Anda di halaman 1dari 41

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 UMUM
Salah satu fungsi dari saluran transmisi adalah untuk membawa air baku
dari bangunan pengambilan air baku ke unit produksi, atau membawa air hasil
olahan unit produksi ke reservoir. Saluran transmisi untuk aliran bertekanan
biasanya menggunakan pipa sebagai saluran pipa transmisi. Saluran transmisi
untuk aliran yang bertekanan dapat membawa air melalui jalur yang turun-naik
mengikuti kontur permukaan tanah yang dilewatinya.
Pipa transmisi pada aliran bertekanan perlu memperhatikan titik yang
paling tinggi dan titik yang paling rendah. Pada titik yang paling tinggi, udara
akan terjebak didalamnya, yang akan menyebabkan penyumbatan aliran airnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan penempatan katup pelepas udara
(air release valve). Air release valve juga berfungsi untuk memasukkan udara ke
dalam pipa agar dapat mempercepat aliran air pada saat pengurasan pipa.
Sedangkan pada titik yang paling rendah pada jalur pipa bertekanan akan
terkumpul kotoran yang terbawa oleh aliran air. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dibutuhkan penempatan katup penguras (drain valve). Saluran transmisi
terbagi dalam dua jenis aliran :
 Saluran Transmisi untuk aliran bebas / tidak bertekanan
 Saluran transmisi untuk aliran bertekanan
Karena penggunaan air minum yang cukup luas dalam segala segi
kehidupan dan aktivitas manusia, maka sistem penyediaan air minum untuk
penduduk haruslah memenuhi syarat antara lain :
 Aman dari segi kesehatan
 Tersedia dalam jumlah yang cukup
 Ekonomis

III-1
III-2

Mengingat adanya syarat-syarat diatas , maka dasarnya ada 3 hal yang


harus diperhatikan untuk dipenuhi oleh suatu sistem penyediaan air minum, yaitu :
 Segi kualitas
Terpenuhinya syarat-syarat kualitas air yang sesuai dengan standar yang
berlaku dan menjamin bahwa air yang tersedia aman untuk dikomsumsi
penduduk tanpa ada resiko terinfeksi oleh kuman-kuman penyakit.
 Segi kuantitas
Tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat dipergunakan setiap
waktu.
 Segi kontinuitas
Terpenuhinya kebutuhan air bersih dengan supply air secara terus
menerus.

3.2 SUMBER AIR BAKU


Air baku adalah air yang menjadi bahan baku utama air olahan untuk
kegunaan tertentu. Kegunaan air baku terbesar adalah untuk air minum.
Berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Sistem Penyediaan Air Minum,
Air baku dapat dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan
yang memenuhi baku mutu tertentu. Sehingga sumber air adalah wadah badan air
sehingga sumber air dapat berupa (palung) Sungai, waduk, sumur, dan mata air.
Air hujan merupakan pasokan air untuk sumber air bedasarkan siklus hidrologi
dan geohidrologi.
3.2.1 Sumber Air Sumur Dalam
Sumur dalam adalah adalah sumber air buatan manusia yang berua lubang
konsentris dari permukaan tanah sampai ke kedalaman tertentu. Lubang tersebut
biasanya menembus lapisan tanah yang relative keda air sehingga dapat mencapai
ke kedalaman 100 meter. Sumur dalam yang ideal dapat menampung air tanah
dari lapisan kepasiran yang bertransmisivitas tinggi. Lapisan kepasiran tersebut
diapit oleh lapisan lempung yang mempunyai storivitas tinggi.
III-3
Kapasitas sumur dalam memberikan pasokan air baku tidaklah besar.
Debit sumur dalam sebesar 20 liter/detik sudah dianggap besar. Produktivitas
sumur dalam biasanya semakin menurun sesuai dengan berjalannya waktu. Ini
terjadi manakala kapasitas simpan (storivitas) lapisan lempung yang
mendukungnya semakin mengecil.
Pada umumnya, kualitas air baku yang dihasilkan juga cukup bagus dan
dapat diteruskan menjadi air minum dengan menambah proses khlorinasi.
3.2.2 Sumber Mata Air
Mata air adalah tempat air tanah muncul di permukaan tanah. Kapasitas
sumber mata air biasanya lebih besar sedangkan kualitasnya umumnya lebih baik
ketimbang sumur dalam. Kapasitas mata air kadang lebih besar karena outlet air
tanahnya dapat lebih luas ketimbang sumur dangkal. Kualitas mata air pada air
pada umumnya bagus karena daerah imbuhannya masih terjaga dari ancaman
pencemaran.
Pada awal munculnya sistem penyediaan air minum perkotaan, mata air
merupakan sumber air baku utamanya. Hal itu terjadi karena penduduk masih
sedikit kebutuhan air minum masih rendah dan ketersediaan seumber air masih
banyak. Mata air pada umumnya berada pada elevasi yang lebih tinggi ketimbang
daerah layanannya sehingga penyampaian air secara gravitasi masih
memungkinkan.
3.2.3 Sumber Air Permukaan
Sungai, Danau, dan Waduk adalah sumber air baku yang cukup andal
karena kapasitasnya yang besar dan keberlanjutannya yang terjaga. Sebagian
besar sumber air baku untuk air minum di Indonesia saat ini berasal dari air
permukaan itu. Hampir semua sungai besar, danau dan waduk di Indonesia telah
dimanfaatkan untuk sumber air baku untuk air minum.
3.2.4 Sumber air dari air hujan
Air hujan sebenarnya bukan merupakan sumber air baku. Air hujan
menjadi sumber air baku manakala telah tertampung ke dalam suatu wadah air
seperti sungai, danau, waduk, dan penampungan air hujan. Sehingga dibutuhkan
rekayasa untuk menjadikan air hujan menjadi air baku air minum. Waduk
(bendungan), dan embung merupakan hasil rekayasa air baku yang
III-4
diselenggarakan oleh negara atau perusahaan. Sedangkan penampungan air hujan
(PAH) adalah air baku.
Air hujan sebagai pasokan air baku air minum individual telah
dipraktikkan disepanjang pantai timur sumatera yang berawa gambut atau payau.
Masyarakat di lokasi itu menampung air hujan yang jatuh di ata rumahnya dan
mengarahkannya ke dalam tangki – tangki beton yang berada di bawah lantai
rumah. Tangki – tangki tersebut berfungsi sebagai pondasi rumah sekaligus tangki
tandon (Reservoir). Tinggi curah hujan sekitar 2500 mm/tahun (Modul 2 Sistem
Air Baku. BPSDM PUPR).

3.3 SIKLUS HIDROLOGI DAN GEOHIDROLOGI


Siklus Hidrologi merupakan sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi, evapotransipirasi dan transpirasi. Sedangkan menurut modul pusat
pendidikan dan pelatihan SDA dan Konstruksi siklus hidrogeologi adalah cabang
dari hidrologi yang berhubungan dengan air tanah dan didefinisikan sebagai ilmu
tentang keterdapatan,penyebaran, dan pergerakan air di bawah permukaan bumi
(Chow, 1978). Hidrogeologi mempunyai makna yang sama akan tetapi
penekanannya lebih besar dalam aspek ke-geologian (Todd, 1980). Oleh karena
itu uraian tentang air tanah tidak akan lepas dari ilmu hidrologi, mulai dari
kejadian air tanah, pergerakan air tanah dan sampai mencapai lajur jenuh didalam
Aquifer serta pelepasannya di permukaan tanah.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi, dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari
merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut berjalan secara berkelanjutan.
Air mengalami evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air
hujan, salju, hujan es dan salju, hujan grimis atau kabut.
Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain, air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat
penting, terutama di daerah-daerah dimana musim kemarau atau kekeringan yang
panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai yang mengering. Banyak sungai
III-5
dipermukaan tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari sumber air tanah,
sebaliknya juga aliran sungai yang merupakan sumber utama imbuhan air tanah.

3.4 Jenis Sitem Penyediaan Air Minum


Terdapat 2 (dua) sistem penyediaan air minum, yakni :
1) Sitem Perpipaan
Sistem perpipaan atau jaringan perpipaan adalah suatu sistem penyediaan
air minum yang sistem distribusinya melalui penyediaan air minum yang sistem
distribusinya melalui perpipaan dan unit pelayanannya menggunakan sambungan
rumah/sambungan halaman dan hidran umum.
Pelayanan dengan sistem perpipaan merupakan pelayanan distribusi air
minum yang sangat ideal, jika hal ini dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi air minum masyarakat pada lokasi program.
Umumnya penyediaan air minum dengan sistem perpipaan ini, perlu .
pengelolaan dalam pengoperasiannya. Sehingga perlu adanya SDM yang
memadai untuk dapat melakukan pengelolannya, agar sistem perpipaan ini dapat
berfungsi dan beroperasi secara berkesinambungan. Hal lainnya adalah sulit
menemukan sumber air baku yang layak secara kualitas dan kuantitas, sehingga
dengan mudah menjangkau masyarakat dengan sistem perpipaan.
2) Sistem Non Perpipaan
Sistem non perpipaan atau bukan jaringan perpipaan adalah suatu sistem
penyediaan air minum yang sistem distribusinya tidak melalui jaringan perpipaan
dan unit pelayanannya menggunakan hidran umum, terminal air, dan tangki.
Umumnya sarana air minum non perpipaan merupakan sarana komunal yang
dapat dipergunakan secara bersama - sama, dan tidak perlu ditangani secara
khusus pengelolaannya. Namun demikian jika konstruksi dan pemeliharaan
lingkungan disekitarnya kurang baik, maka kemungkinan pencemaran akan dapat
terjadi.
III-6
3.5 SISTEM PENDISTRIBUSIAN
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen, yang mempunyai fungi pokok mendistribusikan air yang telah
memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem
perpipaan dan perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem
pemompaan (bila diperlukan), dan reservoir distribusi. Sistem distribusi air
minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan bawa pompa yang memompa air
yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman,industri
perkantoran dan yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini adalah
fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang digunakan
saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan
banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.
Melihat kondisi topografi Kota Palembang yang relatif datar, maka
pendistribusian air minum ke daerah pelayanan menggunakan sistem pemompaan
dari reservoir distribusi dengan pompa booster untuk melanjutkan supply air
minum ke pelanggan. Resrvoir transmisi dan distribusi yang ada di PDAM Tirta
Musi saat ini dengan total kapasitas tampung sebesar 48.700 m3.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang, memenuhi (kontinuitas
pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi
pengolahan.
Sistem pendistribusian air ke masyarakat, dapat dilakukan secara langsung
dengan gravitasi maupun dengan sistem pompa. Pembagian air dilakukan melalui
pipa-pipa distribusi, seperti:
1. Pipa primer, tidak diperkenankan untuk dilakukan tapping
2. Pipa sekunder, diperkenankan tapping untuk keperluan tertentu, seperti:
fire hidran, bandara, pelabuhan dan lain-lain.
3. Pipa tersier, diperkenankan tapping untuk kepentingan pendistribusian air
ke masyarakat melalui pipa kuarter. Dua hal penting yang harus
diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang
cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), seta menjaga
keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan.
III-7
Melihat total kapasitas tampung reservoir yang ada di PDAM Tirta Musi
sebesar 48.700 m3maka kapasitas tersebut adalah ekivalen dengan 17,4 % dari
kapasitas produksi. Hal ini sudah sesuai yang disyaratkan dalam pedoman Dep.
PU yaitu antara 15% - 20%, namun reservoir yang ada saat ini sebagian besar
berfungsi ganda (transmisi dan distribusi) sehingga pasokan air untuk distribusi
menuju daerah pelayanan dari reservoir menjadi kurang optimal.
3.5.1 Sistem Pengaliran
Distribusi air minum dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung
kondisi topografi yang menghubungkan sumber air dengan konsumen. Distribusi
secara gravitasi, pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi dapat
digunakan untük menyuplai air ke konsumen dengan tekanan yang mencukupi.
Berikut penjelasan dan gambar dari masing-masing sistem pengaliran distribusi
air bersih:
a. Cara Gravitasi
Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai
perbedaan cukup besar dengan - elevasi daerah pelayanan, sehingga
tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup
ekonomis, karena hanya memanfaatkan
beda ketinggian lokasi.
b. Cara Pemompaan
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang
diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke
konsumen. Cara ini. digunakan jika daerah pelayanan merupakan daerah
yang datar, dan tidak ada daerah yang berbukit.
C. Cara Gabungan
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan
yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi
darurat, misalnya sat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama
periode pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam
reservoir distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai
cadangan air selama period pemakaian tinggi atau pemakaian puncak,
maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.
III-8

Gambar 3.1 Sistem Pengaliran Distribusi Air Minum


Sumber
:https://data03.123doks.com/thumbv2/123dok/002/994/2994577/28.918.200.838.159.847/gambar-
sistem-pengaliran-distribusi-air-bersih.webp
Diakses : 05 Juli 2022 Pukul 13:14 WIB

Gambar 3.2 Sistem Pengaliran Distribusi Air Minum


Sumber : https://olah-air.com/2017/01/2-sistem-distribusi-air-bersih.html
III-9
Diakses : 05 Juli2022 Pukul 13:15 WIB

3.5.2 Jaringan Distribusi


Berdasarkan data PDAM Tirta Musi Kota Palembang pada tahun 2020 ,
pipa transmisi dan distribusi tersebut dipasang mulai tahun 1929 sampai sekarang
dengan diameter pipa bervariasi (∅ 63 mm−∅ 900 mm ¿ disesuaikan dengan air
minum yang dibawa menuju daerah pelayanan. Material pipa transmisi dan
distribusi air minum terbuat dari bahan PVC, DCI, HDPE dan Steel dengan
panjang total pada tahun 2013 sepanjang 3.173.994 meter dengan kategori pipa air
minum (primer, sekunder, dan tersier) sebesar 3.142.994 meter dan pipa transmisi
air baku sebesar 31.482 meter. Data pipa transmisi dan distribusi air minum
PDAM Tirta Musi beserta panjang pipa per sambungan dapat dilihat pada tabel
3.1.
Tabel 3.1 Rekapitulasi Pipa Transmisi dan Distribusi Air Minum
PDAM Tirta Musi Kota Palemabng
N Diamete Panjan Jumla Pipa Panjang Pelanggan Panjan
o r Pipa g (m) h (m) Diputu Total Tahun. g / SL
Tahun s (m) (m) 2013 (SL) (m)
2013
I. Pipa Air Minum (Distribusi)
A. Pipa Primer
1 600 - 8968 1200 7768 224.065 0.03
2 700 534 13363 - 13363 0.06
3 800 - 60 - 60 0.00
4 900 - 4733 - 4733 0.02
Total A 534 27124 1200 25924   0.12
B. Pipa Sekunder
5 200 6637 237529 28876 208653 224.065 0.93
6 250 - 2627 1715 912 0
7 300 16305 171352 9958 161394 0.72
8 350 - 1931 0 1931 0.01
9 400 5622 47300 1218 46082 0.21
10 450 - 258 0 258 0
11 500 4 20004 0 20004 0.09
Total B 28.568  481.00  41.767  439.234    1.96
1
C. Pipa Tersier
12 63 86545 86545 40264 1165514 224.065 5.20
13 90 34967 34967 48375 594251 2.65
III-10
N Diamete Panjan Jumla Pipa Panjang Pelanggan Panjan
o r Pipa g (m) h (m) Diputu Total Tahun. g / SL
Tahun s (m) (m) 2013 (SL) (m)
2013
14 110 28673 28673 55890 569062 2.54
15 160 20833 20833 36927 348527 1.56
Total C 171.018 171.01 181.45 2.677.35   11.95
8 6 4
Total I 200.120 679.14 224.42 3.142.51 Panjang/ 14
3 3 2 SL
Sumber : PDAM Tirta Musi Tahun 2013
Jaringan distribusi adalah rangkaian pipa yang berhubungan dan
digunakan untuk mengalirkan air ke konsumen. Tata letak distribusi ditentukan
ole kondisi topografi daerah layanan dan lokasi instalasi pengolahan biasanya
diklasifikasikan sebagai:
1. Sistem Cabang (branch)
Bentuk cabang dengan jalur buntu (dead-end) menyerupai cabang sebuah
pohon Pada pipa induk utama (primary feeders), tersambung pipa induk sekunder
(secondary feeders), dan pada pipa induk sekunder tersambung pipa pelayanan
utama (small distribution mains) yang terhubung dengan penyediaan air minum
dalam gedung. Dalam pipa dengan jalur buntu, arah aliran air selalu sama dan
suatu areal mendapat suplai air dari satu pipa tunggal. Pada sistem ini ujung pipa
percabangan dari pipa utama biasanya tertutup sehingga menyebabkan tertutupnya
kotoran yang mengganggu pendistribusian air. Pada waktu perbaikan
dipangkal dari pipa utama akan menghentikan distribusi air untuk ujung dari
pipa tersebut
III-11

Gambar 3.3 Sistem Cabang


Kelebihan:
a. Sistem ini sederhana dan desain jaringan perpipaannya juga sederhana.
b. Cocok untuk daerah yang sedang berkembang.
C. Pengambilan dan tekanan pada titik manapun dapat dihitung dengan
mudah.
d. Pipa dapat ditambahkan bila diperlukan (pengembangan kota).
e. Dimensi pipa lebih kecil karena hanya melayani populasi yang terbatas.
f. Membutuhkan beberapa katup untuk mengoperasikan sistem.
Kekurangan:
a. Saat terjadi kerusakan, air tidak tersedia untuk sementara waktu.
b. Tidak cukup air untuk memadamkan kebakaran karena suplai hanya dari
pipa tunggal.
c. Pada jalur buntu, mungkin terjadi pencemaran dan sedimentasi jika tidak
ada penggelontoran.
d. Tekanan tidak mencukupi ketika dilakukan penambahan areal ke dalam
sistem penyediaan air minum.
2. Sistem Gridiron
Pipa induk utama dan pipa induk sekunder terletak dalam kotak, dengan
pipa induk utama, pipa induk sekunder, serta pipa pelayanan utama saling
terhubung. Sistem ini paling banyak digunakan.
Kelebihan:
III-12
a. Air dalam sistem mengalir bebas ke beberapa arah dan tidak
b. terjadi stagnasi seperti bentuk cabang. Ketika ada perbaikan pipa,
tersebut tetap air yang tersambung dengan pipa
C. mendapat air dari bagian yang lain. Ketika terjadi kebakaran, air
tersedia dari semua arah.
d. Kehilangan tekanan pada semua titik dalam sistem minimum.
Kekurangan:
a. Perhitungan ukuran pipa lebih rumit.
b. Membutuhkan lebih banyak pipa dan sambungan pipa sehingga lebih
mahal.

Gambar 3.4 Sistem Distribusi Petak


3. Sistem Melingkar (loop)
Pada sistem ini jaringan pipa dibuat melingkar, sirkulasi air yang lebih
baik dan jika ada perbaikan terhadap kerusakan maka distribusi air tidak akan
berhenti. Sistem jaringan ini lebih baik untuk melayani sambungan air minum.
Pipa induk utama terletak mengelilingi daerah layanan. Pengambilan dibagi
menjadi dua dan masing-masing mengelilingi batas daerah layanan, dan keduanya
bertemu kembali di ujung. Pipa perlintasan menghubungkan kedua pipa induk
utama. Di dalam daerah layanan, pipa pelayanan utama terhubung dengan pipa
induk utama. Sistem ini paling ideal.
III-13

Gambar 3.5 Sistem Distribusi loop


Kelebihan:
a. Setiap titik mendapat suplai dari dua arah
b. Sat terjadi kerusakan pipa, air dapat disediakan dari arah
lain
c. Untuk memadamkan kebakaran, air tersedia dari segala arah
d. Desain pipa mudah.
Kekurangan:
Membutuhkan lebih banyak pipa.
Hampir tak ada sistem distribusi yang menggunakan tata letak tunggal,
umumnya merupakan gabungan dari ketiganya. Giles (1986) mengemukakan
bahwa sistem ke konsumen terdiri dari perpipaan distribusi
1. Pipa hantar distribusi (feeders):
 pipa induk utama (primary feeders)
 pipa induk sekunder (secondary feeders)
2. Pipa pelayanan distribusi:
 pipa pelayanan utama (small distribution mains)
 pipa pelayanan (service line)
Pipa induk utama (primary feeders), disebut juga pipa arteri, membentuk
kerangka dasar sistem distribusi. Pipa ini membawa sejumlah besar air dari
III-14
instalasi pemompaan, ke dan dari reservoir distribusi menuju daerah layanan.
Looping memungkinkan pelayanan kontinu pipa utama meskipun suatu bagian
sedang diperbaiki. Pada kondisi normal, looping memungkinkan suplai dari dua
arah untuk
hidran kebakaran. Pipa utama yang besar dan panjang harus dilengkapi dengan
katup penguras (blow off) di titik terendah, dan katup udara (air relief valve) di
titik tertinggi.
Pipa induk sekunder (secondary feeders) membawa sejumlah besar air dari
pipa induk utama ke berbagai daerah untuk menjaga suplai air yang normal dan
pemadam kebakaran. Pipa ini membentuk loop yang lebih kecil dalam loop pipa
primer, dari satu pipa hantar primer ke lainnya. Kontrol tekanan dengan cross
dilakukan pada pipa induk primer dan sekunder. Dari pipa induk ini tidak boleh
ada sambungan langsung ke konsumen.
Pipa pelayanan utama (small distribution mains) membentuk grid di
daerah layanan. Pipa pelayanan ini mendistribusikan air ke pipa-pipa pelayanan
(service pipes) dan boleh langsung dihubungkan dengan sambungan rumah. Pipa
pelayanan utama berukuran 6 inchi dan pipa pelayanan biasanya berukuran 2
inchi.
Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam
arti dapat dilayani dengan jumlah air yang dinginkan setiap saat. Untuk menjaga
tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi untuk
mengatasi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan
tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan aliran, ¡enis pipa, diameter
pipa, dan jarak jalur pipa tersebut.
Tekanan yang dibutuhkan pada titik awal distribusi tergantung pada :
a. ketinggian bangunan tertinggi yang harus dicapai oleh air
b. jarak titik awal distribusi dari reservoir oleh air
c. tekanan untuk hidran kebakaran yang dibutuhkan
Alat pemadam kebakaran biasanya dilengkapi den gan pompa yang dapat
menyedot air. Konsumen juga menyedot air ke lantai atas tempat tinggalnya
dengan menggunakan pompa mereka sendiri. Dengan demikian tekanan hanya
ditentukan oleh kebutuhan konsumen pada lantai bawah.
III-15
Sisa tekan pada titik keluaran yaitu:
Gedung 1 lantai = 7 mka (meter kolom air)
Gedung 2 lantai = 12 mka (meter kolom air)
Gedung 3 lantai 17 mka (meter kolom air)
Gedung 6 lantai = 22 mka (meter kolom air)
Sisa tekan tidak boleh lebih dari 22 mka; jika perlu pemompaan dihentikan
untuk lantai-lantai di atasnya.
Tekanan dalam sistem distribusi dipertahankan dengan cara:
1. Meletakkan reservoir distribusi di tengah areal (secara tidak langsung akan
mempengaruhi biaya maksimum untuk ukuran pipa). Ketika sistem
disuplai dengan sistem pompa begitu juga melalui reservoir, lokasi
reservoir berada pada akhir dari sistem.
2. Menyediakan reservoir penyeimbang (balancing reservoir). Ketika suplai
melebihi kebutuhan, air mengalir ke dalam tangki. Ketika kebutuhan
melebihi suplai, air mengalir keluar dari reservoir penyeimbang melalui
pipa. Ketika sistem distribusi didesain dengan sistem pompa, tangki
penyeimbang diletakkan pada bagian akhir sistem. Kapasitas tangki dapat
memberikan suplai selama 1 - 2 jam suplai untuk menaikkan tekanan dan
memperbaiki distribusi.
3. Untuk lokasi yang jauh, lebih baik disediakan pompa tekan daripada
menambah ukuran pipa atau tinggi reservoir untuk mempertahankan
tekanan dalam sistem.
Umumnya jarak antara instalasi pengolahan dan sambungan pelanggan
sangat panjang dan memerlukan waktu beberapa jam. Seluruh struktur dan
perpipaan sistem distribusi direncanakan dan dikonstruksikan untuk mencegah
kontaminasi, tetapi jika ada kebocoran akan terjadi kontaminasi karena tekanan
negatif. Karena itu, sistem perpipaan harus bertekanan setiap sat dan menghindari
air bersih tercemar.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah
kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan
dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan
III-16
pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan
fasilitas energi yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran
tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6 - 1,2 m/dt. 15) Ukuran
pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem
harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan
dimensi atau
ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan
agar kuantitas aliran terpenuhi.
Hal-hal yang perl diperhatikan dalam desain distribusi:
1. Peta distribusi beban, berupa peta tata guna lahan, kepadatan dan batas
wilayah. Juga pertimbangan dari kebutuhan/beban (area pelayanan).
2. Daerah pelayanan sektoral dan besar beban. Dan juga titik sentral
pelayanan (junction points).
3. Kerangka induk, baik pipa induk primer maupun pipa induk sekunder.
4. Untuk sistem induk, ditentukan distribusi alirannya berdasarkan debit jam
puncak.
5. Pendimensian (dimensioneering). Dengan besar debit diketahui, dan
kecepatan aliran yang diijinkan, dapat ditentukan diameter pipa yang
diperlukan.
6. Kontrol tekanan dalam aliran distribusi, menggunakan prinsip
kesetimbangan energi. Kontrol atau analisa tekanan in dapat dilakukan
dengan beberapa metode, disesuaikan dengan rangka distribusi.
7. Detail sistem pelayanan (sistem mikro dari distribusi) dan perlengkapan
distribusi (gambar alat bantu).
8. Gambar seluruh sistem, berupa peta tata guna lahan, peta pembagian
distribusi, peta kerangka, peta sistem induk lengkap, gambar detail sistem
mikro.
Komponen pokok sistem distribusi:
 Reservoir distribusi
 Perpipaan distribusi
III-17
Impounding Reservoir: tempat menyimpan air sementara untuk mengatasi
fluktuasi pengaliran air dari sumber air.

3.5.3 Perpipaan Distribusi


1) Penanaman Pipa
Perpipaan induk distribusi sedapat mungkin dipasang di dalam tanah.
Kedalaman tanah penutup pipa minimum ditentukan 80 cm pada kondisi
biasa dan 100 cm untuk pipa di bawah jalan. Untuk kemudahan
pemasangan dan pemeriksaan, perpipaan ini dipasang di sepanjang pinggir
jalan yang diperlukan.
2) Perlengkapan Pipa
Selain pipa distribusi, diperlukan juga perlengkapan tambahan 'untuk
pengaliran air dalam sistem ini. Perlengkapan pipa distribusi
antara lain:
a. Katup udara (air valve)
Kecuali pada jembatan pipa dan pada jalur distribusi utama yang relatif
panjang, pada umumnya peralatan in tidak diperlukan pada perpipaan
distribusi. Hal ini disebabkan karena selain pada umumnya jalur pipa
tidak terlalu panjang, juga sambungan rumah dapat berfungsi sebagai
pelepas udara yang ada di dalam pipa.

Gambar 3.6 Katup Valve pada Pipa


b. Penguras
III-18
Perlengkapan penguras diperlukan untuk mengeluarkan
kotoran/endapan yang terdapat di dalam pipa. Biasa dipasang di tempt
yang paling rendah pada perpipaan distribusi dan pada jembatan pipa.

C. Hidran kebakaran (fire hydrant)


Unit in perlu disediakan pada perpipaan distribusi sebagai tempat
(sarana) pengambilan air yang diperlukan pada saat terjadi kebakaran.
Biasa ditempatkan di tempat-tempat yang menjadi pusat
keramaian/kegiatan, seperti halnya pusat pertokoan, pasar, perumahan,
dan lain-lain. Hidran kebakaran juga bias berfungsi sebagai penguras.
Dalam hal ini penempatannya di tempat-tempat yang rendah, umumnya
dengan interval jarak 300 m, atau bergantung kepada kondisi
daerah/peruntukan dan kepadatan bangunannya. Diameter pipa
distribusi di mana unit hidran kebakaran disambungkan minimum 80
mm.
d. Stop/Gate Valve
Dalam suatu daerah perencanaan yang terbagi atas blok-blok pelayanan,
tergantung dari kondisi topografi dan prasarana yang ada, perlu
dipasang gate valve. Perlengkapan in diperlukan untuk melakukan
pemisahan/melokalisasi suatu blok pelayanan/jalur tertentu yang sangat
berguna pada sat perawatan. Biasanya gate valve dipasang pada setiap
percabangan pipa selain itu perlengkapan ini biasa dipasang sebelum
dan sesudah jembatan pipa, siphon, dan persimpangan jalan raya.
e. Perkakas (fitting)
Perkakas (tee, bend, reducer, dan lain-lain) perlu disediakan dan
dipasang pada perpipaan distribusi sesuai dengan keperluan di
lapangan. Apabila pada suatu jalur pipa terdapat lengkungan yang
memiliki radius yang sangat besar, penggunaan perkakas belokan
(bend) boleh tidak dillakukan selama defleksi pada sambungan pipa
tersebut masih sesuai dengan yang disyaratkan untuk jenis pipa
tersebut.
III-19

Gambar 3.7 Fitting untuk satu Inflow dan satu outflow

Gambar 3.8 Fitting dengan diameter berbeda


Apabila kehilangan energi yang kecil (minor losses)
diperhitungkan untuk analisis jaringan perpipaan, maka setiap
perubahan geometris pipa akan menimbulakn kehilangan energi ini
dapat diekspresikan dalam bentuk kehilangan energi yang ekivalen
terhadap seluruh kehilangan energi yang ditinjau.
f. Peralatan Kontrol Aliran
Kalau dianggap perlu, pada setiap jarak 200 - 300 m pada jalur pipa
distribusi harus dipasang alat kontrol untuk menanggulangi terjadinya
III-20
penyumbatan (clogging) dalam pipa akibat kotoran yang terendapkan.
Unit peralatan in terdiri atas gate valve dan perkakas tempat
memasukkan alat pembersih ke dalam pipa serta tempat
penggelontoran. Penempatan peralatan in harus dipilih pada tempat
yang relatif luas dan ada saluran/tempt yang lebih rendah untuk
membuang air dari penggelontoran tersebut.
g Jalur Pipa Sekunder /Tersier
Sambungan rumah/sambungan ke bangunan lain tidak boleh dilakukan
terhadap pip induk distribusi yang diameternya lebih besar dari 150
mm. Untuk itu diperlukan perpipaan sekunder/tersier yang berdiameter
80 mm atau 50 mm yang dipasang sejajar (sesuai dengan keperluan)
dengan diameter pipa induk tadi untuk tempt pemasangan sambungan
rumah tersebut Apabila pada kedua tepi jalan posisi bangunan rumah
cukup
rapat, maka diperlukan pemasangan pipa sekunder /tersier di kedua tepi
jalan tersebut untuk mengurangi terjadinya penyeberangan pipa
terhadap jalan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi /menghindarkan
kemungkinan banyaknya kebocoran yang sering/biasa terjadi pada
penyeberangan pipa akibat pecahnya pipa tersebut.
h. Juntion
Juntion adalah pertemuan lebih dari “satu inflow satu outflow”.
Untuk ilustrasi adalah seperti gambar 3.9.

Gambar 3.9 Juntion dengan satu Inflow – Dua Outflow


III-21
Pada gambar 3.9 menunjukkan suatu detal juntion dan merupakan
bagian dari sistem jaringan pipa. Sehingga titik-titik i,j,k dapat
dikatakan merupakan bagian dari system nodes yang ada pada jaringan
tersebut.

3.6 HIDROLIKA ALIRAN DALAM PIPA


Dalam penerapan sistem pipa perl memperhitungkan besarnya HGL, EGL,
pengaruh cara pemasangan pipa, jaringan pipa, tekanan air, kecepatan aliran,
debit, maupun headloss.
3.6.1 Garis Tenaga dan Garis Tekanan
Sesuai dengan prinsip Bernoulli, tinggi tenaga total di setiap titik pada
saluran pipa adalah jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan, dan tinggi
kecepatan. Garis yang menghubungkan titik tersebut dinamakan garis tenaga
(Energy Crade Line/EGL), yang digambarkan di atas tampang memanjang pipa
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.3. Perubahan diameter pipa dan tempat-
tempat tertentu di mana kehilangan tenaga sekunder terjadi ditandai dengan
penurunan garis tenaga. Apabila kehilangan tenaga sekunder diabaikan, maka
kehilangan tenaga hanya disebabkan oleh gesekan pipa.
Garis tekanan (Hydraulic Grade Line/HGL) merupakan jumlah dari tinggi
tekanan dan elevasi diukur dari garis referensi (Gambar 3.3). Garis tekanan
terletak di bawah garis tenaga sebesar tinggi kecepatan dalam pipa. Apabila di
sepanjang pipa disambung dengan tabung tegak terbuka, yang dapat dianalogikan
sebagai reservoir atau sebagai kran dalam sambungan rumah, maka zat cair di
dalam pipa akan naik dalam tabung atau reservoir atau kran tersebut. Garis yang
menghubungkan pemukaan zat air dalam media-media tersebut adalah garis
tekanan.
Berlainan dengan garis tenaga yang menurun secara teratur ke arah aliran,
garis tekanan bisa naik pada tampang yang diperbesar layaknya sebuah reservoir.
Jika tinggi kecepatan sangat kecil dibandingkan tinggi tekanan maka biasanya
tinggi kecepatan diabaikan dan garis tekanan serta garis tenaga akan berimpit
menjadi satu. Garis tekanan ini akan menunjukkan besarnya tekanan zat cair pada
III-22
setiap titik di sepanjang pipa, jarak vertikal dari pipa ke garis tekanan adalah
tinggi tekanan pada titik-titik tersebut.
Tinggi tekanan maksimum akan digunakan untuk merencanakan tebal pipa
dan sambungan-sambungannya. Apabila garis tekanan berimpit dengan pipa,
menunjukkan bahwa tekanan di dalam pipa adalah tekanan atmosfer. Apabila
garis tekanan berada di bawah pipa berarti tekanan di dalam pipa negatif. Garis
tekanan merupakan garis lurus apabila pipa lurus dan diameternya seragam.

Gambar 3.10 Garis Tenaga dan Garis Tekanan


Sumber : Tri Joko, Unit air baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum Tahun 2010

3.6.2 Tekanan Air dan Kecepatan Aliran


Jika tekanan air kurang, akan menyebabkan kesulitan dalam pemakaian
air. Sedangkan tekanan airyang berlebih dapat menimbulkan rasa sakit karena
terkena pancaran air, merusak peralatan plumbing, dan menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik pada suatu daerah
bergantung pada persyaratan pemakai atau alat yang harus dilayani. Secara mum
dapat dikatakan besarnya tekanan standar adalah 1,0 kg/cm2, sedangkan tekanan
statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 - 5,0 kg/cm2 untuk perkantoran, dan antara
2,5 - 3,5 kg/cm2 untuk hotel dan perumahan. Disamping itu beberapa macam
peralatan plumbing tidak dapat berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang
dari suatu batas minimum.
Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air, menimbulkan suara berisik, dan kadang-
III-23
kadang menyebabkan ausnya permukaan dalam dari pipa. Biasanya digunakan
standar kecepatan sebesar 0,9 - 1,2 m/detik, dan batas maksimumnya berkisar
antara 1,5 - 2,0 m/detik, sebaiknya diterapkan dalam penentuan pendahuluan
ukuran pipa. Di lain pihak, kecepatan yang terlalu rendah ternyata dapat
menimbulkan efek korosi, pengendapan kotoran yang mempengaruhi kualitas air.
3.6.2 Kehilangan Tekanan (Headloss)
Macam kehilangan tekanan adalah:
1) Major losses, terjadi akibat gesekan air dengan dinding pipa. Besarnya
dapat ditentukan dengan rumus Chezy, rumus Hazen-William, dan
sebagainya. Dalam setiap elemen pipa dari sistem jaringan, terdapat
hubungan antara kehilangan tenaga dan debit. Secara mum hubungan
tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk:
m
hf =k ∙Q …………………………………………………………..(3.1)
Dengan :
M = tergantung pada rums gesekan pipa yang digunakan
k = koefisien yang tergantung pada rums zesekan pipa dan
karakteristik pipa
Sebenarnya nilai pangkat m tidak selalu konstan, kecuali bila pengaliran
berada pada keadaan hidrolis kasar, yang sedapat mungkin dihindari. Akan tetapi
karena perbedaan kecepatan pada masing-masing elemen tidak bear, maka
biasanya nilai m dianggap konstan untuk semua elemen.
2) Minor losses, terjadi akibat perubahan penampang pipa, sambungan,
belokan, dan katup. Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pipa panjang
biasanya jauh lebih besar daripada kehilangan tenaga sekunder, sehingga
pada keadaan tersebut biasanya kehilangan tenaga sekunder diabaikan.
Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder harus diperhitungkan.
Apabila kehilangan tenaga sekunder kurang dari 5 % dari kehilangan
tenaga akibat gesekan maka kehilangan tenaga tersebut dapat diabaikan.
Untuk memperkecil kehilangan tenaga sekunder, perubahan penampang
atau belokan jangan dibuat mendadak tapi berangsur-angsur. Persamaan-
persamaan untuk minor losses dapat dirunuskan sebagai berikut:
III-24
1. Kehilangan Tekanan Akibat Masukan (entrance)

( ) …………………………………………..….(3.2)
2 2
V 2 −V 1
he=Ce ∙
2∙G
Dengan :
h e = kehilangan masukan turbulen (m)
V 2 = kecepatan dalam pipa (m/detik)
V 1 = kecepatan sebelumnya (didekatnya, m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
Ce = Koefisien kehilangan tenaga masukan
Jika V 1 = 0, maka
2. Kehilangan tekanan akibat keluaran :

( )
2 2
V 1 −V 2
ho=Co∙ ………………………………………………(3.3)
2∙g
Dengan :
ho = Kehilangan tenaga akibat keluaran (m)
V 1 = kecepatan pipa diatas keluaran (m/detik)
V 2 = Kecepatan dibawah keluaran (m/detik)
Co = Koefisien Kehilangan tekanan keluaran

( )
2
V1
Untuk keluaran air yang tenang V 2=0 ,h 0=Co ∙
2∙g
3. Kehilangan Tekanan Akibat kontraksi
2
V
hc = Cc ∙ ………………………………………………………(3.4)
2∙g
Dengan :
hc = kehilangan tinggi (m) karena kontraksi mendadak
Ce = Koefisien Kontraksi
v = kecepatan (m/detik) dalam pipa yang lebih kecil
untuk rasio diameter 1,5 Cc = 0.3, rasio diameter 2.0 Cc = 0.35, rasio
diameter 2.5 Cc 0.4 dan seterusnya.
4. Kehilangan tekanan akibat perubahan (perbesaran) penampang
2
V
he = Ce ∙ ……………………………………...………………(3.5)
2∙g
III-25
Dengan :
he = kehilangan tinggi akibat perbesaran penampang
Ce = Koefisien perubahan penampang
v = kecepatan aliran (m/detik)
Untuk Rasio diameter 1.5 Ce = 0.35, rasio diameter 2.0 Ce = 0.6, rasio
diameter 2.5 Ce = 0.75
5. Kehilangan Tekanan Akibat belokan
V2
hb = Cb ∙ …………………………..…………………………(3.6)
2∙ g
Dengan :
hb = kehilangan tinggi (m)
Cb = Koefisien kehilangan tinggi belokan
6. Kehilangan tekanan akibat adanya perkakas/aksesoris (Fitting)
2
V
hf = Cf∙ ……………………………………………...………(3.7)
2∙g
Dengan :
hf = kehilangan tenaga akibat adanya perkakas/aksesoris (m)
Cf = koefisien kehilangan tenaga karena adanya katup
Untuk Globe Valve, terbuka lebar Cf = 10
Angle Valve, terbuka lebar Cf = 5
Gate Valve, terbuka lebar Cf = 0.2
3.6.3 Analisis Jaringan Pipa Distribusi
Program Epanet merupakan suatu program yang dapat membantu dalam
merencanakan suatu sistem jaringan distribusi, dimana program ini
dapat menganalisa suatu model jaringan distribusi apakah telah sesuai dengan
perencanaan. Dalam pembuatan model, diperlukan data-data yang tepat agar
model yang direncanakan sesuai dengan kondisi di lapangan. Dengan
menggunakan model yang akurat, dapat lebih mudah mengembangakan jaringan
distribusi untuk tahun-tahun mendatang.
Program yang akan digunakan adalah Epanet versi 2.0, yang dapat
disimulasikan dengan beberapa program lain, diantaranya Autocad, GIS
(Geographic Information System), program Spreadsheet dan beberapa
III-26
program lain. Keuntungan memakai program tersebut adalah dapat mengecek
kesalahan pada saat proses input data, menampilkan analisa jaringan,
sistematis dalam pengeditan dan output dapat berupa gambar.
Dibutuhkan beberapa item untuk dapat menjalankan Epanet sehingga
didapatkan hasil yang sesuai, antara lain :
• Link : dapat berupa; pipa, pom pa atau katup kontrol.
• Node : dapat berupa; junction, tank , atau reservoir.
• Curve : menggambarkan grafik atau pola pengerjaan yang dapat
berupa kurva pompa, kurva effisiensi atau kurva volume
Data yang dibutuhkan dalam pengerjaan program Epanet antara lain:
a. Peta jaringan
b. Elevasi wilayah
c. Node/Junction
d. Panjang pipa
e. Diameter pipa
f. Jenis pipa
g. Besar debit masing-masing node
h. Faktor fluktuasi pemakaian air
Sedangkan data yang dapat dihasilhan antara lain:
a. Hidrolik head masing-masing titik
b. Tekanan air
c. Flow (aliran)
d. Velocity (kecepatan)
e. Unit headloss
f. Pipe status
Untuk menghitung kehilangan tekanan digunakan dalam rumus
Darcy Weisbach dan White Colebrook :
L V2
Darcy Weisbach : H = f ∙ ∙ ……………….…...………(3.8)
D 2∙ g
Dengan :
H = kehilangan tekanan (m kolom air)
F = koefisien gesekan
III-27
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
g = gaya gravitasi (m/detik2)
koefisien gesekan (f) dihitung dengan rumus White Colebrook :
1
√f
=−2 log
( 1
+
k
0.4 ∙ ℜ∙ √ f 3.7 ∙ D )
……………….......................………(3.9)

Dengan :
f = koefisien gesekan
k = faktor kekasaran dinding (mm)
V∙D
Re =
u
…………………………………….…...………(3.10)

Dengan :
Re = bilangan Reynold
V = kecepatan (m/detik)
D = diameter pipa (m)
v = kekentalan kinematis (m2/detik)
Dengan demikian nilai k dari setiap pipa harus dicantumkan dalam data
input. Program in menggunakan loop generator yang secara otomatis menentukan
pipa mana yang membentuk loop dan pipa mana yang berupa cabang. Dalam
menghitung persamaan-persamaan loop, program ini menggunakan metode iterasi
Hardy, dkk (1982).
Untuk setiap pipa, parameter-parameter berikut in harus diperoleh
dan ditentukan:
 nomor pipa
 simpul awal dari pipa
 simpul akhir dari pipa
 panjang pipa (m)
 diameter dalam pipa (m)
 kekasaran dining pipa (mm)
III-28
Nilai-nilai faktor kekasaran dinding pipa dalam Tabel 1.3 dapat digunakan
untuk mengas umsikan kehilangan tekanan yang disebabkan oleh bend, tee, dan
perlengkapan lainnya.
Perhitungan kehilangan tekanan akibat gesekan pada permukaan basah
pipa dapat dihitung melalui nilai kekasaran pipa C pada rumus Hazen Williams :

( )
1
Q
∆ H= 2.63
0.54
x L ………………………...………(3.11)
0.2785 ∙C ∙ D
Dengan :
Q = debit aliran (m3/detik)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
Dengan nilai C sebagaimana pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.2 Faktor kekasaran dinding pipa
Bahan Nilai k (mm) Nilai C
Pipa > 10
Baru Tahun
Pipa PVC 0.20 120 - 100 -
140 110
Pipa tembaga 0.25 120 110
Pipa Steel 0.50 120 100
Pipa Baja yang telah tua dan 1-2 120 100
berkarat
Sumber : Tri Joko, Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum 2010

3.7 Kebutuhan Air Domestik


Air merupakan kebutuhan bagi kehidupan. Semua makhluk membutuhkan
air dalam kehidupannya sehingga tapa air dapat dipastikan tidak ada kehidupan.
Keberadaan air di setiap lokasi diakibatkan oleh adanya siklus air dari laut,
genangan dan air permukaan diubah menjadi uap, kemudian menjadi awan, dan
akhirnya jatuh sebagai hujan. Air hujan sebagian masuk ke dalam tanah sebagai
air tanah, mengalir sebagai aliran permukaan, menguap, atau diserap oleh
tumbuhan atau benda-benda lain di atas tanah. Sebagian lagi hanya menggenang
dalam cekungan karena tidak dapat masuk ke dalam tanah atau mengalir di atas
tanah sebagai aliran permukaan. Air yang merupakan aliran permukaan sebagian
III-29
terbawa ke sungai dan akhirnya ke laut. Sebagian air tidak sampai ke laut karena
tertampung dalam cekungan atau danau. Air yang terhenti di cekungan, danau,
atau laut akan menguap kembali. Selain itu penguapan juga terjadi saat perjalanan
air menuju danau, sungai, dan laut. Lebih jauh dan terperinci mengenai daur
hidrologi dapat diperoleh, misalnya dalam Sri Harto (1993).
Kandungan air di udara juga sangat penting artinya bagi kehidupan. Bagi
manusia kandungan air di udara sangat signifikan pengaruhnya. Di daerah basah,
kandungan air bisa mencapai 30 gram/m° pada saat suhu udara sekitar 30°C
sebelum terjadi pengembunan (Engineering Toolbox, 2014). Pada daerah yang
sangat kering, kandungan air sangat sedikit sehingga makhluk hidup harus
menyesuaikan dengan keadaan tersebut.
Selain manusia, makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tanaman
juga membutuhkan air untuk kehidupan. Kebutuhan air untuk tanaman, ternak,
pergantian air dalam kolam tambak, dan sebagainya telah dapat diperhitungkan
oleh para ahli. Secara umum air dibutuhkan oleh berbagai makhluk hidup dengan
tingkat kebutuhan yang berbeda-beda.
Pembahasan kebutuhan air untuk semua aspek kehidupan jauh di luar
cakupan buku ini. Sesuai dengan tujuannya, buku ini hanya membahas kebutuhan
serta teknik penyediaan air untuk manusia, yang berupa air domestik atau air
untuk kebutuhan rumah tangga, nondomestik, pelayanan umum, dan industri.
3.7.1 Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air mencakup banyak hal dan sangat luas, misalnya kebutuhan
air untuk irigasi (tanaman), peternakan dan perikanan, industri, serta kebutuhan air
untuk rumah tangga. Yang dimaksud kebutuhan air domestik dalam buku ini
terbatas pada konteks keperluan rumah tangga. Industri kecil dalam rumah tangga
(skala rumah tangga) dimasukkan dalam kebutuhan rumah tanga atau domestik.
Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia yang meliputi air yang
dikonsumsi, untuk mandi, mencuci, dan berbagai bentuk kegiatan kebersihan
lingkungan lainnya. Kesehatan lingkungan dapat terwujud jika didukung oleh
kesehatan air di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, air benar-benar menjadi
faktor yang penting dalam kehidupan yang sehat.
Kebutuhan air domestik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
III-30
berikut.
a. Usia pengguna (anak, pertumbuhan dan produktif, lanjut usia) Usia
pengguna sangat menentukan jumlah dan kebutuhan air. Misalnya,
bayi atau balita hanya membutuhkan sedikit air untuk konsumsi,
mandi, dan mencuci pakaiannya. Untuk maksud yang sama, orang
dewasa membutuhkan lebih banyak air. Pada umumnya, pemakaian
air oleh manusia usia lanjut lebih sedikit karena aktivitasnya yang
cenderung berkurang.
b. Agama, budaya, dan adat istiadat/kebiasaan
Agama berpengaruh pada kebutuhan air. Sebagai contoh, misalnya
di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, air untuk
wud atau menyucikan diri sebelum salat merupakan bagian yang
cukup signifikan.
Di kota-kota besar di negara maju, sudah menjadi budaya untuk
buang air di kloset atau urinoir. Kebutuhan air untuk buang air kecil
saja bisa mencapai 10 liter (jika dilakukan di kloset) dan kurang dari 1
liter jika dilakukan di urinoir. Kebutuhan air untuk buang air besar
mencapai lebih dari 10 liter jika penggelontoran dilakukan beberapa
kali. Jika buang air kecil dan buang air besar masing-masing
dilakukan dua kali sehari saja, maka jika seluruhnya menggunakan
kloset kebutuhannya mencapai 40 liter/orang/hari (l/o/h). Di daerah
pedesaan orang bisa saja buang air di sungai atau di tempat-tempat
yang terlindung yang sama sekali tidak membutuhkan air untuk
menyiram. Di beberapa tempat masih ada WC sederhana yang tidak
memerlukan air untuk menggelontor. Kebutuhan mandi, buang air,
cuci perabot rumah tanga dan cuci pakaian juga tidak banyak.
Kebersihan pakaian dan penampilan bersih bukan merupakan hal yang
utama.
Sebagian masyarakat karena keterbatasannya masih mempunyai
kebiasaan melakukan kegiatan rumah tangga (mandi, cuci, kakus) di
sungai, di sekitar mata air, atau di selokan di sekitar mereka.
Kebiasaan tersebut membuat air di-"daur ulang" dengan lebih cepat,
III-31
yaitu digunakan dan langsung dikembalikan ke aliran sungai atau
selokan. Dilihat dari kebutuhan airnya, tetap saja mereka
membutuhkan air yang mungkin cukup banyak, tetapi karena cepat
dikembalikan ke dalam sistem, maka air tersebut dapat dipakai
kembali oleh orang lain. Pada selokan dengan debit relatif kecil,
masyarakat di sekitarnya bisa menggunakannya secara bergantian.
Dari aspek tersebut, seolah-olah kebutuhan air mereka sangat sedikit.
Perilaku ini disebabkan antara lain karena ketersediaan air yang
terbatas. Tampaknya ada kaitan yang cukup erat antara budaya
pemanfaatan air dengan ketersediaan air.
c. Ketersediaan air
Ketersediaan air mencakup kuantitas, kualitas, serta energi atau
tekanan air. Jika air tidak banyak tersedia, orang akan cenderung
hemat dan menggunakan air dengan bijaksana. Tidak jarang seseorang
harus mandi satu kali sehari atau bahkan sehari mandi sehari tidak jika
situasi tidak memungkinkan. Penghematan juga dapat dilakukan
dengan mandi hemat air, yaitu tubuh hanya dibersihkan dengan kain
basah. Dalam kondisi seperti itu, kebutuhan air untuk mandi kurang
dari 10 liter/hari. Sebaliknya, jika air berlebihan, maka pemanfaatan
air cenderung banyak, mandi pun merupakan bagian dari memanjakan
tubuh. Misalnya, berendam di bathtub, bilas dengan air hangat dan
sebagainya shingga untuk satu kali mandi dibutuhkan lebih dari 100
liter air.
d. Iklim dan Cuaca
Di daerah tropis, suhu yang relatif tinggi dan kelembapan yang
tinggi menyebabkan orang sulit berkeringat. Akibatnya, orang merasa
lebih panas. Pada kondisi tersebut orang lebih banyak memerlukan
pendinginan tubuh, misalnya dengan mandi. Perbedaan musim juga
memengaruhi kebutuhan air. Pada musim kemarau, misalnya,
kebutuhan akan air lebih bear dibanding musim hujan.
Terkait dengan kemungkinan memanaskan air untuk kebutuhan
mandi, cuci, dan kakus, penghasilan mungkin signifikan pengaruhnya.
III-32
Masyarakat dengan penghasilan yang berlebih, mampu memanaskan
air untuk kebutuhan mandi dan mencuci sehingga kebutuhan air
meningkat.
e. Harga layanan air
Banyak masyarakat yang menggantungkan penyediaan air dari
penyedia layanan air, misalnya perusahaan air minum. Harga layanan
air secara signifikan berpengaruh terhadap pemanfaatan air. Manusia
akan menyesuaikan kebutuhan airnya jika harga layanan air mulai
memengaruhi kemampuan mereka memenuhi kebutuhan air. Prioritas
pemenuhan kebutuhan dalam keluarga akhirnya membiasakan orang
untuk menggunakan air secara optimal. Harga layanan air merupakan
faktor yang berpengaruh jika masyarakat hanya dapat memperoleh air
dari layanan yang tersedia. Jika air dapat diperoleh dengan mudah
tanpa bayar layanan air, maka harga layanan air tidak menjadi faktor
penentu.
f. Tingkat Pendapatan
semakin tinggi penghasilan suatu keluarga, maka kemampuan.
Maka untuk memenuhi kebutuhan air semakin besar. Sebaliknya
golongan ekonomi lemah akan menggumakan uangnya untuk
kebutuhan yang lebih pokok. Mereka akan menghemat air atau
memperoleh air dengan cara yang lebih ekonomis walaupun.
kualitasnya tidak memuaskan. Tingkat pendapatan ini menjadi sama
sekali tidak berpengaruh jika ketersediaan air sangat melimpah. Di
daerah pegunungan yang merupakan sumber air bersih bermineral
penduduk dengan bebas dan mudah menggunakan air, bahkan tanpa
mengeluarkan biaya sedikit pun. Salah satu keterbatasan pemanfaatan
air tersebut untuk mandi hanyalah terkait dengan suhu air yang dingin.
g. Tingkat kesadaran masyarakat pada air bersih yang sehat
Semakin tinggi tingkat kesadaran ini, semakin tinggi pula
kebutuhan untuk air bersih. Misalnya, mereka akan mencuci alat-alat
rumah tangga untuk memasak dengan baik (membutuhkan air yang
lebih banyak), mandi lebih sering, dan sebagainya. Tingkat kesadaran
III-33
ini akan menggeser kesetimbangan antara kebutuhan selain air dan
kebutuhan akan air dalam keluarga.
h. Usaha atau industri rumah tangga
Keberadaan usaha rumah tanga sedikit banyak berpengaruh
pada kebutuhan air. Daerah dengan populasi yang padat dan usaha
penjualan bahan makanan (basah) akan membutuhkan air yang secara
signifikan lebih tinggi. Misalnya, usaha pemotongan hewan, hasil
pertanian dan perkebunan membutuhkan air untuk membersihkan
bahan makanan tersebut.
Selain tingkat kebutuhan perorangan yang bervariasi, penyediaan
air
minum juga perlu memperhatikan keberadaan orang atau masyarakat
saat hari kerja. Misalnya, di kota bsear, orang bekerja di pabrik, pasar,
toko, kantor, sekolah atau perguruan tinggi, terminal, dan tempat kerja
lainnya. Keberadaan mereka di tempt kerja akan sangat mengurangi
kebutuhan air rumah tangga mereka di sing hari. Dengan demikian,
kebutuhan air domestik sering kali tidak dapat dihitung berdasarkan
jumlah anggota keluarga saja karena faktor keberadaan setiap anggota
keluarga setiap harinya. Keluarga dengan 4 anggota yang semuanya
sibuk di kantor atau di sekolah sangat berbeda dengan keluarga yang
sebagian bear anggotanya berada di rumah sepanjang hari (bekerja di
rumah, misalnya berjualan, usaha kecil-kecilan, dan sebagainya).
Kantor atau tempat kerja lainnya mendapat beban tambahan lainnya,
seperti kebutuhan air minum, buang air, mandi, cuci muka, wudu, dan
kebutuhan pribadi lainnya. Yang mencolok dalam hal ini adalah
kebutuhan air minum di rumah sakit. Di erbagai rumah sakit di
Indonesia, pasien boleh ditunggu bahkan siang dan malam. Kebutuhan
air bersih satu orang pasien mencapai beberapa kali lipat kebutuhan
air satu orang shalat, yang akan dibahas lebih lanjut di bagian akhir
bab ini.
Kebutuhan yang dibahas di atas adalah kebutuhan rerata.
Kebutuhan air domestik sebenarnya sangat bervariasi bergantung pada
III-34
musim (tahunan) dan waktu (harian). Nilai maksimum dari
perbandingan antara kebutuhan air maksimum dan kebutuhan air
rerata harian adalah sekitar 1,5 (Noerbambang dan Morimura, 1985).

3.8 Kebutuhan Air Domestik Menurut Jenis Pemanfaatannya


Pada subbab sebelumnya telah ditunjukkan bahwa banyak faktor yang
memengaruhi kebutuhan air domestik sehingga kebutuhan air sangat bervariasi.
Dalam bab ini dibahas tentang kebutuhan air domestik ditinjau dari
pemanfaatannya.
Jenis pemanfaatan air domestik sangat banyak, seperti untuk mencuci
pakaian, mencuci alat rumah tangga, mencuci mobil dan kendaraan roda dua,
mandi, cuci muka, gosok gigi, buang air, memasak, minum, mencuci lantai,
menyucikan diri (wudu), cuci kaki, cuci tangan, menyiram tanaman rumah,
memberi minum ternak dan hewan peliharaan (bukan untuk tujuan peternakan),
air untuk akuarium (harus diganti tiap beberapa hari), dan kebutuhan lainnya.

3.9 Kebutuhan Air Domestik Di Beberapa Lokasi Di Indonesia Dan


Standar Untuk Perencanaan
Analisis sektor domestik merupakan aspek penting dalam menganalisis
kebutuhan penyediaan air minum di masa mendatang. Analisis sektor domestik
untuk masa mendatang dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan
penduduk pada wilayah yang akan direncanakan. Kebutuhan air domestik untuk
kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :
a. Kota Kategori I (Metropolitan)
b. Kota Kategori II (Kota Besar)
c. Kota Kategori III (Kota Sedang)
d. Kota Kategori IV (Kota Kecil)
e. Kota Kategori V (Pedesaan)
Melihat kenyataan variasi kebutuhan air minum, maka sistem jaringan air
minum harus direncanakan dengan memperhatikan budaya masyarakat setempat.
Wilayah tersebut menggunakan air PDAM. Data volume penggunaan air
didasarkan pada rekening pembayaran air PDAM.
III-35
Beberapa kasus yang dibahas di atas, menunjukkan bahwa kebutuhan air
bergantung pada berbagai aspek yang tidak selalu mengikuti kaidah tertentu. Oleh
karena itu, perencanaan jaringan air minum perlu didasarkan pada survei
kebutuhan air dan budaya pemakaian air di wilayah yang ditinjau selain standar
kebutuhan air. Pada tabel ini hubungan antara populasi dan kebutuhan air minum
tidak sepenuhnya sesuai dengan hail kajian dari General Directorate of State
Hydraulics Works . Kebutuhan air minum juga bergantung pada iklim yang
kadang-kadang lebih signifikan pengaruhnya dibanding faktor jumlah penduduk.
Direktorat Jenderal Cipta Karya memberikan kisaran kebutuhan air seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.3. Ditunjukkan bahwa kebutuhan jam puncak adalah
sekitar 168% hingga 200% dari nilai rerata harian. Kebutuhan air untuk
sambungan rumah di kota kecil adalah 130 1/o/h. Keluarga dengan anggota 4
orang membutuhkan 15,6 m3/bulan. Angka ini bisa saja dipenuhi dari SPAM
bersama-sama dengan air dari sumur lokal. Di kota bear kebutuhan air meningkat
menjadi 170 1/o/h atau 20,4 m›/bulan untuk keluarga dengan 4 warga. Bagi
keluarga kurang mampu, angka in jarang tercapai. Apabila masyarakat mash
mempunyai alternatif air sumur selain layanan dari SPAM, maka jumlah yang
tertera pada Tabel 3.3 akan dipenuhi dari PDAM dan sumur warga.
Hidran umum menyediakan kebutuhan air pokok saja, misalnya untuk
memasak (makan dan minum) serta mencuci alat-alat dapur dan alat makan-
minum, mencuci tangan dan kebutuhan terbatas untuk tujuan kesehatan.
Tabel 3.3 Kebutuhan Air minum domestik dan non domestik
No Parameter Metropolita Kota Kota Kota
n Besar Sedang Kecil
1 Target Layanan 100% 100% 100% 80%
2 Pemakaian air :      
Sambungan Rumah 190 170 150 130
Hidran Umum 30 30 30 30
3 Kebutuhan Non Domestik 15 % - 30 % dari
Industri Berat (l/s) 0,50 - 1,00 kebutuhan domestik
Industri Sedang (l/s) 0,25 - 0,50
Industri Ringan (l/s) 0,15 - 0,25
Komersial
Pasar 0,1 - 100
Hotel Lokal (l/km/hari) 400
III-36
No Parameter Metropolita Kota Kota Kota
n Besar Sedang Kecil
Hotel Internasional 1000
Sosial
Universitas (l/orang/hari) 22
Sekolah 15
Masjid (l/hari) 1000 - 2000
Rumah Sakit (l/kamar/hari) 400
Puskesmas (/hari) 1000 - 2000
Kantor (l/hari) 0,01
Militer (l/hari/ha) 10000
4 Kebutuhan Air Maksimum Kebutuhan
Rerata X 1,38
5 Kehilangan Air Sistem Baru 20 %
Kebutuhan
Rata-Rata
Kehilangan Air Sistem lama 30 % - 40 %
Kebutuhan
rerata
6 Kebutuhan Jam puncak 165 % - 200
%
Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, 1998

3.10 Fluktuasi Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan air bergantung pada musim. Pada musim kemarau, kebutuhan
air untuk menyiram tanaman, mandi, cuci, dan minum meningkat. Menurut
Direktorat Jenderal Cipta Karya, kebutuhan maksimum harian adalah 38% lebih
tinggi dari kebutuhan rerata. Kebutuhan air juga berfluktuasi secara harian.
Kebutuhan air meningkat mulai pukul 4.00 pagi dan mencapai puncak pada
sekitar pukul 6.00 pagi, di mana aktivitas warga untuk mandi, cuci, dan bersih-
bersih meningkat. Pada pukul 7.00 pagi sebagian masyarakat sudah mulai
meninggalkan rumah untuk bekerja atau kegiatan lain sehingga kebutuhan air
mulai berkurang. Aktivitas setelah itu tidak terlalu banyak membutuhkan air
sehingga kebutuhan pada pukul 8 hingga pukul 4 sore biasanya tidak terlalu
tinggi. Setelah pukul 4 sore, masyarakat mulai beraktivitas melakukan bersih-
bersih dan mandi sehingga kebutuhan air kembali meningkat. Di Indonesia
kebutuhan air pada pagi hari bisa lebih besar dari sore hari atau sebaliknya. Hal ini
terkait dengan kebiasaan masyarakat setempat dan waktu kegiatan sore hari.
III-37
Waktu kerja pagi hari hampir bersamaan sehingga masyarakat melakukan
persiapan yang bersamaan pula yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan air.
Pada sore hari waktu melakukan kegiatan lebih tersebar, yaitu pada pukul 16.00
sampai dengan pukul 19.00 sehingga puncak pada sore hari tidak setinggi pada
pagi hari. Di beberapa tempat lain kebutuhan pada pagi hari lebih tersebar karena
waktu berangkat kerja (baik ke kantor, pabrik, maupun tempat kerja lainnya atau
sekolah) tidak fokus pada jam tertentu.
P = 1,80t −0.10
p adalah perbandingan antara kebutuhan sesaat (waktu pendek antara 2
jam hingga 360 hari) terhadap kebutuhan rerata tahunan dalam persen. Dengan
persamaan tersebut, kebutuhan maksimum harian adalah 1,8 kali kebutuhan rerata
tahunan. Beberapa kebutuhan maksimum lainnya dapat dihitung seperti di bawah
ini.
Fluktuasi kebutuhan yang dibahas sesuai dengan pola hidup masyarakat.
Meskipun demikian, kadang-kadang fluktuasi kebutuhan tersebut tidak dapat
dipenuhi karena beberapa hal, misalnya ketersediaan air tidak selalu tepat dengan
waktu kebutuhan. Saat banyak orang membutuhkan (saat jam puncak), air belum
tentu tersedia, misalnya karena keterbatasan pompa, jaringan pipa, atau
terbatasnya sumber air. Dengan demikian, akan terjadi pergeseran waktu
masyarakat dalam mendapatkan air. Saat air tidak banyak dibutuhkan, masyarakat
menampung air untuk digunakan pada saat air tidak tersedia sehingga mengubah
fluktuasi kebutuhan. Dengan cara penampungan air tersebut, maka pengambilan
air dari sumber atau dari pelayanan PDAM menjadi lebih tersebar atau lebih
merata tiap harinya. Secara keseluruhan pengambilan air dari sumber atau layanan
air dari jaringan air minum saat puncak aka terkurangi (karena banyak orang yang
menggunakan air yang sudah disimpan) dan kebutuhan saat sepi (malam hari)
akan bertambah besar karena banyak orang yang menampung air.
Gambar 3.11 Grafik Fluktuasi Pemakaian Air Minum

Rata-rata
III-38

0 6 12 16 20
3.11 Ketersediaan Air
Ketersediaan air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan
air minum. Ketersediaan air terkait erat dengan jumlah, kualitas, waktu
ketersediaan, energi, keberlanjutan, lokasi, elevasi, dan fluktuasi yang dipelajari
dalam ilmu tentang sumber daya air. Sumber daya air (mengacu arti sumber daya
alam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia) dapat diartikan sebagai 'potensi air
yang dapat dikembangkan untuk proses produksi’. Dalam hal ini, proses produksi
juga dapat diartikan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dan lingkungan.
Dapat dikatakan bahwa sumber daya air meliputi air dan nilainya serta potensi
kemanfaatan, konservasi, serta daya rusaknya pada kehidupan dan lingkungannya,
misalnya terkait dengan energi air tersebut. Agar tidak rancu dan tidak terlalu
meluas, perlu dinyatakan bahwa buku ini tidak membahas sumber daya air atau
teknik sumber daya air, tetapi hanya sebagian dari air dan potensinya sebagai air
minum serta teknik penyediaannya. Ketersediaan air di bumi secara total sangat
melimpah. Lautan, danau,dan sungai-sungai adalah sumber air yang segera
tampak menjanjikan akan ketersediaan air. Meskipun demikian, ternyata air yang
dapat digunakan untuk kehidupan manusia mempunyai berbagai macam syarat
sehingga
tidak semua air dapat langsung digunakan. Air laut, misalnya, tidak langsung
dapat dianggap sebagai air yang tersedia bagi kehidupan manusia, tetapi perlu
diproses lebih dahulu. Proses tesebut memerlukan biaya yang relatif mahal.
Darmanto (2007) menyebutkan bahwa keterdiaan air perlu dipahami
sebagai “modal alami” yang keberadaannya di suatu tempat dipengaruhi oleh
kondisi : hidrometeorologi, topografi, geologi, hidraulik, dan geografi. Semua hal
itu secara bersama membentuk ekosistem yang spesifik dan kodratis yang harus
diterima apa adanya (given). Dengan kata lain, usaha-usaha manusia dalam
kerangka penyediaan air akan lebih fokus pada pengelolaan air sejak konversi
III-39
sumber daya, distribusi, pemanfaatan, dan pengolahannya kembali untuk dapat
diterima dalam ekosistemnnya.
Usaha untuk menjaga keberadaan sumber daya air secara kuantitas dan
kualitasnya tidak dapat mengikuti pertambahan penduduk pada umumnya.
Dengan kecenderungan tersebut, dapat dipastikan bahwa pada suatu saat air akan
menjadi barang mahal.
Permasalahan kelangkaan air di suatu daerah, kebutuhan energi untuk
memperoleh air, kualitas air yang tidak memenuhi syarat merupakan gap atau
pemisah antara ketersediaan dan kebutuhan. Untuk menjembatani gap tersebut
diperlukan teknik dan teknologi serta manajemen yang baik. Teknik dan teknologi
serta manajemen tersebut sat ini sudah sangat berkembang dan banyak macamnya.

3.12 Kebutuhan Air Non Domestik


Analisis faktor non domestik dilaksanakan berpegangan pada analisis data
pertumbuhan penduduk terakhir dan fasilitas-fasilitas sosial ekonomi yang ada
pada wilayah perencanaan. Kebutuhan air non domestik menurut kriteria
perencanaan pada Dinas PU dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

3.12 Jaringan Transmisi dan Distribusi Penyediaan Air Minum


Jaringan transmisi dan distribusi dalam penyediaan air minum mempunyai
perbedaan dalam sifatnya. Jaringan transmisi dimulai setelah air baku diolah, atau
sebelum diolah ditransmisikan ke lokasi pengolahan, selanjutnya didistribusikan
kepada pelanggan. Kualitas air dalam jaringan transmisi bisa berupa air minum
atau berupa air baku yang siap diolah menjadi air minum. Dengan sifat seperti itu,
jaringan transmisi dapat berupa saluran terbuka jika kualitas air yang
ditransmisikan masih sebagai air baku. Jika air yang ditransmisikan akan langsung
didistribusikan, maka jaringan transmisi harus berupa saluran bertekanan (pipa)
untuk menjaga kualitas air di dalamnya. Jaringan distribusi merupakan jaringan
pipa bertekanan yang bisa berupa jaringan bercabang (terbuka) maupun jaringan
tertutup (loop). Jaringan distribusi diusahakan efisien, tetapi masih perlu menjaga
keberlangsungan layanan air secara kontinu (misalnya saat perbaikan jalur pipa).
III-40
Sangat berbeda dengan saluran terbuka, saluran dalam pipa adalah saluran
bertekanan. Saluran bertekanan mempunyai arti bahwa air di dalam saluran
tersebut mempunyai tekanan melebihi tekanan atmoster. Dengan kata lain karena
tekanan adalah bentuk energi, maka saluran dalam pipa mengalirkan air dengan
energi lebih besar dari energi air di luar pipa tersebut. Lebih jauh dapat dikatakan
bahwa saluran pipa dapat mengalirkan air tanpa harus membuang seluruh energi
air yang dialirkan. Sebagian energi air tersebut disimpan dalam bentuk tekanan.
Pipa merupakan komponen utama dalam jaringan perpipaan yang
menghubungkan sumber air dengan pelanggan. Jaringan perpipaan dapat
diklasifikasikan menjadi jaringan transmisi dan distribusi. Jaringan transmisi
umumnya menghubungkan antara sumber air dengan suatu lokasi di dekat daerah
distribusi. Panjang jaringan pipa transmisi bergantung pada jarak sumber air
dengan daerah distribusi.
Seperti halnya dengan saluran terbuka, sepanjang pipa transmisi dipasang
katup pengontrol aliran. Pada saluran pipa, kadang diperlukan bak pelepas tekan
(atau katup pereduksi tekanan) sepanjang pipa transmisi. Bak pelepas tekan
diperlukan apabila tekanan yang tersimpan dalam air terlalu besar sehingga
dikhawatirkan pipa akan pecah. Alat kontrol dan alat ukur lebih banyak terdapat
pada jaringan distribusi. Alat-alat tersebut digunakan sebagai alat kontrol,
pengaturan aliran, dan tekanan, serta monitoring jaringan. Ujung jaringan
distribusi selalu diakhiri dengan meter air, yaitu alat untuk mengukur volume air
yang masuk ke pelanggan.
Pemanfaatan pipa untuk pengaliran air minum sangat menguntungkan
karena berbagai alasan, seperti keamanan terhadap polusi, pencurian, tekanan
(sisa tekanan pada pelanggan), dan sebagainya. Kecepatan aliran dalam pipa
transmisi Ductile Cast Iron Pipe atau DCIP diperkenankan lebih tinggi dibanding
pada pip PVC kemungkinan didasarkan pada mitigasi terhadap gelombang
tekanan palu air. Semakin bear kecepatan aliran dalam pipa, semakin besar pula
tekanan palu air yang mungkin terjadi Pipa PVC relatif tidak kuat dibanding pipa
DCIP sehingga kurang mampu menahan palu air yang besar. Dengan demikian,
wajar jika kecepatan pada pipa DCIP diperkenankan lebih tinggi dibanding
kecepatan pada pipa DCIP.
III-41
Namun, perlu juga dipertimbangkan bahwa elastisitas pipa PVC lebih
besar dibanding pipa DCIP yang membuat palu air pada pipa DCIP akan lebih
tinggi dibanding pada pipa PVC untuk kecepatan air yang sama. Dengan
demikian, walaupun pipa DCIP lebih mampu menahan tekanan palu air, tetapi
karena tekanan palu air pada pipa DCIP lebih tinggi, maka sebenarnya pemakaian
kecepatan tinggi pada pipa DCIP dapat membahayakan pipa. Kecepatan aliran
dalam pipa sekitar 6 m/s relatif tinggi. Dengan kecepatan tersebut kehilangan
kemiringan garis energi relatif besar.
Tekanan air dalam pipa dibatasi sampai 8 atau 10 atm berturut-turut untuk
PVC dan DCIP. Dengan tambahan palu air tekanan ini akan meningkat tajam dan
membahayakan pipa. Jadi, walaupun kriteria pipa transmisi dan distribusi
memperkenankan kecepatan dan tekanan relatif tinggi, tetapi keamanan pipa harus
tetap dihitung oleh perencana.
Tabel 3.4 Kriteria Pipa transmisi dan distribusi menurut Kepmenpu No.18
Tahun 2007
N Uraian Kriteria Pipa Kriteria Pipa Distribusi
o Transmisi
1 Debit Perencanaan (Qmaks) Fmaks ×Rerata Fmaks × Qrerata
2 Faktor Harian Maksimum (Fmaks) 1,10-1,50 1,15-3
3 Jenis Saluran Pipa atau -
saluran Terbuka
4 Kecepatan Aliran dalam pipa    
a) Kecepatan Minimum (Vmin) 0,3-0,6 m/detik 0,3-0,6 m/detik
b) Kecepatan Maksimum (Vmaks)
PVC 3,0-4,5 m/detik 3,0-4,5 m/detik
DCIP 6,0 m/detik 6,0 m/detik
5 Tekanan air dalam pipa    
a) Tekanan Minimum (Hmin) 1 Atm 0,5-1,0 atm, pada titik
jangkauan terjauh
b) tekanan maksimum (Hmaks)    
Pipa PVC 0,6 m/detik 6-8 Atm
Pipa DCIP 10 atm 10 Atm
Pipa PE 100 12,4 Mpa 12,4 Mpa
Pipa PE 80 9,0 Mpa 9,0 Mpa
Sumber :Kementerian PUPR No. 18 Tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai