BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
tinggi. Batang kayu Rhizopora yang keras digunakan untuk pembuatan kapal tahan
rayap dan organisme laut (Rao, 1994). Tanaman mangrove dipakai sebagai obat
masyarakat untuk mengobati beragam penyakit selama berabad-abad. Beberapa
tanaman mangrove telah ditapis beberapa aktivitasnya, yaitu antiviral, antibakteri,
antibisul, dan antiinflamasi (Agoramoorthy et al. 2008).
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Sub Class
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Family
: Acanthaceae
Genus
: Avicennia
Species
: Avicennia marina
2.2.
dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air
laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis (Aksornkoae, 1993). Dengan
demikian secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan
yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna,
muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat
surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.
Komunitas tumbuhan mangrove merupakan tumbuhan penghasil biji
(spermatophyta) dan bunganya sering kali menyolok. Biji mangrove relatif lebih
besar dibandingkan biji kebanyakan tumbuhan lain dan seringkali mengalami
perkecambahan ketika masih melekat di pohon induk (vivipar). Pada saat jatuh biji
mangrove biasanya akan mengapung dalam jangka waktu tertentu kemudian
tenggelam. Lamanya periode mengapung bervariasi tergantung jenisnya. Biji
beberapa jenis mangrove dapat mengapung lebih dari setahun dan tetap viable.
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur,
terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi (Chapman,1977).
Di Indonesia, substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora
mucronata dan A. marina (Kint,1934). Avicennia merupakan marga yang memiliki
kemampuan toleransi terhadap kisaran salinitas yang luas dibandingkan marga
lainnya. A. marina mampu tumbuh dengan baik pada salinitas yang mendekati tawar
sampai dengan 90 (MacNae, 1966 1968).
Berdasarkan tempat tumbuhnya hutan mangrove dapat dibedakan pada empat
zona, salah satunya adalah zona Avicennia spp, merupakan zona yang letaknya di luar
hutan bakau, memiliki tanah yang berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus
(Badrudin 1993). Daerah penyebaran hutan mangrove pada batas pantai yang
mengarah ke laut didominasi oleh Avicennia spp. yaitu jenis bakau yang mempunyai
akar gantung (Hutabarat dan Evans, 1985).
A. marina merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung,
memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut,
bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang
paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan
membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul.
Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu.
Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat
telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut
atau setelah terjadi penyerapan air (Noor et al.1999).
2.3.
Morfologi A. marina
Api-api adalah nama sekelompok tumbuhan dari genus Avicennia, family
Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut, sebagai bagian dari
komunitas hutan bakau. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling
umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu
pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul.
lingkungan berlumpur dan bergaram. Diantaranya akar nafas serupa paku yang
panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya, bagian
atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah
daun putih- abu-abu muda, letak daun sederhana & berlawanan. Bentuk elips bulat
memanjang, bulat telur terbalik; Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran:9 x
4,5 cm dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya (Noor et al.1999).
Bunga seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau
menyengat, nektar banyak; Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga,
Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan); Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 58 mm; Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4. Buah agak membulat, berwarna hijau agak
keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung
buah agak tajam seperti paruh; Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm (Gambar 2.2), (Noor et al.
1999).
Pohon kecil atau besar, tinggi hingga 30 m, dengan tajuk yang agak renggang.
Dengan akar nafas yang muncul 10-30 cm dari substrat, serupa paku serupa jari rapatrapat, diameter lebih kurang 0,5-1 cm dekat ujungnya. Pepagan (kulit batang) halus
keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak. Ranting dengan bukubuku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi tulang (Nooret al.1999).
2.4.
10
senyawa seperti alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, steroid dan saponin. Golongan
senyawa ini merupakan bahan obat-obatan modern (Eryanti et al.1999).
Ekstrak buah dan kelopak Sonneratia caseolaris mampu membunuh dan
menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio harveyi (Naiborhu 2002), penelitian
terhadap ekstrak metanol dari batang mangrove jenis Rhizophora spp mampu
menghambat pertumbuhan bakteri uji Vibrio harveyi dan A. hydrophyla (Alimuddin
2006). Ekstrak metanol pelepah daun nipah juga mampu menghambat pertumbuhan
bakteri uji (inhibition zone) (Alimuddin dan Henny Linda 2007). Yasmon (2000),
menyatakan bahwa ekstrak daun tumbuhan mangrove lebih efektif dibandingkan
buah dan kulit batangnya.
Berdasarkan hasil uji skrining fitokimia dari tumbuhan mangrove A. marina
yang diperoleh dari kawasan Pantai Timur Surabaya (PAMURBAYA) ditemukan
adanya golongan-golongan senyawa metabolit sekunder seperti senyawa fenolat,
terpenoid, dan saponin (Mahmiah dan Giman, 2012).
Tabel 2.1. Analisis fitokimia pada mangrove Avicennia spp (Mahmiah dan Giman,
2012).
No
Jenis Senyawa
A. Marina
1
2
Metabolit Sekunder
Terpenoid
Steroid
Daun
Merah kekuningan
Tidak ada perubahan
Kulit Kayu
Merah violet pekat
Tidak ada perubahan
Fenolat
warna biru
Larutan berwarna hijau
warna biru
Larutan berwarna hijau
kecoklatan
merah kecoklatan
4
Saponin
Timbul busa
Sumber :Mahmiah dan Giman (2013)
bagian
daun
11
semua bagian, terutama pada daun dan akar. Steroid tidak ditemukan pada seluruh
bagian tanaman (Cahyo, 2009).
2.5. Karakterisasi Senyawa Metabolit Sekunder Daun A. marina
Berdasarkan hasil kromatogram daun A. marina diketahui bahwa terdapat 9
(sembilan) kelompok yaitu A (1-5), B (6-14), C (15-27), D (28-38), E (39-42), F (4346), G (47-59), H (59-63), I (64-77). Setelah dilakukan proses pengurangan
pelarut/eluen ternyata diketahui terbentuk kristal/padatan pada beberapa vial.
Terbentuknya padatan/kristal pada vial-vial tersebut mengindikasikan bahwa proses
isolasi terhadap kandungan senyawa metabolit sekunder ekstrak tumbuhan mangrove
berhasil dilakukan. Terbentuknya padatan/kristalin pada beberapa vial hasil KCV
(Kromatografi Cair Vakum) yaitu salah satu metode fraksinasi dengan memisahkan
crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut
memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan
pompa vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium
oksida (Ghisalberti, 2008) menunjukkan bahwa terjadi proses isolasi senyawa
metabolit sekunder menggunakan eluen n-heksana dan etil asetat dengan gradien
kepolaran yang berbeda. Tahap selanjutnya adalah melakukan proses pemisahan
padatan/kristalin tersebut dari filtratnya dan selanjutnya dapat dilakukan proses
rekristalisasi (Mahmiah dan Giman, 2013).
Padatan dan kristal hasil rekristalisasi selanjutnya dilakukan uji kelarutan
terhadap beberapa pelarut organik seperti n-heksana, aseton, etil asetat, dan metanol.
Berdasarkan hasil uji kelarutan tersebut, diketahui bahwa keempat padatan tersebut
memiliki kelarutan yang berbeda-beda seperti ditunjukkan pada tabel 2.2
Tabel 2.2. Hasil uji kelarutan senyawa hasil isolasi mangrove A. marina
12
No Vial no.
Kristal/Padatan
1
B-11
A
2
E-42
B
3
F-46
Avicennon
4
G-52
Kuarcetin
sumber : (Mahmiah dan Giman, 2013)
13
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Ordo
: Pseudanonadeles
Family
: Vibrionaceae
Genus
: Aeromonas
Spesies
: Aeromonas hydrophila
2.7.
14
oleh Prihanto (2011) yang menguji aktivitas antibakteri akar mangrove Sonneratia
caseolaris dan Penicillium sp. R1M terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia
coli menunjukkan bahwa ekstraksi akar S. caseolaris dengan metanol menunjukkan
hasil penghambatan terhadap bakteri yang paling besar terhadap bakteri S. aures dan
E. coli yaitu sebesar 6,8 0,8 mm dan 6,6 0,9 mm. Tumbuhan mangrove jenis
Excoecaria agallocha mempunyai aktifitas antibakteri yang terdapat pada hampir
semua bagian tanaman seperti daun, bunga, kulit kayu, batang, dan hanya bagian akar
saja yang tidak mengandung aktifitas antibakteri dalam menghambat aktifitas bakteri
S. aureus. Daya hambat yang dihasilkan untuk daun 19 mm, bunga 21 mm, kulit kayu
20 mm, dan batang sebesar 8 mm (prihanto, 2011). Trianto dkk (2004), dalam
penelitiaannya menyatakan bahwa ekstrak daun Agiceras corniculatum yang diuji
antibakteri
terhadap
bakteri
Vibrio
harveyi
dan
Vibrio
parahaemolyticus
sebesar
0,275-0,55
mm
yang
mampu
menghambat
aktifitas
V.
A. hydrophilla dengan
15
tokolitik maupun yang secara langsung bertindak sebagai agen kontrasepsi tetapi
terindikasi lebih bersifat antibiotik maupun antimikroba (Kusmana et al. 2009).
Senyawa aktif dari tumbuhan mangrove Avicennia spp. bisa dijadikan bioformalin
yang diperoleh dengan menyuling daun-daunnya, yang hasilnya dapat digunakan
sebagai bahan pengawet makanan yang alami (Duke 1983).
Daun A. marina juga terbukti mampu menurunkan kelimpahan Trichodina sp.
pada benih ikan mas sebagimana penelitian yang dilakukan oleh Afifah dkk, (2014)
yang menyatakan bahwa kelimpahan Trichodina sp. pada benih ikan mas dapat di
turunkan setelah dilakukan perendaman dengan perasan daun A. marina selama 4 jam
dan konsentrasi yang paling efektif dalam penurunan kelimpahan Trichodina sp.
pada benih ikan mas yaitu konsentrasi 20% perasan larutan daun api-api dengan
perendaman selama 4 jam. Leukosit benih ikan mas yang terinfeknsi Trichodina sp
mengalami kenaikan nilai sel neutrofil, sel eotrofil dan sel monosit, dan mengalami
penurunan pada sel limfosit dari batas nilai normal leukosit benih ikan mas.
Berkurangnya jumlah Trichodina sp.yang dilakukan oleh perasan larutan daun apiapi (A. marina) menunjukkan adanya respon dalam menghambat perkembangan
Trichodina sp. Hal ini dikarenakan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder
yang bersifat polar pada perasan larutan daun api-api (A. marina) yaitu tannin,
flavonoid dan saponin (Watson et al. 2004 dalam Afifah dkk, 2014).
Aktifitas anti MDRSA (Multi-Drug Resistant Staphylococcus Aureus) dari
tumbuhan mangrove Rhizophora apiculata dan A. marina yang dilarutkan dengan
menggunakan pelarut etanol dan metanol memiliki aktifitas antibakteri yang baik.
Zona inhibisi yang dihasilkan oleh ekstrak etanol dari Rhizophora apiculata dan A.
marina bervariasi masing-masing antara 2 mm-6 mm dan 4 mm-10 mm, sedangkan
ekstrak metanol dari Rhizophora apiculata dan A. marina masing-masing
menghasilkan zona inhibisi sebesar 3 mm-8 mm dan 2 mm-7 mm (Kavitha et al.
2014). Skrining ekstrak tumbuhan mangrove yang diuji antibakteri terhadap bakteri
patogen ikan dan udang menunjukkan aktifitas antibakteri yang signifikan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri uji yaitu sebesar 14 mm pada bakteri patogen
udang V. alginolyticus dan 14 mm pada bakteri patogen ikan Vibrio parahaemolyticus
16
pada konsentrasi 500 mg (Babuselvam et al, 2012). Ekstrak daun daun dan ekstrak
batang Avicennia alba yang diujikan dengan pelarut yang berbeda memiliki aktifitas
antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri yang
diujikan (Nagababu et al. 2012) yang digambarkan dengan tabel aktifitas antibakteri
ekstrak daun dan batang Avicennia alba dibawah ini.
Tabel 2.3. Aktifitas antibakteri dari ekstrak daun Avicennia alba dengan pelarut yang
berbeda
17
Tabel 2.4. Aktifitas antibakteri dari ekstrak batang Avicennia alba dengan pelarut
yang berbeda
18
Pada beberapa penelitian dapat terlihat bahwa beberapa jenis tumbuhan yang
hidup menumpang pada tumbuhan mangrove juga mempunyai aktifitas antibakteri
yang diujikan pada beberapa jenis bakteri. Penelitian antibakteri pada batang benalu
mangrove (Cassytha filiformis) menunjukkan adanya aktifitas daya hambat terhadap
bakteri yang di ujikan. Bakteri yang pertumbuhannya dapat dihambat dengan
menggunakan ekstrak benalu mangrove antara lain Vibrio harveyi, Vibrio
anguilarum, dan E. coli (subagiyo dkk, 2005). Jamur endofit daun A. marina juga
mempuyai aktifitas antibakteri dalam menghambat pertumbuhan beberapa jenis
bakteri seperti Staphylococus dan Shigella dysenteriae. Jamur hitam dan jamur putih
adalah dua jenis jamur hasil isolasi dari jamur endofit daun mangrove A. marina yang
mampu menghambat pertumbuhan Staphylococus dengan daya hambat 21 mm oleh
jamur putih dan 17,2 mm untuk jamur hitam, sedangkan daya hambat yang dihasilkan
oleh jamur hitam dan jamur putih dari jamur endofit daun A. marina untuk bakteri
Shigella dysenteriae adalah sebesar 27 mm untuk jamur putih dan 28 mm untuk
jamur hitam (Yolanda dkk, 2015)