Anda di halaman 1dari 60

TREKER BEARING

LAPORAN AKHIR

Disusun untuk memenuhi penilaian Ujian Akhir Semester mata


kuliah Proyek Perancangan 1

Pelaksanaan : 19 Oktober 2022 S/D 22 November 2022

Dosen Pengampu :
Dr. Budi Triyono, SST, MT

Oleh :
Ezar Benaya P 211234008
Joseph Marten S 211234015
Sabila 211234029

D4- TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2022
ABSTRAKSI

Proyek perancangan dilakukan dengan menganalisis suatu alat atau benda dengan
mengidentifikasi produk tersebut dari segala aspek yang terkandung didalamnya.
Dari dekomposisi produk hingga dekomposisi fungsi. Mengidentifikasi material
produk yang dipilih dengan berbagai metode yang digunakan. Menganalisis
perhitungan dalam produk tersebut dengan faktor keamanan yang diperhitungkan.
Melakukan rekomendasi modifikasi produk yang telah di identifkasi dan di analisis
yang berdasarkan hasil yang diperoleh sebelumnya.

Analisis dan identifikasi yang dilakukan adalah mempelajari sejumlah informasi


dalam suatu produk yang dipilih dengan melakukan study literatur untuk
menyimpulkan hasil identifkasi produk tersebut yang tercantum ke dalam
dekomposisi produk dan dekomposisi fungsi. Melakukan percobaan untuk
mengidentifikasi material produk melalui beberapa metode yang digunakan guna
mendapatkan informasi perihal material yang digunakan dalam produk tersebut.

Target capaian yang diharapkan dari dilakukannya penelitian pada mata kuliah
Proyek Perancangan 1 ini adalah poster, laporan kemajuan, laporan akhir dan
prototype berupa desain 3D. Tujuan dilakukannnya penelitian ini untuk mengetahui
kelemahan dari produk tersebut, sehingga dari penelitian ini dapat dilakukan
product improvement. Dengan capaian tersebut diharapkan kedepannya dapat
meningkatkan dari fungsi dan kualitas produk.

Kata Kunci : Identifikasi, Produk, Improvement, Analisis

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah, dan kehendak-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Treker Bearing”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi penilaian Ujian Akhir Semester mata kuliah Proyek Perancangan 1.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Budi Triyono,
SST, MT. selaku dosen pengampu mata kuliah Proyek Perancangan 1 dan rekan –
rekan mahasiswa yang telah membantu penulis baik melalui pikiran maupun materi.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan.


Hal tersebut semata-mata keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan. Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Bandung, 25 Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ..................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................vii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................ 8
LANDASAN TEORI ........................................................................................................ 8
2.1 Dekomposisi Produk dan Fungsi ........................................................................... 8
2.2 Dekomposisis Bentuk .............................................................................................. 8
2.3 Identifikasi Material dan Proses Manufaktur...................................................... 8
2.4 Identifikasi Perhitungan Tegangan Kritis dan Faktor Keamanan .................. 11
2.5 Product Improvement .......................................................................................... 12
BAB 3 ............................................................................................................................... 13
PROYEK PERANCANGAN ......................................................................................... 13
3.1 Metode Pelaksanaan ............................................................................................. 13
3.2 Dekomposisi Produk dan Fungsi ......................................................................... 13
3.2.1 Cara penggunaan treker bearing................................................................ 13
3.2.2 Dekomposisi Produk ........................................................................................ 14
3.2.3 Disassembly Treker Bearing ............................................................................ 16
3.2.4 Dekomposisi Fungsi......................................................................................... 17
3.3 Dekomposisi Bentuk ............................................................................................. 19
3.4 Identifikasi Material ............................................................................................. 19
3.5 Analisis Gaya, Tegangan dan safety factor................................................... 32

iv
3.5.1 Analisis Gaya Luar ........................................................................................ 32
3.5.2 Menentukan Gaya Luar Melalui Percobaan ................................................... 32
3.5.3 Analisis Tegangan dan Safety Factor Tiap Komponen .............................. 34
3.5.2 Part Puller......................................................................................................... 35
3.5.3 Part lengan pengait ........................................................................................... 37
3.5.4 Part Base .......................................................................................................... 40
3.6 Product Improvement .......................................................................................... 43
3.6.1 Gambar Benda Setelah Product Improvement ........................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 46
LAMPIRAN..................................................................................................................... 47
Lampiran 1. Gambar 3D Benda ................................................................................ 47
Lampiran 2. Gambar Kerja ....................................................................................... 49
Lampiran 3. Gambar Benda Setelah Improvement ............................................... 53

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia industri khususnya industri manufaktur, adanya alat bantu


yang efektif dan efisien untuk mempermudah dan menghemat biaya sangat
dibutuhkan, oleh karena itu, penelitian-penelitian untuk menciptakan suatu alat
bantu kerja saat ini perlu ditingkatkan. Selain dari pada itu, adanya alat bantu yang
mempermudah pekerjaan akan sangat berpengaruh kepada biaya produksi suatu
produk yang dihasilkan terutama pada biaya untuk waktu produksinya.

Dalam bidang proses manufaktur, alat-alat bantu sangat dibutuhkan dan


menjadi sarana untuk mempermudah pekerjaan yang dilakukan, sehingga cara
penggunaan alat-alat bantu merupakan hal yang penting dalam pemilihan jenis alat
bantu, salah satu aspek penting yang banyak dinilai oleh konsumen dalam
penggunaan alat bantu adalah kemudahan dan kepraktisan dalam pengoperasianya.

Salah satu alat bantu proses manufaktur yang sering digunakan yaitu treker
bearing. Alat ini berfungsi sebagai alat bantu untuk mempermudah melepaskan 2
komponen alat seperti bearing, roda gigi, poros engkol, spi dan lain-lain. Cara kerja
dari alat ini yaitu memanfaatkan fungsi gerak batang ulir untuk menekan dan
pengait sebagai komponen untuk menahan tekanan dari batang ulir pada komponen
yang hendak dilepaskan. Umumnya alat ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
poros ulir, badan treker dan pengait yang berjumlah dua atau tiga buah serta pengait
dengan tipe silinder magnet.

1
2

Gambar I. 1 Treker Bearing

Dengan menggunakan treker bearing, komponen pada bantalan yang akan


dilepas tidak perlu semuanya dibuang, sehingga dapat digunakan kembali.
Terkadang, memang banyak teknisi yang lebih memilih untuk melepas komponen
pada bearing dengan cara memukulnya menggunakan godam atau palu besar
dengan bobot yang berat. Cara ini memang dapat dilakukan asalkan kita
mengetahui bagian mana saja yang memang bisa dihantam dengan alat tersebut.
Namun, jika sampai salah, bisa-bisa godam yang digunakan malah menyebabkan
kerusakan akibat tumbukan yang keras. Untuk menghindari risiko tersebut,
sebaiknya digunakan treker bearing yang sudah jelas dapat melepas komponen
tertentu dengan aman.

Berikut beberapa jenis treker bearing :

1. Treker Bearing Separator

Gambar I. 2 Treker Bearing Separator


3

Treker yang satu ini adalah adalah yang paling aman digunakan di
antara treker bearing lainnya. Secara teknis, alat ini tidak bekerja dengan cara
menarik bearing seperti treker kebanyakan, melainkan mendorongnya agar
bantalan terlepas dari poros.

Alat ini akan memudahkan kita Ketika harus mengganti pompa kemudi, merangkai
kembali alternator atau mengerjakan kegiatan serupa pada komponen di Mobil.
Pasalnya, treker yang satu ini sangat efektif dalam memisahkan bantalan, katrol,
dan roda gigi, yang terlalu dekat dengan blok mesin mobil. Dengan kata lain, alat
ini efektif digunakan ketika penarik rahang tidak dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik karena berbagai alas an

2. Treker Bearing Kaki 3

Gambar I. 3 Treker Bearing Kaki 3


Treker bearing kaki 3 adalah jenis treker yang paling umum digunakan
untuk menarik roda gigi atau bantalan. “Lengan” pada alat ini memiliki jari-jari di
ujungnya yang dapat menekuk untuk mencengkram bantalan. Para pemilik usaha
otomotif, industri, dan teknik lainnya wajib memiliki alat ini karena kegunaannya
yang esensial bagi para pegiat bisnis tersebut.
4

Berikut adalah cara menggunakan treker bearing 3 lengan :

• Pasang “lengan” treker pada komponen yang ingin dilepaskan.


• Kencangkan dan putar tuas yang berlokasi di tengah-tengah treker dengan
bantuan kunci yang sesuai.
• Putar secara perlahan agar komponen yang hendak dilepas tidak rusak.
• Putar hingga komponen tersebut terlepas dengan sendirinya.

3. Internal Bearing Puller

Gambar I. 4 Internal Bearing Puller


Treker bearing selanjutnya yang adalah internal bearing puller. Alat yang
satu ini mempermudah proses pelepasan serta menghindari pukulan atau tekanan
tidak merata yang dapat meruka bantalan.

Prinsip kerja dari treker bearing ini sendiri adalah dengan menarik
komponen yang terdapat di dalam mesin. Selain itu, alat ini sering sekali digunakan
untuk berbagai macam keperluan di bidang industri hingga otomotif.

Untuk menggunakannya, berikut adalah langkah-langkah yang bisa diikuti:

• Pasangkan mata bearing dengan as puller dan masukkan ke


• Tahan mata bearing dengan kunci pas.
• Putar as puller hingga mata bearing
5

• Masukkan selongsong bearing ke as puller bersama dengan ring untuk


menahan selongsong.
• Putar mur yang terdapat pada as puller menggunakan kunci pas
hingga bearing terbawa keluar.

Pada proyek kali ini, produk treking beaker yang digunakan adalah treking
beaker 2 lengan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan


beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara kerja treker bearing?


2. Bagaimana proses identifikasi material pada tiap bagian treker bearing?
3. Bagaimana identifikasi proses manufaktur pada tiap bagian treker bearing?
4. Bagaimana cara peningkatan fungsi produk agar dapat tetap bersaing di
pasaran?

1.3 Tujuan

Merujuk dari rumusan masalah yang telah diuraikan, dapat disimpulkan


pula beberapa tujuan penulisan laporan stepler sebagai berikut.

1. Mengetahui prinsip kerja treker bearing.


2. Mengetahui proses identifikasi material pada tiap bagian treker bearing.
3. Mengetahui identifikasi proses manufaktur pada tiap bagian treker bearing.
4. Mengetahui cara peningkatan fungsi produk agar dapat tetap bersaing di
pasaran?
6

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada laporan perancangan kali ini yaitu penguraian produk
dengan fokus kepada bentuk fisik, material-material pembentuk, identifikasi proses
manufaktur, perhitungan gaya, momen, dan faktor keamanan, serta peningkatan
fungsi produk

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian awal, inti, dan
penutup. Bagian awal diisi dengan abstraksi, kata pengantar, daftar isi, daftar
gambar, daftar table dan daftar lampiran. sedangkan bagian penutup diisi
dengan daftar pustaka. Selain itu, untuk memudahkan pembaca, maka bagian
inti dibagi menjadi beberapa bab, diantaranya:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini terdapat penguraian mengenai latar belakang penulisan laporan,
rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, dan sistematika
penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas secara umum mengenai bagaimana proses analisis
dekomposisi produk dan fungsi, dekomposisi bentuk produk, identifikasi
material dan proses manufaktur, identifikasi perhitungan gaya dan faktor
keamanan, serta peningkatan fungsi produksi.

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Pada bab ini pembahasan disampaikan dengan lebih dikhususkan kepada


analisis dekomposisi produk dan fungsi stepler, prinsip kerja stepler,
7

dekomposisi produk stepler, dekomposisi fungsi stepler, dekomposisi bentuk


dari stepler, identifikasi material dan proses manufaktur stepler, identifikasi
perhitungan gaya, tegangan dan faktor keamanan stepler dan bagian-bagian
yang dianggap kritis, serta pemaparan mengenai peningkatan fungsi stepler.

BAB 4 PENUTUP

Pada bab ini penulis menyampaikan kesimpulan dari hasil pemaparan


khususnya yang dijelaskan pada bab 3 metodologi perancangan. Selain itu,
terdapat saran bagi pembaca mengenai proses analisis terhadap suatu alat.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dekomposisi Produk dan Fungsi

Tahap ini terdiri dari dekomposisi produk dan dekomposisi fungsi. Pada
tahap dekomposisi produk, hal pertama yang dilakukan adalah membongkar satu
persatu komponen dari stepler ini, yang kemudian dihasilkanlah tabel disassembly.
Kemudian setelah tiap komponennya dibongkar, dilakukan analisis pada tiap
komponennya. Analisis ini meliputi material dan proses manufaktur pada tiap
komponennya. Output yang dihasilkan adalah tabel dekomposisi produk.

Pada tahap dekomposisi fungsi, komponen yang sudah dibongkar tadi


dianalisis Kembali berdasarkan bagaimana produk tersebut bekerja, bagian apa
yang terkena gaya luar dan aliran energi yang terjadi ketita dilakukan pengerjaan
pada stepler ini. Output yang dihasilkan adalah tabel fungsi interface dan flow
energy. Output-output yang dihasilkan ini akan dipaparkan pada bab metodologi
pelaksanaan.

2.2 Dekomposisis Bentuk

Pada tahap ini dilakukan pengukuran dan pembuat sketsa dari setiap
komponen . Dari setiap komponen yang dilakukan pengukuran harus dilakukan
analisis bentuk dan assembly misalnya bagaimana produk tersebut dipasang satu
sama lain, apakah menggunakan suaian yang pasak, longgar, dll.

2.3 Identifikasi Material dan Proses Manufaktur

Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap setiap bagian produk yang
dipilih. Tahapan identifikasi yang dilakukan ditentukan berdasarkan materialnya itu
sendiri. Jika material dari benda berbahan dasar plastik maka harus dilakukan

8
9

beberapa pengujian dimulai dari ditempelkan dengan paku panas, dibakar langsung
ke api, lalu pengujian di air, dan seterusnya sesuai dengan tahapan yang ditunjukkan
oleh prosedur pengujian material berbahan plastik. Tahapan tersebut dirangkum
dalam beberapa pertanyaan analisis yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini [4].

Gambar II.1 Tahapan Identifikasi Plastik

Jika material dari benda berbahan dasar logam, maka identifikasi yang dapat
dilakukan selain identifikasi visual yaitu berupa pengujian percikan (spark test), uji
keras, uji tarik, uji impak, uji puntir, uji magnet dan lain-lain menyesuaikan dengan
kebutuhan.

Spark test merupakan percobaan yang bersifat destructive (merusak) yaitu


dengan cara menggerinda bahan. Yang perlu diperhatikan pada saat terjadinya
percikan bunga api adalah :
1. Warna percikan
2. Jangkauann percikan
3. Kembang api, dan
10

4. Jenis percikan

Setelah memperhatikan data-data tersebut, kemudian kita dapat


menganalisa dari jenis apa material tersebut dengan membandingkan data hasil
pengamatan karakteristik percikan bunga api dengan data yang ada pada literature.
Sehingga kita dapat membedakan jenis logam, mengetahui kelompok karbon yang
dikandung material, membedakan kekerasan logam melalui pengamatan loncatan
bunga api dan mengetahui karakteristik logam dengan loncatan percikan bunga api
[1].

Gambar II.2 Karakteristik Hasil Percikan Spark


Test Material Logam
11

Setelah jenis material yang dianalisis dapat dipastikan, selanjutnya adalah


identifikasi proses manufaktur yang diaplikasikan kepada material tersebut untuk
menghasilkan benda yang sebagaimana saat ini ada di pasaran. Pada tahap ini
dibutuhkan studi literatur untuk mengetahui proses manufaktur apa yang tepat untuk
digunakan dalam pembuatan setiap bagian pada produk.

2.4 Identifikasi Perhitungan Tegangan Kritis dan Faktor Keamanan

Pada tahap ini, dilakukan perhitungan pada komponen yang dianggap kritis.
Kritis disini berarti pada komponen tersebut mudah terjadi kerusakan. Output yang
diharapkan dari perhitungan yang dilakukan pada tahap ini adalah safety factor
komponen tersebut. Safety factor adalah angka yang menjamin agar benda yang
dipakai aman tidak mudah rusak. Safety faktor haruslah lebih besar dari 1,0 untuk
menghindari kegagalan dan biasanya safety factor berkisar 1 sampai 15 [2].

Safety factor dapat ditentukan dengan mempertimbangan :


1. Kemungkinan pembebanan melampaui batas dari struktur
2. Jenis pembebanan (statis, dinamis)
3. Ketidaktelitian dalam struktur
4. Variasi dalam sifat-sifat bahan
5. Keburukan yang disebabkan kondisi lingkungan.

Besarnya safety factor tergantung dari pembebanan pada struktur :


1. Beban statis : 2 sampai 4
2. Beban dinamis : 4 sampai 8
3. Beban dinamis berulang : 8 sampai 12
4. Beban kejut : > 12

Dengan mengetahui safety factor komponen tersebut dan


membandingkannya dengan safety factor yang aman apabila terkena beban sesuai
12

jenis bebannya, kita dapat memastikan bahwa komponen tersebut benar-benar kritis
atau tidak. Beban yang diterima stepler adalah beban kejut. Maka dari itu, safety
factor yang dihasilkan tiap komponennya haruslah > 12, agar komponen tidak
mudah rusak.
Dalam praktiknya, hal pertama yang dilakukan untuk mencari safety factor
ini adalah dengan menganalisis gaya-gaya luar pada benda. Setelah itu, dilakukan
perhitungan gaya dan tegangan pada komponen yang dianggap kritis tadi. Dengan
diketahuinya tegangan, dapat dicari safety faktornya dengan membagi yield
strength material komponen tersebut dengan tegangan yang dihasilkan tadi. Setelah
diketahui safety faktornya, dilakukan analisis apakah komponen tersebut termasuk
titik kritis atau bukan. Jika iya, maka pada komponen tersebut perlu dilakukannya
product improvement.

2.5 Product Improvement

Produk eksisting yang dikembangkan harus memiliki fungsi yang lebih


baik ketika dilakukan improvement. Pada tahap ini dilakukan improvement dari
produk eksisting. Improvement ini dilakukan berdasarkan analisis fungsi, analisis
bentuk, analisis material dan proses manufaktur .
BAB 3

PROYEK PERANCANGAN

3.1 Metode Pelaksanaan

Dekomposisi Produk
dan Fungsi

Dekomposisi Bentuk

Identifikasi
Material dan Proses

Product Improvement

Gambar III.1 Metode Pelaksanaan

3.2 Dekomposisi Produk dan Fungsi

3.2.1 Cara penggunaan treker bearing

1. Setting posisi lengan pengait pada bearing.


Adapun cara setting lengan pengait pada bearing adalah sebagai berikut :
- Kendorkan puller dengan memutar handle, agar bearing dapat

13
14

masuk diantara dua lengan pengait


- Kaitkan bearing diantara 2 lengan pengait dengan bagian center
dudukan bearing yang menempel pada bagian bawah ulir puller
treker
Setelah posisi ujung ulir puller treker menekan titik center shaft dudukan
bearing dan kaki treker benar - benar lurus dan sejajar, maka proses treker
bearing bisa di mulai.
2. Putar handle treker semaksimal mungkin dengan menggunakan kunci
inggris sampai body bearing tertarik keluar oleh kekuatan treker. Jika pada
saat proses treker terlalu berat atau bearing unit tidak bisa bergeser
sedikitpun, maka bantulah dengan berupa getaran pada puller treker
dengan memukul kepala puller treker atau pada casing bearing unit dengan
menggunakan palu plastik atau palu besi.
3. Keluarkan atau lepaslah bearing unit sampai benar - benar lepas dari shaft
dudukannya.
4. Bering terlepas dari dudukannya.

3.2.2 Dekomposisi Produk

Tabel III. 1 Dekomposisi Produk

Product Decomposition

Design Organization: Kelompok 5 Date: Aug 31 2022


Product Decomposed: Alat Treker Bearing Mini 2 Kaki
Description Alat ini dapat memudahkan pengguna dalam melepaskan bearing
yang sulit dilepaskan menggunakan tangan kosong.
15

How it works: Alat ini bekerja dengan memanfaatkan fungsi gerak batang ulir
untuk menekan dan pengait sebagai komponen untuk menahan tekanan dari
batang ulir pada komponen yang hendak dilepaskan.
Parts:
Part Part Name Req Material Mfg Process Image
1 Puller 1 Medium Lathe machine,
Carbon threading
Steel

2 Handle 1 Low Carbon Forging,


Steel hardening

3 Base 1 Chrome, Forging,


Vanadium Threading
16

4 Lengan 2 Chrome Forging, drilling,


pengait Vanadium threading

5 Connection 4 Chrome Blanking,


arm Vanadium punching

6 Baut segi 6 4 Low Carbon Cold rolling, cold


Steel forging, heat
treatment
(hardening)

7 Mur 4 Low Carbon Hot forging,


Steel forming,
quenching udara

8 Ring 4 Music wire rolling, cutting,


spring (0.80-0.90% hardening
Carbon)

3.2.3 Disassembly Treker Bearing

Tabel III.2 Disassembly Treker Bearing

Step Procedure Part#s Image


# removed
17

1 Melepaskan puller dengan 1,3


base

2 Melepaskan mur, baut dan 3,4,5,6,7,8


ring spring yang terhubung
dengan base, pengait dan
connection arm.

3.2.4 Dekomposisi Fungsi

Tabel III.3 Dekomposisi Fungsi

Reverse Engineering for Function Understanding

Design Organization: Kelompok 5 Date: 19 Oktober 2022


Product Decomposed: Alat Treker Bearing Mini 2 Kaki
Description : Alat ini dapat memudahkan pengguna dalam melepaskan bearing
yang sulit dilepaskan menggunakan tangan kosong.

How it works: Alat ini bekerja dengan memanfaatkan fungsi gerak batang ulir
untuk menekan dan lengan pengait sebagai komponen untuk menahan tekanan
dari batang ulir pada komponen yang hendak dilepaskan.
18

Interfaces with other objects:


Part Part Other Energy Flow Information Material
Name object Flow Flow
2 Handle Tangan Tangan Pemberian Genggaman tangan
pengguna pengguna gaya tangan pengguna
memegang dan pada handle
memutar menghasilkan
handle torsi sehingga
puller dapat
berputar
1 Puller Center Ujung ulir Puller Tekanan dari
dudukan puller berputar, puller
Bearing menekan memberikan terhadap
center pada gaya tekan center
dudukan pada center dudukan
bearing dudukan bearing
bearing agar
bearing dapat
keluar dari
penyangganya
4, 5 Lengan Bearing Lengan Cengkaman Lengan
Pengait pengait 1 dan 2 lengan pengait pengait
1 dan 2 mencekam 1 dan 2 pada mencengkram
bearing bearing bearing
dilakukan
untuk
menahan
tekanan dan
torsi yang
dihasilkan
dari batang
ulir puller
Flow of energy, information, and materials:
Part Part Interface Part Flow of energy, Image
Name information, and material
1 Handle Puller Ketika diputar, handle
menghasilkan torsi
sehingga ulir pada puller
dapat berputar
2 Puller Center Torsi dari handle
dudukan diteruskan ke dudukan
bearing bearing. Sehingga bearing
akan berputar, kemudian
tertarik keluar.
19

3 Mur Lengan Mur dan baut memberikan


dan Pengait gaya tekan pada lengan
Baut pengait, sehingga lengan
pangait dapat mencekam
bearing

3.3 Dekomposisi Bentuk


Terlampir
3.4 Identifikasi Material dan Proses Manufaktur

Identifikasi Material &Proses


Manufaktur
Design Organization: Date: 1 Nov 2022
Kelompok 5
Product Decomposed: Alat Treker Bearing

Description Alat ini dapat mudah melepaskan bearing yang sulit dilepaskan
menggunakan tangan kosong.

How it works: Alat ini bekerja dengan memanfaatkan fungsi gerak batang ulir
untuk menekan dan lengan pengait sebagai komponen untuk menahan tekanan
dari batang ulir pada komponen yang hendak dilepaskan.
Langkah Kerja:

No. Langkah Keterangan


20

Mengikuti pengujian Metal Identification yang


terdapat pada e-learning untuk material logam
1. Menentukan seperti identifikasi visual dan spark test karena
Metode keterbatasan alat. Melihat pada internet untuk
Identifikasi material yang sulit diidentifikasi.
Mencatat Warna
2. Pada Setiap Part Metode visualisasi.
Mengidentifikasi Melakukan pengecekan sifat magnetik
4. Sifat Magnetik menggunakan magnet yang ada agar
mempermudah mengidentifikasi material
terutama logam.
Melakukan Spark Melakukan spark test menggunakan bantuan
5 Test mesin gerinda lalu mengidentifikasi percikan
atau spark yang dihasilkan

Menimbang berat Menimbang seluruh part dengan timbangan


6 part digital agar memudahkan proses identifikasi
material
Identifikasi Metode studi literatur yang disediakan pada e-
7 Proses learning dan mencari referensi lain diinternet
Manufaktur karena keterbatasan alat.
21

Identifikasi :

Metode
Proses
Nama Bagian Pengujian Material Gambar
Manufaktur
Material
Handle • Visual Low Forging,
• Uji Magnet Carbon hardening
• Spark Test Steel
• Studi
Literatur

Proses Identifikasi Material

• Visual
Pada part tersebut memiliki warna bening mengkilap, memiliki
permukaan halus, tidak ada tanda korosi.

• Uji Magnet

Handle memiliki gaya magnetic

• Spark test

Material mengeluarkan banyak spark dan berwarna oranye


• Studi literatur
22

Kesimpulan : Setelah dilakukan identifikasi visual, spark test,


uji magnet dan studi literatur kami menyimpulkan bahwa
kemungkinan besar material handle ini adalah Low Carbon
Steel.

Proses Identifikasi Manufaktur


Diproses forging, selanjutnya diproses hardening untuk
memperkuat material.
Puller • Visual Medium Lathe machine,
• Uji Magnet Carbon drilling, threading
• Spark Test Steel
• Studi
Literatur

Proses Identifikasi Material


• Visual
Pada part tersebut memiliki warna hitam, memiliki
permukaan lumayan halus, tidak ada tanda korosi.

• Uji magnet

Puller memiliki gaya magnetik

• Spark test

Pengujian dengan gerinda didapat spark yang keluar sedikit


23

lebih banyak dari pada material low carbon steel dan


Panjang percikan sedikit lebih pendek dari low carbon steel.

• Studi literatur

• Menimbang

Berat : 62 gr

Kesimpulan : Setelah dilakukan identifikasi visual, spark


test, uji magnet dan studi literatur kami menyimpulkan
bahwa kemungkinan besar material puller ini adalah Medium
carbon steel.

Proses Identifikasi Proses Manufaktur

Menggunakan proses lathe machine kemudian menggunakan


drilling untuk membuat lubang bagian kepala dilanjut proses
threading untuk membuat ulir.

Base • Visual Chrome Forging, drilling,


• Uji Magnet Vanadium threading
• Spark Test
• Studi
Literatur

Proses identifikasi material

• Visual :
Base memiliki warna terang mengkilap, memiliki
permukaan halus, tidak ada tanda korosi.

• Uji magnet :
24

Base memiliki gaya magnetic

• Spark test

• Studi literatur
• Menimbang

Berat : 25 gr

Kesimpulan : Setelah dilakukan identifikasi visual, spark


test, uji magnet dan studi literatur kami menyimpulkan
bahwa kemungkinan besar material base ini adalah Chrome
Vanadium.
Proses identifikasi proses manufaktur
Diproses dengan forging selanjutnya diproses drilling untuk
membuat lubang kemudian dilakukan proses threading untuk
membuat ulir bagian dalam.
25

Lengan • Visual Chrome Forging,


pengait • Uji Magnet Vanadium drilling,
• Spark Test threading
• Studi
Literatur

Proses identifikasi material


• Visual
Lengan pengait memiliki warna terang mengkilap,
memiliki permukaan halus, tidak ada tanda korosi.

• Uji Magnet

Lengan pengait memiliki gaya magnetic

• Spark Test

Spark yang dihasilkan cukup banyak dan


Panjang percikan lumayan Panjang

• Studi Literatur

• Menimbang
26

Berat : 23 gr

Kesimpulan : Setelah dilakukan identifikasi visual, spark


test, uji magnet dan studi literatur kami menyimpulkan
bahwa kemungkinan besar material lengan pengait ini adalah
Chrome Vanadium.

Proses identifikasi manufaktur


Dilakukan dengan proses forging selanjutnya diproses drilling
untuk membuat lubang kemudian dilakukan proses threading
untuk membuat ulir dalam.
Connection • Visual Chrome blanking, drilling
arm • Uji Magnet Vanadium
• Spark Test
• Studi
Literatur

Proses identifikasi material

• Visual
Connecting arm memiliki warna terang mengkilap,
memiliki permukaan halus, tidak ada tanda korosi.

• Uji Magnet

Connection arm memiliki gaya magnetic


27

• Spark Test

spark yang dihasilkan cukup banyak dan


Panjang percikan api cukup Panjang

• Studi Literatur

• Menimbang

Berat : 7 gr

Kesimpulan : Setelah dilakukan identifikasi visual, spark


test, uji magnet dan studi literatur kami menyimpulkan
bahwa kemungkinan besar connection arm ini adalah
Chrome Vanadium.

Proses identifikasi manufaktur

Menggunakan proses blanking untuk memotong plat


selajutnya diproses drilling untuk membuat lubang 2 sisi.

Baut segi • Visual Low carbon Cold rolling,


enam • Uji Magnet steel forging,
• Spark Test threading, heat
• Studi treatment
Literatur (hardening)
28

Proses identifikasi material


• Visual
Baut segi enam memiliki warna gelap hitam.

• Uji Magnet

Baut memiliki gaya magnet

• Spark Test

Spark yang keluar tidak terlalu banyak dan


Panjang percikan cukup Panjang

• Studi Literatur

• Menimbang

Berat : 4 gr
29

Kesimpulan : Setelah dilakukan identifikasi visual, spark


test, uji magnet dan studi literatur kami menyimpulkan
bahwa kemungkinan besar baut segi enam ini adalah Low
carbon steel.

Proses identifikasi manufaktur


Pada tahap awal dilakukan proses cold rolling, selanjutnya
diproses forging untuk membentuk baut, kemudian dilanjut
dengan proses threading untuk membentuk ulir setelah itu
dilakukan heat treatment yaitu hardening.

Mur • Visual Low carbon hot forging,


• Uji Magnet steel forming,
• Spark Test quenching udara,
• Studi threading
Literatur

Proses identifikasi material


• Visual
Mur memiliki warna gelap hitam.

• Uji Magnet

Mur memiliki gaya magnet

• Spark Test

Spark yang keluar tidak terlalu banyak dan


Panjang percikan cukup Panjang
30

• Studi Literatur

• Menimbang

Berat : 4 gr

Kesimpulan : Setelah dilakukan identifikasi visual, spark


test, uji magnet dan studi literatur kami menyimpulkan
bahwa kemungkinan material mur ini adalah Low carbon
steel.

Proses identifikasi manufaktur


Dilakukan proses hot forging selanjutnya diproses
forming untuk membentuk baut, kemudian dilanjut
dengan proses pendinginan udara terakhir dilakukan
proses threading untuk membentuk ulir bagian dalam.
Ring • Visual Low carbon Rolling,
spring • Uji Magnet steel cutting,
• Spark Test hardening
• Studi
Literatur

Proses identifikasi material


• Visual
Ring spring memiliki warna gelap hitam.

• Uji Magnet
31

Ring spring memiliki gaya magnet

• Spark Test

Spark yang keluar tidak terlalu banyak


dan Panjang percikan cukup Panjang

• Studi Literatur

Kesimpulan : Setelah dilakukan identifikasi visual, spark


test, uji magnet dan studi literatur kami menyimpulkan
bahwa kemungkinan material ring spring ini adalah Low
carbon steel.

Proses identifikasi manufaktur


Menggunakan proses rolling selanjutnya diproses cutting
untuk memotong wire kemudian diproses hardening.
32

3.5 Analisis Gaya, Tegangan dan safety factor

3.5.1 Analisis Gaya Luar

Treker bearing ini akan bekerja setelah kita memutarkan handle.


Ketika handle diputar dihasilkan torsi sebesar T. Torsi tersebut kemudian
diteruskan ke bagian puller. Puller akan mengubah torsi menjadi gaya, yang
kemudian akan menaikan beban ke atas sehingga bearing dapat terlepas dari
dudukannya. Pada bagian lengan pengait, karena terjadi pencengkaram pada
benda kerja dihasilkan gaya tekan sebesar W/2.

3.5.2 Menentukan Gaya Luar Melalui Percobaan

Untuk menentukan gaya yang terjadi pada Treker Bearing pada saat sekali
pemakaian, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut.
33

Untuk menentukan gaya yang terjadi pada tracker bearing, dilakukan


beberapa langkah sebagai berikut :

1. Menyiapkan benda percobaan berupa besi tebal, timbangan gantung kecil,


dan tali.
2. Jepit benda percobaan pada tracker dan diputar dengan tangan sekuat
mungkin.
3. Ikat tali pada handle tracker dan dikaitkan dengan timbangan gantung.
4. Tarik timbangan ke arah buka tracker (jangan ditarik dengan kejutan).
5. Catat hasil maksimal yang ditunjukan oleh timbangan.

Setelah dilakukan percobaan dengan langkah-langkah seperti diatas,


dihasilkan massa sebesar 10,15 kg . Dari massa tersebut, kita dapat menghitung
gayanya dengan perhitungan berikut.

𝑚
𝐹 = 𝑚. 𝑔 = 10,15 𝑘𝑔 . 9.81 = 99,57 𝑁
𝑠

Jadi, setelah dilakukan percobaan dihasilkan F sebesar 99,57 N


34

3.5.3 Analisis Tegangan dan Safety Factor Tiap Komponen

1. Handle
• Analisa titik kritis

𝐹1 = 99,57 𝑁
𝑟 = 31 𝑚𝑚
+↑ Σ𝐹𝑦 = 0
𝐹1 Σ𝐹𝑦 = 𝑉 − 𝐹1 = 0
𝑉 = 𝐹1
𝑉 = 99,57 𝑁
+↺ ΣM = 0
ΣM = 𝑀 + 𝐹1 . 𝑟 = 0
𝑀 = −99,57 𝑁. 31𝑚𝑚
𝑀 = −3086,67 𝑁𝑚𝑚

Berdasarkan diagram momen yang telah


dibuat, kantilever menerima momen yang
paling besar diantara bagian handle lainnya,
maka dapat disimpulkan bahwa kantilever
merupakan titik kritis pada bagian handle
treker bearing ini.
• Analisa tegangan
Pada part handle ini berlaku tegangan bending, dengan perhitungan
sebagai berikut.
- Momen / Torsi
𝑀𝑏 = 𝐹1 . 𝑟 = 99,57 𝑁. 31 = 3,086.67 𝑁𝑚𝑚
- Ketahanan bending dengan penampang lingkaran pejal :
𝜋 4
𝐼𝑥 64 . 𝑑 𝜋 3 𝜋 3
𝑊𝑏 = = = .𝑑 = . 5 = 12,26 𝑚𝑚3
𝑦 𝑑/2 32 32
- Tegangan bending :
𝑀𝑏 3,086.67 𝑁𝑚𝑚 𝑁
𝜎𝑏 = = = 251,767 = 251,767 𝑀𝑝𝑎
𝑊𝑏 12,26 𝑚𝑚3 𝑚𝑚2

• Safety factor :
Karena material dari handle adalah low carbon steel maka digunakan yield
strength dari low carbon steel yaitu sebesar 418 Mpa.
35

• Safety Factor

𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝐿𝑜𝑤 𝐶𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑒𝑒𝑙 418 𝑀𝑝𝑎


𝑆𝑓 = = = 1.66
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 251,767 𝑀𝑝𝑎

Syarat aman :
Sf handle > Sf beban statis
1.66 > (2-4)
Maka, part handle tersebut tidak aman terhadap tegangan bending

3.5.2 Part Puller

Gambar III 2 Part Puller

Puller merupakan ulir yang berfungsi sebagai pemindah gaya. Dalam prosesnya ini
pula, berlaku torsi untuk menaikkan beban. Dimana, dalam perhitungannya berlaku
rumus sebagai berikut.

tan 𝛼 + tan 𝜃 𝑑
𝑇 = 𝑊. ( ).
1 − 𝑡𝑎𝑛𝛼. tan 𝜃 2

Pada part puller ini diketahui bahwa :

- 𝑑0 = 10 𝑐𝑚, 𝑑𝑐 = 8 𝑚𝑚, 𝑝 = 2
10+8
𝑑= = 9 𝑚𝑚
2
𝑃 2
- tan 𝛼 = = = 0.07
𝜋.𝑑 3,14 .9

- Pemisalan koefisien gesek ulir = 0.2, maka 𝜇 = 0.2


tan 𝜃 = 𝜇 = 0,2
36

- 𝑇 = 𝐹. 𝑟 = 99.57 𝑁. 31 𝑚𝑚 = 3,086.67 𝑁𝑚𝑚

𝑑0 = Diameter Luar ulir

𝑑𝑐 = Diameter inti ulir

d = Diameter rata-rata

p = jarak bagi ulir

• Analisis gaya, tegangan dan safety factor


tan 𝛼+tan 𝜃 𝑑
𝑇 = 𝑊. (1−𝑡𝑎𝑛𝛼.tan 𝜃) . 2
0.07 + 0.2 9
3,086.67 𝑁 = 𝑊 . ( ).
1 − 0.07 . 0.2 2
3,086.67 𝑁 = 1.23 𝑊
𝑊 = 2,509.5 𝑁
Dimana, 𝐹 = 𝑊 = 2,509.5 𝑁
➔ Tegangan tekan
Gaya tersebut kemudian akan menyebabkan tegangan tekan sebesar :
𝐹𝑐 𝑊 2,509.5 𝑁 2,509.5 𝑁
𝜎𝑐 = = 𝜋 = = = 49.95 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴 2 3,14 50.24 𝑚𝑚 2
4 . 𝑑𝑐
2
4 .8
- Safety factor puller terhadap tegangan tekan :
Karena material puller ini adalah medium carbon steel maka digunakan
yield strength dari medium carbon steel yaitu 345 Mpa
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑐𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑒𝑒𝑙 345 𝑀𝑝𝑎
= = 6.9
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 49.95 𝑀𝑝𝑎

- Syarat aman :
Sf puller > Sf beban statis
6.9 > (2-4)
Maka, puller aman terhadap gaya tekan
➔ Tegangan geser :
𝑊 2,509.5
𝜏= = = 6.66 𝑀𝑝𝑎
𝜋 . 𝑑𝑐 . 𝑡 . 𝑛 3.14 . 8 . 1 . 10

- Safety factor puller terhadap tegangan geser :


37

Karena material puller ini adalah medium carbon steel, maka digunakan
shear strength dari medium carbon steel yaitu 420 Mpa
𝑠ℎ𝑒𝑎𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚 𝑐𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑒𝑒𝑙 105 𝑀𝑝𝑎
= = 15,76
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑚𝑎𝑥 6.66 𝑀𝑝𝑎

- Syarat aman :
Sf puller > Sf beban statis
15,76 > (2-4)
Maka, puller aman terhadap gaya gesek

3.5.3 Part lengan pengait

2
b
3
a
1

Gambar III.3 Part Lengan Pengait

Analisis dilakukan di beberapa area lengan pengait yang diduga merupakan


titik kritis.
1. Bagian pengait
Dilakukan Analisa terlebih dahulu di titik kritis area bagian pengait ini
menggunakan diagram geser dan diagram momen.

𝑊
𝑁
2
Gaya terdistribusi merata : = 216,3 𝑁/𝑚𝑚
5,8 𝑚𝑚
+↑ Σ𝐹𝑦 = 0
Σ𝐹𝑦 = 𝑉 − 𝑊/2 = 0
𝑉 = 𝑊/2
𝑉 = 1254,75 𝑁
+↺ ΣM = 0
ΣM = 𝑀 + 𝐹1 . 𝑟 = 0
𝑀 = −1254,75 𝑁. 5,95 𝑚𝑚
𝑀 = −7465,76 𝑁𝑚𝑚

M = -7565,76 Nmm
38

Berdasarkan diagram momen yang telah dibuat, kantilever menerima momen yang
paling besar diantara area lainnya pada bagian pengait, maka dapat disimpulkan
bahwa kantilever (no.1) merupakan titik kritis pada bagian ini. Kemudian pada titik
kritis tersebut akan dihitung tegangan dan safety factornya, sebagai berikut.

• Analisa tegangan dan safety factor


- Tegangan bending
𝑊
𝑀𝑏 = . 5,95 = 1254,75 𝑁. 5,95 𝑚𝑚 = 7465,76 𝑁𝑚𝑚
2
𝐼𝑥 𝑏ℎ3 /12 𝑏ℎ2 9,6 . 6,672
𝑊𝑏 = = = = = 71,2 𝑚𝑚3
𝑦 ℎ/2 6 6
𝑀𝑏 7465,76 𝑁𝑚𝑚
𝜎𝑏 = = = 104,86 𝑁/𝑚𝑚2
𝑊𝑏 71,2 𝑚𝑚3
Safety factor
𝑁
𝑦𝑠 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420 2
= 𝑚𝑚 =4
𝜎𝑏 𝑁
104,86
𝑚𝑚2
Syarat aman :
Sf > Sf beban statis
4 > (2-4)
Jadi, bagian pengait ini aman terhadap tegangan bending.

- Tegangan geser
𝐹 𝑊/2 1254,75 𝑁
𝜏𝑔 = = = = 19,6 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴 𝑏. ℎ 9,6 𝑚𝑚 . 6,67 𝑚𝑚
Safety factor
𝑁
𝑦𝑠 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420
𝑆𝑓 = = 𝑚𝑚2 = 21,43
𝜎𝑏 𝑁
19,6
𝑚𝑚2
Syarat aman :
Sf > Sf beban statis
21,43 > (2-4)
Jadi, bagian pengait ini aman terhadap tegangan geser.
39

2. Bagian lubang poros


Bagian ini menerima gaya tekan sebesar w/2 yang memungkinkan lubang
berdeformasi plastis menjadi oval. Untuk itu, perlu dilakukan analisis
tegangan dan safety factor agar memastikan hal tersebut tidak terjadi.
𝑊
𝐹 2 1254,75 𝑁 𝑁
𝜎𝑐 = = = = 31,6
𝐴 1 1 𝑚𝑚2
. 𝜋. 𝑑. 𝑡 . 𝜋 . 5,5 𝑚𝑚 . 4,6 𝑚𝑚
2 2
𝑁
𝑦𝑠 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420
𝑆𝑓 = = 𝑚𝑚2 = 13,3
𝜎𝑏 𝑁
31,6
𝑚𝑚2
Syarat aman :
Sf > Sf beban statis
13,3 > (2-4)
Jadi, bagian ini aman terhadap tegangan dan gaya tekan, sehingga Ketika
digunakan lubang tidak akan berdeformasi plastis menjadi oval.

3. Bagian batang (a) dan sisi poros (b)


Bagian a dan b sama-sama menerima gaya tarik sebesar W/2
a. Bagian batang
𝑊/2 1254,75 𝑁
𝜎= = = 50,19 𝑁/𝑚𝑚2
𝑏. ℎ 5 𝑚𝑚 . 5 𝑚𝑚
𝑁
𝑦𝑠 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420 2
𝑆𝑓 = = 𝑚𝑚 = 8,37
𝜎𝑏 𝑁
50,19
𝑚𝑚2
Syarat aman :
Sf > Sf beban statis
8,37 > (2-4)
Jadi, bagian ini aman terhadap gaya Tarik.

b. Bagian sisi poros


𝑊/2 1254,75 𝑁
𝜎= = = 53,6 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴 2. 2,34 𝑚𝑚 . 5 𝑚𝑚
𝑁
𝑦𝑠 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420
𝑆𝑓 = = 𝑚𝑚2 = 7,83
𝜎𝑏 𝑁
53,6
𝑚𝑚2
Syarat aman :
Sf > Sf beban statis
7,83 > (2-4)
Jadi, bagian ini aman terhadap gaya Tarik.
40

3.5.4 Part Base

• Analisa titik kritis

𝑊 2509,5
𝐹2 = = = 1254,75 𝑁
2 2
+↑ Σ𝐹𝑦 = 0
Σ𝐹𝑦 = 𝑉 − 𝐹2 = 0
𝑉 = 𝐹2
𝑉 = 1254,75 𝑁
+↺ ΣM = 0
ΣM = 𝑀 + 𝐹2 . 𝑟 = 0
𝑀 = −1254,75 𝑀 . 15,45 𝑚𝑚
𝑀 = −19385,9 𝑁𝑚𝑚

Berdasarkan diagram momen yang telah


dibuat, kantilever menerima momen yang
paling besar diantara bagian base lainnya,
• maka dapat disimpulkan bahwa kantilever
• merupakan titik kritis pada bagian base treker
bearing ini.
• Analisa tegangan
- Tegangan bending
Pada base dihasilkan tegangan bending, dengan perhitungan
sebagai berikut.
𝑊 2,509.5
𝐹2 = = = 1254.75 𝑁
2 2
𝑀𝑏 = 𝐹2 . 𝑟 = 1254.75 𝑁 . 15,45 𝑚𝑚 = 19385,9 𝑁𝑚𝑚
Karena benda balok maka ketahanan bending :
𝐼𝑥 𝑏ℎ3 /12 𝑏ℎ2 6(15,45)2
𝑊𝑏 = = = = = 238,7 𝑚𝑚3
𝑦 ℎ/2 6 6
Tegangan bending :
𝑀𝑏 19385,9 𝑁𝑚𝑚
𝜎𝑏 = = = 81.21 𝑁/𝑚𝑚2
𝑊𝑏 238,7 𝑚𝑚3
41

• Safety factor :
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420 𝑀𝑝𝑎
= = 5,2
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 81,21 𝑀𝑝𝑎

Syarat aman :
Sf base > Sf beban statis
2.3 > (2-4)

Maka part base aman terhadap tegangan bending.


3.5.5 Baut

Akibat gaya Tarik W/2, connecting arm dan base saling Tarik menarik.
Tarikan yang berlawanan arah tersebut cenderung akan menggeserkan
batang baut, sehingga tegangan geser pada baut.

𝐹 𝑊/2 1254,75
𝜏𝑔 = = = = 80,7 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴 2. 1 . 𝐷2 . 𝜋 2. 1 . 2,472 . 3.14
4 4

Safety factor :
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420 𝑀𝑝𝑎
= = 5,2
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 80,7 𝑀𝑝𝑎

Syarat aman :
Sf base > Sf beban statis
5,2 > (2-4)

Maka part baut aman terhadap tegangan geser.


3.5.6 Connected arm

1
42

1. Tegangan Tekan
Pada lubang poros terdapat tegangan tekan
𝐹 𝑊/2 1254,75
𝜎𝑐 = = = = 62,447 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴 1 . 𝐷2 . 𝜋. 𝑡 1 . 𝜋. 6,4 . 2
2 2

Safety factor :
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420 𝑀𝑝𝑎
= = 6,7
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 62,44 𝑀𝑝𝑎

Syarat aman :
Sf > Sf beban statis
6,7 > (2-4)
Bagian tersebut aman terhadap tegangan tekan

2. Tegangan Tarik
𝐹 𝑊/2 1254,75
𝜎= = = = 52,28 𝑁/𝑚𝑚2
𝐴 12 . 2 24

Safety factor :
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑐ℎ𝑟𝑜𝑚𝑒 𝑣𝑎𝑛𝑎𝑑𝑖𝑢𝑚 420 𝑀𝑝𝑎
= =8
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 52,28 𝑀𝑝𝑎

Syarat aman :
Sf > Sf beban statis
8 > (2-4)
Bagian tersebut aman terhadap tegangan Tarik
3.5.7 Hasil Analisis Perhitungan Tegangan dan Safety Factor

No Nama Part Jenis Hasil Bahan Safety Aman/tidak


Tegangan Tegangan Material Factor
(Mpa)
1 Handle Bending 251,767 Low 1,66 Tidak
Carbon aman
Steel
2 Puller Tekan 49,95 Medium 6,9 Aman
Geser 6,66 Carbon 15,76 Aman
Steel
3 Lengan Chrome
Pengait Vanadium
Bagian Bending 104,86 4 Aman
Pengait Geser 19,6 21,43 Aman
Bagian Tekan 31,6 13,3 Aman
Lobang
Poros
43

Bagian Tarik 50,19 8,37 Aman


Batang
Lengan
Bagian Tarik 53,6 7,83 Aman
sisi poros
4 Base Bending 81,21 Chrome 5,17 Aman
Vanadium
5 Baut Geser 80,7 Chrome 5,2 Aman
Vanadium
6 Connected Tekan 62,45 Chrome 6,7 Aman
Arm Tarik 52,28 Vanadium 8 Aman

3.6 Product Improvement

Pada pembahasan ini mengenai product improvement atau peningkatan


fungsi produk, akan menjawab persamasalahan yang ada seperti material yang
digunakan telah cocok, dan memaksimalkan fungsi yang ada pada alat treker
bearing. Berikut mengenai peningkatan produk pada alat treker bearing.

Tracker Bearing

Must/Wish Improvement List Keterangan


Must Mengubah material pada Bertujuan untuk
baut M10 puller menjadi meningkatkan kualitas
material high carbon dan ketahanan pada part
steel. puller melalui proses
heat treatment, agar
penggunaan pada part
dapat lebih tahan lama
dan ulir pada baut tidak
mudah rontok atau sleg.
Must Mengubah ukuran pada Bertujuan untuk
hanger dengan ukuran mempermudah dalam
yang lebih Panjang dan memutarkan tracker
mengubah material bearing dengan lengan
dengan Medium Carbon yang Panjang dan
Steel meningkatkan torsi yang
dihasilkan.
Dalam pengubahan
material bertujuan untuk
meningkatkan durabilitas
pada hanger agar tidak
mudah patah.
44

Must Menambah jumlah Bertujuan untuk


lengan pada tracker meningkatkan ketahanan
bearing menjadi 3 dan kekuatan pada
lengan. tracker bearing.
Wish Harga pada tracker lebih Harga yang terjangkau
terjangkau dapat memberikan
dampak penjualan yang
meningkat dan dapat
bersaing di pasaran.
Wish Memberikan karet atau Bertujuan untuk
grip pada hanger. memberikan
kenyamanan dan
meminimalisir tingkat
kelicinan pada saat
memegang hanger.

3.6.1 Perhitungan Setelah Product Improvement


Dengan menambahkan diameter handle yang semula 5 cm menjadi 6 cm setelah
product improvement, dihasilkan perhitungan sebagai berikut.
- Momen / Torsi
𝑀𝑏 = 𝐹1 . 𝑟 = 99,57 𝑁. 31 = 3,086.67 𝑁𝑚𝑚
- Ketahanan bending dengan penampang lingkaran pejal :
𝜋 4
𝐼𝑥 64 . 𝑑 𝜋 3 𝜋 3
𝑊𝑏 = = = .𝑑 = . 6 = 21,195 𝑚𝑚3
𝑦 𝑑/2 32 32
- Tegangan bending :
𝑀𝑏 3,086.67 𝑁𝑚𝑚 𝑁
𝜎𝑏 = = = 145,632
𝑊𝑏 12,26 𝑚𝑚3 𝑚𝑚2

- Safety Factor
𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝐿𝑜𝑤 𝐶𝑎𝑟𝑏𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑒𝑒𝑙 418 𝑀𝑝𝑎
𝑆𝑓 = = = 2,8
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥 145,632 𝑀𝑝𝑎
Syarat aman :
Sf handle setelah product improvement > Sf beban statis
2,8 > (2-4)

Maka, setelah dilakukan product improvement dengan menambahkan


diameter handle sebesar 1 cm, diameter yang semula 5 cm menjadi 6 cm,
dihasilkan safety factor sebesar 2,8. Dengan safety factor tersebut, dapat
45

dinilai bahwa part handle tersebut aman terhadap tegangan bending yang
terjadi ketika digunakan.

3.6.2 Gambar Benda Setelah Product Improvement

Terlampir
DAFTAR PUSTAKA

46
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar 3D Benda

• Assembly

• Handle

• Puller (Baut M10)

• Base

47
48

• Connection arm

• Baut M4

• Mur M10
49

• Lengan Pengait

Lampiran 2. Gambar Kerja


50
51
52
53

Lampiran 3. Gambar Benda Setelah Improvement

Anda mungkin juga menyukai