Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Ashabul Furud


Secara bahasa (etimologi), kata fardh mempunyai beberapa arti yang berbeda yaitu al-qath
ketetapan yang pasti, at-taqdir ketentuan dan al-bayan penjelasan. Sedangkan menurut
istilah (terminologi), fardh ialah bagian dari warisan yang telah ditentukan. 1[1]
Pada umumnya ahli waris ashab al furud adalah perempuan semantara ahli waris laki-laki
menerima bagian sisa ( asabah) kecuali bapak,kakek,dan suami.
Ada pun bagian-bagian yang di terima oleh ashabah al-furud adalah sebagai berikut:
a. Anak perempuan,berhak menerima bagian :
jika tidak ada anak laki-laki
2/3 jika dua orang atau lebih,tidak bersama anak laki-laki
b. Cucu perempuan garis laki-laki berhak menerima bagian:
jika tidak bersama cucu lakidan tidak mahjub.
2/3 Jika dua orag atau lebih,tidak bersama dengan cucu laki-laki dan tidak mahjub.
1/6 sebagai penyempurna 2/3 (takmilah li al-sulusain),jika bersama dengan seorang anak
perempuan,tidak ada cucu laki-laki dan tidak mahjub. Jika anak perempuan dua orang atau lebih
maka ia tidak mendapat bagian.
c. Ibu berhak menerima bagian :
1/3 jika tidak ada anak atau cucu (faru waris) atau saudara dua orang atau lebih .
1/6 jika ada faru waris atau bersama dua orang saudara atau lebih.
1/3 sisa,dalam masalah gbarrrawain yaitu ahli waris yang ada terdiri dari : suami/istri,ibu dan
bapak.
d. Bapak berhak menerima bagian:
1/6 jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki garis laki-laki.
1/6+ sisa,jika bersama cucu perempuan atau anak perempuan garis laki-laki.
Jika bapak bersama ibu maka:
Masing-masing menerima 1/6 jika ada anak,cucu atau saudara dua orang atau lebih.
1/3 untuk ibu,bapak menerima sisanya,jika tidak ada anak ,cucu saudara dua orang atau lebih.
e. Nenek jika tidak mahjub berhak menerima bagian :
1/6 jika seorang ;
1/6 dibagi rata apabila nenek lebih ddari seorang dan sederajat kedudukannya.
f. Kakek,jika tidak mahjub, berhak menerima bagian :
1/6 jika bersama anak laki-laki atau cucu laki garis laki-laki;
1/6+ sisa jika bersama anak atau cucu perempuan dari garis laki-laki tanpa ada anak laki-laki;
1/6 (bagi rata) dengan saudara sekandung atau se ayah,setelah di ambil untuk ahli waris lain;

1
1/3 bersama saudara sekandung atau se ayah,jika tidsk ada ahli waris lain. Masalah ini di sebut
dengan al-jadd maa al-ikbwah ( kakek bersama saudara-saudara).
1/2 jika tidak bersama laki-laki sekandung.
2/3 jika dua oran gatau lebih ,tidak bersama dengan laki-laki sekandung
g. Saudara perempuan sekandung,jika tidak mahjub berhak menerima bagian :
1/2 jika seorang, tidak bersama saudara laki-laki sekandung;
2/3 jika dua orang atau lebih, tidak bersama saudara laki-laki sekandung
h. Saudara perempuan seayah, jika tidak mahjub berhak menerima bagian :
1/2 jika seorang tidak bersama laki-laki seayah;
2/3 jika dua orang atau lebih bersama saudara laki-laki seayah;
1/6 jika bersama dengan saudara perempuan sekandung seorang, sebagai pelengkap 2/3
(takmilab li al-sulusian)
i. Saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan kedudukannya sama. Apabila tidak mahjub,
saudara seibu berhak menerima bagian :
1/6 jika seorang
1/3 jika dua orang atau lebih ;
Bergabung menerima bagian 1/3 dengan saudara kandung ,ketika bersama-sama dengan ahli
waris suami dan ibu atau sering di sebut musyarakah.

j. Suami berhak menerima bagian :


1/2 jika istrinya meninggal tidak mempunyai anak atau cucu;
1/4 jika istrinya meninggal mempunyai anak atau cucu.
k. Istri berhak menerima bagian :
1/4 jika suami meninggal tidak memiliki anak atau cucu
1/8 jika suami meninggal mempunyai anak atau cucu.2[2]

Jika seluruh ahli waris tersebut di atas ada semua ,maka tidak seluruhnya menerima bagian.
Karena ahli waris yang dekat hubungan kekerabatannya,menghijab ahlin waris yang jauh. Maka
dari mereka itu,ahli waris yang daoat menerima bagian adalah:
Anak perempuan 1/2
Cucu perempuan garis laki-laki 1/6
Ibu 1/6
Bapak 1/6+sisa
Istri/ suami 1/8atau
Apabilla ahli waris laki-laki dan perempuan seluruhnya berkumpul, maka mendapat bagian
adalah:

2
Anak perempuan dan anak laki-laki bersama-sama menerima sisa
Ibu 1/6
Bapak 1/6
Suami atau istri 1/4 atau 1/8

Ashabul furud ada dua macam:


1. Ashabul furudh sababiyyah
Yaitu ahli waris yang disebabkan oleh ikatan perkawinan. Yakni:
- Suami
- Isteri
2. Ashabul furudh nasabiyyah
Yaitu ahli waris yang telah ditetapkan atas dasar nasab. Yakni:
- Ayah
- Ibu
- Anak perempuan
- Cucu perempuan dari garis laki-laki
- Saudara perempuan sekandung
- Saudara perempuan seayah
- Saudara laki-laki seibu
- Saudara perempuan seibu
- Kakek shahih
- Nenek shahih.

Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut:


a) Yang mendapat dua pertiga (2/3)
1. Dua anak perempuan atau lebih, bila tidak ada anak laki-laki.
2. Dua anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, bila anak perempuan tidak ada.
3. Saudara perempuan sebapak, dua orang atau lebih.
b) Yang mendapat setengah (1/2)
1. Anak perempuan kalau dia sendiri
2. Anak perempuan dari anak laki-laki atau tidak ada anak perempuan
3. Saudara perempuan seibu sebapak atau sebapak saja, kalau saudara perempuan sebapak seibu
tidak ada, dan dia seorang saja
4. Suami bila isteri tidak punya anak
c) Yang mendapat sepertiga (1/3)
1. Ibu, bila tidak ada anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak ada pula dua
orangsaudara
2. Dua orang saudara atau lebih dari saudara seibu.
d) Yang mendapat seperempat (1/4)
1. Suami, bila istri ada anak atau cucu
2. Isteri, bila suami tidak ada anak dan tidak ada cucu. Kalau isteri lebih dari satu makadibagi
rata.
e) Yang mendapat seperenam (1/6)
1. Ibu, bila beserta anak dari anak laki-laki atau dua orang saudara atau lebih.
2. Bapak, bila jenazah mempunyai anak atau anak dari laki-laki.
3. Nenek yang shahih atau ibunya ibu/ibunya ayah.
4. Cucu perempuan dari anak laki-laki (seorang atau lebih) bila bersama seorang anak
perempuan. Bila anak perempuan lebih dari satu maka cucu perempuan tidak mendapatharta
warisan.
5. Kakek, bila bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, dan bapak tidak ada.
6. Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih), bila beserta saudara perempuan seibu
sebapak. Bila saudara seibu sebapak lebih dari satu, maka saudara perempuan sebapak tidak
mendapat warisan.
f) Yang mendapat seperdelapan (1/8)
Isteri (satu atau lebih), bila ada anak atau lebih.

Jika ahli waris dzaw al-furudh, sendirian maka ia memperoleh bagian sesuai hak yang telah
ditentukan. Tetapi jika lebih dari satu orang, maka ia mengambil sesuai bagian yang telah
ditentukan, dan kemudian dijumlahkan misalnya ahli waris itu sendiri dari: anak perempuan, ibu
dan istri maka pembagiannya:
untuk anak perempuan = 6/24
untuk ibu 1/6 = 4/24
untuk istri 1/8 = 3/24
jumlah 19/24 3[3]

B. Furudhul Muqaddarah
Kata al-furud adalah bentuk jamak dari kata fard artinya bagian (ketentuan). Al-Muqaddarah
artinya ditentukan. Jadi al-furud al-muqaddarah adalah bagian-bagian yang telah ditentukan oleh
syara bagi ahli waris tertentu dalam pembagian harta peninggalan. Bagian itulah yang akan
diterima ahli waris menurut jauh dekatnya hubungan kekerabatan.
Furudhul Muqaddarah ada enam macam :
1. Dua pertiga (2/3)
2. Setengah (1/2)
3. Sepertiga (1/3)
4. Seperempat (1/4)
5. Seperenam (1/6)
6. Seperdelapan (1/8)

Dasar hukumnya adalah firman Allah surat an-Nisa ayat 11-12, yang berbunyi:
''Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.Yaitu : bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu
semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan;
jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta.
Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika
yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah
dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.
Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.(11) Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
3
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka
kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang
mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya.
Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai
anak.Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang
kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-
hutangmu.
Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan
tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang
saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu
seperenam harta.
Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya
dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris).(Allah menetapkan yang demikian itu
sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Penyantun(12)''. (Q.S. An-Nisa:11-12).

C. Ashabah
Asabah adalah bagian sisa setelah diambil oleh ahli waris ashab al-furud. Sebagai penerima
bagian sisa, ahli waris ashabah terkadang menerima bagian banyak (seluruh harta warisan),
terkadang menerima sedikit, tetapi terkadang tidak menerima bagian sama sekali, karena habis
diambil ahli waris ashab al-furud.
Jadi , asabah adalah semua ahli waris yang tidak mempunyai bagian tetap dan tertentu baik
yang di atur dalam al-quran maupun hadis. Mereka terdiri dari
1. Anak laki-laki
2. Anak laki-lakinya anak laki-laki ( cucu laki-laki dari anak laki-laki)
3. Saudara kandung
4. Saudara seayah
5. Saudara ayah sekandung

Di dalam pembagian sisa harta warisan, ahli waris yang terdekatlah yang lebih
dahulumenerimanya. Konsekuensi cara pembagian ini, maka ahli waris ashabah yang peringkat
kekerabatanya berada dibawahnya tidak mendapatkan bagian.Dasar pembagian ini adalah
perintah Rasulullah SAW:

berikanlah bagian-bagian tertentu kepada ahli waris yang berhak, kemudian sisanya untuk ahli
waris laki-lakiyang utama (Muttafaq alaih).
Didalam kitab ar-Rahbiyyah, ashobah adalah setiap orang yang mendapatkan semua harta
waris, yang terdiri dari kerabat daan orang yang memerdekakan budak, atau yang mendapatkan
sisa setelah pembagian bagian tetap.

Para fuqoha telah menyebutkan tiga macam kedudukan ashobah, yaitu:


1. Ashobah binafsihi
Ialahorang yang menjadi asabah karena dirinya sendiri.Jumlah mereka adalah: Anak laki-laki,
cucu laki-laki dari anak laki-laki dan generasi dibawahnya, bapak dan kakek serta generasi
diatasnya, saudara kandung, saudara sebapak, anak laki-laki saudara kandung, anak laki-laki
saudara sebapak dan generasi dibawahnya, paman kandung, paman sebapak, anak laki-laki
paman kandung, anak laki-laki paman sebapak.

Adapun kelompok asabah binafsih yang di utamakan satu sam lain terdiri atas 4 macam sesuai
urutan berikut:
1. Cabang furu orang yang meninggal (jihat bunuwwah), yaitu anak laki-laki, dan cucu laki-laki
dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah.
2. Pokok/usul orang yang meninggal (jihat bunuwwah), yaitu meliputi ayah, kakek (bapaknya
bapak), dan seterusnya ke atas.
3. Hawasyi atau kerabat menyamping orang yang meninggal (jihat ukhuwah), yaitu meliputi
saudara laki-laki sekandung, saudara lak-laki seayah. Kemudian anak saudara laki-laki seayah
terus ke bawah.
4. Kerabat menyamping yang jauh (jihat umamah), yaitu keterunan dari kakek si pewaris betapa
jauhnya, seperti saudara laki-laki ayah kandung dan anak laki-laki mereka saudara laki-laki ayah
seayah dan anak laki-laki mereka.

2. Ashobah bighairihi
Ialahorang (perempuan) yang menjadi asabah karena dibawa oleh orang (laki-laki) lain yang
sederajat dan seusbah. Mereka adalah:
a. Satu anak perempuan atau lebih, yang ada bersama anak laki-laki.
b. Satu cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih, yang ada bersama cucu laki-laki dari anak
laki-laki.
c. Satu orang perempuan kandung atau lebih yang ada bersama saudara kandung.
d. Satu orang saudara perempuan sebapak atau lebih yang ada bersama saudara laki-laki sebapak.

Orang yang menjadi ashabah dengan orang lain atau ashabah bil ghair sama seperti orang
yang menjadi ashabah dengan dirinya sendiri dalam dua hukum terakhir,yaitu sama-sama
menerima mengambil bagian yang tersisa ,setelah pembagian tetap. Apabila ash-habul furudh
mengambil semua harta waris,ia tidak mendapatkan apa-apa. Sedangkan dalam hukum pertama
yaitu jika ia sendiri,ia dapat mengabil seluruh harta waris-hal itu tidak terjadi pada ashabal bil
ghair,karena ia tidak mungkin sendiri.

3. Ashobah maal ghairi


Ialahsaudara perempuan kandung atau sebapak yang menjadi asabah karena didampingi oleh
keturunan perempuan.mereka adalah:
a. Seorang saudara perempuan kandung atau lebih, yang ada bersama anak perempuanatau cucu
perempuan dari anak laki-laki.
b. Seorang saudara perempuan sebapak atau lebih, yang ada bersama anak perempuan atau cucu
perempuan dari anak laki-laki.4[4]5[5]

Anda mungkin juga menyukai