Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA NOVEMBER 2017

MOTION SICKNESS

Disusun Oleh :

NABILA AULIA RAMADHANTY

N 111 17 056

DIBAWAKAN DALAM RANGKA ROTASI KEPANITERAAN KLINIK


DI DEPARTEMAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
MOTION SICKNESS

A. DEFINISI
Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit perjalanan,
adalah suatu kondisi dimana ada perbedaan antara sinyal yang diterima otak
dari mata dan organ-organ sesnsitif terhadap posisi lainnya termasuk sistem
vestibular mengeni posisi tubuh. Penyakit disekitar kita ini diindentifikasikan
dengan terminologi sebagai mabuk laut, mabuk udara, mabuk darat, mabuk ski,
dan bahkan mabuk gajah atau unta. 1,4

B. ETIOLOGI
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal dari dua organ
penting keseimbangan yaitu mata dan koklea di telinga dalam menyesuaikan
diri terhadap kecepatan yang berbeda ketika terjadinya gerakan. Mata
menyesuaikan diri secara cepat sedangkan telinga dalam lebih lama. Sampai
kedua organ ini menyesuaikan diri dan menetapkan sinyal yang indentik untuk
dikimkan ke otak maka kekacauan pemusatan perhatian terhadap posisi tubuh
dapat terjadi. Penyakit ini dapat diprovokasi oeh gerakan yang tiba-tiba seperti
saat berada diperjalanan yang tidak rata, penerbangan yang berputar, dan
pelayaran yang bergelombang.2,5

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA


Telinga merupakan sebuah badan organ yang mampu mengesan bunyi dan
juga berperanan dalam keseimbangan dan kedudukan tubuh. Telinga pada
hewan vertebrata memiliki dasar yang sama daripada ikan hingga manusia,
dengan beberapa jenis bergantung kepada fungsi dan spesies. Setiap vertebrata
memiliki satu pasang telinga, keduanya terletak simetris pada bagian yang
berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan kedudukan bunyi.
Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.3

2
Gambar 1. Anatomi Telinga

1. Telinga luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi
daun telinga atau pinna, liang telinga atau meatus auditorius eksternus.
 Aurikel (Pinna) disebut juga daun telinga, bentuknya tidak teratur,
terdiri atas tulang rawan dan jaringan fibrosa, kecuali pada ujung paling
bawah, yaitu cuping telinga, bagian cuping hanya tersusun oleh lemak.
Daun telinga berfungsi untuk membantu mengkonsentrasikan getaran
gelombang suara (vibrasi) menuju bagian dalam telinga.3
 Saluran luar auditori merupakan pipa pendengaran dengan panjang
sekitar 2,5 cm, sepertiga luarnya adalah tulang rawan, sementara dua
pertiga dalamnya berupa tulang. Saluran ini berfungsi untuk
meneruskan vibrasi yang telah ditangkap oleh aurikel menuju membran
timpani (selaput gendang). Pada saluran ini juga terdapat rambut-
rambut, yang berfungsi untuk mencegah benda asing masuk ke dalam
telinga. Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan
zat seperti lilin yang disebut serumen. Hanya bagian saluran yang
menghasilkan sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung

3
saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan bunyi ke telinga
dalam.3

Gambar 2. Anatomi Telinga Luar

2. Telinga tengah
Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang- tulang
pendengaran (maleus, inkus dan stapes) dan pinggir tuba Eustachius.
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke
tulang pendengaran. Setiap tulang pendengaran akan menyampaikan
getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang
terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea.3
Pada manusia dan hewan darat yang lain, telinga tengah dan
saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak
seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan
dengan udara di luar tubuh.3
 Membran timpani atau sering disebut sebagai gendang telinga, dengan
bentuk menyerupai gendang, terletak tepat setelah saluran luar auditori
dan merupakan penerima rangsangan vibrasi pertama. Membran
timpani berfungsi untuk meneruskan vibrasi suara menuju tulang-tulang
pendengaran (osikula).3

4
 Osikula merupakan tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas tiga
tulang kecil, tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai dan
bersambung dari membran timpani menuju rongga telinga dalam.
Tulang-tulang tersebut adalah tulang martil (maleus), tulang landasan
(inkus), dan tulang sanggurdi (stapes). Semua tulang tersebut berfungsi
meneruskan vibrasi dari membran timpani menuju jendela oval di
telinga dalam secara berurutan, mulai dari tulang martil, tulang
landasan, dan tulang sanggurdi.3
 Saluran Eustachius merupakan saluran di dalam rongga telinga tengah
yang menjorok menghubungkan telinga dengan faring. Saluran
Eustachius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka
ketika kita menelan, sehingga tekanan udara di dalam telinga tengah
dengan udara luar akan seimbang. Dengan begitu, cedera atau ketulian
akibat tidak seimbangnya tekanan udara, dapat dihindarkan. Dalam
keadaan biasa, hubungan tuba Eustachius dan telinga tengah tertutup
dan terbuka ketika mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan
mengapa penumpang kapal terbang berasa 'pekak sementara' ketika
mendarat. Rasa 'pekak' disebabkan perbedaan tekanan antara udara
sekeliling. Tekanan udara di sekitar telah menurun, sedangkan di
telinga tengah merupakan tekanan udara biasa. Perbedaan ini dapat
diatasi dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap.3

3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri atas beberapa rongga yang menyerupai saluran-
saluran, yaitu vestibula, tiga saluran setengah lingkaran (saluran semi
serkuler), dan koklea (rumah siput).3
 Vestibula merupakan bagian pertama dari telinga dalam yang berfungsi
sebagai pintu penghubung bagian-bagian telinga.3
 Tiga saluran setengah lingkaran (Saluran semi serkuler), yaitu saluran
superior, posterior, dan lateral. Ketiga saluran ini saling membuat sudut
tegak lurus satu sama lain. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat

5
penebalan yang disebut ampula. Saluran semi serkuler berfungsi untuk
membantu otak dalam mengendalikan keseimbangan, dan kesadaran
akan kedudukan tubuh kita.3
 Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya
seperti rumah siput. Belitan-belitan tersebut melingkari sebuah sumbu
berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut
modiolus. Dalam koklea terdapat jendela oval (fenestra vestibuli) yang
menghubungkan telinga tengah dengan telinga dalam, dan jendela
melingkar (fenestra kokhlea) yang berfungsi sebagai reseptor suara.3

Proses Pendengaran

Gambar 3. Potongan melintang koklea.

Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan


menyebabkan membrana timpani bergetar. Getaran menghantarkan suara,
dalam bentuk energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus oval.
Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di
mana akan menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus
vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan
dalam bentuk akhir sebagai suara. Selama proses penghantaran,gelombang
suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran

6
sampai jendela oval yang sangat kecil, yang mengakibatkan peningkatan
amplitudo bunyi.3

D. PATOFISIOLOGI
Sekarang ini belum ada teori yang adekuat yang dapat menjelaskan
perjalanan penyakit ini. Dan ada banyak teori yang menjelaskan mengenai
penyakit ini.4
a. Teori darah dan sistem pencernaan. Teori ini menjelaskan bahwa muntah
adalah respon refleks dari iritasi mukosa lambung. Dan dari teori darah
yaitu karena aliran darah yang sedikit ke otak meyebabkan iritasi pada mata
dan secara cepat menyebabkan spasme kapiler otak yang menyebabkan
muntah. Dan teori ini ditolak karena individu yang kehilangan fungsi
vestibular kebal terhadap penyakit ini.4
b. Teori detektor toksin. Sistem vestibuler bertindak sebagai detektor toksin.
Otak berkembang untuk mengetahui setiap perubahan yang terjadi di sistem
vestibular, visual dan informasi kinetotik sebagi bukti dari malfungsi sistem
saraf pusat. Inisiasi muntah adalah sebagai pertahanan melawan neurotoksin
yang mungkin termakan. Sistem detektor toksin yang utama adalah
kemoreseptor di nervus vagus dan di batang otak.4
c. Teori perbedaan sensori berhubungan dengan perangsangan penyakit
sebagai perbedaan antara sistem vestibular sebagai transduser dengan indera
lain sebagai sinyal atau antara kanalis semisirkularis dan otolith yang lebih
spesifik terhadap tubuh yang bergerarak. Bagaimanapun juga, teori ini
kurang dapat menjelaskan dan tidak dapat mengindentifikasi kenapa
beberapa keadaan dapat memprovokasi dan keadaan yang lain tidak. 4
Muntah disebabkan oleh aktivasi yang terkoordinir antara otot polos
dan somatik yang menghasilkan perubahan yang tepat sesuai dengan
tekanan intrabadominal dan tekanan intrathoracic yang membuka spinkter
esofagus. Mekanisme koordinasi sistem saraf pusat adalah kompleks dan
sekarang ini sudah banyak dipahami secara baik. Penyakit ini yang parah
dengan serangan muntah yang hebat dan berulag dapat mengakibatkan suatu

7
keadaan alkalosis karena hilangnya ion hidrogen dan menyebabkan
peningkatan ekskresi ginjal terhadap bikarbonat yang mengakibatkan
defesiensi klorida yang dapat menyebabkan otot-otot melemah, konstipasi
dan aritmia.4
Hilangnya natrium dapat menyebabkan hipotensi, pelepasan Anti-
Diuretic Hormone (ADH) juga meningkat. Adanya sisitem vestibular
tidaklah menjadi penting lagi terhadap proses muntahnya. Muntah dapat
ditimbulkan dari berbagai aktivasi baik sentral atau perifer. 2,4
Kepekaan terhadap penyakit ini sulit ditentukan. Kepekaan terhadap
satu kondisi tertentu mungkin tidak dapat disamaratakan terhadap situasi
yang lain. Walaupun sistem vestibular penting terhadap penyakit ini tetapi
kepekaan penyakit ini tidak berhubungan dengan sensitivitas sistem
vestibular. Setipa individu mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap
bentuk stimulasi yang berbeda.3,4
Gerakan kepala yang dibuat selama rotasi tubuh yang pasif dapat
menyebabkan pola yang ganjil pada stimulasi sistem kanal dan organ-organ
otolith.2

E. GEJALA DAN TANDA


1. Sindroma mual.
2. Gangguan epigastrik seperti rasa tidak nyaman epigastrik, mual dan muntah.
3. Gejala-gejala pada kulit seperti pucat, keringat dingin, mulut kering.
4. Gejala-gejala SSP seperti sakit kepala, mengantuk, rasa tegang dimata, dan
lesu.5

F. PENATALAKSAAN DAN PENCEGAHAN


Pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah kompleks. Sebagian kecil
individu normal sangat mudah terkena penyakit ini untuk hampir pada semua
keadaan, sebagian lagi tidak mudah terkena dan yang lainnya berada
diantaranya. Pencegahan terbaik untuk orang-orang dengan kepekaan tinggi

8
adalah penghindaran dan membangun adaptasi terhadap situasi atau keadaan
yang memprovokasinya.4
Secara alternatif, penambahan paparan secara perlahan-lahan
meningkatkan derajat stimulasi provokasi seperti membuat kepala bergerak
selama tubuh secara pasif berotasi dengan kecepatan rotasi yang tinggi dapat
menyebabkan adaptasi dapat dicapai tanpa membangkitkan penyakit ini bahkan
derajat stressor yang dicapai di step pertama bukanlah provokasi yang dapat
ditolerir.2,3
Tehnik modifikasi perilaku telah sangat lama dipromosikan untuk
mencegah penyakit ini, keberhasilan juga sudah banyak dilaporkan, tapi jarang
disebarkan didunia sebenarnya dimana pelatihannya pun tidak ada. Sebagai
tambahan studi ini sebenarnya tidak pernah mencakup kontrol yang sesuai
dengan plasebo. Sejumlah obat-obatan dapat mengurangi kepekaan terhadap
penyakit ini seperti dimenhydrinate, meclizine, cyclizine.1
Obat-obatan penyakit ini bekerja dengan mengurangi sensitivitas terhadap
gerakan. Dengan menguranginya berarti mengurangi kekacauan sinyal yang
akan diterima oleh otak dan obat-obatan ini dapat mencegah penyakiti ini.
Obat-obatan ini dapat diklasifiksikan kedalam dua kategori yaitu over the
counter (OTC) dan obat-obat yang harus diresepkan. Produk-produk OTC
berisikan antihistamin dan cocok untuk gejala yang ringan dan merupakan self-
medication. Sedangkan obat yang diresepkan berisi scopolamin yaitu
antikolinergik dan menurut penelitian lebih efektif. Scopolamin cocok untuk
mengobati gejala sedang-berat.1,4

Obat anti motion sickness :

Dosis dewasa Onset Durasi


Obat Rute
(mg) (Jam) (Jam)
12–24
Cyclizine Oral 50 0.5–1
Dimenhydrinate Oral 50–100 2 8
12–24
Meclizine Oral 25–50 0.5–1

9
4–6
Diphenhydramine Oral 25–50 0.25–0.5
8–12
Promethazine Oral 25 0.5–1
12
Buclizine Oral 50 0.5

Scopolamine
Oral 0.4–0.8 1 8
Patch
Dermal 1.5 4–6 72
Tablet

Obat-obatan diatas mempunyai efek samping berupa rasa ngantuk dan


mulut kering. Scopolamin untuk meningkatkan efeknya sering digunakan
bersamaan dengan amfetamin, dan promethazin sering digunakan bersamaan
dengan efedrin. Kontraindikasi penggunaan scopolamin adalah orang-orang
dengan glaukoma, hipertrofi prostat, penyakit hati dan ginjal. Wanita hamil dan
menyusui juga sebaiknya tidak mengkonumsi scopolamine kecuali keadaan yang
sangat diperlukan. Alkohol dapat meningkatkan edek ngantuk jika digunakan
bersamaan dengan scopolamin sehingga tidak boleh digunakan saat
berkendaraan.4,5

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Lackner, James R. Motion Sickness. 2014. Diunduh dari :


www.graybiel.brandeis.edupublications.pdf
2. Sherman, Craig R, dkk.2010. Motion Sickness: Review of Preventative
Remedies. Diunduh dari : www.motionsickness.net.pdf
3. Benson, Alan J. Motion Sickness. Disadur dari : www.motion sickness2.pdf
4. Higler, Adams Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke IV. 2012. Jakarta:
EGC.
5. Motion Sickness. Diunduh Dari : www.emedicinehealth.com

11

Anda mungkin juga menyukai