Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENGAMATAN BIOLOGI DASAR

“Mengamati Jenis-Jenis Mangrove di Tanjung Pilawang”

Disusun Oleh

1. Naufal Athaya Seda 25210219


2. Dani Hein Keribo 25210223
3. Fiko Bunseng 25210221

Program Studi Kehutanan

Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa

Universitas Halmahera

2021
Abstract
Habitat sangat memengaruhi komposisi penyusun ekosistem mangrove. Perubahan kualitas habitat secara
kompleks dapat mengakibatkan pergeseran jenis tanaman penyusunnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pola distribusi spasial vegetasi mangrove berdasarkan karakteristik habitat di kawasan
rehabilitasi mangrove Pemalang. Metode yang digunakan adalah kombinasi antara metode jalur dan petak
contoh. Hasil penelitian menunjukkan sebaran spasial faktor habitat mangrove pada setiap stasiun
pengamatan membentuk tiga cluster dengan karakteristik yang berbeda. Cluster 1 dicirikan pH, oksigen
terlarut, dan suhu yang rendah, ketebalan lumpur dan salinitas yang tinggi. Cluster 2 oleh kandungan
oksigen terlarut, salinitas, dan tebal lumpur yang rendah, serta suhu dan pH yang tinggi. Cluster 3 dengan
pH, salinitas, dan tebal lumpur yang rendah serta kandungan oksigen terlarut yang tinggi dan suhu yang
sedang. Sebaran spasial jenis mangrove berdasarkan karakteristik faktor habitat dapat membentuk tiga
cluster. Cluster 1 terdiri dari Rhizophora mucronata Lam. dan Sonneratia alba Sm. dengan karakteristik
habitat berupa suhu yang sedang dan oksigen terlarut yang tinggi. Cluster 2 terdiri dari Acanthus
ilicifolius L., Avicennia alba Blume, dan R. apiculata Blume dengan karakteristik habitat berupa tebal
lumpur, pH, oksigen terlarut, dan salinitas yang sedang. Cluster 3 dengan jenis Avicennia marina (Forsk.)
Vierh. dengan karakteristik habitat berupa pH, salinitas, suhu, dan tebal lumpur yang tinggi.

Abstract

Habitat factors greatly affect the composition of the mangrove ecosystem. Changes in habitat
quality may result on a shift of the type of plant mangrove ecosystem composition. This study
aimed to determine the spatial distribution patterns of mangrove vegetation based on the
characteristics of the habitat in the mangrove area in Pemalang District. The method used for
data collection was the combination of transect method and plot sampling. The results showed
that the spatial distribution of mangrove habitat factors at each observation station formed three
clusters with different characteristics. Cluster 1 was characterized by low levels of pH, dissolved
oxygen, and temperatures, as well as high values of mud thickness, and salinity. Cluster 2 was
characterized by the low amount of dissolved oxygen, salinity, and mud thickness and high
levels of temperature and pH. Cluster 3 was characterized by low values of pH, salinity, and mud
thickness but high amount of dissolved oxygen and mild temperatures. The spatial distribution of
mangrove species based on the characteristics of the habitat factors formed three clusters. Cluster
1 were Rhizophora mucronata Lam. and Sonneratia alba Sm. species as the habitat
characteristics were mild temperatures and high amount of dissolved oxygen. Cluster 2 were
Acanthus ilicifolius L., Avicennia alba Blume, and Rhizophora apiculata Blume with habitat
characteristics were moderate levels of mud thickness, pH, dissolved oxygen and salinity.
Cluster 3 was Avicennia marina (Forsk.) Vierh. as its habitat characteristics were high values of
pH, salinity, temperature, and mud thickness.
1.1 Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan formasi dari tumbuhan yang spesifik, dan umumnya
dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir yang terlindung di daerah tropika
dan subtropika. Kata mangrove sendiri berasal dari perpaduan antara bahasa Portugis yaitu
mangue, dan bahasa Inggris yaitu grove. (MACNAE 1968).
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dan
mempunyai wilayah pantai sepanjang 54.716 kilometer.Wilayah pantai (pesisir) ini banyak
ditumbuhi hutan mangrove. Luas hutan mangrove di Indonesia sekitar 4.251.011,03 hektar
dengan penyebaran: 15,46 persen di Sumatera, 2,35 persen di Sulawesi, 2,35 persen di Maluku,
9,02 persen di Kalimantan, 1,03 persen di Jawa, 0,18 persendi Bali dan Nusa Tenggara, dan
69,43 persen di Irian Jaya (Fao, 1990 dalam Hainim, 1996). Namun, menurut Cifor (2012), luas
hutan mangrove di Indonesia telah mengalami penurunan 30-50% pada setengah abad terakhir
ini karena pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan tambak, abarasi air laut, dan
penebangan yang berlebihan. Sedangkan berdasarkan data Kementrian Kehutanan (2013), Hutan
mangrove di Indonesia tersebar di beberapa provinsi di berbagai gugusan kepulauan. Luasan
hutan mangrove di Indonesia lebih kurang 3,7 juta hektar yang merupakan hutan mangrove

terluas yang ada di Asia dan bahkan di dunia. Menurut Karimah, K. (2017).
2.1 Tujuan Pengamatan

pengamatan ini adalah:

1. Agar dapat mengetahui kondisi dan jenis- jenis mangrove di Tanjung Pilawang
2. Supaya dapat mengetahui potensi- potensi mangrove di Tanjung Pilawang
3. untuk dapat mengetahui manfaat mangrove di Tanjung Pilawang
4. agar dapat melakukan upaya atau strategi pengembangan potensi mangrove di Tanjung
Pilawang.
5. Supaya bisa melestarikan mangrove menurut jenis dan potensinya masing-masing.

2.2 Metode Pratikum


Waktu dan tempat pengamatan

Pengamatan dilakukan pada selasa 2 November 2021 jam 9.00 WIT sampai 12.00 WIT,

Yang dilaksanakan di Tanjung Pilawang Gura, kecamatan Tobelo utara Kab.Halmahera


Utara.

2.2.1 Alat – Alat


Adapun alat-alat yang kami gunakan, sebagai berikut:

1. Kamera handphone
2. Buku Panduan Pengenalan Mangrove

2.3 Langkah Kerja


Adalah kami meninjau lokasi yang terdapat beberapa Jenis pohon mangrove baik di
sekitaran pantai maupun area luar pantai.

Setelah kami pergi meninjai kami mulai mengamati dan mengambil beberapa gambar yang
akan kami tempatkan pada Hasil pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung
yang terjadi di lokasi.
3.1 Hasil pengamatan
dalam hasil penamatan ini kami menemukan 2 jenis mangrove berdasarkan tempatnya,
Yaitu : mangrove sejati dan mangrove ikutan.
Data dari hasil pemotretan di lokasi akan kami lampirkan di bawah ini dalam bentuk
gambar dan deskripsi baik itu mangrove sejati maupun ikutan.
Mangrove sejati:

Sonneratia alba

J.E. Smith
Nama setempat : Pedada,

perepat, pidada, bogem,

bidada, posi-posi, wahat,

putih, beropak, bangka,

susup, kedada, muntu, sopo,

barapak, pupat, mange-mange.

Deskripsi umum : Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar,


ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu
berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah
longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah
tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang
berbentuk kerucut tumpul dan

tingginya mencapai 25 cm.

Daun : Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak


berkembang pada bagian pangkal gagang daun.
Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur
terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.

Rhizophora apiculata
Bl.
Nama setempat : Bakau minyak, bakau tandok, bakau akik, bakau puteh, bakau kacang, bakau
leutik, akik, bangka minyak, donggo akit, jankar, abat, parai, mangi-mangi, slengkreng, tinjang,
wako.

Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai
50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang
memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-
ubah

Itu Adalah beberapa Mangrove sejati yang kami temui di Seputaran pantai tanjung pilawang.
Kami di lokasi ini juga menemukan beberapa Mangrove ikutan seperti berikut:

Pandanus odoratissima
Nama setempat : pandan.

Deskripsi umum : Pohon dapat mencapai ketinggian hingga 6 m.


Bunga : Letak: di ujung. Benangsari: banyak. Formasi: payung.

Buah : Seperti buah nanas dan ketika matang warnanya merah.

Ipomoea pes-caprae
(L.) Sweet.
Nama setempat : Batata pantai, daun
katang, tapak kuda, katang-katang,
dalere, watata ruruan, alere, leleri, andali
arana, daredei, dolodoi, tilalade, mari-
mari, wedor, tati raui, wedule, bulalingo,
loloro, balim-balim, kabai-kabai,
ketepeng, daun kacang, daun barah.

Deskripsi umum : Herba tahunan


dengan akar yang tebal. Batang
panjangnya 5-30 m dan menjalar, akar
tumbuh pada ruas batang. Batang
berbentuk bulat, basah dan berwarna
hijau kecoklatan.

Itu adalah beberapa contoh Mangrove Ikutan yang kamu temukan di daerah Pantai Tanjung
Pilawang Pada saat pengamatan di sekitaran pantai tersebut. Dalam hal ini masih banyak yang
belum kami temukan nama dan jenis nya karena kami teidak sempat mem-potret mangrove tsb.

4.1 Kesimpulan
Yang dapat kami simpulkan dari pengamatan di Pantai Tanjung Pilawang kemarin
adalah: Masih banyak Tanaman mangrove sejati maupun Ikutan tapi ada beberapa pula yang
sudah di tebang karena pembukaan lahan untuk manusia tinggal. Oleh sebab itu barbagai macam
lambaga turun tangan untuk menjaga keasrian tempat tersebut dengan dilakukanya penanaman
mangrove di seputaran pantai tersebut agar dapat menjaga ekosistem dan habitat alami hewan
yang ada di sekitaran hutan mangrove tersebut

Daftar Pustaka
Center for International Forestry Research (Cifor). 2012. Mangrove adalah salah satu hutan
terkaya karbon di kawasan tropis. Jurnal brief. 12(1):1.

Fao, Rome. 1983. Hutching, P and P.Saenger.Ecology of Mangroves. University of Queensland,


London. 1987 Mann, K.H. Ecology of Coastal Waters.

Karimah, K. (2017). Peran Ekosistem Hutan Mangrove sebagai Habitat untuk Organisme Laut.
Jurnal Biologi Tropis, 51-57.

Kementerian Kehutanan. 2013. Luasan hutan mangrove di Indonesia. Diunduh pada tanggal 14
November 2017. hhtp://kementerian kehutanan.com.

MacNAE, W. 1968. A general account of the fauna and flora of mangrove swamps and forests in
the Indo-West Pacific Region. Adv. Mar. Biol. 6: 73-270.

Anda mungkin juga menyukai