(Life Skills) Menurut Para Ahli Lengkap – Kecakapan hidup (Life Skills) adalah
kemampuan untuk perilaku adaptif dan positif yang memungkinkan manusia untuk
secara efektif menghadapi tuntutan dan tantangan hidup. Konsep ini juga disebut
kompetensi psikososial.
Daftar Isi
1 Pengertian Kecakapan Hidup (Life Skills) Menurut Para Ahli
o 1.1 Tim Broad-Based Education (Depdiknas, 2002:2)
o 1.2 Anwar (2004:54)
o 1.3 Mawardi (2012:287)
o 1.4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
o 1.5 Brolin (1989)
o 1.6 Depdiknas (2003)
o 1.7 Satori (2002)
2 Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
3 Jenis-Jenis Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Anwar (2004:54)
Menurut Anwar, Kecakapan Hidup (Life Skills) adalah kemampuan yang diperlukan
untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain, dan masyarakat atau lingkungan
dimana ia berada antara lain keterampilan mengambil keputusan, pemecahan masalah,
berfikir kritis, berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar
pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi, dan mengatasi stres.
Mawardi (2012:287)
Menurut Mawardi, Kecakapan Hidup (Life Skills) sebagai kontinum pengetahuan dan
kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk berfungsi secara independen dalam
kehidupan.
Brolin (1989)
Menurut Brolin, Life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude that are
necessary for a person to function effectively and to avoid interruptions of employment
experience.
Depdiknas (2003)
Menurut Depdiknas, Kecakapan Hidup (Life Skill) adalah kecakapan yang harus dimiliki
seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga mampu mengatasinya.
Satori (2002)
Menurut Satori, Kecakapan Hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja
(vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara
fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan
masalah, mengelola sumber-sumber daya, bekerja dalam tim atau kelompok, terus
belajar di tempat bekerja, mempergunakan teknologi dan lain sebagainya.
Solusi: Kita sebagai orang tua pasti sadar bahwa perilaku ini harus dihentikan. Langkah
yang dapat kita lakukan:
•Dengarkan dengan cermat dan cek silang semua yang diceritakan anak. Pelaku bully
biasanya juga manipulatif.
•Jelaskan pada anak bahwa Anda tidak dapat menolerir perilakunya dan menegaskan
pada anak untuk menghentikannya segera.
•Cek secara berkala pada pihak sekolah untuk mengetahui apakah perilaku bullying anak
sudah berhenti atau belum. Terus memotivasi anak untuk meminta maaf pada anak-anak
lain yang telah ia sakiti.
•Hargai tindakan anak ketika ia berhasil menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.
•Evaluasi situasi di rumah, apakah anak juga menjadi korban bullying di rumah?
•Jangan remehkan apa yang dialami anak sebagai sesuatu yang biasa atau menyuruh
anak menyelesaikan sendiri.
•Hindari mendorong anak untuk membalas bullying dengan tindakan bullying juga.
•Dorong anak untuk menghindar dan selalu memberitahu orang dewasa (guru/staf
sekolah/orangtua) jika ada yang menyakitinya. Ajarkan anak cara melaporkannya.
Diskusikan dengan anak tindakan apa yang bisa ia lakukan jika merasa terancam,
misalnya lari ke ruang guru jika dikejar, tidak ke kamar mandi sendirian, dan lainnya.
•Ajarkan anak untuk menunjukkan sikap setenang mungkin ketika diganggu karena
pelaku bully justru senang ketika melihat korbannya marah, menangis, atau terlihat
terganggu. Ajarkan anak untuk meredakan emosi dengan cara berhitung atau tarik napas
dalam-dalam.
Baca juga: Bagaimana Mengetahui Anak Kita Menjadi Korban Bully?
4. Mencontek
Mencontek bisa karena anak tidak mampu secara akademis, anak merasa kurang percaya
diri, atau tuntutan terlalu tinggi.
Solusi: Buat anak merasa nyaman dan menghargai dirinya apa adanya. Siapkan anak
untuk menerima segala risiko atau kompensasi terhadap sesuatu, sehingga apabila ia
berbuat salah ia berani menanggung risiko tanpa berbohong. Lalu buatlah pengalaman
berkata jujur yang dapat dirasakan langsung oleh anak sehingga dia tidak merasa perlu
berbohong lagi.
6. Behavior problems
Kepribadian dan behavior-nya berbeda sekali dengan di rumah. Contoh di rumah cerewet
di sekolah pendiam, atau di sekolah rebel di rumah lebih sweet atau mungkin sebaliknya.
Solusi: Perbedaan perlakuan akan menimbulkan reaksi yang berbeda juga pada anak.
Anak yang jago kandang bisa jadi ada masalah dengan sosialisasi, jadi penanganannya
diberi kesempatan lebih banyak untuk bergaul dengan teman sebaya. Anak
yang rebel tapi sweet di tempat satunya lagi bisa disebabkan anak mengalami penerapan
aturan yang tidak sinkron dan konsisten antara rumah dan sekolah. Maka cek mengenai
aturan-aturan di sekolah, apakah sangat bertolak belakang dengan aturan di rumah
Anda?
Baca juga: Anakku Lebih Manis di Luar Rumah