengalaman belajar siswa. Dari
berbagai pengalaman mempelajari berbagai mata pelajaran, diharapkan siswa memperoleh hasil
sampingan yang positif berupa upaya memanfaatkan pengetahuan, konsep, prinsip dan prosedur untuk
memecahkan masalah baru dalam bentuk kecakapan hidup.

Di samping itu, kecakapan hidup tersebut hendaknya diupayakan pencapaiannya dengan


mengintegrasikannya pada topik dan pengalaman belajar yang relevan (Depdiknas, 2003). Kecakapan
hidup memiliki arti yang luas, karena dalam menjalani hidup dan kehidupan, seseorang memerlukan
suatu keterampilan untuk dapat mempertahankan hidupnya. Hal demikian secara sengaja maupun
tidak, telah ada sejak manusia ada. Karena semua manusia pasti menghadapi berbagai masalah yang
harus dipecahkan.
Seorang ibu misalnya, telah mendidik anaknya sejak kecil untuk mencuci tangan sebelum makan, untuk
berhati-hati dengan melihat ke kiri dan ke kanan apabila akan menyeberangi jalan, dan sebagainya.
Dengan kata lain hal tersebut dilakukan agar anak dapat mempertahankan hidupnya.

Selain itu adapun pengertian kecakapan hidup menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut:

a. Brolin

Brolin mengatakan bahwa Life skills atau kecakapan hidup adalah sebagai kontinum pengetahuan dan
kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan. Pendapat lain
mengatakan bahwa life skill merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat
bahagia dalam kehidupan.

b. Malik Fajar

Malik Fajar mengatakan bahwa life skills adalah kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain
kecakapan dalam bidang akademik.

c. Slamet PH

Slamet PH mendefinisikan life skills adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan
oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut
mencakup segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal untuk menjalankan kehidupannya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan
secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan
solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

3. Pendidikan Kecakapan Hidup

Secara definisi umum, pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan
yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan
berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan demikian pendidikan life skill harus dapat
merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan
hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.

Pembelajaran kecakapan hidup ( life skill ) ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tetapi
diimplementasikan dalam pembelajaran. Pengenalan kecakapan hidup terhadap peserta didik bukanlah
untuk mengganti kurikulum, akan tetapi untuk melakukan reorientasi terhadap kurikulum yang ada
sekarang agar benar-benar dapat merefleksikan nilai-nilai kehidupan nyata. Yang diperlukan adalah
reorientasi pendidikan dari subject matter oriented menjadi life skill oriented.

Pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara
benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi
perkembangan kehidupan peserta didik.

Dengan demikian pendidikan life skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses
pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk
hidup di tengah-tengah masyarakat.
4. Latar belakang pendidikan kecakapan hidup

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu satuan program dari pendidikan nonformal
memiliki peran yang urgen dalam rangka membekali warga belajar agar dapat hidup secara mandiri.
Ditjen PLS Depdiknas dalam Pedoman Program Life Skills (2007 : 2) menggambarkan bahwa program
pendidikan kecakapan hidup ini secara khusus bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada peserta
didik agar :

a. Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik
bekerja secara mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan
penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan
mampu bersaing di pasar global.

c. Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun
untuk anggota keluarganya.

d. Memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mewujudkan
keadilan pendidikan di setiap lapisan masyarakat.

Program pendidikan kecakapan hidup sebagai salah satu bagian dari pembangunan berkelanjutan
(sebagai strategi) menghendaki pengelolaan semua kekayaan yang berupa Sumber Daya Alam (SDA),
tenaga, manusia, keuangan dan fisik digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat
dalam jangka panjang. Sehingga peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat terlihat dari
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu.

Kesiapan yang dimaksud adalah merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara
tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon, dan hal
inilah yang menjadi salah satu tolak ukur melihat perubahan sikap yang terjadi pada individu tersebut.

Potensi kecakapan untuk menempuh perjalanan hidup bagi seseorang merupakan bawaan yang telah
melekat pada dirinya sejak dia tercipta. Tugas orang tua dan masyarakat adalah mengembangkan
potensi itu melalui pendidikan informal di dalam keluarga dan di dalam masyarakat yang dilakukan
dengan ikhlas sebagai ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta.

Dalam bahasa yang religius kegiatan ini merupakan wujud dari rasa syukur karena telah dikaruniai
keturunan yang diharapkan akan dapat meneruskan kehidupan dan generasi terdahulu kepada generasi
berikutnya. Negara dan bangsa sebagai kesatuan keluarga dan masyarakat mewujudkan rasa syukur itu
dengan menciptakan suatu sistem pendidikan yang sesuai dengan karakteristik negara dan bangsanya.

Oleh karena itu negara dan bangsa menciptakan sekolah sebagai tempat untuk mengembangkan
potensi kecakapan untuk hidup (life skills) anak-anak bangsanya dengan cara yang lebih sistematis dan
terarah melalui pendidikan formal. Dan tugas sekolah sebagai subsistem pendidikan adalah
melaksanakan pendidikan formal untuk mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup, sejajar
bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain.
Dalam hampir semua kegiatan untuk menjalani kehidupan, persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh
seseorang pada urnumnya berkisar pada empat persoalan besar yang sangat mendasar sebagai
persoalan utama. Keempat persoalan besar itu adalah sebagai berikut:

a. Persoalan yang berkaitan dengan dirinya sendiri,

b. Persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya bersama-sama dengan orang lain.

c. Persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya di suatu lingkungan alam tertentu

d. Persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya, baik yang berkaitan dengan pekerjaan utama yang
ditekuni sebagai mata pencaharian maupun pekerjaan yang hanya sekadar sebagai hobi.

Agar dapat menghadapi keempat persoalan utama tersebut dengan sebaik-baiknya, diperlukan adanya
suatu kecakapan khusus yang minimal harus dapat dikuasai oleh seseorang. Untuk mempersiapkan hal
itu secara dini, pada dasarnya perlu diupayakan dengan baik, sekurang-kurangnya empat jenis
pendidikan kecakapan untuk hidup yang (Life Skills Education) yang harus dibekalkan kepada para siswa.

Keempat jenis pendidikan kecakapan yang perlu diberikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat
memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan untuk menempuh perjalanan hidup
itu, baik melalui pendidikan informal di dalam keluarga dan masyarakat, maupun melalui pendidikan
formal di sekolah hendaknya mencakup: ‘personal skills education’, ‘social skills education’,
‘environmental skills education’, dan ‘vocational atau occupational skills education’.

a. Personal Skills Education adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak didik
agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan diri sendiri untuk
mengaktualisasikan jati-dirinya sebagai manusia yang menjadi khalifah atau wakil Sang Pencipta di
planet bumi ini.

b. Social Skills Education adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak didik agar
dapat mengembangkan kemampuan berdialog untuk bergaul secara baik dengan sesama manusia.

c. Environmental Skills Education adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak
didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan lingkungan alam
sekitamya, untuk menikmati keindahannya dan menjaganya dari kerusakan-kerusakan karena ulahnya
sendiri atau oleh manusia lainnya, serta kemampuan untuk menjaga diri dari pengaruh-pengaruhnya.

d. Vocational atau Occupational Skills Education adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan
kepada anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan untuk menguasai dan menyenangi jenis
pekerjaan tertentu.

Jenis pekerjaan tertentu ini bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang akan ditekum sebagai mata
pencaharian,yaitu menjadi bekal untuk bekerja mencari nafkah yang halal yang merupakan salah satu
kewajiban dalam menempuh perjalanan hidupnya di kelak kemudian hari. Jenis pekerjaan tertentu
dapat juga merupakan pekerjaan yang hanya sekadar sebagai hobi.
B. Pentingnya Pendidikan Kecakapan Hidup

Sebagian masyarakat bahkan orang tua beranggapan bahwa memiliki anak yang pandai sudah cukup.
Disamping itu, seorang anak yang telah menjadi sarjana atau lulusan sebuah perguruan tinggi dengan
gelar akademis tertentu belum mampu menjamin masa depan kehidupan anak yang lebih menjanjikan.
Pemikiran seperti itu tentu dalam suatu waktu akan menemukan titik relevansinya. Namun, pada situasi
dan kondisi tertentu mungkin janji-janji yang mencerahkan atas gelar akademis tersebut menjadi kurang
relevan, bahkan masyarakat luas tidak lagi dipercayainya. Seiring dengan semakin banyaknya
pengangguran yang disebabkan karena factor pendidikan, dan maraknya kasus korupsi yang tidak
terlepas dari para birokrat yang memiliki banyak gelar, sarjana, master, doctor bahkan professor. Peran
dan fungsi pendidikan dalam konteks ini tentu akan mendapat gugatan dari banyak kalangan, misalnya
mengapa praktek korupsi justru dilakukan oleh orang-orang pandai dan pintar. Kenyataan ini memang
sungguh sangat menyedihkan, bahkan bangsa ini sering dikonotasikan sebagai bangsa yang sangat
kreatif dalam hal korupsi, dari lapisan yang paling bawah sampai paling atas.

Pada dasarnya, pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali peserta didik dengan
berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus berorientasi pada pemberian bekal bagi
peserta didik agar dapat menjalani kehidupannya dengan baik, terutama dalam situasi dan kondisi di era
globalisasi. Dijelaskan dengan tegas dalam UU sisdiknas no. 20 tahu 2003 bahwa tujuan pendidikan
selain bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, juga bertujuan agar peserta
didik menjadi manusia yang cakap, kreatif dan mandiri. Kecakapan, kreatifitas dan kemandirian
merupakan tiga point yang sangat penting untuk dimiliki setiap peserta didik agar ia dapat cakap dalam
menghadapi realitas hidupnya, kreatif dalam memberikan solusi atas persoalan yang ada.

E. Mulyasa menegaskan bahwa tantangan kehidupan di masa yang akan datang menuntut manusia
untuk hidup secara mandiri sehingga peserta didik harus di bekali dengan kecakapan (life skill) melaui
muatan, proses pembelajaran dan aktifitas lain sekolah. Pada hakekatnya pendidikan yang berorientasi
kecakapan hidup adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos. Selain itu pendidikan yang
seperti ini bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problem yang sedang dihadapinya.

Tuntutan life skill pada dasarnya mencakup beberapa aspek diantaranya keterampilan peserta didik,
profesionalitas, dan kecakapan dalam melakukan transformasi menuju perubahan social. Sebagaimana
dijelaskan diatas,kecakaapn hidup disini bukan semata cakap dalam berpikir dan akademis, namun
cakap dalam keterampilan dan social.

Tidak semua siswa bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kebanyakan dari mereka
hanya menamatkan pendidikan formal sampai ke jenjang SMP (Wajar 9 tahun), terutama di daerah
pedesaan. Pola pikir masyarakat di pedesaan masih belum terbuka. Hal ini diakibatkan oleh faktor
ekonomi yang masih rendah. Kebutuhan biaya hidup sehari-hari dalam kondisi tersebut, lebih penting
dibandingkan dengan biaya untuk melanjutkan pendidikan.

Oleh karena itu, melihat dari kasus di atas. Tentunya sistem pendidikan harus bisa menyesuaikan
dengan kondisi dan situasi yang ada di lapangan. Penyesuaian dilakukan dengan menganilisis
karakteristik dan potensi dari setiap daerah. Untuk melakukan analisa bisa dilakukan oleh pemerintah
daerah (pemda) setempat. Pasalnya, pemda setempat dipastikan lebih mengetahui karakteristik dan
potensi dari daerah yang dikelolanya.

Setelah diketahui karakteristik dan potensi dari setiap daerah. Salah satu sistem pendidikan yang bisa
diterapkan untuk mengantisipasi kasus di atas adalah melalui pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan
ini harus benar-benar didukung oleh pemerintah dengan cara memfasilitasi semua kebutuhan yang
diperlukan. Baik sarana dan prasarana maupun tim ahli yang menjalankan sistem pendidikan tersebut
(pendidik). Dalam menjalankan sistem pendidikan kecakapan hidup, tentunya berbeda dengan sistem
pendidikan biasanya. Karena, proses pendidikan dilakukan berdasarkan dengan potensi yang ada dari
setiap masing-masing daerah.

Mengutip dari Tim Broad-Based Education (2002), mendefenisikan kecakapan hidup sebagai kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya. Dengan adanya pendidikan kecakapan hidup ini, terdapat beberapa
keuntungan terutama bagi mereka yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, diantaranya: menggali potensi daerah, menciptakan lapangan kerja dan memajukan daerah
sendiri.

Menggali potensi daerah, dilakukan berdasarkan bekal yang didapat dari pendidikan kecakapan hidup.
Dengan adanya bekal yang matang, maka akan tercipta lapangan pekerjaan. Sehingga mereka tak perlu
lagi merantau ke kota untuk mengadu nasib. Dan apabila hal ini terjadi, pendapatan pemerintah pun
akan meningkat serta bisa memajukan daerah sendiri dalam sektor ekonomi. Melihat pentingnya
memiliki kecakapan hidup yang dapat digunakan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
harus menjadi perhatian serius dari pemerintah. Baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Apalagi pada tahun 2010 sampai 2035, Indonesia dianugerahi bonus demografi.

Bonus demografi merupakan keadaan ketika jumlah usia produktif (15-64 tahun), jauh lebih besar
dibandingkan dengan usia muda (di bawah 15 tahun) dan lansia (65 tahun ke atas). Jika bonus ini tidak
bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah, melalui pendidikan kecakapan hidup. Dapat diduga
pada masa ini akan terjadi banyak pengangguran. Karena, banyak usia produktif yang tidak produktif
akibat tidak memiliki kecakapan hidup.

C. Pentingnya Pendidikan Kecakapan Hidup (Dalam Sistem Nasional UUD 1945)

Pentingnya Pendidikan kecakapan hidup dalam sistem nasional UUD 1945 antara lain sebagai berikut:

1. Pendidikan kecakapan hidup dalam rumusan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 tentang fungsi dan
tujuan menyatakan :"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab".

Meskipun rumusan tersebut tidak secara jelas menyatakan kecakapan hidup tetapi kalau fungsi dan
tujuan tersebut direalisasikan oleh sistem pendidikan nasional, tentu hasilnya adalah lulusan yang
memiliki kecakapan hidup.Pasal 26 ayat 3 dari undang-undang tersebut yang secara jelas menyatakan
pendidikan kecakapan hidup justru merupakan rincian dari pendidikan non formal yang selengkapnya
berbunyi :

"Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan
dan pelatihan kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik".

Selanjutnya, pengertian pendidikan kecakapan hidup dapat dijumpai pada penjelasan pasal 26 ayat 3
sebagai berikut :"Pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang memberikan
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja
atau usaha mandiri".

2. Pendidikan Kecakapan Hidup dalam rumusan Peraturan Pemerintah

No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, memuat diktum
pendidika kecakapan hidup sebagai berikut :

a. Pasal 6 ayat 3 menyatakan : "Satuan pendidikan non formal dalam bentuk kursus dan lembaga
pelatihan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang memuat pendidikan kecakapan hidup dan
keterampilan".

b. Pasal 13 ayat 1 sampai dengan ayat 4 mengatur pendidikan kecakapan hidup sebagai berikut :

1) Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, SMA/MA/SMALB atau bentuk
lain yang sederajat, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan
kecakapan hidup.

2) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mencakup kecakapan pribadi,
kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional.

3) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dan 2 dapat merupakan
bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan estetika, pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan.

4) Pendidikan kecakapan hidup dimaksud pada ayat 1, 2 dan 3 dapat diperoleh peserta didik dari
satuan pendidikan non formal yang sudah memperoleh akreditasi.
BAB III

ANALISIS

LATAR BELAKANG LAHIRNYA PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DAN PENTINGNYA PENDIDIKAN


KECAKAPAN HIDUP DALAM SISTEM NASIONAL (UUD 1945)

Di bawah ini merupakan penjelasan yang dapat dianalisis berdasarkan hasil dari beberapa data yang
relevan mengenai filsafat pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat dan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan salah satunya terdapat dalam UU No 20 Th. 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang kreatif serta bertanggung jawab. Dan manfaatnya agar
mampu mendewasakan diri untuk menghadapi tantangan yang akan datang dengan cara pendidikan
baik pendidik, peserta didik dan semua yang terlibat dalam pendidikan

2. Tujuan Kecakapan Hidup

Kata cakap memiliki beberapa arti. Pertama dapat diartikan sebagai pandai atau mahir, kedua sebagai
sanggup, dapat atau mampu melakukan sesuatu, dan ketigasebagai mempunyai kemampuan dan
kepandaian untuk mengerjakan sesuatu. Jadi kata kecakapan berarti suatu kepandaian, kemahiran,
kesanggupan atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyelesaikan sesuatu.

Oleh karena itu kecakapan untuk hidup (‘life skills’) dapat didefinisikan sebagai suatu kepandaian,
kemahiran, kesanggupan atau kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan
hidup atau untuk menjalani kehidupan, mulai dari masa kanak-kanak sampai dengan akhir hayatnya.

Seperti diuraikan di atas, potensi untuk dapat mengembangkan kecakapan untuk hidup ini telah ada
pada setiap orang sejak ia dilahirkan. Waktu yang diperlukan untuk mengembangkan potensi pada
manusia relatif lebih lama dan pada waktu yang diperlukan oleh binatang, karena pada binatang lebih
didominasi oleh naluri biologis.

Sedangkan pada manusia di samping pengembangan naluri biologis masih diperlukan waktu persiapan
yang lebih panjang untuk mengembangkan daya fisik, daya fikir, daya emosi dan daya spiritual yang
terpadu menjadi daya kalbu. Kemampuan kecakapan untuk menjalani kehidupan ini pada awalnya
berkembang secara alamiah melalui pendidikan informal pada keluarga dan masyarakat.

Kemudian secara formal upaya untuk mengembangkan dan memperkuat potensi yang telah ada ini
dirancang dengan sistematis ke dalam suatu kurikulum untuk diberikan kepada anak didik melalui
pendidikan di sekolah dengan alokasi waktu jam pelajaran tertentu pada setiap minggu, mulai dari
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Menengah, sampai
dengan Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil pendidikan informal yang diterima, hasil pengalaman yang
diperoleh dan hasil pendidikan formal yang pemah diikuti dengan benar, selama menempuh perjalanan
hidup seseorang temyata, bahwa kemampuan kecakapan untuk hidup ini dapat berkembang terus
menjadi semakin kuat dan meningkat dalam kearifannya untuk mengarungi samudera kehidupan.
Kemajuan ini masih dapat diupayakan untuk meningkat lagi dan akan menampakkan wujudnya dengan
sesuatu yang disebut dengan mutu. Dan pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh dalam
memecahkan berbagai masalah selama mengarungi kehidupan ini akan dapat menempa dan
memperkuat kemampuan itu sehingga menjadi suatu mutu kehidupan untuk menghadapi berbagai
persoalan kehidupan yang lebih sulit dan semakin rumit.

Mutu kehidupan itu pun masih dapat ditingkatkan lagi sampai ke puncaknya. Tingkat kemampuan
kecakapan untuk hidup yang tertinggi adalah apabila dalam menempuh perjalanan hidup itu sendiri
selalu dilandasi dengan rasa kasih sayang yang tulus kepada sesama. Lalu dijalani dan dihayati dengan
penuh kepasrahan dan tawakkal untuk mengikuti aturan Sang Pencipta, dengan cara yang apa adanya,
cara yang santun, cara yang ikhlas dan cara yang indah, sebagai suatu seni hidup yang disebut ‘The Art
of Life.

3. Pentingnya Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Sistem Nasional (UUD 1945)

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu satuan program dari pendidikan nonformal
memiliki peran yang urgen dalam rangka membekali warga belajar agar dapat hidup secara mandiri.
Potensi kecakapan untuk menempuh perjalanan hidup bagi seseorang merupakan bawaan yang telah
melekat pada dirinya sejak dia tercipta. Tugas orang tua dan masyarakat adalah mengembangkan
potensi itu melalui pendidikan informal di dalam keluarga dan di dalam masyarakat yang dilakukan
dengan ikhlas sebagai ungkapan terima kasih kepada Sang Pencipta.

Dalam bahasa yang religius kegiatan ini merupakan wujud dari rasa syukur karena telah dikaruniai
keturunan yang diharapkan akan dapat meneruskan kehidupan dan generasi terdahulu kepada generasi
berikutnya. Negara dan bangsa sebagai kesatuan keluarga dan masyarakat mewujudkan rasa syukur itu
dengan menciptakan suatu sistem pendidikan yang sesuai dengan karakteristik negara dan bangsanya.

Oleh karena itu negara dan bangsa menciptakan sekolah sebagai tempat untuk mengembangkan
potensi kecakapan untuk hidup (life skills) anak-anak bangsanya dengan cara yang lebih sistematis dan
terarah melalui pendidikan formal. Dan tugas sekolah sebagai subsistem pendidikan adalah
melaksanakan pendidikan formal untuk mengembangkan potensi kecakapan untuk hidup, sejajar
bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain.

Dalam hampir semua kegiatan untuk menjalani kehidupan, persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh
seseorang pada urnumnya berkisar pada empat persoalan besar yang sangat mendasar sebagai
persoalan utama. Keempat persoalan besar itu adalah sebagai berikut:

a. Persoalan yang berkaitan dengan dirinya sendiri,

b. Persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya bersama-sama dengan orang lain.

c. Persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya di suatu lingkungan alam tertentu

d. Persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya, baik yang berkaitan dengan pekerjaan utama yang
ditekuni sebagai mata pencaharian maupun pekerjaan yang hanya sekadar sebagai hobi.

Agar dapat menghadapi keempat persoalan utama tersebut dengan sebaik-baiknya, diperlukan adanya
suatu kecakapan khusus yang minimal harus dapat dikuasai oleh seseorang. Untuk mempersiapkan hal
itu secara dini, pada dasarnya perlu diupayakan dengan baik, sekurang-kurangnya empat jenis
pendidikan kecakapan untuk hidup yang (Life Skills Education) yang harus dibekalkan kepada para siswa.

Keempat jenis pendidikan kecakapan yang perlu diberikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat
memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan untuk menempuh perjalanan hidup
itu, baik melalui pendidikan informal di dalam keluarga dan masyarakat, maupun melalui pendidikan
formal di sekolah hendaknya mencakup: ‘personal skills education’, ‘social skills education’,
‘environmental skills education’, dan ‘vocational atau occupational skills education’.

Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan- kecakapan yang secara praktis yang dapat
membekali peserta didik dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan
itu menyangkut aspek pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan
Kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi
tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.

Tentunya sistem pendidikan harus bisa menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada di lapangan.
Penyesuaian dilakukan dengan menganilisis karakteristik dan potensi dari setiap daerah. Untuk
melakukan analisa bisa dilakukan oleh pemerintah daerah (pemda) setempat. Pasalnya, pemda
setempat dipastikan lebih mengetahui karakteristik dan potensi dari daerah yang dikelolanya.

Setelah diketahui karakteristik dan potensi dari setiap daerah. Salah satu sistem pendidikan yang bisa
diterapkan untuk mengantisipasi kasus di atas adalah melalui pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan
ini harus benar-benar didukung oleh pemerintah dengan cara memfasilitasi semua kebutuhan yang
diperlukan. Baik sarana dan prasarana maupun tim ahli yang menjalankan sistem pendidikan tersebut
(pendidik). Dalam menjalankan sistem pendidikan kecakapan hidup, tentunya berbeda dengan sistem
pendidikan biasanya. Karena, proses pendidikan dilakukan berdasarkan dengan potensi yang ada dari
setiap masing-masing daerah.

Pada dasarnya, pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali peserta didik dengan
berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus berorientasi pada pemberian bekal bagi
peserta didik agar dapat menjalani kehidupannya dengan baik, terutama dalam situasi dan kondisi di era
globalisasi.

Dijelaskan dengan tegas dalam UU sisdiknas no. 20 tahu 2003 bahwa tujuan pendidikan selain bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, juga bertujuan agar peserta didik menjadi manusia
yang cakap, kreatif dan mandiri. Kecakapan, kreatifitas dan kemandirian merupakan tiga point yang
sangat penting untuk dimiliki setiap peserta didik agar ia dapat cakap dalam menghadapi realitas
hidupnya, kreatif dalam memberikan solusi atas persoalan yang ada.

Mulyasa menegaskan bahwa tantangan kehidupan di masa yang akan datang menuntut manusia untuk
hidup secara mandiri sehingga peserta didik harus di bekali dengan kecakapan (life skill) melaui muatan,
proses pembelajaran dan aktifitas lain sekolah. Pada hakekatnya pendidikan yang berorientasi
kecakapan hidup adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos.

Selain itu pendidikan yang seperti ini bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga
dapat digunakan untuk memecahkan problem yang sedang dihadapinya. Tuntutan life skill pada
dasarnya mencakup beberapa aspek diantaranya keterampilan peserta didik, profesionalitas, dan
kecakapan dalam melakukan transformasi menuju perubahan social. Sebagaimana dijelaskan
diatas,kecakaapan hidup disini bukan semata cakap dalam berpikir dan akademis, namun cakap dalam
keterampilan dan social.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Program pendidikan kecakapan hidup sebagai salah satu bagian dari pembangunan berkelanjutan
(sebagai strategi) menghendaki pengelolaan semua kekayaan yang berupa Sumber Daya Alam (SDA),
tenaga, manusia, keuangan dan fisik digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat
dalam jangka panjang. Sehingga peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat terlihat dari
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu. Kesiapan yang dimaksud
adalah merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon, dan hal inilah yang menjadi salah
satu tolak ukur melihat perubahan sikap yang terjadi pada individu tersebut.

2. Pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan
secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi
perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan demikian pendidikan life skill harus dapat
merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan
hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Salah satu sistem
pendidikan yang bisa diterapkan untuk mengantisipasi kasus di atas adalah melalui pendidikan
kecakapan hidup. Pendidikan ini harus benar-benar didukung oleh pemerintah dengan cara
memfasilitasi semua kebutuhan yang diperlukan. Baik sarana dan prasarana maupun tim ahli yang
menjalankan sistem pendidikan tersebut (pendidik). Dalam menjalankan sistem pendidikan kecakapan
hidup, tentunya berbeda dengan sistem pendidikan biasanya. Karena, proses pendidikan dilakukan
berdasarkan dengan potensi yang ada dari setiap masing-masing daerah.

3. Pendidikan kecakapan berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

B. Saran

Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa pendidikan kecakapan hidup merupakan suatu
upaya mengembangkan potensi sumber daya manusia yang dapat berfungsi sebagai modal untuk hidup
menuju sejahtera. Dengan kecakapan hidup peserta didik diharapkan mampu memiliki potensi untuk
menjadi agen perubahan.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan rekomendasi yang dipandang
bermanfaat, antara lain:

1. Kepada Para Dosen STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat mengontrol terhadap mahasiswa,
agar mampu mewujudkan mahasiswa yang dapat memahami hal-hal yang berkenaan dengan materi
tentang pendidikan, khususnya mengenai latar belakang lahirnya pendidikan kecakapan hidup dan
pentingnya pendidikan hidup dalam sistem nasional.

2. Kepada para mahasiswa STAI Al-Musaddadiyah diharapkan dapat menerapkan dan memanfaatkan
hal-hal apa saja yang berkaitan dengan materi tentang pendidikan nilai, khususnya latar belakang
lahirnya pendidikan kecakapan hidup dan pentingnya pendidikan hidup dalam sistem nasional.

DAFTAR PUSTAKA

ü Kunandar, Guru Profesionalisme Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, 2009

ü Muhaimin, dkk, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan
Madrasah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008

ü Rembangy, Musthofa, Pendidikan Transformatif : Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah


Pusaran Arus Globalisasi, Yogyakarta : Teras, 2008

ü http://makalahachmad.blogspot.co.id/

ü http://sitimukharomah22.blogspot.co.id/2015/07/kecakapan-hidup-life-skill.html

ü https://sulipan.wordpress.com/2010/05/09/pendidikan-kecakapan-untuk-hidup-life-skill/

SUMBER https://mangmumin.blgspot.com/2019/10/pendidikan-kecakapan-hidup.html
Pendidikan Kecakapan Hidup
20 Mar @Kolom
( #TantanganGurusiana hari ke-66#)

Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) merupakan salah satu muatan yang tercantum dalam
muatan kurikulum 2013 dengan nama muatan kekhasan satuan pendidikan disamping muatan
kurikulum pada tingkat nasional, dan muatan kurikulum pada tingkat daerah.

Muatan kurikulum pada tingkat nasional terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang
dikembangkan oleh pusat. Muatan kurikulum pada tingkat daerah terdiri atas sejumlah bahan
kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang
bersangkutan.

Sedangkan muatan kekhasan satuan pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran atau mata
pelajaran muatan lokal serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang
bersangkutan dengan pertimbangan kebutuhan peserta didik.

Kecakapan hidup (Life Skills) adalah kemampuan untuk perilaku adaptif dan positif yang
memungkinkan manusia untuk secara efektif menghadapi tuntutan dan tantangan hidup.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) adalah Pendidikan yang memberikan
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk
bekerja atau usaha mandiri.

Menurut Tim Broad Based Education (Depdiknas, 2002), tujuan umum pendidikan kecakapan
hidup diantaranya yaitu:

*. Mengaktualisasikan potensi siswa sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema


yang dihadapi.

*. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang


fleksibel sesuai prinsip pendidikan yang berbasis luas (Broad Based Education).
*. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah (School Based Managemen).

Pendidikan kecakapan hidup dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global yang dimiliki
kompetensi keahlian mencantumkan: Penerapan pendidikan kecakapan hidup yang
menggambarkan kewirausahaan dan ekonomi kreatif

Implementasi Pendidikan kecakapan hidup dalam proses pembelajaran dapat dilakukan secara
integral. Hal tersebut dapat dilakukan karena pembekalan kecakapan hidup merupakan pesan
Pendidikan atau “hidden curriculum” yang keberhasilannya sangat tergantung pada cara
penyampaian bukan pada materi pesannya.

Untuk seluruh peserta didik, secara Umum prinsip implementasi konsep kecakapan hidup
mencakup tiga domain yaitu; sikap, pengetahuan, dan keterampilan praktis dengan fokus;

1) Menekankan pada pola pembelajaran yang mengarahkan kepada prinsip learning to think,
learning to do, learning to be, learning to live together.

2) Menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

3) Pola pendekatan diarahkan kepada proses pembiasaan.

4) Perancangan pembelajaran mengacu pada keterpaduan penguasaan aspek sikap,


pengetahuan, dan keterampilan.

5) Perancangan strategi pembelajaran diarahkan pada prinsip cara belajar peserta didik aktif
yaitu peserta didik sebagai subyek bukan obyek.

6) Menerapkan penggunaan multi metode dalam pembelajaran.


7) Peran guru lebih sebagai perancang dan fasilitator untuk terjadi proses belajar, bukan pada
terjadinya proses mengajar.

Uraian Program PKH

Model pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi kecakapan hidup yang dimiliki
peserta didik mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dirancang melalui
penggunaan variasi metode mengajar, antara lain:

1) Metode kerja kelompok dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan
bersosialisasi dan berinteraksi antar sesama peserta didik, menghargai kelebihan dan
kekurangan masing-masing anggota tim, kemampuan bekerja dalam tim, dan lain-lain.

2) Metode kasus dapat digunakan untuk menganalisis dan memecahkan persoalan yang terjadi
di lingkungan peserta didik. Pemilihan kasus dapat diserahkan kepada peserta didik agar
peserta didik lebih peka untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang terjadi.

3) Metode Eksperimen dapat digunakan untuk melatih kemampuan peserta didik dalam
menganalisis sesuatu, menghubungkan sebab akibat, mencari jalan keluar dari permasalahan
yang ada, berfikir berdasarkan fakta yang ada dan didukung dengan landasan teori yang telah
ditanamkam atau diberikan melalui ceramah/tanya jawab. Peserta didik diberi keleluasaan
untuk melakukan percobaan yang berbeda antar yang satu dengan yang lainnya. Melalui
kegiatan ini diharapkan kecakapan akademik dan berfikir peserta didik terlatih dan berkembang
sesuai potensi peserta didik.

4) Pemberian tugas dalam bentuk laporan disertai dengan presentasi didepan kelas.

Metode ini digunakan untuk mengasah kemampuan peserta didik dalam menuangkan pokok-
pokok pikiran atau ide-ide yang berbentuk tulisan sekaligus mengkomunikasikan secara lisan.
Dari kegiatan ini, peserta didik berlatih bagaimana berkomunikasi lisan dan tulisan,
mengeluarkan ide-ide atau gagasan, mendengarkan dan menghargai perbedaan pendapat dari
orang lain, mengelola emosi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan dirinya dan orang lain.
5) Debat grup, dapat digunakan untuk melatih kemampuan berkomunikasi, mengeluarkan
pendapat, menghargai pendapat orang, tidak memaksakan kehendak pribadi, tidak emosional
dalam diskusi, dan menghargai adanya perbedaan sudut pandang.

6) Pelaksanaan penyusunan karya tulis untuk kelas XI dan XII yang diharapkan menjadi bekal
bagi peserta didik untuk melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi (PT).

Strategi Pelaksanaan PKH

Pendidikan kecakapan hidup yang diterapkan oleh sekolah merupakan bagian integral dari
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Dengan demikian, materi kecakapan hidup akan
diperoleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran sehari – hari yang diemban oleh mata
pelajaran yang bersangkutan.
SUMBER:
https://martintepa.com/article/2020/03/pendidikan-kecakapan-hidup-4958822?
bima_access_status=not-logged

Anda mungkin juga menyukai