PENDAHULUAN
obat tradisional yang berada di alam. Seiring berjalannya waktu, saat ini trend
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu jenis tanaman obat dan
dapat juga berfungsi sebagai rempah yang telah lama dikenal oleh masyarakat
tradisional, jahe dapat digunakan untuk anti inflamasi, nyeri sendi dan otot
Peluang pasar bagi komoditas ini sangat besar, baik di pasar lokal dengan
berbentuk yang berbentuk serbuk yaitu sarabba instan oleh berbagai industri
baik industri kecil maupun industri besar. Industri-industri kecil dan besar
1
alami yang berasal dari jenis jahe ini. Hal tersebut ditunjukan dengan semakin
potensi pertanian yang sangat banyak. Salah satu daerah Soppeng yang
Kabupaten Soppeng.
Usaha homemade ini diproduksi pada bulan Februari 2018. Jumlah dan
waktu produksi sarabba instan ini tidak menentu untuk setiap tahun atau
setiap satu kali proses produksinya, hal ini diakibatkan karena permintaannya
yang masih disesuaikan dengan jumlah pesanan. Maka dari itu, perlu
mengingat setiap kegiatan usaha tidak akan terhindar dari adanya resiko.
Studik kelayakan pendirian usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana
peneliti ini adalah bagaimana studi kelayakan pendirian usaha sarabba instan
di Kabupaten Soppeng?
2
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
b. Bagi Peneliti
instan.
c. Bagi Pemerintah
skala kecil seperti produk homemade dalam hal ini dapat memberikan
3
Sebagai bahan informasi dalam rangka mengadakan penelitian yang
relevan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina ( Paimin dan
Murhanato, 2008).
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Musales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : officinale
Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini
tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal
4
(rimpang) tertanam kuat didalam tanah dan makin membesar dengan
Tanaman tumbuh tegak setinggi 30-75 cm. Batang semu jahe merah
berbentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan dan agak keras karena
diselubungi oleh pelepah daun. Panjang daunnya 15-23 cm dan lebar 0,8-2,5
cm. Tangkainya berbulu atau gundul. Ketika daun mengering dan mati,
akan bertunas dan tumbuh menjadi tanaman baru setelah terkena hujan .
dalam sel-sel rimpang tersimpan minyak atsiri yang aromatis dan oleoresin
1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak,
dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat
berumur muda pada usia panen 8 bulan maupun berumur tua pada usia
5
2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit,
ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
selalu dipanen setelah berumur tua atau usia panen 12 bulan. Kandungan
minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih
pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-
3) Jahe merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe
putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua,
dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil,
Disamping itu terdapat juga pati, damar, asam-asam organik seperti asam
Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu dapur dan aneka
yang berbau harum khas jahe, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan
muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita yang hamil
muda. Juga rasanya yang tajam merangsang nafsu makan, memperkuat otot
batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti artritis. Jahe juga
6
2.2 Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga pada umumnya adalah unit-unit usaha yang sifatnya
yang baik seperti lazimnya dalam suatu perusahaan modern, tidak ada
pembagian tugas kerja dan sistem pembukuan yang jelas. Proses produksi
dilakukan di samping atau di dalam rumah dari pemilik usaha, mereka tidak
pada umumnya manual dan kali direkayasa sendiri dan banyak menggunakan
7
keunggulan komparatif produk lokal serta memberikan pengaruh pada
dan tidak terorganisir, industri ini memiliki nilai tawar yang rendah dalam
pasar bisnis, dengan demikian perlu adanya pengelolaan yang sistematis dan
2.3 Investasi
Umumnya
1. Investasi pada financial assets Investasi pada assetsdapat dibedakan lagi menjadi
2 yaitu:
8
Menurut Nicholson (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses
atau hasil yang akan diperoleh, sehingga produksi merupakan hasil akhir dari
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya
adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat-
dapat dihasilkan dan harga jual yang diperoleh. Tinggi rendahnya harga di
pasaran tidaklah selalu dapat dikuasai atau ditentukan oleh pengusaha itu
sendiri, akan tetapi biaya produksi (cost) sedikit banyak dapat diatur sendiri.
9
produk yang di produksinya. Tujuan Perusahaan dalam memproduksi barang
Penerimaan total adalah sama banyaknya dengan satuan barang yang terjual
berikut:
R=PxX
R= Penerimaan total
Pendapatan disebut juga dengan income yaitu imbalan yang diterima oleh
10
Menurut Belkaoui (2000) Pendapatan diinterprestasikan sebagai :
1. Aliran masuk assetbersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa.
3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh
kombinasi dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktiva
pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah
satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau
aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang
berlangsung.
11
2.7 Studi Kelayakan Bisnis
penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
penanaman modal yang teralalu besar untuk suatu proyek atau kegiatan usaha
Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih apabila NPV > 0.
Dengan demikian, jika suatu proyek mempunyai NPV < 0, maka tidak
Net Present Value (NPV) yaitu nilai saat ini yang mencerminkan
t=n
Bt −Ct
NPV =∑
t=0 (1+ i)t
12
Keterangan:
benefit kotor. Kriteria ini memberi pedoman bahwa proyek akan dipilih
apabila Net B/C Ratio > 1, dan begitu pula sebaliknya bila suatu proyek
member hasil Net B/C Ratio < 1, proyek tidak terima (Pudjosumarto,
2002).
13
n
B
∑ Bt −Ct /(1+i)t untuk Bt −C t >0
Net Ratio= t=0
n
C
∑ C t−Bt /(1+i)t untuk Bt −C t <0
t=0
B NPV +¿
Net Ratio= ¿
C NPV −¿ ¿
Keterangan:
dengan kriteria:
b. Net B/C ratio < 1 : Usaha tidak layak untuk diusahakan (rugi).
merugikan.
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
14
dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis secara matematis dengan
Break Even Point (BEP), Net Present Value (NPV), Payback Period,
Asumsi yang ditetapkan meliputi jumlah hari kerja karyawan, harga jual
serta menggunakan analisis data sesuai dengan keadaan yang ada. Penelitian
ini dilakukan untuk melihat bagaimana kelayakan secara finansial usaha jahe
instan. Dimana pada usaha jahe instan ini dimulai dari pemasukan input yang
dalam analisis finansial terdiri atas biaya-biaya yakni biaya investasi dan biaya
Proses Produksi
Biaya (Cost):
a.Biaya Investasi
b.Biaya Operasional
15
Harga
Pendapatan
Subjek dalam penelitian ini adalah usaha sarabba instan KWT Tunas
16
Sulawesi Selatan. Penelitian ini tidak menggunakan populasi dan sampel,
terfokus kepada satu populasi dan sampel saja, sehingga peneliti menjadikan
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian
diajukan secara tertulis pada responden untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui pencatatan pada instansi dan
sebagai berikut:
lembar kuesioner.
17
3. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
Kelayakan finansial usaha jahe instan UKM Gerak Mandiri dapat diuji
Keterangan:
18
Ct = Biaya total pada tahun sekarang (tahun) (Rp/tahun)
dengan kriteria:
a. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha jahe instan Industri
diusahakan.
b. Ababila NPV bernilai negatif (-), maka usaha jahe instan Industri
untuk diusahakan
B
∑ Bt −Ct /(1+i)t untuk Bt −C t >0
Net Ratio= t=0
n
C
∑ C t−Bt /(1+i)t untuk Bt −C t <0
t=0
B NPV +¿
Net Ratio= ¿
C NPV −¿ ¿
Keterangan:
19
dengan kriteria:
a. Net B/C ratio > 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak
b. Net B/C ratio < 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak
c. Net B/C ratio = 1 : Usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak
3. Analisis Sensitivitas
tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Analisis
20
3.7 Konsep Operasional
yang ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
2. Jahe instan adalah jahe yang telah diolah dan diberikan perlakuan
instan, yang sifatnya tidak habis satu kali pakai atau jangka panjang.
21
8. Wajan adalah alat yang digunakan sebagai wadah untuk menampung sari
9. Sendok kayu adalah alat yang digunakan untuk mengaduk sari jahe
10. Sutil aluminium adalah alat yang digunakan untuk mengaduk jahe
menampung jahe yang telah dikupas serta jahe yang telah dimasak.
jahe yang telah mengkristal, untuk mendapatkan bubuk jahe yang lebih
halus.
produksi dalam usaha jahe instan yang terdiri atas biaya pembelian bahan-
bahan atau peralatan tambahan dalam pembuatan jahe instan, upah tenaga
22
17. Produksi jahe instan adalah jumlah jahe instan yang dihasilkan atau
18. Harga output adalah harga jahe instan pada saat produksi yang
instan yang diproduksi dengan harga jahe instan yang dipasarkan, yang
biaya produksi usaha jahe instan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per
tahun (Rp/tahun).
tingkat bunga bank yang berlaku, dinyatakan dalam persen (%) yaitu 7,00
%.
untuk mengetahui tingkat kelayakan dari usaha jahe instan yaitu NPV,
23. Net Present Value (NPV) adalah nilai bersih sekarang dari
sejumlah uang yang diterima atau dikeluarkan pada waktu yang akan
24. Net Benefit Cost Ratio (NBCR) adalah perbandingan antara jumlah
23
25. Analisis sensitivitas adalah pengujian untuk mengetahui sampai
sejauh mana usaha jahe instan mampu bertahan atau layak terhadap
instan.
BAB IV
singkat secara umum lokasi penelitian yang terdiri dari letak dan luas wilayah,
Luas Wilayah Desa Timusu adalah 1.500 Ha² meliputi Tanah Sawah,
00° Lintang Selatan dan 119° 42° 18° – 120° 06° 13° Bujur Timur,
30° C, keadaan angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang, dan
24
curah hujan rata-rata 175 mm dan 123 hari hujan pertahun.Geomorfologi
Desa Timusu terdiri dari daratan dan perbukitan, dimana sebagian besar
wilayah Desa Timusu adalah perbukitan selain itu terdapat sungai yang
disekitarnya. Adapun potensi sumber daya alam lain adalah Mata Air
Desa Timusu beriklim tropis, suhu udara yang tinggi sepanjang tahun,
dengan rata-rata tidak kurang dari 18° C, yaitu sekitar 27° C. Di daerah
tropis, tidak ada perbedaan yang jauh atau berarti antara suhu pada musim
hujan dan suhu pada musim kemarau. Musim Hujan terjadi pada bulan
Oktober – April, pada saat itu petani mulai mengerjakan lahannya untuk
air dari sungai, saluran irigasi atau memanfaatkan sumber buatan. Ada
pula petani yang berupaya bercocok tanam walaupun tidak ada air yang
cukup dengan memilih jenis tanaman atau varietas yang tidak memerlukan
banyak air.
25
Desa Timusu terdiri dari daratan dan perbukitan, dimana sebagian
besar wilayah Desa Timusu adalah perbukitan selain itu terdapat sungai
perkebunan disekitarnya.
Jumlah Penduduk Perdusun Di Desa timusu terdiri atas tiga dusun yaitu
Dusun Timusu, Dusun Kacimpang dan Dusun Labbae. Dari ketiga dusun ini
terdapat total jummlah penduduk sebanyak 3.978 jiwa yang bermukim di Desa
Timusu. Untuk lebih rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini:
berada di Dusun Timusu dengan totalnya 2.130 jiwa dan penduduk paling
26
4.3 Kelayakan Finansial Usaha
analisis Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NBCR), dan
Sensitivitas Usaha
Biaya produksi dalam usaha jahe instan ini terdiri dari dua macam biaya
yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah jumlah
biaya awal yang digunakan dalam pelaksanaan usaha jahe instan baik berupa
uang, bangunan, peralatan dan investasi lainnya yang sifatnya jangka panjang
usaha sarabba instan KWT Tunas Harapan dapat dilihat pada Tabel 2.
Harga Total
No Komponen Biaya Jumlah Satuan Satuan Biaya
(Rp) (Rp
2,934,00
1 Bangunan 1 Unit 2,934,000
0
2 Peralatan
a.Pemarut 3 Buah 10,000 30,000
b.Kompor 2 Buah 320,000 640,000
c.Wajan 2 Buah 50,000 100,000
d.Sendok Kayu 3 Buah 5,000 15,,000
e.Sutil Aluminium 3 Buah 10,000 30,000
f.Pisau 5 Buah 5,000 25,000
g.Baskom 3 Buah 7,000 21,000
h.Kain Penyarin 1 Meter 7,000 7,000
i.Saringan Tepun 2 Buah 3,000 6,000
j.Talang 3 Buah 7,000 21,000
Total 3,829,000
27
Tabel 3. Rincian Biaya Operasional Usaha Sarabba Instan
jahe instan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). Jumlah jahe instan
yang diproduksi oleh KWT Tunas Harapan Timusu tidak selalu sama untuk
tiap tahunnya, hal ini dikarenakan jumlah jahe instan yang diproduksi masih
produksi jahe instan yang dikalikan dengan harga sarabba instan yang
28
diberikan kepada konsumen, yang nantinya akan diterima oleh KWT tunas
usaha jahe instan yang diperoleh Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri tidak
selalu sama, hal ini dikarenakan jumlah produksi setiap tahunnya juga tidak
selalu sama.
jumlah penerimaan jahe instan yang dikurangi dengan jumlah biaya yang telah
penerimaan bersih sekarang yang diperoleh dari suatu kegiatan investasi. Data
yang digunakan untuk menghitung NPV usaha sarabba instan adalah data
biaya (cost) dan penerimaan (Benefit) pada tahun ke-0 sampai dengan tahun
diperoleh nilai NPV pada discount factor (df) 7% sebesar Rp 77.576,- sampai
29
usaha jahe instan ini berjalan selama 3 tahun. Hasil perhitungan ini
menunjukkan bahwa usaha sarabba instan KWT tunas harapan di desa timusu
layak secara finansial untuk diusahakan, karena nilai Net Present Value (NPV)
yang diperoleh adalah positif (+), sebagaimana yang telah disebutkan dalam
kriteria penilaian NPV. Apabila NPV bernilai positif (+), maka usaha jahe
sarabba instan KWT Tunas Harapan di Desa Timusu dapat terus berjalan dan
lebih dikembangkan lagi, mengingat nilai Net Present Value (NPV) yang
Analisis Net Benefit Cost Ratio (NBCR) merupakan suatu analisis yang
membandingkan antara NPV positif dengan NPV negatif. Net Benefit Cost
pada discount factor 7%, diperoleh nilai NBCR sebesar 1,02. Hasil
Harapan di Desa Timusu layak didirikan untuk diusahakan, karena nilai yang
diperoleh lebih besar dari satu (NBCR > 1), sebagaimana yang telah
disebutkan dalam kriteria penilaian NBCR. Apabila Net B/C ratio > 1 maka
usaha sarabba instan layak untuk diusahakan (untung), oleh karena itu
diharapkan agar usaha sarabba instan KWT Tunas Harapan di Desa Timusu
30
lebih ditingkatkan karena lagi-lagi mengingat bahwa nilai yang diperoleh dari
Net Benefit Cost Ratio (NBCR) ini tidak begitu besar yaitu 1,02 saja, untuk
Sensitivitas usaha digunakan untuk melihat sejauh mana usaha jahe instan
keadaankeadaan yang berubah. Hal ini sangat perlu, karena analisis proyek
Secara umum usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri ini
meskipun usaha jahe instan ini layak secara finansial, namun usaha ini juga
kelayakannya yang juga masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan dengan
sensitivitasnya.
mempengaruhi kedalaman studi kelayakan antara lain: (a) Jumlah dana yang
ditanamkan, (b) Ketidakpastian estimasi usaha pada masa yang akan datang,
31
BAB V
5.1 Kesimpulan
sarabba instan KWT Tunas Harapan di Desa Timusu ini hanya layak
diusahakan hingga 1,3% penurunan harga produk sarabba instan dan 4,1%
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan dengan melihat kondisi dan analisis kelayakan
finansial usaha jahe instan Industri Rumah Tangga Gerak Mandiri di Desa
berikut:
1. Bagi pelaku usaha dalam hal ini kelompok Industri Rumah Tangga Gerak
Mandiri Desa Abenggi, agar lebih meningkatkan jumlah produksi, serta selalu
32
harga dari biaya operasional, sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan
Rumah Tangga khususnya dalam hal permodalan, pemasaran serta sarana dan
usaha, serta risiko dan ketidakpastian pada usaha jahe instan Industri Rumah
33
DAFTAR PUSTAKA
Alim, A.S., 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi Bubuk Jahe
Pada Industri Skala Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ardana, K.B., Pramudya, M.H dan Tambunan, A.H.. 2008. Pengembangan
tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) mendukung kawasan
mandiri energi di Nusa Penida, Bali. Jurnal Littri. Vol. 14. No. 2.
Halaman: 155-161.
Balittro,. 2008. Budidaya Organik Tanaman Jahe. Zingiber officinale Rosc.
Bogor.
Belkaoui, A.R. 2000. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Alih Bahasa Marwata
S.E., Akt, Salemba Empat. Jakarta.
Bilas, A.R. 1994. Micro Economics Theory. Mc.Graw-Hill, International
Book Company.
Ciba, C. 2012. Processing of ginger & its medicinal uses. Agricultural
University. Hyderabad International Convention Centre. Tamil Nadu
Agricultural University. India. Jurnal Food Process Technol Vol. 3. No.
10. Halaman: 143-149.
Gray, C., P, Simanjuntak, K.L. Sabur dan Maspaitella, P.F.L. 1997.
Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Halim, A. 2003. Auditing 1 Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Unit
Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Jakarta.
34
Harisudin, M., Widiyanti, E., dan Suharyati, A. 2013. Perumusan Strategi
Bersaing Jahe Instan Produk CV. Intrafood Surakarta Menggunakan
Perceptual Mapping. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
UNS. Surakarta.
Hartati, A. dan Mulyani, A. 2009. Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara
(Virgin Coconut Oil/VCO) di Kabupaten Cilacap. Jurnal Agroland Vol.
16. No. 2. Halaman: 130-140.
Henry, S. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Cetakan Pertama.
Salemba Empat. Jakarta.
35