A. PRETEST
Untuk Lembar Kerja Mahasiswa ini tidak ada kegiatan pretest.
B. PENDAHULUAN
Logika (logic) berasal dari kata bahasa yunani “logos”, yang jika diterjemahkan
kedalam bahasa inggris bermakna “word” atau “speech”. Sehingga definisi logika
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau berkaitan dengan prinsip penalaran
argument yang valid.
Para pakar sepakat bahwa logika adalah studi tentang kriteria – kriteria untuk
mengevaluasi argument-argumen dengan menentukan mana argument yang valid
dan mana argument yang tidak valid, juga membedakan mana argument yang baik
dan yang tidak baik.
Logika juga dapat dipahamai sebagai sistem formal yang menjelaskan peranan
sekumpulan rumus-rumus ataupun sekumpulan aturan untuk derivasi. Derivasi
artinya adalah pembuktikan validitas argument yang kuat dengan didukung
kenyataan bahwa kesimpulan yang benar harus diperoleh dari premis yang benar.
C. ARGUMEN
Argumen adalah kumpulan pernyataan (premis) dan diikuti oleh kesimpulan yang
selaras dengan premis-premisnya. Adapun bentuk argument berupa sekumpulan
pernyataan yang terdiri dari premis-premis dan diikuti satu kesimpulan. Terdapat 2
(dua) nilai logika argumen yaitu logis kuat (logically sound) dan logis tidak kuat
(fallacy).
Contoh 1:
1
Pada contoh 1, kalimat 1 dan 2 disebut sebagai premis, diikuti oleh kalimat 3 yang
disebut kesimpulan. Jika premis-premis bernilai benar, maka kesimpulan juga harus
benar sehingga argumen dikatakan sebagai argumen yang logis kuat. Jadi, tidak
mungkin jika premis-premis bernilai benar diikuti oleh kesimpulan yang bernilai
salah, atau sebaliknya, tidak mungkin premis-premis yang bernilai salah diikuti oleh
kesimpulan yang bernilai benar. Contoh 1 menunjukkan argumen yang logis kuat.
Contoh 2:
Pada contoh 2, secara nalar argumen tersebut memenuhi kaidah bahwa sebuah
argument tersusun atas premis-premis dan diikuti dengan kesimpulan. Akan tetapi
melihat konteks kalimat, maka argumen tersebut akan dinilai tidak logis karena
premis 1 bernilai salah. Jika premis 1 bernilai salah, meskipun premis 2 bernilai salah,
maka kesimpulan yang dihasilkan tidak mungkin bernilai benar.
D. SEJARAH LOGIKA
Logika pertama kali dikenal sebagai logika klasik, diperkenalkan oleh aristoteles
(384-322 BC). Aristoteles mengembangkan aturan penalaran silogistik yang benar.
Menurutnya silogisme adalah bentuk argumen yang terdiri dari pernyataan dengan
salah satu atau keempat bentuk berikut:
2
a. Semua A adalah B (universal affirmative)
b. Tidak A adalah B (universal negative)
c. Beberapa A adalah B (particular affirmative)
d. Beberapa A adalah tidak B (particular negative)
Variabel A dan B dapat digantikan dengan suatu benda atau obyek yang kemudian
disebut sebagai terms of syllogism. Sebuah silogisme dinyatakan sempurna (well
formed syllogism) jika memiliki dua buah premis dan satu kesimpulan, dengan
masing-masing premis dan kesimpulan memiliki satu term.
Logika modern atau logika simbolik dikembangkan oleh de Morgan (1806-1871) dan
George Boole (1815-1864). Logika modern mengenalkan simbol-simbol untuk
kalimat yang lengkap dan perangkai-perangkai seperti “dan”, “atau”, “jika-maka”,
“jika dan hanya jika” serta perangkai/operator lainnya.
Logika modern dijadikan dasar pembuatan aljabar boole yang dikembankan oleh
George Boole dan menjadi dasar teori tentang pengembangan komputer digital serta
microprosesor yang banyak digunakan saat ini.
Logika dalam bentuk dasar hanya memiliki satu dari dua nilai yakni:
Logika matematika yang menangani bentuk logika 2 (dua) nilai (benar atau salah)
adalah:
a. Logika Proposisional
Merupakan logika ini berfokus pada pernyataan-pernyataan yang termasuk
proposisi. Proposisi adalah pernyataan-pernyataan yang ada di dalam sebuah
argumen dan memiliki dapat dinilai benar atau salah. Untuk mengetahui benar
atau salah dari sebuah proposisi bisa dilakukan dengan mempertanyakan
proposisi tersebut: “Apakah nilainya benar atau salah?”
Contoh 3: Proposisi
1. Jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta orang.
2. Ibukota Indonesia adalah Jakarta.
3. Matahari terbit dari timur.
4. Malaria disebabkan bukan disebabkan oleh nyamuk.
3
Contoh 4: Bukan Proposisi
1. Angka 13 adalah angka keberuntungan.
2. Warna hijau berarti kebahagiaan.
3. Tami, tutup pintu depan!
4
Proposisi tunggal:
Pernyataan: "Saya belajar bahasa Python."
Simbolisasi: P = "Saya belajar bahasa Python."
Konjungsi (dan):
Pernyataan: "Saya belajar bahasa Python dan saya belajar matematika diskrit."
Simbolisasi: P = "Saya belajar bahasa Python." Q = "Saya belajar matematika
diskrit." Proposition : P ∧ Q (P dan Q)
Disjungsi (atau):
Pernyataan: "Saya belajar bahasa Python atau saya belajar matematika diskrit."
Simbolisasi: P = "Saya belajar bahasa Python." Q = "Saya belajar matematika
diskrit." Proposition : P ∨ Q (P atau Q)
Negasi (tidak):
Pernyataan: "Saya tidak belajar bahasa Python."
Simbolisasi: P = "Saya belajar bahasa Python." Proposition : ¬P (tidak P)
Implikasi (jika...maka):
Pernyataan: "Jika saya belajar bahasa Python, maka saya dapat membuat aplikasi
web."
Simbolisasi: P = "Saya belajar bahasa Python." Q = "Saya dapat membuat aplikasi
web." Proposition : P → Q (Jika P maka Q)
b. Logika Predikat
Logika predikat adalah cabang dari logika matematika yang memperluas logika
proposisi dengan memungkinkan untuk mempelajari properti dan hubungan
antara objek yang terlibat dalam pernyataan. Ini melibatkan konsep-konsep
seperti variabel, kuantifikasi (universal dan eksistensial), fungsi, dan relasi.
Pernyataan-pernyataan yang tidak termasuk proposisi dan tidak dapat
5
diproses dalam logika proposisi akan diproses oleh logika predikat. Logika ini
berfokus pada predikat yang menyertai suatu pernyataan dalam kalimat.
E. LOGIKA PROPOSISI
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proposisi adalah setiap pernyataan yang
hanya memiliki satu nilai benar atau salah disebut sebagai proposisi. Logika proposisi
adalah logika yang menangani, memproses atau memanipulasi penarikan
kesimpulan secara logis dari proposisi-proposisi yang digunakan.
Contoh 6: Proposisi
Kedua kalimat pada Contoh 6 tersebut berbeda secara bahasa: kalimat 1 hanya
terdiri dari subyek dan predikat; kalimat kedua terdiri atas subyek, predikat dan
keterangan. Meskipun demikian dalam proposisi tidak dianggap sebagai masalah
selama pernyataan tersebut memiliki nilai benar atau salah.
Agar dapat lebih memahami konsep kalimat proposisi dan bukan kalimat proposisi,
perhatikan Contoh dibawah ini:
Contoh 7:
6
4. 4 adalah bilangan prima. (Proposisi Salah).
5. 5x12=90. (Proposisi Salah).
6. Dimanakah letak pulau bali? (Bukan Proposisi)
7. Pandaikah dia? (Bukan Proposisi)
8. Andi lebih tinggi daripada Tina. (Bukan Proposisi)
9. 3x-2y=5x+4. (Bukan Proposisi)
10.x+y=2. (Bukan Proposisi)
Kalimat proposisi juga dapat digabungkan dengan kalimat proposisi lainnya sehingga
membentuk kalimat proposisi majemuk. Seperti pada contoh berikut:
Contoh 8:
Anda harus belajar dengan rajin atau Anda akan gagal dalam studi
Contoh 9:
Sekilas jika merujuk pada maksud kalimat, maka kalimat pada Contoh 9 dianggap
sebagai proposisi atomik. Namun, ketika diuraikan kalimat tersebut merupakan
proposisi majemuk yang terdiri atas:
Kalimat proposisi atomik tersebut dirangkaikan dengan perangkai “dan”. Selain itu
perhatikan juga penggunaan negasi yang mengecoh karena penggunaan lawan kata.
Negasi merupakan nilai kebalikan dari suatu kalimat proposisi. Perhatikan contoh
berikut:
Contoh 10:
7
1. Ahmad kenyang
2. Ahmad tidak lapar
3. Ahmad tidak kenyang
4. Ahmad lapar
Keempat kalimat tersebut bukanlah kalimat yang sama, dan juga bukan lawan kata
dari salah satu kalimat lainnya. Keempat kalimat tersebut merupakan kalimat
proposisi yang menggunakan unary operator (satu operator) yakni pada kalimat 2
dan 3 pada Contoh 10 diatas. Jika ditelaah kalimat proposisi Ahmad tidak lapar
merupakan negasi dari kalimat proposisi Ahmad lapar, demikian halnya kalimat
proposisi Ahmad tidak kenyang merupakan negasi dari kalimat proposisi Ahmad
kenyang.
Berdasarkan uraian di atas, pemberian nilai (value) pada kalimat proposisi sebelum
disimbolisasikan sangat penting untuk menguatkan konteks kalimat tersebut.
Pemberian nilai pada kalimat proposisi berupa nilai True (T) dan False (F) sangat
bergantung pada pengetahuan manusia di dunia nyata. Padahal tidak ada satupun
yang bersifat mutlak di dunia nyata. Perhatikan contoh berikut:
Contoh 11:
Jika Malang adalah kota madya, maka Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa
Timur
Kalimat tersebut dapat memiliki nilai benar (True), jika mengetahui informasi tentang
Malang, Surabaya, Jawa Timur, kota madya dan ibukota. Akan tetapi bagi mereka
yang tidak mengetahui informasi tersebut, misalnya warga negara asing, maka bisa
saja nilai dari kalimat proposisi tersebut adalah salah (False). Dengan demikian perlu
mengubah kalimat proposisi ke dalam bentuk simbol yang dikenal dengan istilah
variabel, untuk menghindari penafsiran berbeda terhadap nilai suatu kalimat.
Pemberian nilai dapat dilihat pada Contoh 12.
Contoh 12:
1. Ahmad kenyang
2. Ahmad lapar
3. Ahmad tidak kenyang
4. Ahmad tidak lapar
§ A = Ahmad kenyang
8
§ B = Ahmad lapar
§ ¬A = Ahmad tidak kenyang
§ ¬B = Ahmad tidak lapar
F. POSTTEST
1. Manakah dari pernyataan berikut yang merupakan proposisi? Jelaskan
alasannya.
a. Apakah hari Minggu ini akan turun hujan?
b. Dino pergi ke luar kota.
c. Jangan keluar malam-malam, berbahaya!
d. Mendung tak berarti hujan.
e. Angka 8 termasuk bilangan ganjil.
f. Mesir terletak di Benua Asia.
3. Tentukan manakah dari kalimat berikut yang atomik dan majemuk. Jika
majemuk, uraikan menjadi atomik.
a. Nia dan Fitri berjalan-jalan di taman.
b. Dika sedang mengerjakan tugas, demikian juga dengan Faris.
c. Yogyakarta terkenal dengan budaya dan kulinernya.
d. Lian dan Budi tidak hadir di rapat koordinasi praktikum.
e. Jakarta dipimpin oleh seorang gubernur.
f. Angka 8 bukan merupakan bilangan atau angkat 8 bukan bilangan ganjil.