BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Mangrove
Portugis) yang berarti tumbuhan dan grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar
atau hutan kecil (Arief, 2003). Menurut Steenis (1978) dalam Rahmawaty (2006)
mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut.
varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-
pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh
mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah lumpur di daerah pantai dan
muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis
pohon Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ceriops sp,
Lumnitzera sp, Excoecaria sp, Xylocarpus sp, Aegiceras sp, Scyphyphora sp dan
Nypa sp.
payau atau bakau. Hutan mangrove ini dianggap sebagai salah satu ekosistem
Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
dibawah ini.
sebagai berikut :
b. Menggunakan air garam sebagai sumber air, daun keras, tebal, mengkilat,
d. Menghasilkan biji yang berkecambah saat masih di pohon induk (vivipar) dan
dapat tumbuh dengan cepat setelah jatuh dari pohon, serta dapat mengapung.
terbagi menjadi 35 jenis pohon, 5 jenis palem, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis
epifit dan 2 jenis parasit. Beberapa jenis mangrove yang dijumpai di pesisir
(Sonneratia sp), tancang (Bruguiera sp), nyirih (Xylocarpus sp), tengar (Ceriops
Formasi hutan mangrove terdiri atas empat genus utama, yaitu Avicennia,
indica. Pada perbatasan hutan mangrove dengan rawa air tawar tumbuh Nypa
di kawasan mangrove mempunyai variasi yang seragam, yakni terdiri atas satu
strata yang berupa pohon-pohon yang berbatang lurus dengan tinggi pohon
7
tanaman akan tumbuh kerdil, rendah, dan batang tanaman sering kali bengkok.
ditemukan di Indonesia.
Rhizophora sp Sonneratia sp
Avicennia sp Bruguiera sp
sp, Bruguiera sp, dan Ceriops sp), Sonneraticeae (Sonneratia sp), Aviceniaceae
(Avicennia sp), dan Meliaceae (Xilocarpus sp). Nybakken (1988) dalam Tuwo
Avicennia sp, Bruguiera sp, dan Sonneratia sp. Pada ekosistem mangrove juga
ditemukan tumbuhan jenis Ceriops sp, Xilocarpus sp, Nypa sp, Acrostichum sp,
1. Kerapatan
kepadatan jenis mangrove pada suatu komunitas. Kerapatan jenis pada suatu area
untuk berfotosintesis, selain itu kerapatan jenis juga dipengaruhi oleh jenis
vegetasi mangrove yang toleran terhadap kondisi lingkungan. Kriteria baku mutu
201 Tahun 2004 bahwa kriteria baku mutu kerapatan mangrove, kerapatan padat ≥
1.500 ind/Ha, sedang ≥ 1.000 - 1.500 ind/Ha dan jarang < 1.000 ind/Ha (Eriza,
2010).
kerapatan relatif pada suatu ekosistem berpengaruh pada biota yang berasosiasi
biota yang hidup didalamnya, seperti ikan dan gastropoda dari faktor alam dan
2. Frekuensi
penyebaran suatu jenis dalam suatu area. Jenis yang menyebar secara merata
nilai frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang tidak merata dan
kurang luas. Jenis mangrove yang mempunyai penyebaran yang merata dan luas
ditemukan pada plot yang dikaji. Nilai dari frekuensi relatif (FR) menunjukkan
keseringan suatu jenis ditemukan dalam suatu kawasan (Price, 1975 dalam
terjadinya kompetisi yang tidak seimbang antar jenis mangrove yang menempati
suatu habitat yang sama, sehingga kurang kompetitif dalam memperoleh unsur
3. Dominansi
menyatakan suatu jenis tumbuhan tingkat pohon dalam hal bersaing dengan
tumbuhan lainnya, dalam hal ini terkait dengan besarnya diameter tumbuhan.
Sementara luas basal area suatu jenis pohon mangrove dapat diperoleh dari
diameter pohon setinggi 1,5 m dari permukaan tanah atau setinggi dada dari
permukaan tanah (dbh = diameter at breast hight). Hal ini berarti semakin besar
diameter pohon suatu tumbuhan, maka luas basal area pohon juga semakin besar.
10
memiliki kekayaan jenis yang rendah (Barbour, 1980 dalam Prasetyo, 2007).
pengaruh pada suatu vegetasi mangrove dalam suatu lokasi penelitian. Indeks nilai
jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu komunitas yang bersifat heterogen,
data parameter vegetasi dari nilai frekuensi, kerapatan dan dominansinya tidak
dapat diketahui dari indeks nilai pentingnya, yaitu suatu indeks yang dihitung
berdasarkan jumlah seluruh nilai frekuensi relatif (FR), kerapatan relatif (KR) dan
dominansi relatif (DR). Kisaran INP untuk tingkat pohon yakni 0-300%,
sedangkan kisaran INP untuk pancang dan semai yakni 0-200%. Nilai penting
bahwa area mangrove yang memiliki nilai penting tinggi menandakan bahwa
mangrove di area tersebut dalam kondisi baik, sebaliknya apabila kondisi ini
berkurang atau berubah menjadi daratan karena sedimentasi dan rusak karena ulah
vegetasi dalam ekologi tumbuhan adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi
dan komposisi jenis tumbuhan. Identifikasi dan analisis ini bertujuan untuk
dkk, (2009) cara yang perlu diperhatikan dalam identifikasi komposisi dan struktur
3. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar yang diantaranya sangat
4. Tinggi pohon baik tinggi pohon bebas cabang maupun tinggi pohon total.
Tinggi pohon ini cukup penting untuk mengetahui stratifikasi dan menduga
pohon untuk tumbuhan mangrove cukup penting, oleh karena itu diperlukan
a) Semai yaitu permudahan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang
dari 1,5 m.
c) Pohon yaitu pohon dewasa yang memiliki tinggi lebih dari 1,5 m dengan
diatas akar tunjang (Rhizophora sp) dan ketinggian 10 cm diatas akar tunjang
untuk jenis non Rhizophora sp. Bagi pohon-pohon yang tidak berakar tunjang,
tanah.
vegetasi, komposisi dan distribusi spesies, pola pertumbuhan, serta zonasi) yakni
sebagai berikut:
1. Topografi pantai
serta luas mangrove. Semakin datar pantai dan semakin besar pasang surut maka
2. Angin
3. Pasang surut
Pasang surut menentukan zonasi dan komunitas flora dan fauna mangrove.
Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal
mangrove. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu
Pada area yang selalu tergenang hanya Rhizophora sp, yang tumbuh baik,
sedangkan Bruguiera sp, dan Xylocarpus sp, jarang mendominasi daerah yang
sering tergenang.
Suplai air tawar dan salinitas merupakan faktor penting dari pertumbuhan,
vegetasi, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Kusmana (2005) dalam Taher
didaerah dengan salinitas yang tinggi. Menurut Dahuri (2003) bahwa spesies
namun bila suplai air tawar tidak tersedia, hal ini akan meyebabkan kadar garam
dalam tanah dan air mencapai kondisi ekstrim sehingga mengancam kelangsungan
14
sirkulasi air, ketersediaan dan pasokan air tawar, penguapan, curah hujan, dan
5. Suhu
suhu pada habitat mangrove disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang
diterima oleh badan air, banyak sedikitnya volume air yang tergenang pada habitat
mangrove, keadaan cuaca, dan ada tidaknya naungan (penutupan) oleh tumbuhan.
nutrien yang diperlukan tanaman. Arief (2003) mengatakan bahwa jenis tanah
tanah sangat peka terhadap terjadinya proses biologi. Jika keadaan lingkungan
berubah dari keadaan alaminya, keadaan pH tanah juga akan dapat berubah.
tanah tmangrove berkisar antara 6-7, kadang-kadang turun menjadi lebih rendah
dari 5.
15
7. Substrat
pantai dan erosi hulu sungai. Secara umum hutan mangrove dapat tumbuh pada
berbagai macam substrat (tanah berpasir, lempung, tanah lumpur, tanah lumpur
mangrove dapat tumbuh pada berbagai jenis substrat yang bergantung pada proses
Bahri (2007) menyatakan bahwa Rhizophora dapat tumbuh baik pada substrat
yang dibawa sebagai sedimen dan diendapkan oleh sungai dan laut. Tanah ini
pangan, papan, dan kesehatan, serta lingkungan dibedakan menjadi lima fungsi :
b. Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi, serta
d. Kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat, atau
b. Penyerap karbondioksida.
lautan.
b. Kawasan pemijah atau asuhan (nursery ground) bagi udang, ikan, kepiting,
e. Habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya.
a. Penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang, serta kayu untuk bahan
b. Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-
c. Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kepiting, telur burung, dan madu.
a. Kawasan wisata alam pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa, serta