Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KEBUDA.YAAN

A. Pengertian Budaya
Untuk memahami budaya suatu masyarakat, kita harus
memahami dari konteks masyarak;rt sebagai sebuah sistem. Dalam
konsep pemahaman sebagai sebuah sistem, masyarakat dipahami
sebagai satu sistem dan dalam sistem itu antara satu komponen
dengan komponen lainnya terjadi interaksi. Sebagai sebuah sistem,
interaksi yang terjadi dalam masyarakat itu adalah interaksi
antara individu yang satu dengalr individu lainnya, antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya atau antara satu lembaga
dengan lembaga lainnya. Jadi di dalam masyarakat ini ada satu
ketergantungan dan keterikatan antara komponennya. Antara
komponen saling mempengaruhi, saling menjaga dan menghargai
dalam suatu harmonitas sosial yang tersusun berdasarkan ikatan
norma-norma dan nilai-nilai yang diakui, dianut dan ditaati untuk
mengatur interaksi sosial dan kehidupan sehari-hari (Andrik
Purwasito 2003:81).
Dalam satu sistem yang terdin. dari komponen yang lebih kecil
itu terjadi satu interaksi dan ketergantungzrn, saling menghargai,
saling menghormati dan saling menjaga. Dalam sistem yang terjadi
di tengah masyarakat ini terdaprrt nilai-nilai dan norrna untuk
mengatur interaksi sosial tersebut. Nilai dan norma inilah yang
sangat menentukan bagaimana su,rfu masyarakat itu menjalankan
hidupnya sehari-hari dan berinter;rksi dengzrn masyarakat lainnya.
Nilai dan norma ini pula yang nrembedakan antara masyarakat
yang satu dengan masyarakat lainnya. Disinilah terjadi yang
namanya realitas sosial. Menurut lndrik Purwasito (2003: 86),
Realitas sosial adalah sumber referensi, berisi perbendaharaan
budaya yang hidup dinamik dijantung masyarakat. Referensi adalah
akumulasi karya reporduksi budaya Vang dibangun dari aktiaitas

27
Mindfulness dalam Komunikasi Antarbudaya

intera I sehari-hari. Referensi adalah knmus


yang untuk .ntenjelaskan makna di balik
simbo manusn'

Emile Durkheim (dalam Andrik Purwasito 2003: 90), berpen-


dapat bahwa seorang individu tidak akan berdaya apabila
berhadapan dengan pembatas-pembatas dari kekuatan sosial
yang menghasilkan diri dengan norma-norma sosial atau tingkah
laku yang disebabkan oleh norma itu. Bagi Durkeim, faktor
budaya sangat mempengaruhi aktivitas manusia. Faktor budaya
yang terdiri dari norma dan nilai ini sangat mempengaruhi
pola komunikasi masyarakat tempat budaya itu berada, serta
menentukan cara mereka berkomunikasi yang akhirnya akan
mempengaruhi komunikasi budaya yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat tersebut.
Faktor lain yang sangat mempengaruhi aktivitas seorang
individu dari suatu masyarakat dalam berkomunikasi adalah
struktur masyarakat di mana dia tinggal. Menurut Max Weber,
proses danpola komunikasiyang terjadi di tengah masyarakat bukan
hanya dipengaruhi oleh faktor emosional dan moral pribadi, tetapi
juga oleh masyarakat sebagai referensi mereka. Referensi yang ada
di masyarakat itu adalah struktur sosial, adat kebiasaan masyarakat
pengaruh penggunaan instrumen produksi, diterapkannya hukum,
peraturan dan sistem administrasi dalam penyelenggaraan proses
ekonomi (Dalam Andrik Purwasito 2003: 91).
Dari pendapat Durkeim dan Max weber di atas, faktor-faktor
budaya dan struktur sosial masyarakat sebagai referensi mereka
akan mempengaruhi komunikasi serta tindak komunikasi yatg
terjadi dalam kehidupan masyarakat itu dan akan berdampak pada
komunikasi antarbudaya. Faktor-faktor budaya terdiri dari nilai-
nilai dan norma-norma, sedangkan struktur masyarakat sebagai
referensi sangat dipengaruhi oleh emosi dan moral pribadi dari
masyarakat yang bersangkutan, struktur sosial, adat kebiasaan,
pengaruh penggunaan instrumen produksi, penerapan hukum,
peraturan dan sistem administrasi dalam penyelenggarazu:I
ekonorni. Sistem makna dari suatu budaya ini menurut Spradley

28
Rini Damarastuti

7) dapat digunakan untuk mengatur tingkah laku, untuk


(1997:
memahami diri mereka sendiri da:r untuk memahami orang lain
sertauntuk memahami dunia di mana mereka hidup. Sehingga apa
yang mereka lakukan dan mengaf'a mereka melakukan berbagai
hal selalu didasarkan pada batasan-batasan menurut falsafah
hidup mereka dan dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan
kehidupan mereka. Spradley berpendapat bahwa kebudayaan
adalah "Pengetaltuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk
menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial"
(Spradley 1997:5).
Dalam pandangan Spradley ini, pengetahuan yang diperoleh
seseorang dari lingkungan masyarakat dimana dia hidup akan
dijadikan sebagai referensi untuk mr:nginterpretasikan pengalaman
yang mereka alami, dan akhirnya akan mempengaruhi tingkah laku
sosial dalam kehidupan mereka. Hal ini senada dengan pendapat
Clifford Geertz's (dalam Nakayama, 2003 : 78) yangmendefinisikan
kebudayaan sebagai, " denotes an historically transmitted pattern of
meaning embodied in symbols, a system of inherited conceptions expressed
in symbolic forms by means of which tnen comntunicate, perpetuate and
detselop their knowledge about and attitudes toward life"

Dalam pandangan Clifford Gt:ertz's ini, budaya merupakan


pola transmisi sejarah dari generasi sebelumnya kepada generasi
berikutnya melalui simbol-simbol vang mereka gunakan. Hal ini
dipertegas dengan pendapat Tubbs, Stewart and Moss, Sylvia
(2008: 19) yang mengatakan bahwa " Culture is a way of life deaeloped
and shared by a group of people and passed down from generation to
generation". Gudykunst and Kirn ti1992) memberikan penjelasan
tentang hal ini dengan memberikan contoh yang terjadi pada
komunikasi antarbudaya. Pada tataran ini, budaya dilihat sebagai
sebuah sistem yang mengeksprerikan konsep-konsep warisan
dari budaya tersebut melalui sirnbol-simbol yang digunakan
oleh anggota dari komunitas budaya tersebut pada saat mereka
berkomunikasi. Warisan budaya ini akan digunakan secara terus
menerus dan digunakan sebagai dasar ketika anggota masyarakat
itu bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan mereka sehari-
hari.

29
Mindfulness dalam Komunikasi Antarbudaya

sedangkan Hofstede (dalam Richard D Lew is, 2005: 21) mende-


finisikan budaya sebagai penuograman kolektif atas pikiran yang
membedakan anggota-anggota suatu kategori olang dari kategori
Iainnya. Kata kunci dari pengertian yang diberikan oleh Hofstede
ini adalah pemrograman kolektif. Pendapat Hofstede ini didasarkan
pada pemikiran bahwa

Dalam pandangan Hofstede ini, sebagai anggota dari suatu


masyarakat atau komunitas, setiap orang akanmembawa pemikiran,
perasaan dan tindakan yang potensial sebagai ciri khas dari setiap
individu masing-masing yang dipelajari di sepanjang kehidupan
mereka. Memang sebagian besar dari pola ini didapatkan oleh
setiap orang sejak mereka masih kecil, karena pada masa-masa itu
seseorang sangat potensial untuk belajar dan berasimilasi.
Berdasarkan pemahaman ini, maka Hofstede mendefinisikan
budaya sebagai " a pattern of learned, group-related percEtions-
including both aerbnl and nonaerbal language attitudes, oalues, belief
system, disbelief systems and behaaior-" (dalam Nakayama, 2003:79)'
Budaya merupakan sebuah pola pembelajaran, hubungan kelompok
yang didalamnya terkandung persepsi baik sebagai tindakan
verbal maupun non verbal, nilai-nilai, sistem kepercayaan, sistem
ketidakpercayaan dan tingkah laku. Dalam pandangan Tubbs,
Stewart and Moss, Sylvia (2008 : 312-313), ada elemen-elemen yang
komplek dari budaya tersebut mulai dari kepercayaan/ sistem
politik, bahasa dan yang lainnya. Melalui budaya ini, setiap anggota
dapat belajar banyak hal mulai dari bagaimana mereka harus
menggunakan busana, bagaimana mereka harus membangun relasi,
bagaimana mereka harus berteman, dan banyak lagi. Pendapat
Tubbs, Stewart and Moss, Sylvia itu seperti yang ada di bawah ini:
Culture i ed bY a SrouP ofPeoPle and
passed do
'complex
to lt is made uP of manY
e lig litical systems, cttstoms,

30
Rini Damarastuti

acomm teristics is :;hared by the group at the large and


be
can rough great changes, ouer many generations
(Tubbs Moss, Sylrria,2008: 312-313).

Gerry Phillipsen, seorurng profesor komunikasi dari University


of Washington memberikan gamtraran tentang budaya sebagai,
"A socially constructed and historicatly transmitted pattern of symbol,
meaning, premisses and rules" (Grilfin 2003: 420). Dari gambaran
di atas, Gerry Phillipsen mengartikan budaya sebagai sebuah
konstruksi sosial dan transmisi sejarah dalam bentuk simbol, arti,
dasar pikiran dan peraturan.

..,

Gambar 2.1 Budaya yang ada di clalam masyarakat

31
Mindful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, ada beberapa hal


penting yang bisa kita simpulkan sehubungan dengan pemahaman
tentang budaya. Beberapa hal penting tersebut adalah:
1. Budaya merupakan pola pengetahuan yang diperoleh anggota
masyarakat dari lingkungan budaya dimana mereka hidup'
Pola pengetahun ini diperoleh setiap individu sejak mereka
masih kecil, karena pada masa inilah masa-masa yang sangat
potensial bagi setiap orang untuk belajar dan berasimilasi'
2. Pola pengetahun ini akan digunakan untuk menginterpretasikan
pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial sepanjang
kehidupan mereka
3. Budaya merupakan konstruksi social dan transmisi sejarah dari
satu generasi kepada generasi berikutnya melalui simbol-simbol,
arti, dasar pemikiran serta peraturan yang mereka gunakan'
4. Budaya merupakan sistem yang mengekspresikan konsep-
konsep warisan budaya melalui setiap tindakan komunikasi
yang dilakukan oleh anggota komunitas atau anggota
masyarakat tempat budaya tersebut berada.
5. Warisan budaya ini akan digunakan secara terus-menerus dan
menjadi dasar ketika anggota masyarakat itu
bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan mereka sehari-hari
6. Budaya juga dipengaruhi oleh setiap anggota masyarakat,
karena setiap anggota dalam suatu budaya tersebut akan
membawa pikiran, perasaan dan tindakan yang menjadi ciri
khas setiap individu pada saat mereka berinteraksi dengan
individu lainnya.
7. Di dalam budaya terkandung nilai-nilai sistem kepercayaan,
tingkah laku dan bahasa, baik verbal maupun non verbal

Sedangkan Turnomo (2005: 48-49) berpendapat, ada tiga hal


penting dalam budaya:
1. Istilah budaya merujuk pada keragaman poll of knowledge,
realitas-realitas yang dipertukarkan dan norma-norma yang
dikelompokkan yang membentuk sistem-sistem makna yang
dipelajari dalam masyarakat partikular.

32
Rini Dama -astuti

2. Sistem-sistem makna yang dilrcIajari tersebut dipertukarkan


dan ditransmisikan melalui intt:raksi sehari-hari diantara para
anggota kelompok cultural dan dari satu generasi ke generasi
berikutrya
3. Budaya memfasilitasi kapasitas para anggota untuk bertahan
hidup dan beradaptasi dengan lingkungan eksternal mereka.

B. Unsur-unsur Budaya
Beberapa penekanan tentang b,udaya yang dipaparkan diatas,
kita dapat melihat bahwa nilai, kepercayaan dan bahasa merupakan
unsur-unsur penting dalam kebud,tyaan. Nilai merupakan suatu
konsep yang sangat abstrak yang dimiliki oleh setiap individu
dalam memandang dunia ini. Dengan konsep yang abstrak inilah
setiap individu bisa menetapkan apa yang dianggap baik atau
buruk, benar atau salatu patut atau tidak patut.
Kepercayaan dipahami sebagai satu konsep yang dimiliki oleh
setiap individu tentang bagaimana mereka melihat keadaan di
sekelilingnya, baik itu gagasan tentang orang lain, individu, alam,
keadaan sekitar maupun tentang fisik, biologi, sosial dan dunia
supranatural. Bahasa dipahami sebagai satu unsur penting yang
sangat diperlukan untuk berkomunikasi diantara anggota-anggota
masyarakat tempat budaya itu berada. Bahasa merupakan satu
sistem kodifikasi kode dan simbol baik verbal maupun non verbal
(Alo Liliweri 2003: 108).
Faktor-faktor internal inilah yang sangat mempengaruhi
ketika seorang individu mempers€'psi suatu realitas yang ada di
sekitarnya. Persepsi yang muncul dalam diri seorang individu
sangat terikat oleh budaya (Culture-bound). Cara-cara bagaimana
seorang individu memaknai suatu pesan, objek atau lingkungannya
sangat tergantung pada sistem nilai yang mereka anut. Akibatnya,
persepsi seorang individu terhadap lingkungarurya sangat subjektif
dan budaya dianggap sebagai pola persepsi dan perilaku yang
dianut sekelompok orang (Deddy Nlulyana 2003:196-197).
Larry A Samovar dan Richard E. Porter (dalam Deddy Mulyana
2003:197-211) mengemukakan, ada,:nam unsur budaya yang secara

JJ
Mindful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

langsung mempengaruhi persepsi ketika kita berkomunikasi, yaitu:


L. Kepercayaan(beliefs), nilai (aalues) dan sikap (attitudes).
Kepercayazrn merupakan anggapan subyektif bahwa suatu
objek atau peristiwa mempunyai ciri-ciri dan nilai tertentu
dengan atau tanpa bukti. Kepercayaan dipahami sebagai satu
konsep yang dimiliki oleh setiap individu. Kepercayaan ini
bisa menyangkut tentang bagaimana mereka melihat keadaan
di sekelilingnya, baik itu Sagasan tentang orang lain, individu,
alam, keadaan sekitar mauPun tentang fisik, biologi, sosial dan
dunia supernatural.
Nilai merupakan komponen evaluatif dari kepercayaan kita,
mencakup kegunaan, kebaikan, estetika dan kepuasan. Nilai
bersifat normatif, memberitahu suatu anggota budaya mengenai
apa yang baik dan buruk atau benar dan salah. Nilai merupakan
suatu konsep yang sangat abstrak yang dimiliki oleh setiap
individu dalam memandang dunia ini. Dengan konsep yang
abstrak inilah setiap individu bisa menetapkan apa yang
dianggap baik atau buruk, benar atau salah, patut atau tidak
patut. Sedangkan sikap merupakan tindakan dan posisi yang
diambil oleh seseorang ketika dia menghadapi suatu peristiwa,
objek atau orang lain berdasarkan pada kepercayaan yang dia
miliki.
2. Pandangan dunia (Worldoiao).
Pandangan dunia merupakan orientasi yang dimiliki oleh suatu
budaya terhadap Tuharu kehidupan, kematian, alam semesta,
kebenaran, materi (kekayaan) dan isu-isu filosofis lainnya yang
berkaitan dengan kehidupan. Pandangan dunia mencakup
agama dan ideologi. Ideologi merupakan suatu sistem pe-
doman hidup yang ingin dicapai oleh banyak individu dalam
masyarakat, tetapi lebih khusus sifatnya dari sistem budaya.
3. Organisasi Sosial (Social Organization).
Yang dimaksud dengan organisasi sosial di sini adalah or-
ganisasi di masyarakat yang kita masuki, baik itu organisasi
formal maupun non formal. Organisasi sosial yang kita masuki
akan mempengaruhi persepsi dan perilaku kita.

34
Rini Damarastuti

4. Tabiat Manusia (HumanNature).


Pandangan kita tentang siapa }:ita, bagaimana sifat dan watak
kita juga akan mempengaruhi cara kita mempersepsi lingkungan
fisik dan sosial kita. Ada beberapa teori yang dapat kita gunakan
untuk memahami bagaimana seseorang melihat dirinya, seperti
pandangan Sigmund Freud dalam teori psikoanalisisnya yang
memahami setiap individu dari pemahaman tentang ld, Ego dan
Superego. Atau pendapatnya George Herbert Mead dalam teori
Interaksi Simbolik yang memt,antu kita memahami diri kita
melalui konsep I danMe.
Selain pandangan setiap individu terhadap dirinya sendiri,
orientasi manusia mengenai bagaimana hubungan mereka
dengan alam juga sangat mempengaruhi persepsi mereka daiam
memperlakukan alam.
5. Orientasi kegiatan (Actir:ity Oientation).
Orientasi kegiatan merupakan pandangan kita mengenai
aktivitas. Dalam pemahaman ini, orientasi bisa dipahami
dalam rentang Being (siapa ses()orang) hingga doing (apa yang
dilakukan seseorang).
6. Persepsi tentang diri dan orang larn (Perception of self and others).
Persepsi tentang diri dan orang lain sangat dipengaruhi
dengan latar belakang budaya dimana individu itu berada.
Bagi masyarakat Timur yang menganut paham kolektivis,
din $e$ tidak bersifat otonom, melainkan melebur dalam
kelompok, misalnya keluarga, suku, komunitas dan sebagainya.
Hal ini tentunya berbeda dengan masyarakat Barat yang
memiliki kecenderungan otonom sehingga mengarahkan pada
kecenderungan individualis.
Pandangan inilah yang kemudian akan mempengaruhi dalam
mempersepsi diri sendiri maupun orang lain. Bagi masyarakat
yang memiliki pandangan kolektivitas, persepsi terhadap diri
orang lain akan dipengaruhi r>leh kelompoknya. Sedangkan
bagi masyarakat individualis, persepsi diri dan orang lain sangat
dipengaruhi oleh orang itu sendiri.

35
Mindfulness dalam Komunikasi Antarbudaya

Enam unsur budaya ini yang sangat mempengaruhidan


menyebabkan perbedaan komunikasi antara masyarakat dari satu
latar belakang budaya dengan masyarakat dari latar belakang
budaya lainnya.
Budaya yang dalam khasanah bahasa Sansekerta dianggap
sebagai kata dasar dari kata "kebudayaan" dan diambil dari kata
buddhayah, memiliki arti akal budi. Akal budi di sini dipahami
sebagai kata intelektuat (kognitif) dan daiam pengertian Barat
di dalamnya terkandung makna afektif. Dalam filsafat Hindu,
kebudayaan yang memiliki arti akal budi ini dipahami sebagai
kegiatan pikiran (kognitifl, kegiatan Perasaan (ofrktifl mauPun
perilaku (psikomotorik) (Andrik Purwasito 2003: 95).
Oleh karena itu, untuk memahami suatu budaya bukan hanya
sekedar memahami dari berbagai fenomena, mengamati tingkah
laku, melihat berbagai artefak dan objek alam serta mengamati
dan mencatat berbagai kondisi emosional. Tetapi lebih dari itu,
untuk memahami kebudayaan yang menjadi penekanan utama
adalah persepsi dari pesan dan makna yang terkandung dari setiap
fenomena, tingkah laku maupun peristiwa. Pesan dan makna
tercermin juga dari setiap objek yang ada, sikap yang ditunjukkan
karena rasa takut, rasa cemas, marah mauPun Perasaan lainnya'
Melalui makna dan persepsi pesan ini individu merespon realitas
yang ada di sekitarnya begitu juga sebaliknya individu lain akan
merespon. Akibatnya terjadi hubungan timbal balik.

C. FungsiBudaya
Sebelum kita memahami tentang komunikasi antarbudaya,
terlebih dahulu kita akan melihat fungsi-fungsi budaya. Ti.g-
Toomey, 1999 ( dalam Tumomo, 2005: 49-50), menjelaskan ada
beberapa fungsi budaya dalam kehidupan kita, yaitu:
1,. ldentity Meaning Function
Dalam ldentity Meaning Function, budaya dianggap dapat
memberikan kerangka referensi untuk menjawab pertanyaan
yang paling mendasar dari keberadaan manusia tentang
siapakah Saya? Nilai dan norma yang diajarkan oleh budaya

36
Rini Dam:rrastuti

itu dan dianut oleh setiap anggota dari budaya tersebut akan
memberikan makna terhadap i,fentitas yang dianutnya. Makna
identitas yang didapat dari budaya dikonstruksikan dan
dipelihara melalui komunikasi sehari-hari.
2. Group inclusion function
Group lnclusion Function memberikan pemahaman bahwa
budaya menyajikan fungsi inklusi dalam kelompok yang bisa
memuaskan kebutuhan seseorang terhadap afiliasi keanggotaan
dan rasa ikut memiliki. Pada tataran ini, budaya dianggap
mampu menciptakan inklusi selLingga orang dapat membedakan
mana in-group dart out group.
3. Inter-group Boundary Regulation Function
Inter- group B oundary Regulation F unction memberikan pengertian
bahwa budaya membentuk sikap seseorang tentang in-group
dan out-group berkaitan dengan orang yang secara kultural
tidak sama (dissimilar). Pemahaman terhadap in-group dan out-
group ini akan membantu ses€,orang untuk membenfuk sikap
eaaluatife terhadap interaksi inlToup dan out-group.
4. The ecological adaptation Function

Dalam The ecological adaptatic,n Function, budaya dianggap


dapat memfasilitasi proses-proses adaptasi diantara diri (selfl,
komunitas cultural, dan lingkungan yang besar. Hal ini terjadi
karena budaya bukanlah sistenr yang statis, melainkan sebuah
sistem yang dinamis dan terus mengalami perubahan. Setiap
budaya menyusun sistem reward and punishment yang jelas
yang dapat meneguhkan perilaku-perilaku adaptif tertentu
dan memberi sanksi terhadap perilaku-perilaku non adaptif
sepanjang waktu.
5. The cultural communication Function
The cultural communication Eunction merupakan fungsi seperti
pokok bahasan yang dijelaskarL pada bagian awal sub bab ini.
Seperti yang dikatakan oleh Ectward T Hall yang mengatakan
bahwa antara budaya dan komtmikasi dapat diibaratkan seperti
dua sisi dari satu keping mata uang. Budaya dan komunikasi
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan dua hal

37
Mindfutness dalam Komunikasi Antarbudaya

yang saling mempengaruhi. Budaya mempengaruhi komunikasi


dan komunikasi mempengaruhi budaya.

D. Budaya Material dan Non Material


Budaya yang dalam khasanah bahasa Sansekerta dianggap
sebagai kata dasar dari kata "kebudayaan" yang diambil dari kata
buddhayah, memiliki arti akal budi. Akal budi di sini dipahami
sebagai kata intelektual (kognitif) dan dalam pengertian Barat di
dalamnya terkandung makna afektif. Bahkan dalam filsafat hindu
kebudayaan yang memiliki arti akal budi ini dipahami sebagai
kegiatan pikiran (kognitif), kegiatan Perasaan (afektif) mauPun
perilaku (psikomotorik).
Menurut Ge.ry Phillipsen (seorang profesor komunikasi dari
university of washington) budaya adalah "A socially constructed
and historically transmitted pattern of symbol, meaning, premisses and
rules" (EM Griffin 2003:420).Dari gambaran diatas, Gerry Phillipsen
mengartikan budaya sebagai sebuah konstruksi sosial dan transmisi
sejarah dalam bentuk simbol, arti, dasar pikiran dan peraturan.
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan dipahami sebagai
keseluruhan sistem gagasan, tindakan danlusil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia
dengan belajar. Budaya sebagai suatu perkembangan dari kata
majemuk budi-daya memiliki att.'daya dari budi'
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui kerancuan
dalam penggunaan kata budaya dan kebudayaan. Tetapi ada
perbedaaan yang mendasar antara kata budaya dan kebudayaan.
Budaya adalah 'daya dari budi' yang berupa cipta, karsa dan rasa-
Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa
itu. Talcott Parsons dan A.L. Kroeber membedakan kebudayaan
sebagai suatu sistem dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud
kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas
manusia yang berpola.'Kebud ayaarr' dan'tindakan kebudayaarr'
adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan
belajar (learned behavior).

38
Rini Dam;rrastuti

Untuk memahami kebuday,mn yang menjadi penekanan


utama adalah persepsi dari pesan dan makna yang terkandung dari
setiap fenomena, tingkah laku matrpun peristiwa.

-u rr^! 4rt -

Gambar 2.2 Buday a material masyarakat Indonesia

Budaya terdiri dari budaya material dan budaya non material.


Budaya material merupakan objek material yang dihasilkan
dan digunakan manusia mulai dari peralatan yang sederhana,
peralatan rumah tangga, mesin-mesin otomotif hingga instrumen
yang digunakan dalam penyelidik:rn. Budaya material adalah hasil
produksi suatu budaya berupa benda yang dapat ditangkap indera,
misalnya pakaian, makanan, alat-alat dan sebagainya. Budaya
material tidak hadir dengan sendirinya, tetapi dia dibangun
berdasarkan nilai tertentu. Budaya material dibagi dua, yaitu
Ozsert material dan coaert material. Oaert material merefleksikan
benda nyata menjadi simbol budaya. Sedangkan coaert material
merupakan nilai-nilai kebudayaarr yang bersifat abstrak. Contoh
overt material dan covert material adalah Keris adalah rilai oaert

39
Mindfulness dalam Komunikasi Antarbudaya

material, sedangkan tingkat kedigdayaan dan kekuatan merupakan


coaert material (Liliweri, 2003: 120).
Budaya nonmaterial merupakan budaya yang diwujudkan
dalam bentuk gagasan atau ide-ide yang diikuti dengan kesadaran
penuh bahkan dengan penuh ketakutan kalau orang tidak
menjalankannya. Budaya non material terdiri dari:
1. Nilai
Nilai merupakan komponen evaluatif dari kepercayaan
kita, mencakup kegunaan, kebaikan, estetika dan kepuasan.
Nilai bersifat normatif, memberitahu suatu anggota budaya
mengenai apa yang baik dan buruk atau benar dan salah. Nilai
membentuk sikap kita tentang sesuatu apakah itu bermoral atau
tidak bermoral, benar atau salah dari suatu objek, peristiwa,
tindakan atau kondisi
2. Norma
Norma merupakan komponen yang mengafur baik atau buruk
suatu tindakan yang ada di masyarakat. Norma mengatur
standar perilaku dalam kehidupan suatu komunitas. Ya.g
dipertukarkan dalam norma adalah nilai-nilai budaya yang
merupakan standar kelompok, dasar dari kehidupan sebuah
kelompok. Norma merujuk pada perilaku rata-rata yang kita
temui dalam suatu masyarakat. Para sosiolog membedakan
norma dalam:
a. Statistical Norms merupakan bentuk yang berulang-ulang
dan sering dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat.
b. Ideal Norms Merupakan seperangkat aturan atau standar
perilaku yang diharapkan dalam semua situasi.
Norma yang sering kita temui dalam kehidupan kita sehari-
hari memiliki bentuk yang bermacam-macam. Bentuk-bentuk
norma tersebut adalah cara, kebiasaan, tata kelakuan (mores),
adat kebiasaan (custom), kepercayaan (belief) dan bahasa'

Budaya yang dimiliki oleh suatu masyarakat tampil dalam tiga


wujud. Tiga wujud kebudayaan tersebut adalah:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
40
Rini Damarastuti

gagasan, nilai-nilai, norma-nornra, peraturan dan sebagainya.


Sebagai suatu kompleks dari 1;agasan, nilai-nilai, norma dan
peraturan, wujud budaya ini tidak dapat dilihat dan tidak dapat
difoto. Lokasinya ada dalam kepala atau dalam pikiran setiap
orang yang memiliki budaya tersebut. Budaya dalam wujud
ide, gagasan, nilai, norma maupun perafuran ini sering disebut
dengan adat atau adat istiadat.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia rlalam masyarakat.
Wujud kebudayaan yang kedua ini sering disebut sebagai sistem
sosial. Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia ini merupakan tindakan berpola
dari manusia itu sendiri yang terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul.
3. Wujud kebudayaan sebagaibendr-benda dari hasil kaqza manusia.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda dari hasil karya
manusia ini sering disebut dengan kebudayaan fisik. Wujud
kebudayaan ini berupa benda-benda yang dapat diraba, dilihat
dan difoto.

E. Budaya dan Komunikasi


Pada paparan dalam sub bab sebelumnya dijelaskan bahwa
antara budaya dan komunikasi nrerupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Budaya sangat mempengaruhi komunikasi dan
komunikasi sangat mempengarutri budaya. Karena budaya itu
sangat mempengaruhi komunikasi, maka setiap tindak komunikasi
yangdilakukanolehseseorang, akan sangat dipengaruhi olehbudaya
yang menjadi pijakan hidup oranp; tersebut. Padahal, komunikasi
itu sendiri merupakan 'basic social process' dalam kehidupan
setiap orang. Artinya, budaya akhrnya membawa pengaruh juga
dalam semua segi kehidupan setiap orang. Berdasarkan logika
berpikir ini, maka budaya memilikj peran yang sangat besar dalam
kehidupan kita. Makna yang terkandung dalam setiap pesan yang
digunakan dalam berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh budaya
yang melatarbelakanginya. Begitu ruga sebalihyr, perubahan dan

41.
Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

perkembangan budaya yang terjadi juga akan dipengaruhi oleh


komunikasi yrng digunakan oleh komunitas atau masyarakat itu.
Makna menurut Brodbeck (dalam Fisher 1978:344) dipahami
sebagai objek, ide, atau konsep yang ditunjukkan melalui istilah itu.
Hal ini senada dengan pendapat Morris yang memahami makna
dalam pengertian yang seruPa dengan aspek "semantis" bahasa'
Makna dipahami sebagai hubungan lambang dengan referen yang
ditunjuk ( Fisher 1978: 344).
Makna dan nilai menjadi sumber Pesan yang sangat
diperlukan. Pesan sendiri dipahami sebagai simbol yang disalurkan
dan ditukarkan. Melalui pesan inilah gagasan, motivasi-motivasi,
harapan, obsesi, keinginan, kepercayaan, keyakinan dan persepsi
terhadap sesuatu, pandangan tentang dunia dan maksud-maksud
tertentu dibuat dan disalurkan dari sumber (komunikator)
kepada penerima (komunikan) lewat berbagai saluran. Pesan ini
menggambarkan realitas sosial yang objektif, mendistribusikan
gagasan individual, kelompok dan institusi serta menjadi sasarzu:l
pertukaran. Pesan menimbulkan efek pada partisipan komunikasi,
publik dengan berbagai resPon, mengadopsi, merekunstruksi
dan memproduksi pesan-Pesan tersebut dalam sebuah perjalanan
transformasi simbolik yang secara nyata berguna dan digunakan
oleh partisipan komunikasi dalam interaksi sosial sehari-hari
(Andrik Purwasito 2003: 13).
Makna memPunyai peran yang sangat penting dalam
komunikasi, karena tanpa ada pemahaman makna yang sama
terhadap suatu stimuli maka tidak akan ada komunikasi- Gode
(1959: 5) mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang membuat
menjadi sama antara dua orang atau lebih yang pada awalnya
menjadi monopoli seseorang. Jadi dalam komunikasi ini ada
kebersamaan makna yang dipahami sebagai fenomena sosial bukan
sekedar penafsiran dan pemahaman seorang individu, melainkan
mencakup aspek-aspek pemahaman yang secara bersama dimiliki
oleh para komunikator (Fisher 1978:346).
Lebih lanjut Goyer (dalam Fisher 1978:347) mendeskripsikan
jika tidak ada kebersamaan makna dan pemilikan pengalaman

42
Rini Damarastuti

yang sama, maka komunikasi tidak akan terjadi. Persamaan makna


menjadi hal yang penting dalam komunikasi. Sementara makna
yang diciptakan masing-masing individu ketika berkomunikasi
sangat tergantung dari latar belaka:rg budaya mereka. Shands 1967
(dalam Fisher 1978:347) mengatakan bahwa makna dari makna
merupakan konsensus. Makna lahir dalam suatu proses sosial yang
memungkinkan konsensus itu berkembang. Proses sosial di sini
dipahami Shands sebagai proses komunikasi itu sendiri.
Proses komunikasi dari suat-r masyarakat berbeda dengan
masyarakat yang lain. Proses kc,munikasi yang terjadi sangat
dipengaruhi oleh nilai, kepercayaarr dan bahasa. Akibatnya, seperti
yang dikatakan Edward T Hall (clalam Deddy Mulyana 2003:6),
antara budaya dan komunikasi dapat diibaratkan sebagai dua sisi
dari satu keping mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Tidak
akan ada budaya tanpa ada komtrrikasi. Begitu juga sebaliknya,
tidak akan ada komunikasi tanp:r ada budaya.. Budaya adalah
komunikasi dan komunikasi adalah budaya.
Di satu sisi komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk
mensosialisasikan norma-norma budaya kepada masyarakat baik
secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal komunikasi
mensosialisasikan budaya dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Sedangkan secara hori zontalkomunikasi mensosialisasikan budaya
itu dari masyarakat kepada masyalakat lainnya.
Di sisiyang lain, budaya menet:rpkannorrna-norma komunikasi
yang dianggap sesuai untuk kekrmpok tertentu. Sehingga bisa
dikatakan, antara komunikasi derrgan budaya bagaikan dua sisi
mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Tidak akan ada budaya
tanpa ada komunikasi. Begitu juga sebaliknya, tidak akan ada
komunikasi tanpa ada budaya.
Komunikasi itu lahir karena manusia berpikir dan menyatakan
eksistensi dirinya. Sementara eksistensi itu ada karena pengakuan
dari manusia lainnya yang ada di sekitarnya. Pengakuan itu lahir
karena ada bahasa yang membuat manusia bertukar pikiran,
sehingga lahirlah komunikasi. Ko:nunikasi inilah yang membuat
manusia bisa berinteraksi dengan manusia lainnya sehingga

43
Mi ndful ness dalam Komunikasi Antarbudaya

melahirkan suatu masyarakat. Interaksi antara safu individu


dengan individu lainnya di dalam masyarakat mengakibatkan
lahimya budaya (Andrik Purwasito 20(B: 105)-
Ada lima unsur penting dalam kehidupan berbudaya ber-
dasarkan uraian di atas, yaitu:
L. Unsur manusia;
2. Unsur komunikasi;
3. Unsur masyarakat;
4. Unsurkebudayaan
5. Unsur bahasa sebagai alat komunikasi-
Dari pemahaman di atas, manusia merupakan sentral dalam
proses komunikasi, dan komunikasi mendasari terbentuknya
masyarakat serta kebudayaan dengan menggunakan bahasa sebagai
sararur untuk menjalankan fungsi interaktif dan transaksional.
Karena dengan bahasa seorang individu dapat menyampaikan ide,
pikiran serta perasaannya melalui simbol-simbol yang disepakati
bersama. Dan sebaliknya, keberlangsungan komunikasi dengan
menggunakan bahasa ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan
masyarakat (Andrik Purwasito 2003: 105).
Dalam studi kebudayaan, bahasa merupakan unsur penting
yang tidak dapat dilupakan, bahkan dapat dikatakan bahasa
merupakan jantungnya komunikasi- Bahasa dapat dikategorikan
sebagai unsur kebudayaan yang berbentuk non material seperti
nilai, norma dan kepercayaan (beliefl (AIo Liliweri 2003: 132). Sapir-
Worf (dalam AIo Liliweri 2003) berpendapat bahwa bahasa atau
peristiwa sangat mempengaruhi bagaimarul seseor€ulg berpikir dan
memandang dunia.
Menurut penganut teori analisis wacana (dari segi antropologi
linguistik dan analisis wac€rna kritis), bahasa adalah sumber budaya
dan wacana praktik budaya. Melalui bahasa, budaya diciptakan,
diberi arti, dipelajari, dibentuk, dan diproduksi. Melalui bahasa
setiap individu dapat menegakkan hubungan antara sistem budaya
dan berbagai bentuk tatanan sosial, setringga dapat dilihat secara
langsung bagaimana keberadaan sekelompok manusia dalam
tatanan sosial tersebut dan bagaimana pengertian mereka tentang

M
Rini Dam;rrastuti

realitas dan dunia serta lingkungax yang ada di sekitarnya (Berman


2001: 1).
Hockett (dalam Andrik Purwasito 2003: 109) mendefinisikan
bahasa sebagai sistem produktif, yaitu pesan-pesan verbal yang
baru dan dapat dialihkan. Bahasa i.i berbentuk simbol-simboryang
mudah lenyap (rapidly fading) dan bermakna bebas (arbitrary) yang
dalam pengertian bahasa tidak memiliki karakteristik dari benda
atau hal yang mereka gambarkan. Makna yang terdapat dalam
kata-kata itu memiliki arti karena kita yang memberinya. Bahasa ini
disalurkan secara budaya (culturally transmitted) dalam lingkungan
tertentu lewat keluarga maupun pe:ndidikan formal dan informal.
Akibatnya, dari bahasa yang merupakan sarana komunikasi ini
bisa dilihat bagaimana sekelompok orang merespon realitas yang
ada di sekitamya berdasarkan latar belakang budaya mereka. Taylor
mengatakan bahwa kebudayaan diartikan sebagai pandangan hidup
dari sebuah komunitas atau kelompok. Kebudayaan mempunyai
peranan yang sangat besar dalam ekosistem komunikasi karena
karakteristik kebudayaan antarkomunitas itu dapat membedakan
mana kebudayaan lisan, dan mana kebudayaan terfulis dari
kebiasaan suatu komunitas daLrm mengkomunikasikan adat
istiadat mereka (Alo Liliweri 2003: 109).
Latar belakang budaya yang nrerupakan faktor penting dalam
komunikasi ini akan mempengaruhi produksi pesan, tingkat
umpan balik dan efek yang mungkin terjadi. proses ini akan terus
berlangsung di tengah masyarakat. Proses interaksi yang terus
terjadi di antara partisipan komunikasi ini merupakan proses
pembudayaan yang tidak pernah berhenti, proses kebudayaan
dinamik yang terus menerus terjad; untuk memperbaharui simbol-
simbol bahkan menciptakan simbol-simbol baru (Andrik purwasito
2003:722).
Simbol atau lambang ini ada karena masyarakatlah yang
menciptakannya. Atau dengan kata lain, lambang atau simbol yang
ada dalam suatu masyarakat itu ada karena masyarakatlah yang
membentuk lambang dan simbol itu. Kesepakatan masyarakatlah
yang membuat simbol itu ada di dalam masyarakat. Lambang atau

45
Mi ndfulness dalam Komunikasi Antarbudaya

simbol yang ada dalam masyarakat merupakan perwujudan atau


bentuk dari suatu pesan yang berupa kata-kata, gambar, tulisan
atau dalam bentuk verbal mauPun non verbal. Lambang atau
simbol ini digunakan sebagai media untuk menyampaikan isi dari
pesan yang berupa ide, pikiran atau gagasan dari komunikator
kepada komunikan dalam tataran Pesan yang bersifat informatif,
pendidikan atau pesan yang memPengaruhi.
Latar belakang kebudayaan dari suatu kelompok atau dari
seorang individu akan mempengaruhi bagaimana kelompok atau
individu itu menyampaikan simbol atau lambang yang berisi pesan
ketika mereka melakukan interaksi sosial didalam kelompok itu
atau dengan masyarakat sekitarnya. Interaksi sosial yang terjadi di
dalam suatu kelompok atau dengan masyarakat lairurya, menjadi
sarana pokok bagi masyarakat itu untuk menafsirkan peristiwa
sehari-hari dan menggunakannya sebagai sumber kegiatan. Bahasa
menjadi sarana untuk mensosialisasikan, sehingga percakapan
yang terjadi di antara individu yang ada dalam kelompok tersebut
maupun dengan masyarakat di
sekitarnya tidak terpisah dari
interaksi sosial, kebudayaan dan kepribadian (Berman 2001: 1).

Soal-soal Latihan Bab II:


L. Apa yang dimaksud dengan budaya? Berikan penjelasan
berdasarkan pada pendapat salah satu ahli budaya!
2. Apasaja unsur-unsur yang ada di dalam budaya? Jelaskan dan
berikan contoh!
3. Menurut Anda, apa fungsi budaya dalam kehidupan kita?
]elaskan pendapat Anda!
4. Apabila kita memahami budaya, budaya tersebut ada dua
yaitu buday material dan budaya non material. ]elaskan kedua
budaya tersebut dan berikan contoh!
5. Apabila dikaitkan dengan komunikasi, bagaimana Peranan
budaya ini dalam komunikasi? Jelaskan menurut pendapat
Anda!

46

Anda mungkin juga menyukai