Anda di halaman 1dari 8

PRESPEKTIF PROSES

TRANSISI DEMOKRASI

Kel 11 : Nurul Fadila (2010007721009)


Yasmine Alexandra (2010007721014)
A. Pengertian Transisi menuju Demokrasi

Dalam kamus bahasa latin, “transisi” berasal dari kata trans dan cendo. Trans sendiri berarti
diseberang, disebelah sana, dibalik, menyebrangi, sedangkan cendo berarti melangkah
kesuatu yang lain, berpindah. Jadi transisi berarti melangkah disebrang berpindah keseblah
sana.

Transisi menuju demokrasi adalah suatu keadaan yang ada dalam suatu negara yang belum
dibentuk pemerintahannya atau suatu keadaan yang ada dalam suatu negara sebelum
demokrasi
B. Gelombang Transisi menuju Demokrasi

Gelombang demokratisasi menghantam dunia arab – timur tengah baru pada 2011
kemaren,sedangkan diindonesia menjelang penutupan DKD 1990. transisi dan gelombang
demokrasi ini, agak terlambat, karna eropa selatan (spanyol dan portugal), amerika latin
(bolivia,chili,argentina, brazil,mexico) dan negara-negara asia (philipina, korea selatan, taiwan,)
sudah mengalami demokratisasi 1970 dan 1980.

Kajian teoritis-konseptual tentang demokrasi mula bergaung ketika terjadi transisi kedemokrasi yang
mulai marak pasca perang dunia kedua ketika banyak rezim otoritarian tumbang dari kursi
kekuasaannya. Banyak ahli (expert) dan ilmuan politik beralih perhatian yang semula bersifat eropa
sentris dan amerika sentris membuka mata terhadap perkembangan dieropa selatan, kemudian ke
amerika latin dan asia.
c. Tipe atau proses Transisi Demokrasi

◦ Tiga (3) jenis proses demokratisasi dunia ketiga sebagaimana kemukakan oleh Samuel
Huntington, yaitu :
◦ - Tranformasi terjadi ketika elit yang berkuasa mempelopori preses perwujudan demokrasi,
dalam tranformasi, pihak-pihak yang berkuasa dalam rezim otoriter mensponsori perubahan
dan memainkan peran yang menentukan dalam mengakhiri rezim itu dan mengubahnya
menjadi sebuah sistem yang demokratis.
◦ - Replacement (pergantian), terjadi ketika kelompok oposisi mempelopori proses perwujudan
demokrasi dimana kemudian rezim otoriter tumbang atau digulingkan. Replacement
merupakan sebuah transisi yang matang dan lemah, proses ini sangat tergantung dengan
kontinuitas perjuangan dari mereka yang memiliki komitmen yang kuat dengan pembangunan
demokrasi
- Transplacement, terjadi jika demokratisasi merupakan hasil dan tindakan yang dilakukan
secara bersama-sama oleh kelompok pemerintah dan kelompok oposisi. Kelompok konservatif
dalam rezim berada pada posisi yang seimbang dengan pemerintahan, tetap pemerintah sendiri
hanya bersedia merundingkan perubahan,dan tidak mau memprakasi perubahan rezim.
D. KENDALA PROSES TRANSISI DEMOKRASI

Minimal ada dua kendala dalam proses transisi demokrasi, yaitu kendala internal dan eksternal.
Di Eropa Timur muncullah aksi-aksi protes bercorak rasial seperti di Jerman dan Perancis,
gejolak konflik etnis dan agama, seperti di Cekoslowakia dan Indonesia, termasuk di bekas
Yugoslavia dan bekas Uni Sofyet, munculnya kembali aspirasi komunis seperti di Polandia dan
Rusia. Di Cina hambatan internal berupa pembantaian berdarah di lapangan Tiananmen (Wang,
1997).
Richard Rose (2000) dalam penelitiannya yang membahas hambatan demokrasi tingkat adtvice di
Austria dan Switzerland, menyimpulkan bahwa Consensus antar elit partai runtuh :
a. setiap orang mempunyai perbedaan kebutuhan dalam menentukan masa depan pemerintahan
dan partainya,
b. adanya provokasi antar pendukung partai sehingga memperuncing konsensus yang telah
disepakati.
Hambatan eksternal dan juga internal secara bersama-sama banyak ditemui di negara Amerika Latin,
Afrika dan Asia, di mana kilter menunjukkan tanda-tanda tidak mau kembali ke barak. Di Asia
sebagai contoh Indonesia, Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Vietnam, dan Kamboja proses transisi
juga masih menemui kendala baik internal maupun eksternal (Curtis,1997). Di Amerika Latin, seperti
di Cili, Brazil, Argentina, Venezuela, Nikaragua, ([an Meksiko demokrasi juga masih menemui
hambatan (Whitehead 2000). Di Afrika dan Timur Tengah, seperti Iran, Mesir, Marokn Negeria,
Sudan, Arab Saudi, Oman demokrasi juga masih saneat alot (Johanbegloo, 1997). Kasus yang lebih
tragis lagi adalah di Aljazair, Irak Libia Somalia, El-Salvador, Guatemala, Paraguay, Myanmar,
Korea Utara, di mana demokrasi telah hilang kembali dari putaran negara itu, berubah menjadi
negara yang otoriter-diktator. Kendala internal dan eksternal sama kuatnya menghalangi proses-
proses politik yang mengarah pada proses transisi demokrasi, termasuk di Indonesa, dengan tidak
menutup kemungkinan transisi demokrasi di pedesaan juga akan menemui berbagai kendala
meskipun dikemas dalam bingkai otonomi.

Anda mungkin juga menyukai