“Demam Tifoid”
Nama : Musyarafa
No. Stambuk : N111 17 058
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang mengenai sistem
retikuloendotelial, kelenjar limfe saluran cerna, dan kandung empedu. Disebabkan
terutama oleh Salmonella enterica serovar typhi (S. typhi) dan menular melalui jalur
fecal-oral.Sampai saat ini demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
serta berkaitan erat dengan sanitasi yang buruk terutama di negara-negara
berkembang.[1,2,3]
Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang cenderung
meningkat pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan yang rendah.
Etiologi utama di Indonesia adalah 96% kasus demam tifoid disebabkan oleh
Salmonella enterica subspecies enterica serovar typhi (S. typhi) dan sisanya
disebabkan oleh Salmonella enterica subspecies enterica serovar paratyphi A (S.
Partyphi A).91 % kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian
meningkat setelah umur 5 tahun. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
insidens demam tifoid, pada kelompok umur 5-15 tahun dilaporkan 180,3 per
100,000 penduduk. Penyakit demam tifoid termasuk penyakit menular yang
tercantum dalam Undang-undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah.[2,3,4,5]
Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, mulai dari gejala yang ringan
sekali hingga tidak terdiagnosis, dengan gejala yang khas (sindrom demam tifoid),
sampai dengan gejala klinis berat yang disertai komplikasi. Gejala klinis demam
tifoid pada anak cenderung tidak khas. Makin muda umur anak, gejala klinis demam
tifoid makin tidak khas. Umumnya perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka
waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu. Beberapa gejala klinis demam
tifoid antara lain demam terus-menerus, gangguan saluran pencernaan, gangguan
kesadaran, hepatosplenomegali, bradikardia relatif dan gejala lain.[6]
Salmonella enterica serotipe typhi, sebagai penyebab demam tifoid merupakan
basil Gram negatif. Penyebaran Salmonella ke dalam makanan atau minuman bisa
terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun
setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke
makanan (oro-fecal). Masa inkubasi dalam tubuh penderita selama 7-14 hari. Selama
masa inkubasi tersebut mungkin akan ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat. Kemudian,
menyusul gejala klinis seperti demam, gangguan pencernaan, dan gangguan
kesadaran.[4,7]
Tatalaksana demam tifoid pada anak dibagi atas dua bagian besar, yaitu
tatalaksana umum dan bersifat suportif dan tatalaksana khusus berupa pemberian
antibiotik sebagai pengobatan kausal. Tatalaksana demam tifoid juga bukan hanya
tatalaksana yang ditujukan kepada penderita penyakit tersebut, namun juga ditujukan
kepada penderita karier Salmonella typhi.Pencegahan pada anak berupa pemberian
imunisasi tifoid dan profilaksis bagi traveller dari daerah non endemik ke daerah
yang endemik demam tifoid.[8]
Prognosis pasien demam tifoid tergantung pada umur anak, kondisi kesehatan
sebelum sakit, serotipe Salmonella dan komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang
sering terjadi pada demam tifoid adalah perdarahan usus dan perforasi, sekitar 5%
penderita demam tifoid mengalami komplikasi ini. Komplikasi lain yang jarang
antara lain, miokarditis, pneumonia, pankreatitis, infeksi ginjal atau kandung kemih,
meningitis, serta timbulnya masalah psikiatri seperti mengigau, halusinasi, dan
paranoid psikosis. Pada Negara maju, angka kematian adalah <1%, sedangkan di
Negara berkembang bisa>10%.[6,9]
Berikut akan dibahas refleksi kasus mengenai pasien dengan demam tifoid yang
dirawat di RS Bhayangkara Palu.
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. T
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/Usia : 10 Juli 2005/ 11 tahun
Alamat : Jl. komodo
Agama : Islam
Waktu Masuk : 16 Januari 2018
B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ke RS dengan keluhan demam. Demam dirasakan
sejak ± 6 hari sebelum masuk RS, demam terus-menerus, dan biasanya
memberat pada sore hingga malam hari, demam turun bila diberikan obat
penurun demam, setelah itu demam timbul kembali. Keluhan disertai
sakit perut terutama di area ulu hati, sakit kepala, pusing, badan terasa
lemas, nafsu makan menurun, mual, dan muntah sebanyak ± 5 kali sejak
demam, berisi makanan, volume sedikit, setiap makan pasien merasa
mual dan terkadang muntah. Pasien juga mengeluhkan susah buang air
besar, terakhir buang air besar ± 4 hari sebelum masuk RS, dengan
konsistensi biasa. Pasien menyangkal adanya batuk, flu, sesak, nyeri
menelan, mimisan, perdarahan gusi, maupun kejang. Pasien tidak
berkeringat dingin dan tidak menggigil, serta tidak ada riwayat berpergian
2 minggu terakhir. Keinginan minum pasien biasa dan buang air kecil
lancar.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada di keluarga yang mengalami penyakit yang sama.
e. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan sosial-ekonomi menengah.
f. Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan
Pasien seorang anak yang aktif dan memiliki kebiasaan bermain
diluar lingkungan rumah dan kurang memperhatikan kebersihan tangan
sebelum makan. Pasien juga memiliki kebiasaan jajan sembarangan.
Pasien tinggal di lingkungan rumah yang padat dan di dekat rumah pasien
terdapat tempat pembuangan sampah.
g. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien lahir secara spontan di rumah sakit, cukup bulan, dan
dibantu oleh bidan. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 49 cm.
Selama kehamilan, ibu pasien tidak menderita sakit ataupun masalah
lainnya. Ibu pasien rajin melakukan kontrol ke puskesmas sebanyak 4
kali. Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara.
h. Kemampuan dan Kepandaian Bayi
Tumbuh dan kembang anak sesuai dengan usianya, dan saat ini
anak tidak mengalami keterlambatan atau gangguan tumbuh dan
kembang.
i. Anamnesis Makanan
Pasien hanya mendapatkan ASI mulai dari usia 0 hingga 1 tahun,
bubur saring mulai diberikan pada usia ± 5-6 bulan. Diberikan makanan
keluarga dimulai usia ± 1,5 tahun.
j. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 32 kg
Tinggi Badan : 141 cm
Status Gizi : CDC 91% gizi baik
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut Nadi : 86×/menit, kuat angkat, irama reguler
Respirasi :26×/menit, pola pernapasan reguler
Suhu axilla : 38,5 0C
1. Kulit:
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Tidak ditemukan
Sianosis : Tidak ada
Turgor : Segera kembali
Kelembaban : Cukup
Lapisan lemak : Cukup
Rumple leede : (-)
2. Kepala:
Bentuk : Normocephalus
Rambut : Warna hitam, tampak kering, tidak mudah
dicabut, tebal, alopecia (-)
3. Mata:
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik(-/-)
Refleks kornea : (+/+)
Pupil : Bulat, isokor
Exophthalmus : (-/-)
Cekung : (-/-)
4. Hidung:
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Rhinorrhea : tidak ada
5. Mulut:
Bau : tidak sedap
Bibir : Kering, sianosis (-), stomatitis (-)
Gigi : Tidak ditemukan karies
Gusi : Tidak ditemukan adanya perdarahan
6. Lidah:
Tremor : (-)
Kotor/Berselaput : (+)
Warna : Tepi lidah tampak hiperemis
7. Telinga:
Sekret : Tidak ditemukan
Serumen : Minimal
Nyeri : Tidak ada
8. Leher:
Kelenjar getah bening: Pembesaran(- /-), nyeri tekan (-)
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Trake a : posisi central
Kaku Kuduk : (-)
Faring : Hiperemis(-)
Tonsil : T1-T1
9. Toraks:
a. Dinding Dada/Paru:
Inspeks : Ekspansi paru simetris bilateral kanan = kiri, tampak
retraksi(-), jejas (-), bentuk normochest, jenis
pernapasan thoraco-abdominal, pola pernapasan kesan
normal.
Palpasi : Ekspansi dada simetris, vocalfremitus simetris kanan =
kiri, nyeri tekan (-).
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Bronchovesicular (+/+)
Suara napas tambahan: Ronkhi (-/-), Whezzing(-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas: SIC II linea midclavicularis dextra et
parasternalis sinistra
Batas kiri: SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan: SIC V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan: murmur (-), gallop (-).
10. Abdomen:
Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen, dullness (+)
pada area hepar & lien. Asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium(+), distensi (-),
Hati : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Tidak teraba
11. Anggota Gerak:
a. Ekstremitas superior: Akral hangat (+/+), edema (-/-)
b. Ekstremitas inferior:Akral hangat (+/+), edema (-/-)
12. Genitalia:Dalam batas normal
+/+
13. Otot-Otot: Eutrofi +/+, kesan normal
++/++ −/−
14. Refleks: Fisiologis (++/++), patologis (−/−)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
17/01/2017
Hasil Rujukan Satuan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 14,7 11,5 – 15,5 g/dl
Leukosit 6,53 4,5 – 14,5 103/uL
Eritrosit 4,9 4 – 5,2 106/uL
Trombosit 254 150 – 450 103/uL
Hematokrit 41 35 – 45 %
MCV 76 80-94 fl
MCH 24 27-31 pg
MCHC 37 35-45 %
Serologi – Widal
S. typhi O 1/160 Titer < 1/320
S. par. A-O 1/160 Titer < 1/160
S. par. B-O 1/160 Titer < 1/160
G. TERAPI
Non-Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan lunak dan tidak berserat
- Menjaga higienitas personal
Medikamentosa
- IVFD Ringer Lactat 20 gtt/m
- Chloramphenicol 4×2 tab
- Paracetamol syr 4x2 cth
- Ranitidine 2×1/2 tab (75mg)
H. ALTERNATIF PEMERIKSAAN
- Kultur Salmonella
I. FOLLOW UP
Hari/Tanggal: Rabu, 18 Januari 2017
S Demam (+) hari ke-7, naik turun
Muntah (+) 1 kali, Sakit perut (-), sakit kepala (-), batuk
(-), flu (-)
BAB biasa, 1 ×
BAK lancar
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi : 88x/menit, kuat angkat
Respirasi : 22 x/menit
Suhu Tubuh : 37,6 C
Berat Badan : 32 kg
Tinggi Badan : 141 cm
Status Gizi : CDC 91% gizi baik
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Bronchovesicular +/+, Ronkhi -/-,
Wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V
arah medial linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas:SIC II linea midclavicularis
dextra et parasternalis sinistra.
Batas kiri: SIC V linea midclavicularis
sinistra.
Batas kanan: SIC V linea parasternalis
dextra.
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler,
bunyi tambahan: murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen,
dullness (+) pada area hepar & lien.
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+),
Organomegaly (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : (+)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
Hasil Laboratorium:
DR: 17/01/2017
HB : 14,7 g/dL
WBC : 6,53 ×103/uL
RBC : 4,9 ×106/uL
PLT : 254 ×103/uL
HCT : 41 %
WIDAL: 17/01/2017
S. typhi O : 1/320
S. typhi H : 1/160
A Demam Tifoid
P - IVFD Ringer Lactat 20 gtt/m
- Chloramphenicol 4×2 tab
- Paracetamol syr 4x2 cth
- Ranitidine 2×1/2 tab (75mg)
Hari/Tanggal: Kamis, 19 Januari 2017
S Demam (-) hari ke-8, bebas demam hari ke 1
Muntah (-) Sakit perut (-), sakit kepala (+), batuk (-), flu
(-)
BAB biasa
BAK lancar
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi : 80 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 23 x/menit
Suhu Tubuh : 36,7 C
Berat Badan : 32 kg
Tinggi Badan : 141 cm
Status Gizi : CDC 91% gizi baik
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
Palpasi : Vocal Fremitus kanan =
kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Bronchovesicular +/+, Ronkhi -/-,
Wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V
arah medial linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas:SIC II linea midclavicularis
dextra et parasternalis sinistra.
Batas kiri: SIC V linea midclavicularis
sinistra.
Batas kanan: SIC V linea parasternalis
dextra.
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler,
bunyi tambahan: murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen,
dullness (+) pada area hepar & lie
- Palpasi : Nyeri tekan (+),Organomegaly (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor : (+)
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
A Demam Tifoid
P - IVFD Ringer Lactat 20 gtt/m
- Chloramphenicol 4×2 tab
- Paracetamol syr 4x2 cth
- Ranitidine 2×1/2 tab (75mg)
Hari/Tanggal: Jumat, 20 Januari 2017
S Demam hari ke-9, Bebas demam hari ke-2
mual (-), sakit kepala (-),
Muntah (-), Sakit perut (-), sakit kepala (-), batuk (-), flu
(-)
BAB biasa
BAK lancar
O Keadaan Umum: Sakit Sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Denyut Nadi : 84 x/menit, kuat angkat
Respirasi : 28 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5 C
Berat Badan : 32 kg
Tinggi Badan : 141 cm
Status Gizi : CDC 91% gizi baik
Paru
- Inspeksi : Ekspansi paru simetris bilateral
- Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor +/+
- Auskultasi : Bronchovesicular +/+, Ronkhi -/-,
Wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V
arah medial linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas atas:SIC II linea midclavicularis
dextra et parasternalis sinistra.
Batas kiri: SIC V linea midclavicularis
sinistra.
Batas kanan: SIC V linea parasternalis
dextra.
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler,
bunyi tambahan: murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar, kesan normal
- Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
- Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen,
dullness (+) pada area hepar & lien.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), meteorismus (-).
Organomegaly (-)
Pemeriksaan Lain
- Lidah kotor :( )
- Ekstremitas : Akral hangat
- Turgor : Kembali segera
A Demam Tifoid
P Chloramphenicol 4×2 tab
Paracetamol syr 4x2 cth
Ranitidine 2×1/2 tab (75mg)
Boleh Pulang
BAB III
DISKUSI KASUS
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever, Eberth disease) adalah penyakit
infeksi akut pada usus halus (terutama didaerah illeosecal) dengan gejala demam
selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Penyakit ini ditandai oleh demam berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa
keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus,
dan Peyer’s patch.[1]
Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh Salmonellatyphi,
SalmonellaparatyphiA,Salmonellaparatyphi B, dan SalmonellaparatyphiC. Jika
penyebabnya adalah Salmonella paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan
yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Bakteri ini termasuk bakteri Gram negatif
yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang, berkapsul, dan bersifat
fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H, dan Vi. Pada minggu pertama
sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam lainnya. Untuk
memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan bakteri untuk konfirmasi.[5,10]
1. Sidabutar S, Satari HI. Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid pada Anak:
Kloramfenikol atau Seftriakson?. Sari Pediatri. 2010; 11 (6): 434-439.
2. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi Dan Penyakit Tropis. Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Hal 367-75.
3. Rampengan TH. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008. Hal 46-62.
4. Pusponegoro HD, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi 1.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2004. Hal91-4.
5. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Textbook of
Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: 2007. Hal. 1186-1190.
6. Bambang WT. Kajian Faktor Pengaruh Terhadap Penyakit Demam Tifoid pada
Balita Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2009; 12 (4).
7. Syamsul A. Hubungan Tingkat Demam dengan Hasil Pemeriksaan Hematologi
pada Penderita Demam Tifoid. Lecturer of Histology Departement Medical
Faculty Lambung MangkuratUniversity.
8. Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CG. Update
Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2012.
9. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta:
Sagung Seto; 2011.
10. Lubis R. Faktor Resiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Penderita yang
Dirawat di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Tesis; 2008.
11. Tumbelaka AR. Typhoid Fever in Children. Division of Infectious Diseases &
Tropical Pediatrics, Department of Child HealthFMUI – Cipto Mangunkusumo
General Hospital. Jakarta: 2010.
12. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K M, Setiati S. In: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid III. Jakarta: InternaPublishing; 2010.
13. Tumbelaka AR. Tatalaksana Terkini Demam Tifoid Pada Anak. Simposium
Infeksi-Pediatri Tropik dan Gawat Darurat pada Anak. IDAI Cabang Jawa
Timur. Malang: IDAI Jawa Timur; 2005.
14. Prasetyo RV, Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid Pada Anak.
Divisi Tropik dan Penyakit Infeksi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2005; 1-11.
15. Setiabudi D, Madiapermana K. Demam Tifoid pada Anak Usia di bawah 5
Tahun di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Hasan Sadikin, Bandung. Sari
Pediatri. 2009; 7 (1): 9-14.
16. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED (editor). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009.