Anda di halaman 1dari 28

 

D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung


 

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 

 
2.1 Pengertian Air Bersih
 
Air merupakan karunia Tuhan yang secara alami ada diseluruh muka bumi.
  Manusia sebagai salah satu makhluk yang ada di bumi juga sangat tergantung
terhadap
  air dan untuk kelangsungan hidupnya memerlukan air dengan kuantitas
dan kualitas tertentu. (Ir. Martin Dharmasetiawan.Msc, 2004).
 
Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia dan
 
harus bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan-bahan kimia
yang dapat mencemari air bersih tersebut. Air merupakan zat yang mutlak bagi
setiap makhluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya
kesehatan.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa air adalah kebutuhan primer bagi
manusia yang ketersediannya terbatas, maka dari itu diperlukan pengelolaan yang
baik agar air dapat terus digunakan untuk berbagai kebutuhan oleh masyarakat luas.

2.2 Sumber-sumber Air


Sumber air bersih didapatkan dari sumber yang bermacam-macam dan
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Air permukaan
Air permukaan merupakan sumber terbesar untuk air bersih. Air
permukaan adalah air yang dapat dilihat dan berada di atas permukaan tanah.
Seperti air laut, air danau, sungai, waduk dan lain sebagainya. Air permukaan
secara alami terisi melalui presipitasi dan secara alami berkurang melalui
penguapan dan rembesan ke bawah permukaan sehingga menjadi air bawah
tanah. Presipitasi yang dimaksud adalah curah hujan atau turunnya air dari
atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah
hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju dan di daerah beriklim
sedang.

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 5


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
b. Air Tanah
 
Air tanah merupakan air tawar yang biasanya terletak di dalam pori-
 
pori antara bebatuan dalam dan tanah. Air tanah mempunyai simpanan yang
  lebih besar dibandingkan dengan air permukaan. Input dari air tanah biasanya

  berasal dari tangkapan air hujan sedangkan untuk outputnya berupa mata air.
Ada dua jenis air tanah yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam.
 

  • Air Tanah Bebas/Dangkal

  Air tanah dangkal adalah air tanah berada pada kedalaman


maksimal 15 m di bawah permukaan tanah. Tanah di zona air tanah
 
dangkal berada di dalam keadaan tidak jenuh, kecuali kadang-kadang
bila terdapat banyak air di permukaan tanah seperti berasal dari curah
hujan dan irigasi.

• Air Tanah Dalam

Air tanah dalam adalah air tanah yang letaknya berada di bawah
lapisan air tanah dangkal dan di antara 2 lapisan bebatuan yang kedap
air. Air tanah dalam ini digolongkan sebagai akuifer bawah dan disebut
juga dengan istilah air artesis. Air tanah dalam lazim digunakan oleh
perhotelan, industri dan perkantoran sebagai sumber air dengan
menggunakan sumur yang disebut dengan sumur artesis.
Air artesis berasal dari kata Artois, yakni sebuah desa di Prancis
yang mana pertamakali mengenal air artesis. Air artesis ini berasal dari
air tanah tak bebas, yang kemudian lapisan kedap air bagian atasnya
mengalami retak, hal ini kemungkinan akibat adanya gempa bumi,
karena terpengaruh oleh panas magma yang ada di bawahnya. Maka air
tanah artesis tersebut dapat keluar dari permukaan tanah.
Dari kedua jenis air tanah tersebut terdapat permasalahan yang sering
terjadi pada air tanah, khususnya untuk pemakaian rumah tangga dan industri,
di wilayah urban dan dataran rendah adalah memiliki kecenderungan untuk
mengandung kadar besi atau asam organik tinggi.

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 6


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
c. Air Atmosfer
 
Air atmosfer adalah air yang bersumber dari siklus hidrologi, air bentuk
 
cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer menuju ke permukaan
  bumi. Hal ini dikarenakan titik-titik air yang terkandung di dalam awan

  bertambah terus menerus sampai pada keadaan dimana awan sudah tidak
mampu lagi untuk menampung titik-titik air tersebut, maka dijatuhkan
 
kembali ke bumi dalam bentuk air hujan. Siklus hidrologi dapat dilihat pada
 
Gambar II.1.
 

Gambar II.1 Siklus Hidrologi.


Sumber: Google.com

2.3 Sistem Penyediaan Air Bersih


Dalam suatu bangunan gedung sistem penyediaan air besih dibagi menjadi
beberapa sistem, yaitu:
a. Sistem Sambungan Langsung
Menurut Noerbambang, S.M., dan Takeo, M. (2005), Sistem
sambungan langsung (pada Gambar II.2) adalah pipa distribusi dalam
gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih
(misalnya pipa utama di bawah jalan dari perusahaan air minum). Karena
terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang dari
pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk
perumahan dan gedung skala kecil dan rendah.

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 7


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
Mekanisme dari sistem ini adalah air dialirkan langsung dari pipa
 
utama/induk kemudian disadap oleh pipa cabang. dan Pipa utama pada sistem
 
ini adalah pipa yang tersambung dari katup PDAM sampai dengan katup
  penutup pada meteran air, barulah disambung menggunakan pipa cabang

  yang langsung tersambung dengan kran air. Sistem sambungan langsung


dapat dilihat pada Gambar II.2.
 

Gambar II.2 Sistem Sambungan Langsung.


Sumber: Noerbambang dan Morimura, 2005

b. Sistem Tangki Atap


Menurut Noerbambang, S.M., dan Takeo, M. (2005), Dalam sistem
tangki atap, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah (dipasang pada
lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah), lalu dipompakan ke
tangki atas yang disimpan di atas atap atau dibangunan yang tertinggi, Dari
tangki ini didistribusikan ke seluruh bangunan.
Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan
berikut:

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 8


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
a) Untuk gedung bertingkat, tekanan yang ditimbulkan oleh gravitasi dapat
 
membantu mengalirkan air dari atas sampai lantai bawah. Hanya saja
 
untuk lantai atas harus dibantu menggunakan pompa booster karena jarak
  aliran air yang pendek dan mengakibatkan tekanan gravitasi yang kecil.
  b) Pompa pengisi tangki atap dapat bekerja secara otomatis. Dapat bekerja
secara otomatis karena adanya level sensor/level switch (auto-level).
 
Gunanya untuk untuk mendeteksi ketinggian, contohnya digunakan untuk
 
mendeteksi suatu volume benda cair yang terdapat pada suatu tabung atau
  tangki penampungan seperti tangki air. Level senor dapat dilihat pada
  Gambar II.3.

Gambar II.3 level sensor/level switch (auto-level).


Sumber: Google.com

Sensor dari level switch berada dibagian depan dan berfungsi untuk
mendeteksi benda cair, kemudian kontrolnya ada di bagian belakang
berbentuk bulat, didalamnya terdapat rangkaian elektronik, yang betugas
sebagai pengontrol kerja level switch, selain itu juga sebagai terminal
untuk dihubungkan ke perangkat listrik lainnya, selain itu level switch
mempunyai tegangan kerja antara 100 - 200 V dan mempunyai beban kerja
sekitar 5 Ampere. kemudian alat ini dihubungkan dengan mesin pompa
air, pada saat volume air didalam tabung sudah mencapai level tertentu
(high misalkan) dan terdeteksi oleh sensor, maka sensor level switch akan

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 9


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
bekerja sebab bagian depan dari level switch terendam oleh air, ketika itu
 
pula level switch akan memerintahkan mesin pompa air untuk berhenti
 
berputar, dalam artian level switch akan memutuskan aliran arus yang ke
  mesin pompa air. Mesin pompa air akan bekerja kembali manakala volume
  air yang ada didalam tangki berkurang akibat pemakaian, dan terdeteksi
oleh sensor level switch yang dipasang dibagian bawah tangki (low) pada
 
saat itu pula sensor akan memerintahkan mesin pompa air untuk bekerja
 
atau berputar agar mengisi tangki, demikian seterusnya.
  c) Perawatan tangki atap sangat sederhana dan mudah dilaksanakan, karena

  dengan menyimpannya di atap maka akses untuk perawatannya akan lebih


mudah dibandingkan dengan disimpan di bawah tanah. Sistem tangki atap
ini dapat dilihat pada Gambar II.4.

Gambar II.4 Sistem Tangki Atap.


Sumber: Noerbambang dan Morimura, 2005

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 10


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
c. Sistem Tangki Tekan
 
Menurut Noerbambang, S.M., dan Takeo, M. (2005), dalam sistem
 
tangki tekan, air yang telah ditampung dalam tangki bawah dipompakan ke
  dalam suatu tangki tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi. Air dari

  tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Sistem tangki


tekan dapat dilihat pada Gambar II.5.
 

Gambar II.5 Sistem Tangki Tekan.


Sumber: Noerbambang dan Morimura, 2005

d. Sistem Tanpa Tangki


Menurut Noerbambang, S.M., dan Takeo, M. (2005), dalam sistem
tanpa tangki tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi
bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama.
Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu bangunan,
kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 11


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
aliran air yang harus disediakan pada bangunan tersebut. Tekanan air yang
 
kurang cukup akan menimbulkan kesulitan dalam pemakaian air. Tekanan
 
yang berlebihan dapat mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan
  menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Pukulan air yang dimaksud

  adalah fenomena hidraulik pada suatu pipa akibat adanya penutupan aliran
secara tiba-tiba atau perlahan-lahan. Contohnya, ketika kran air yang ditutup.
 
Sistem ini terdapat dua sistem dikaitkan dengan kecepatan pompa, yaitu:
 
• Sistem kecepatan putaran pompa konstan: Pompa utama selalu bekerja
  sedangkan pompa lain akan bekerja secara otomatik yang diatur oleh
  tekanan.
• Sistem kecepatan putaran pompa variabel: Sistem ini untuk mengubah
kecepatan atau laju aliran dengan cara mengubah kecepatan putaran
pompa secara otomatis.

2.4 Sistem Pemanfaatan Air Hujan


Pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih untuk konsumsi perkotaan
merupakan hal yang sudah tidak asing, walaupun belum digunakan secara luas.
Panduan untuk pemasangan sistem penampungan dan pemanfaatan air hujan telah
banyak diterbitkan.
Secara garis besar, pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan perkotaan dapat
dibagi menjadi dua jenis:
1. Penggunaan untuk kebutuhan domestik
Pada penggunaan untuk kebutuhan domestik, berbagai penelitian telah
dilakukan terhadap sistem pengumpulan dan perlakuan air hujan.
Kebanyakan penelitian mengkhususkan sistem pengumpulan dan perlakuan
air hujan sebagai sistem individual. Pemanfaatan air hujan dilakukan oleh
masing-masing struktur bangunan tanpa melibatkan sebuah sistem terpadu.
Lazimnya, kebutuhan air paling besar adalah untuk kebutuhan MCK (Mandi,
Cuci, Kakus).

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 12


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
2. Penggunaan untuk kebutuhan sarana publik
 
Pada penggunaan untuk kebutuhan sarana publik, perlakuan yang
 
diberikan tidak jauh berbeda dengan kebutuhan domestik. Namun, dengan
  skala yang berbeda, tantangan yang dihadapi sarana publik untuk

  memanfaatkan air hujan berbeda dengan tantangan pada skala domestik.


Tantangan ini tergantung dari luasan daerah pengumpulan air hujan, pengaruh
 
lingkungan sekitar, dan karakteristik atmosfir. Karakteristik atmosfir ini
 
adalah sifat dari cuaca sekitar yang menyebabkan perilaku curah hujan pada
  suatu daerah dapat berbeda-beda.

 
2.4.1 Kualitas Air
Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah
berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan
demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa
apakah air itu telah mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa
dengan indikator bakteri golongan Coli. (Sutrisno, 1996). Dapat dilihat
pada Tabel II.1 merupakan standar kualitas air minum.

Tabel II.1 Persyaratan Kualitas Air Minum.


Kadar Maksimum
Parameter Satuan
yang diperbolehkan
FISIKA
Warna TCU (True Color Unit) 15
o
Temperatur C (Celcius) Suhu udara ±3 oC
Kekeruhan NTU (Nephelometric 5
Turbidity Unit)
Total zat padat terlarut mg/l (milligram/liter) 500
TDS (Total Dissolve Solid)
Rasa dan bau - Tidak berasa dan berbau
KIMIA
Alumunium mg/l (milligram/liter) 0,2
Tembaga mg/l (milligram/liter) 2

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 13


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
Parameter Satuan Kadar Maksimum
 
yang diperbolehkan
 
Ammonia mg/l (milligram/liter) 1,5
  Klorida mg/l (milligram/liter) 250
  Kesadahan mg/l (milligram/liter) 500
Besi mg/l (milligram/liter) 0,3
 
Mangan mg/l (milligram/liter) 0,4
 
pH - 6,5-8,5
  Sulfat mg/l (milligram/liter) 250
  Seng mg/l (milligram/liter) 3

BIOLOGI
E.Coli atau fecat coli Jumlah per 100 ml 0
sampel
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml 0
sampel
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 492/ tahun 2010

2.5 Pemanenan Air Hujan


Pemanenan air hujan diartikan sebagai upaya pengumpulan atau
penampungan air hujan pada saat curah hujan tinggi maupun rendah. Pemanenan
ini dilakukan dengan memaksimalkan luas tangkapan air hujan pada atap Verona
Palace Hotel Bandung dan dialirkan ke bak penampungan air hujan.
Air hujan yang dipanen dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti
menyiram tanaman, mencuci, mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak
jika kualitas air tersebut memenuhi standar kesehatan (Sharpe, William E., &
Swistock, Bryan, 2008; Worm, Janette & van Hattum, Tim, 2006).
Secara ekologis ada empat alasan mengapa memanen air hujan penting untuk
konservasi air (Worm, Janette & Hattum, Tim van, 2006), yaitu:

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 14


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
1. Peningkatan kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan
 
air bawah tanah sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah. Sistem
 
pemanenan air hujan merupakan alternatif yang bermanfaat.
  2. Keberadaan air dari sumber air seperti danau, sungai, dan air bawah tanah

  sangat fluktuatif. Mengumpulkan dan menyimpan air hujan dapat menjadi


solusi saat kualitas air permukaan, seperti air danau atau sungai, menjadi
 
rendah selama musim hujan, sebagaimana sering terjadi di Bangladesh.
 
3. Sumber air lain biasanya terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai.
  Mengumpulkan dan menyimpan air di dekat rumah akan meningkatkan
  akses terhadap persediaan air dan berdampak positif pada kesehatan serta
memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap sumber air alternatif ini.
4. Persediaan air dapat tercemar oleh kegiatan industri mupun limbah
kegiatan manusia misalnya masuknya mineral seperti arsenic, garam atau
fluoride. Sedangkan kualitas air hujan secara umum relatif baik.
Ada tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem pemanenan air hujan
yaitu: 1) catchment, yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap; 2) delivery
system, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan melalui
talang; dan 3) storage reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak
atau kolam. Selain ketiga komponen dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan
komponen pendukung seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam
penampung. (Worm, Janette & van Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw & Yao-
Lung Tsai 2004).
Salah satu metodenya adalah dengan memanfaatkan atap rumah dimana air
hujan yang jatuh di atas atap akan dikumpulkan dan ditampung ke tangki atau bak
penampung air hujan. Air hujan pada talang setelah melalui proses penyaringan air
masuk ke dalam tangki kemudian dialirkan melalui pipa. Selanjutnya, dengan atau
tanpa pompa, air hujan di dalam tangki dapat dimanfaatkan untuk menyiram
tanaman, mengepel lantai, menyiram toilet atau mencuci kendaraan.

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 15


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
2.6 Kebutuhan Air Bersih
 
Menurut Linsley, R. K., dan Joseph, F. (1991), untuk memproyeksi jumlah
 
kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan air untuk
berbagai
  macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan air. Adapun kebutuhan air
  untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi dalam:
a. Kebutuhan Domestik
 
Kebutuhan domestik merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah
 
tangga dan sambungan keran umum. Jumlah kebutuhan didasarkan pada
  banyaknya penduduk, persentase yang diberi air, dan cara pembagian air

  yaitu dengan sambungan rumah atau melalui keran umum. Kebutuhan air
per orang per hari disesuaikan dengan standar yang biasa digunakan serta
kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori kotanya.
b. Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk
keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air
bersih untuk perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-
tempat ibadah, sekolah, hotel, puskesmas, militer serta pelayanan jasa
umum lainnya.
Laju aliran air adalah banyaknya zat yang mengalir dengan kecepatan tertentu
persatuan waktu. Untuk mengetahui jumlah pemakaian air maka digunakan metode
penaksiran laju aliran air. Ada beberapa metoda yang digunakan untuk menaksir
besarnya laju aliran air yaitu dengan fungsi bangunan, jenis alat saniter, dan nilai
unit beban.
• Berikut ini merupakan perhitungan kebutuhan air berdasarkan fungsi
bangunan dapat dilihat pada Tabel II.2.

Tabel II.2 Kebutuhan Air Berdasarkan Fungsi Hunian.


No. Penggunaan gedung Pemakaian air Satuan

1 Rumah tinggal 120 Liter/penghuni/hari

2 Rumah susun 100 Liter/penghuni/hari

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 16


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

No. Penggunaan gedung Pemakaian air Satuan


 

  Liter/tempat tidur
3 Rumah Sakit 500 pasien/hari
 

  4 Sekolah Dasar 40 Liter/siswa/hari


  50
5 SLTP Liter/siswa/hari
 
6 SMU/SMK dan lebih tinggi 80 Liter/siswa/hari
 
Liter/penghuni dan
 
7 Ruko/Rukan 100 pegawai/hari

8 Kantor / Pabrik 50 Liter/pegawai/hari

9 Toserba, toko pengecer 5 Liter/m2

10 Restoran 15 Liter/kursi

11 Hotel berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari

12 Hotel Melati/ Penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari

13 Gd. Pertunjukan, Bioskop 10 Liter/kursi

14 Gd. Serba Guna 25 Liter/kursi

Liter/penumpang tiba
15 Stasiun, terminal 3 dan pergi

Liter/orang, (belum
16 Peribadatan 5 dengan air wudhu)

Sumber: SNI 03-7065-2005

Untuk menentukan kebutuhan puncaknya, dapat dihitung dengan cara


berikut ini:

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 17


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
a. Kebutuhan Harian Maksimum
 
Untuk mencari kebutuhan air per hari menggunakan rumus:
 
Q = n x keb. rata-rata per hari (m3/hari)
  Dimana: Q = Pemakaian air bersih rata-rata per hari (m3/hari)
  n = Jumlah penghuni

  Kebutuhan rata-rata per hari didapat berdasarkan jenis gedung. Kebutuhan air
per  hari dapat dilihat pada Tabel II.2. Pemakaian air rata-rata per hari diperkirakan
perlu tambahan sampai 20% untuk mengatasi kebocoran, penyiraman taman, dan
 
lain-lain. Sehingga debit air bersih rata-rata per hari dapat diketahui dengan rumus
 
berikut ini:
Qd = (100% + 20%) x Q (m3/hari)
b. Kebutuhan Rerata
Pemakaian air rata-rata menggunakan persamaan berikut:
Qh = Qd/T (m3/jam)
Dimana:
Qh = Pemakaian air bersih rata-rata per jam (m3/jam)
Qd = Debit air bersih rata-rata per hari (m3/jam)
T = Waktu (jam)
c. Kebutuhan Air pada Jam Puncak
Qh-max = Qmax = fp x Qh (m3/jam)
Dimana:
Qmax = Kebutuhan air jam puncak (m3/jam)
fp = 1,5 (berdasarkan Tabel II.3)
d. Kebutuhan Menit Puncak
Qm-max = Qp = fp x Qh/60 (m3/menit)
Dimana:
Qp = Kebutuhan air menit puncak (m3/menit)
Fp = 1,5 (berdasarkan Tabel II.3)
e. Volume Tangki
Volume tangki dapat dihitung dengan rumus:

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 18


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
Ve = (Qp – Qmax) Tp + (Qpu x Tpu) (liter)
 
Dimana:
 
VE = kapasitas efektif tangki reservoir (liter)
  Qp = kebutuhan air pada menit puncak (liter/menit)
  Qmax = kebutuhan air jam puncak (liter/jam)
Qpu = kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
 
Tp = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
 
Tpu = Jangka waktu pompa pengisi (menit)
 

  Menurut Dirjen Cipta Karya Dept. PU. (1994) besarnya faktor jam puncak
adalah 1,5 sedangkan faktor harian maksimum adalah 1,1. Angka ini adalah berupa
kriteria perencanaan yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam merencanakan
jaringan distribusi air bersih yang didapatkan dari pendekatan empiris. Dapat dilihat
pada tabel II.3 merupakan faktor maksimun dan faktor puncak.

Tabel II.3 Faktor Maksimum dan Faktor Puncak.


Kategori Jumlah Penduduk Faktor Faktor Puncak
Kota (orang) Maksimum (fm) (fp)
Metro >1000000 1.1 1.5
Besar 500000-1000000 1.1 1.5
Sedang 100000-50000 1.1 1.5
Kecil 20000-100000 1.1 1.5
Desa <20000 1.1 1.5
Sumber: DPU Cipta Karya, 1998

Pemanenan Air Hujan (PAH) dilengkapi dengan talang air, saringan pasir,
bak penampung dan Sumur Resapan (Sures). Sumur resapan dapat digunakan untuk
melestarikan air tanah dan mengurangi resiko genangan air hujan atau banjir yang
dilakukan dengan membuat sumur yang menampung dan meresapkan curahan air
hujan.
Prinsip dasar PAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan
atap melalui talang air untuk ditampung ke dalam tangki penampung. Kemudian

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 19


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
limpasan air yang keluar dari tangki penampung yang telah penuh disalurkan ke
 
dalam sumur resapan.
 
2.7   Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah dasar selama
 
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
 
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan infiltrasi. Satuan Curah hujan
adalah
  mm, inc. Terdapat beberapa cara mengukur curah hujan. Curah hujan juga

merupakan
  ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter,
 
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air
setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan
kumulatif merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif
tersebut. Dalam periode musim, rentang waktuya adalah rata-rata panjang musim
pada masing-masing Daerah Prakiraan Musim (DPM).

a. Debit Intensitas Curah Hujan Maksimum


Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di
Pulau Jawa, curah hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah
curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan selama 24 jam.
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan metode
Van Breen adalah sebagai berikut:

90% 𝑥 Rt24
It = (T tahun)
4

Dimana:
It = Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun),
Rt = Tinggi curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun).

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 20


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
b. Debit Intensitas Curah Hujan
 
Debit rencana harus diperhitungkan. Besarnya debit dalam
 
penelitian ini ditentukan oleh instesitas hujan menggunakan metode
  Talbot. Dengan rumus:
  𝑎
𝐼 = 𝑡𝑐+𝑏 (mm/jam)
 

  Dimana I = Intensitas curah hujan (mm/jam),


tc = Waktu konsentrasi (menit),
 
a, b = Konstanta.
 
c. Menghitung Ketersediaan Air Hujan
Menghitung limpasan permukaan (run off) pada suatu areal lahan
penting untuk maksud perencanaan penggunaan lahan. Dari
perhitungan run off itu dapat dibuat perencanaan untuk berbagai hal,
salah satunyamadalah upaya apa yang dapat dilakukan dalam rangka
mengendalikan run off dan erosi tanah. Selain itu, para perencana dapat
merencanakan pembuatan waduk, palung atau hanya cekdam atau
embung dalam rangka melakukan konservasi air. Dengan demikian,
perencanaan yang holistik dapat dibuat, dalam rangka membangun
ramah lingkungan.
Dengan menggunakan rumus Rasional, debit air limpasan dapat
dilakukan dengan mudah. Debit air limpasan adalah volume air hujan
per satuan waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus
dialirkan melalui saluran drainase. Debit air limpasan terdiri dari tiga
komponen yaitu Koefisien
Run Off (C), Data Intensitas Curah Hujan (I), dan Catchment
Area. Koefisien yang digunakan untuk menunjukkan berapa bagian dari
air hujan yang harus dialirkan melalui saluran drainase karena tidak
mengalami penyerapan ke dalam tanah (infiltrasi). Koefisien (C) ini
bernilai 0,8

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 21


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
Volume Air hujan yang dapat ditangkap selama musim
 
penghujan dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini:
 
S=AxhxC
 

  Ket:
S : Volume Ketersediaan air hujan / vsupply (m3/tahun),
 
A : Luas area penangkapan air hujan (m2),
 
h : Curah hujan rata-rata dalam 10 tahun (m),
  C : Kofisien limpasan (run off), diambil 0,80 untuk penutup atap dak
  beton.
Tabel koefisien limpasan dapat dilihat pada Tabel II.4.

Tabel II.4 Koefisien Limpasan Berdasarkan Fungsi Lahan.

Kemudian barulah menghitung rata rata curah hujan pada 10


tahun terakhir dengan rumus sebagai berikut.

Dimana:
fi = frekuensi ke – i
xi = data ke – i
∑ (fi . xi) = jumlah fi × xi
𝑛 = total frekuensi

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 22


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
2.8 Perencanaan Diameter Pipa
 
Dalam menentukan diameter pipa pada sistem distribusi air bersih sasaran
 
yang terpenting adalah dapat terpenuhinya kebutuhan air di semua peralatan
plambing
  pada setiap saat dengan tekanan dan debit aliran yang cukup. Debit
  standar alat saniter dapat dilihat pada Tabel II.5. Sedangkan sasaran lain yang harus
dicapai dalam perencanaan diameter pipa adalah:
 
1. Mengusahakan agar didapat ukuran dan bahan pipa seekonomis
 
mungkin,
  2. Mengurangi kerusakan akibat pukulan air dan suara berisik,

  3. Menghindari pengaruh erosi dan korosi serta kebocoran pipa karena


kecepatan,
4. Aliran terlalu besar atau terlalu kecil.

Tabel II.5 Debit Alat Saniter


Nilai Aliran (Untuk semua
Alat–alat Saniter harga pemasangan air
panas/dingin) [Liter/detik]
Wc/Urinoir 0,11
Wastafel 0,15
Wastafel dengan Kran Siram 0,03
Bak rendam, kran 18 mm 0,30
Bak rendam, kran 25 mm 0,60
Shower 0,11
Cuci Piring dengan Kran:
12 mm 0,19
18 mm 0,30
25 mm 0,40
Sumber: Pedoman Plambing Indonesia, 1979

Selain itu, agar dalam penentuan dimensi pipa tekanan dan debit airnya dapat
terpenuhi, maka harus diperhatikan syarat-syarat berikut ini:

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 23


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
1. Faktor teknis
 
Faktor teknis sangat penting dalam penentuan jenis pipa, karena saat
 
beroperasi instrumen harus aman terutama dari kebocoran. Beberapa macam
  yang termasuk pada faktor teknis diantaranya:

  a. Jenis material yang digunakan;


b. Tekanan maksimal operasional pipa;
 
c. Faktor gesek (head loss) diusahakan kecil.
 
2. Faktor Ekonomis
 
Faktor ekonomis merupakan faktor penunjang yang perlu
 
diperhitungkan karena nantinya akan menjadi keuntungan (profit native).
Keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan dari hasil pemakaian air
bersih hasil dari filterisasi air hujan yang apabila dimanfaatkan dapat
mengurangi suplai air dari PDAM untuk kebutuhan air bersih. Adapun yang
termasuk faktor ekonomis adalah:
a. Mudah pengangkutan dan penempatannya;
b. Mudah pemasangan dan ongkos pengerjaan murah;
c. Umur cukup panjang.
Dalam menentukan diameter pipa terdapat dua metode yang dapat digunakan,
yang salah satunya berdasarkan ekivalensi tekanan pipa. Ketika menentukan
diameter pipa terlebih dahulu perlu dihitung dan direncanakan gambar
isometriknya. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui jalur, panjang pipa,
debit air jaringan pipa, dan panjang ekivalen untuk kehilangan tekanan.
Adapun panjang ekivalen kehilangan tekanan terdiri dari dua macam, yaitu
akibat pemakaian alat-alat penyambung serta akibat gesekan air pipa. Besarnya
kehilangan tekanan akibat pemakaian alat-alat penyambung ini diekivalenkan
sebesar 25% dari panjang pipa. Sedangakan kehilangan tekanan akibat gesekan air
sepanjang pipa ini diperhitungkan berdasarkan diameter pipa yang digunakan yang
besar harga ekivalennya dapat dilihat pada Tabel II.6 di bawah ini.

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 24


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

  Tabel II.6 Panjang Ekivalen untuk Kehilangan Tekanan.


Persamaan Panjang dalam Meter, untuk Ø pipa
 
Tipe (mm)
  12 18 25 32 38 50 62 75 87 100
  Kran & stop kran 5 6 9 11 14 18 21 25 30 36

  Pelampung dengan
75 40 40 35 21 20
tekanan tinggi
 
Pelampung dengan
  8
tekanan rendah
  Sumber: Pedoman Plambing Indonesia, 1979

2.8.1 Debit Aliran


Besarnya kecepatan akan mempengaruhi besarnya fluida yang mengalir
dalam suatu pipa. Jumlah dari aliran fluida mungkin dinyatakan sebagai
volume, berat atau massa fluida dengan masing-masing laju aliran ditujukkan
sebagai laju aliran volume (m3/s), kapasitas aliran
Q=A.v (m3/s)
Dimana:
Q = laju aliran volume (m3/s)
A = Luas penampang aliran (m2)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)

Berikut ini Tabel II.7 mengenai kriteria pipa distribusi.

Tabel II.7 Kriteria Pipa Distribusi.


No Uraian Notasi Kriteria
1 Debit Perencanaan Q puncak Kebutuhan air jam puncak
2 Faktor jam puncak F.puncak 1,15 - 3
3 Kecepatan aliran air dalam pipa
a) Kecepatan minimum V min 0,3 - 0,6 m/det
b) Kecepatan maksimum
Pipa PVC atau ACP V.max 3,0 – 4,5 m/det

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 25


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
No. Uraian Notasi Kriteria
 
(PVC = Polivinil Klorida)
  (ACP = Alumunium Composite Panel)

  Pipa baja atau DCIP V.max 6,0 m/det


4
(DCIP = Ductile Cast Iron Pipe)
 
Tekanan air dalam pipa
 
a) Tekanan minimum h min (0,5 - 1,0) atm, pada titik
  jangkauan pelayanan terjauh
5  b) Tekanan maksimum
- Pipa PVC h max 6 - 8 atm
 
- Pipa baja atau DCIP h max 10 atm
- Pipa PE 100 h max 12,4 Mpa

5 - Pipa PE 80 h max 9,0 MPa

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 27/PRT/M/2016

2.8.2 Hidrolisis Pipa


Aliran flluida yang melalui pipa akan selalu mengalami kerugian head.
Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding
pipa atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian
kecil). Kerugian head akibat gesekan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan Hazen – Williams, rumus ini pada umumnya digunakan untuk
menghitung kerugian head dalam pipa yang relatif panjang seperti jalur pipa
air minum. Bentuk umum persamaan Hazen – Williams, yaitu:
Kehilangan tekanan akibat gesekan dalam pipa yang dilalui. Untuk
perhitungannya digunakan persamaan Hazen Williams.
𝑄 1,85
ℎ𝑓 (𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟) = (0,2785 .𝐶 .𝐷2,63) 𝐿 (m)

Dimana: hf = Kehilangan tekanan dalam pipa (m)


L = Panjang pipa (m)
C = Koefisien Hazen-William
Q = Debit dalam pipa (m3/det)
D = Diameter pipa (m)

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 26


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
Nilai Koefisien gesekan Hazen Williams tergantung pada jenis material
 
pipa dan umur pemakaian pipa. Besarnya nilai koefisien Hazen Williams
 
untuk beberapa jenis material pipa yang biasa digunakan tercantum pada
  Tabel II.8.

  Tabel II.8 Koefisien Hazen Williams Untuk Berbagai Material Pipa.


  Material Pipa Nilai C

  PVC 110-140
Baja 110-120
 
GIP (Gallvanis Iron Pipe) 110-120
 
DIP (Ductil gae Iron Pipe) 110-120
HDPE (High Ductility Polythelene) 110-140
Sumber: Mekanika Fluida dan Hidraulika
Dari tabel di atas, Koefisien C atau nilai koefisien pipa juga sangat
berpengaruh terhadap nilai friction loss (gaya gesek air terhadap permukaan pipa).
Nilai koefisien ini erat sekali hubungannya dengan kekasaran sebuah permukaan,
semakin besar nilai koefisiennya, maka semakin kasar permukaannya, sehingga
semakin besar pula nilai friction loss yang akan dihasilkan.

2.9 Penentuan Kebutuhan Pompa


Pompa merupakan salah satu alat pendukung air yang digunakan untuk
memindahkan air dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi. Sedangkan
pemompaan adalah pemindahan energi dari yang mempunyai tekanan rendah ke
tempat yang mempunyai tekanan tinggi. Dalam pompa, tinggi angkat (head) adalah
ukuran energi yang diberikan kepada air pada kapasitas dan kecepatan operasi
tertentu. Adapun rumus untuk menentukan tinggi angkat pompa adalah sebagai
berikut:
H = Hs + Hd = Hfsd + v2 / 2g (m)
H = Ha + Hfsd + v2 / 2g (m)
Dimana:
H = tinggi angkat (head total) (m)

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 27


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
Hs = tinggi hisap (m)
 
Hd = tinggi tekan (m)
 
Ha = tinggi potensial (m)
  v2/2g = tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa (m)
  Hfsd = kerugian gesek dalam pipa hisap dan tekan (m)
Sebuah pompa memiliki beberapa daya, salah satunya yaitu daya motor
 
penggerak pompa (Nm). Daya penggerak pompa ini harus lebih besar dari pada
 
poros pompa, kelebihannya bergantung pada jenis motor dan hubungan poros
 
pompa dengan poros motor. Daya motor penggerak pompa ini dinyatakan dengan
  rumus berikut:
Nm = 0,163 x Q max x H x (1 + A) / (µp) (kW)
Dimana:
Nm = daya motor penggerak pompa [kW]
Qmax = kapasitas pompa (m3/menit)
H = tinggi angkat total [m]
A = faktor jenis motor berkisar 0,1 s.d 0,2 untuk motor listrik
µp = efisiensi pompa (Tabel II.9)

Tabel II.9 Efisiensi Pompa Sentrifugal.


Laju Aliran
0,08 0,1 0,15 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,5 2
(m3/menit)
Efisiensi A (%) 32 37 44 48 53,5 57 59 60,5 63,5 65,5 68,5 70,5 73 74
Efisiensi B (%) 26,3 30,3 36,2 39,4 43,9 46,7 48,4 49,6 52,1 53,7 56,2 57,8 59,9 60,7
Sumber: Noerbambang dan Morimura, 1993

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa faktor jenis motor (A) adalah faktor
jenis motor listrik yang digunakan pada pompa dan berkisar antara 0,1 - 0,2.
Pemakaian faktor jenis motor A= 0,2 adalah untuk menghitung efisiensi B.
Pemakaian faktor jenis motor B= 0,1 adalah untuk menghitung efisiensi B efisiensi
A lebih besar daripada efisiensi B. Perbedaan efisiensi ini dikarenakan efisiensi A
menggunakan faktor jenis motor listrik yakni 0,2 dan efisiensi B menggunakan
faktor jenis motor 0,1.

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 28


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
2.10 Spesifikasi Perencanaan Air Bersih
 
2.10.1 Bak Penampungan Air Hujan
 
Untuk perencanaan tangki penampung air bersih dapat menggunakan
  beberapa jenis bahan diantaranya sebagai berikut:

  1. Fiber Reinforced Plastic


Jenis produk yang terbaru adalah tangki berbahan fiber reinforced
 
plastic. Selain usia penggunaannya yang relatif lama, tangki ini juga unggul
 
karena bersifat antilumut. Bobotnya pun tidak begitu berat serta hanya
  memerlukan konstruksi pondasi yang sederhana.

  Bak penampungan air hujan ini memiliki struktur dinding tangki yang
kaku dan juga kokoh. Untuk tangki yang berukuran besar nantinya bisa
langusng dibuat di tempat pemasangan. Untuk dimensi per panelnya yaitu 1
m × 1 m. Tangki FRP dapat dilihat pada Gambar II.6.

Gambar II.6 Tangki FRP

2. Stainless Steel 304


Tangki ini terlihat begitu menarik dengan pilihan model yang cukup
banyak. Tangki berbahan stainless steel memiliki keunggulan pada
ketahannya yang baik terhadap lumut. Rata-rata tangki stainless steel dapat
bertahan selama lebih dari 20 tahun.
Dari segi desainnya memang terlihat sangat elegan, modern dan juga
mewah. Selain itu, air yang ada di dalam tangki air ini tidak mudah ditembus

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 29


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
oleh sinar matahari. Bukan itu saja, lumut yang ada di dalam tangki ini juga
 
tidak bisa tumbuh loh. Tangki air ini juga kuat terhadap tekanan yang cukup
 
tinggi. Jenis tangki ini juga mendapatkan pengakuan dari FDA (Food, Drug
  & Administration). Jenis tangki air ini hanya dapat menampung air yang

  bersih atau dari PAM karena jika menampung air dari tanah dapat
menimbulkan korosi. Tangki Stainless Steel 304 dapat dilihat pada Gambar
 
II.7
 

Gambar II.7 Tangki Stainless Steel 304

3. PolyEtilene
Jenis tangki air ini paling banyak digunakan orang. Walaupun
bentuknya tidak terlihat mewah atau elegan, namun tangki air ini sangat
ringan, antikarat dan bisa dipindahkan kemana saja dengan mudah. Tangki
air ini dicetak tanpa menggunakan sambungan sehingga aman dari kebocoran.
Selain itu, jenis tangki air ini lebih tahan terhadap benturan. Polyethylene ini
emiliki lapisan khusus yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Harga
tangki ini juga relatif lebih murah dibandingkan jenis tangki yang lainnya.
Tangki PolyEtilene dapat dilihat pada Gambar II.8.

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 30


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

  Gambar II.8 Tangki PolyEthilene.

2.10.2 Filter Air Hujan


Dalam pengolahan air baku dari air hujan menjadi air bersih harus
memerlukan water treatment yang memadai dan menjamin kualitas air yang
dapat langsung dipakai, berikut water treatment yang dipakai dalam
perencanaan air hujan menjadi air bersih.
• Alat Hydro H4000.
Alat yang dapat menyaring air hujan menjadi air bersih dan mutu yang
terjamin. Berikut Spesifikasi alat water treatment yang digunakan:
• Kapasitas 12 m³/jam
• Tinggi 223 cm
• Diameter 120 cm
• Valve Two Way
• Bahan Mid Steel Lapis Cat
• Inlet-Outlet 3 Inch
Air hujan adalah bersifat sadah. Kesadahan air hujan ini meliputi zat-
zat kimia seperti karbon, asam nitrat, asam sulfat, dan garam. Dari hasil
filterisasi air hujan ini langsung didapatkan air bersih yang sudah siap pakai.
Teknologi yang digunakan adalah technohydro yang dapat menghilangkan
kesadahan dari air hujan dan langsung otomatis hilang setelah di treatment.

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 31


 
 
D-IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung
 

 
2.11 Rencana Anggaran Biaya
 
Tahap ini merupakan perkalian antara hasil perhitungan volume pekerjaan.
 
Apabila terdapat jenis pekerjaan yang tidak bisa di hitung dengan unit price atau
sejak
  awal ditetapkan sebagai lumpsum, maka harga satuan untuk pekerjaan

  tersebut ditetapkan berdasarkan perkiraan. Perkiraan tersebut tetap mengunakan


dasar yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan.
 
Perhitungan rencana anggaran biaya, ada beberapa tahapan yang harus
 
dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah penguraian item-item pekerjaan atau
 
disebut juga Work Breakdown Structur (WBS), perhitungan volume pekerjaan dan
  analisa harga satuan pekerjaan. Selain itu, di butuhkan juga data berupa daftar harga
satuan bahan dan daftar harga satuan upah tenaga kerja terbaru yakni tahun 2018
untuk daerah Jawa Barat. (Kevin Hutama,2017).

Sadam Ali Akbar, Perencanaan Pemanfaatan Sistem… 32


 

Anda mungkin juga menyukai