Anda di halaman 1dari 9

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN DI

AREAL IUPHHK-HA PT. KALIMANTAN SATYA KENCANA


KALIMANTAN BARAT
The Residual Stands Damaged as an effect of Harvesting Activities In The Area
IUPHHK-HA PT. Kalimantan Satya Kencana, West Borneo

Sanijar, Togar Fernando Manurung, Ahmad Yani.


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
Email : sanijar.acik@gmail.com

ABSTRACT
This research was conducted in IUPHHK-HA PT. Kalimantan Satya Kencana, it aims to have
the percentation of the damaged residual stands after the harvesting, and it also aims to
determine the relationship between the (LBDS) of harvesting trees. This research is done an 9
plots with the 100 x 100 m2 size, and its place with the methods called line plot sampling with
random start. The damage of the resudual stand of seedling is 26.39%, sapling 27.98% ,pole
26.34%, and tree 20.77%. The damage level of the residual stand is catagorized in heavy
(70.63%, 37.07%), medium (17.81%, 38.23), and low (11.56%; 24.70 ). The relationship
between the harvested trees LBDS and the damaged residual trees shows a highly significant
and positively correlated. More larger of the trees LBDS then the damage will be higher.
Keywords: LBDS, harvesting, residual stands damaged, seedling, sapling, pole, tree.

PENDAHULUAN tidak terjadi penurunan produksi pada


Salah satu ciri hutan hujan tropika siklus tebang berikutnya. Salah satunya
dataran rendah di Sumatera dan adalah dengan melihat kerusakan
Kalimantan adalah sama-sama tegakan tinggal setelah pemanenan
mempunyai kekayaan flora dengan kayu.
keragaman jenis dari satu tempat ke Thaib (1986) menjelaskan bahwa
tempat lain. Hutan ini umumnya faktor yang berperan dalam persentase
didominasi oleh tanaman dari famili penurunan jumlah pohon per hektar
Dipterocarpaceae (Fajri, 2008). Adanya antara lain jumlah pohon yang ditebang,
kegiatan pemanenan hutan dapat kondisi dan situasi lapangan dan faktor
mengakibatkan kerusakan pada tegakan manajemen. Muhdi (2009a) pemanenan
tinggal. Kegiatan pembalakan di kayu menyebabkan kerusakan tegakan
Indonesia dikenal sebutan RIL sisa, tegakan tersebut dapat dipanen lagi
(Reduced Impact Logging) atau RITH pada siklus tebang berikutnya.
(Reduce Impact Timber Harvesting) Penelitian ini bertujuan untuk
untuk mengurangi kerusakan terhadap mengetahui jumlah dan keberadaan
lingkungan (Elias, 2001). permudaan alam tingkat semai, tiang,
Hutan tropis PT. Kalimantan pancang dan pohon setelah kegiatan
Satya Kencana Provinsi Kalimantan pemanenan kayu, mengetahui
Barat merupakan kawasan hutan hujan persentase kerusakan tegakan tinggal
tropis. Potensi tegakan tinggal setelah sesudah pemanenan kayu, untuk
pemanenan kayu perlu dikaji untuk mengetahui hubungan antara luas
penyelamatan pohon-pohon muda agar bidang dasar pohon yang ditebang per

439
hektar dengan besarnya kerusakan pada areal petak pengamatan
tegakan tinggal. menggunakan metode line plot
Data yang diperoleh diharapkan sampling with random start.
dapat menjadi dasar dalam membantu Data sekunder diperoleh melalui
tindakan dan perlakuan silvikultur yang wawancara dan mengutip dari buku atau
tepat sehingga tujuan pengelolaan hutan laporan-laporan yang ada sebagai
yang lestari dapat tercapai. Oleh karena sumber data. Pengumpulan data primer
itu, penelitian mengungkap untuk dilakukan melalui kegiatan pengamatan
mengetahui kerusakan tegakan tinggal dan inventarisasi langsung di hutan pada
tingkat semai, tiang, pancang dan pohon plot permanen/pengukuran yang telah
inti sebelum dan sesudah dilakukukan dibuat. Data yang diperlukan untuk
penebangan pada sistem silvikultur analisa vegetasi ini adalah nama jenis,
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) jumlah, dan diameter untuk tingkat
ini menjadi penting untuk dilakukan. pohon. Sedangkan untuk tingkat tiang,
pancang dan semai adalah nama jenis
METODOLOGI PENELITIAN dan jumlah.
Penelitian dilakukan pada areal Data setelah pemanenan kayu
PT. Kalimantan Satya Provinsi dikumpulkan kemudian dianalisis untuk
Kalimantan Barat di Petak G2-16, Blok mengetahui tingkat kerusakan tegakan
RKT 2013. Selama ± 6 bulan melalui 2 tinggal dapat dikelompokkan menjadi 3
tahap pelaksanaan penelitian, tahap yaitu tingkat kerusakan berat, sedang,
pertama sebelum pemanenan pada dan ringan (Departemen
tanggal 27 Maret – 12 April 2013 dan Kehutanan,1993). Tipe kerusakan
tahap kedua setelah pemanenan pada tegakan tinggal akibat kegiatan
tanggal 28 Agustus - 9 September pemanenan yaitu patah tajuk, patah
2013. Titik koordinat petak penelitian batang, patah dahan, roboh, terkelupas
terletak antara 0041’4.375” – kulit, dan condong (Muhdi dan
0 0
0 40’40.71” LS dan 111 58’40’007” – Hanafiah DS, 2007). Hubungan luas
111058’57.205” BT. bidang dasar pohon yang ditebang
Objek yang diteliti adalah semua dengan besarnya persentase kerusakan
jenis permudaan tingkat semai, tegakan tinggal ditentukan dengan
pancang, tiang dan pohon yang tumbuh persamaan regresi linear, kemudian
pada plot penelitian sebelum dan dilanjutkan untuk mengetahui keeratan
sesudah dilakukan kegiatan pemanenan. hubungan antara variabel X dengan
Penelitian ini dibagi kedalam petak- variabel Y dilakukan uji keeratan
petak ukur dengan ukuran 100 m x 100 hubungan atau Uji r.
m (1ha), sebanyak 9 plot. Masing-
masing plot ini dibagi menjadi 25 sub HASIL DAN PEMBAHASAN
plot dengan ukuran 20 x 20 m2 (pohon), 1. Potensi Tegakan
10 x 10 m2 (tiang), 5 x 5 m2 (pancang) Potensi tegakan sebelum pemanenan
dan 2 x 2 m2 (semai). Untuk mengetahui dan setelah pemanenan pada tingkat
jenis-jenis permudaan alam yang ada

440
semai, pancang, tiang, dan pohon dapat dilihat pada Gambar
ambar 1 dan 2.
400
300 Semai
Pancang
200
Tiang
100
Pohon Inti
0
Pohon
I II III IV V VI VII VIII IX

Gambar 1. Potensi Tegakan Sebelum Pemanenan (The Potential


tial of Stand Before
Harvesting)
300
250 Semai
200
Pancang
150
100 Tiang
50 Pohon inti
0 Pohon
I II III IV V VI VII VIII IX

Gambar 2. Potensi Tegakan Setelah Se Pemanenan (The Potential tial of Stands After
Harvesting)
Pengukuran terhadap potensi pohon inti ≥ 25 batang/ha atau 100 %
tegakan yang dilakukan pada 9 plot (Departemen Kehutanan, 19
1993).
penelitian, yaitu tingkat semai, pancang, Berdasarkan hasil pengamatan potensi
tiang, dan pohon. Diperoleh jumlah tegakan setelah kegiatan pemanenan
yang berbeda-bedabeda pada setiap plot pada permudaan alam menunjukkan
untuk setiap tingkat pertumbuhan.
pertumbuhan hasil rata-rata
rata pada tingkat semai
Faktor tersebut disebabkan oleh kondisi sebesar 235,00 batang/ha, pancang
lokasi penelitian yang merupakan hutan sebesar 185,44 batang/ha, tiang sebesar
primer. Adanya kegiatan pemanenan 132,78 batang/ha dan pohon inti sebesa
sebesar
hutan mengakibatkan kerusakan 42,78 batang/ha.
terhadap tegakan tinggal, sehingga Tingkat kerusakan tegakan tinggal
jumlah tegakan tinggal setelah kegiatan di hutan alam tropika dapat dipengaruhi
pemanenan mengalami pengurangan oleh teknik pemanenan kayu yang
jumlah. digunakan. Menurut Elias (1998),
Jumlah minimal
inimal tegakan tinggal tingkat kerusakan vegetasi tegakan
yang tersedia pada suatu areal bekas tinggal ditetapkan berdasarkan
pemanenan menurut TPTI 1993 untuk perbandingan antara jumlah pohon yang
tingkat semai berjumlah ≥ 1000 rusak akibat kegiatan pemanenan kayu
batang/ha atau > 40 %, pancang dengan jumlah pohon yang terdapat
berjumlah ≥ 240 batang/ha atau > 60 dalam areal tersebut sebelum
%, tiang 75 batang/ha atau 75 %, dan pemanenan dikurangi jumlah pohon

441
yang dipanen. Pemanenan akan pada semua tingkat permudaan.
menyebabkan kerusakan pada tegakan Berdasarkan hasil pengamatan di PT.
yang ditinggalkan beserta permudaanya KSK kerusakan tipe roboh/patah sering
(Indriyati, 2010). dijumpai pada tingkat semai dan
2. Tipe Kerusakan Tegakan Tinggal pancang, karena permudaan tersebut
Kerusakan tegakan tinggal yang masih rentan terhadap kerusakan akibat
terjadi akibat kegiatan pemanenan kayu kegiatan pemanenan hutan sehingga
pada tingkat semai, pancang, tiang dan kerusakan lebih besar terjadi. Tipe
pohon didominasi oleh patah tajuk, kerusakan tegakan tinggal paling besar
roboh, patah dahan, dan terkelupas pada tingkat tiang yaitu roboh dan patah
kulit. Jumlah rata-rata permudaan yang tajuk dengan jumlah kerusakan (12,89
rusak akibat kegiatan pemanenan pada dan 11,56) batang/Ha. Sedangkan pada
tingkat semai yaitu 84,56 batang/ha, tingkat pohon kerusakan paling besar
pancang 71,67 batang/ha, tiang 48,00 terjadi pada tipe terkelupas kulit dan
batang/ha, dan pohon 18,89 batang/ha. patah dahan. Jumlah kerusakan (5,44
Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata dan 5,22) batang/Ha. Sedangkan
kerusakan tegakan tinggal pada plot berdasarkan hasil penelitian Muhdi,
pengamatan disajikan pada Tabel 1 dan (2009b) kerusakan paling besar pada
2. tingkat pohon yaitu patah dahan dan
Menurut Yanuar (1992), roboh dengan jumlah (7,3 dan 6,0)
kerusakan tegakan tinggal tidak terjadi batang/Ha.
Tabel 1. Rata-rata Kerusakan Tegakan Tinggal Tingkat Semai dan Pancang
Berdasarkan Tipe Kerusakan Akibat Pemanenan (The Average of Residual
Stands Damage Seedlings and Saplings Based on the Type of Damage as an
Effect From Harvesting).
Jumlah Permudaan yang
Tingkat Persentase (%) Katagori
Roboh/Patah (batang/ha)
Semai 84,56 26,39 Sedang
Pancang 71,67 27,98 Sedang

Tabel 2. Rata-rata Kerusakan Tegakan Tinggal Tingkat Tiang dan Pohon Berdasarkan
Tipe Kerusakan Akibat Pemanenan (The Average of Residual Stands Damage
Pole Level and Tree Based on the Type of Damage as an Effect From
Harvesting).
Jumlah Kerusakan
Tingkat Tipe Kerusakan Persentase (%) Katagori
(batang/ha)
Patah Tajuk 11,56 6,27
Patah Batang 6,67 3,61
Patah Dahan 2,67 1,53
Tiang
Roboh 12,89 7,03
Terkelupas Kulit 6,33 3,54
Condong 7,89 4,36
Jumlah 48 26,34 Sedang

442
Patah Tajuk 1,78 1,97
Patah Batang 1,56 1,7
Patah Dahan 5,22 5,76
Pohon
Roboh 2,11 2,34
Terkelupas Kulit 5,44 5,93
Condong 2,78 3,06
Jumlah 18,89 20,77 Ringan

Tipe kerusakan berdasarkan hasil potensi tegakan setiap penelitian


analisa data tabel 1 dan tabel 2, rata-rata berbeda.
persentase kerusakan tegakan tinggal Menurut Elias (2002), besarnya
dengan nilai tingkat semai sebesar 26,39 luas bidang dasar pohon produksi per
%, pancang sebesar 27,98 %, tiang hektar sangat tergantung dari intensitas
sebesar 26,34 %, dan pohon sebesar tebang. Makin besar intensitas tebang
20,77 %. Menurut Matangaran (2003), (pohon/ha), makin besar luas bidang
dalam penelitiannya yang dilaksanakan dasar pohon produksi per ha. Demikian
di PT. Siak Raya Provinsi Riau pula terhadap kerusakan tegakan
kerusakan tegakan tingkat semai, tinggal, semakin tinggi intensitas tebang
pancang, tiang dan pohon sebesar semakin besar kerusakan terhadap
(39,10 %, 38,70 %, 38,40 %, dan 24,20 vegetasi.
%), Menurut Elias (1997) dalam 3. Tingkat Kerusakan Tegakan
penelitiannya yang dilaksanakan di PT. Tinggal
Kiani Lestari kerusakan tegakan tingkat Tingkat kerusakan tegakan tinggal
semai, pancang, tiang dan pohon tingkat semai, pancang, tiang, dan
sebesar (38,20 %, 43,40 %, 33,26 %, pohon didominasi oleh kerusakan
dan 12,62 %), Jika dibandingkan ringan (< 25 %) dan sedang (25 % - 50
dengan penelitian Fitriani (2000), %) sesuai dengan petunjuk TPTI
kerusakan tegakan tinggal tingkat (Departemen Kehutanan, 1993). Rata-
semai, pancang, tiang, dan pohon rata kerusakan tegakan tinggal setelah
sebesar (45,09 %, 41,35 %, 39,13 %, kegiatan pemanenan pada tingkat semai
dan 34,03 %). Hasil penelitian sebesar 26,39 %, pancang sebesar 27,98
Matangaran, Elias dan Fitriani %, tiang sebesar 26,34 %, dan pohon
menunjukkan persentase kerusakan sebesar 20,77 %. Hasil pengamatan
tegakan tinggal tingkat semai, pancang menunjukkan persentase kerusakan
dan tiang lebih besar dibandingkan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon
dengan hasil penelitian di PT. KSK, hal dari individu yang rusak dapat dilihat
ini disebabkan oleh jumlah penebangan pada Gambar 3.
pada setiap plot berbeda-beda dan

443
80 70.63

60
37.07 38.23
40 24.7
17.81
20 11.56

0
Berat Sedang Ringan
Tiang Pohon

Gambar 3. Persentase tingkat kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon.
(The Persentage of stand damage pole level remains and trees)

Berdasarkan hasil pengamatan (70,63 % dan 37,07 %) dari total


untuk menebang 1 batang pohon kerusakan, sedang (17,81 % dan 38,23
menyebabkan kerusakan tegakan tinggal %), dan ringan (11,56 % dan 22,70 %).
tingkat semai sebesar 9,75 batang/ha, Berdasarkan penelitian
pancang sebesar 8,27 batang/ha, tiang Matangaran (2003), menunjukkan
sebesar 5,54 batang/ha, dan pohon besarnya kerusakan pada tingkat
sebesar 2,18 batang/ha. Sehingga kerusakan berat sebanyak 72,31 % dari
berdasarkan rata-rata pohon yang kerapatan awal, kerusakan sedang
ditebang pada plot penelitian di PT. sebesar 14,05 %, dan kerusakan ringan
KSK sebesar 8,67 batang/ha dapat sebesar 13,64 %. Sedangkan penelitian
menimbulkan kerusakan tegakan tinggal yang dilakukan Elias (1993) tingkat
tingkat semai sebesar 84,56 batang/ha, kerusakan berat menempati nilai
tingkat pancang 71,67 batang/ha, terbesar yaitu 82,13 % dan Elias (1997)
tingkat tiang sebesar 48,00 batang/ha, dalam penelitiannya yang dilaksanakan
dan tingkat pohon sebesar 18,89 di PT. Kiani Lestari dan PT.Nakata
batang/ha. Timber tingkat kerusakan berat (83,29
Menurut Nasution (2009), % ; 82,12 %), sedang (6,15 % : 13,19
besarnya kerusakan tegakan tinggal %) dan ringan (10,56 % ; 4,58 %).
yang disebabkan oleh menebang satu Sedangkan penelitian yang dilakukan di
pohon menyebabkan kerusakan pada PT. KSK kerusakan tegakan tinggal
tingkat pohon sebesar 6,46 batang. Hal pada tingkat pohon menunjukkan hasil
ini berbeda dengan penelitian Priyanto yang rendah yaitu sebesar 37,07 %. Hal
(2000) menebang satu batang pohon ini disebabkan oleh keahliaan operator
akan mengakibatkan kerusakan tegakan chainsaw dan operator tractor dalam
tinggal tingkat pohon sebesar 1,49 kegiatan pemanenannya sudah cukup
batang. Berdasarkan gambar 3, baik sehingga tingkat kerusakan dapat
persentase kerusakan tegakan tinggal diminimalisir.
dari tiga kelas tingkat kerusakan yaitu
berat, sedang, dan ringan. Kerusakan
tegakan tinggal pada tingkat tiang dan
pohon dengan katagori berat sebesar

444
4. Hubungan Luas Bidang Dasar Perhitungan Uji Nyata F
Pohon yang Ditebang Terhadap menunjukkan luas bidang dasar pohon
Kerusakan Tegakan Tinggal. yang ditebang terhadap kerusakan
tegakan tinggal tingkat semai, pancang,
Hubungan persamaan antara luas tiang dan pohon menunjukkan
bidang dasar pohon yang ditebang per hubungan yang sangat nyata dimana F-
hektar terhadap kerusakan tegakan hitung lebih besar daripada F-tabel yaitu
tinggal per hektar dianalisis dengan F-tabel 5% dan 1%. Hubungan keeratan
persamaan Y = a + bX. Y merupakan antara variabel Y dengan variabel X
luas bidang dasar sedangkan X menunjukkan hubungan linear atau
merupakan persentase kerusakan korelasi sederhana antara variabel X dan
tegakan tinggal per hektar. Untuk Y dimana R-hitung lebih besar
melihat perhitungan persamaan garis daripada R-tabel 5 % dan 1%.
regresi, korelasi pearson (r), dan hasil
uji nyata F disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Persamaan Garis Regresi, Korelasi Pearson (r), Hasil Uji Nyata F dan Uji R
(The Equality Or Regression Line, Correlation Pearson (R), Real Test Result
F And R Test)
Persamaan Garis F-Tabel R- R-Tabel
No Uraian F-Hitung
Regresi 0,05 0,01 Hiting 0,05 0,01
1 Kerusakan
keseluruhan Y = -0,124 + 0,151 X 82,781** 5,59 12,25 0,960** 0,666 0,798
tingkat semai
2 Kerusakan
keseluruhan Y = 0,962 + 0,104 X 19,911** 5,59 12,25 0,860** 0,666 0,798
tingkat pancang
3 Kerusakan
keseluruhan Y = 0,367 + 0,133 X 37,146** 5,59 12,25 0,917** 0,666 0,798
tingkat tiang
4 Kerusakan
keseluruhan Y = 0,452 + 0,165 X 38,223** 5,59 12,25 0,919** 0,666 0,798
tingkat pohon
Keterangan : ** = Berbeda Sangat Nyata

Dari persamaan tersebut me- 20,77 %. Hal ini sesuai dengan


nunjukkan bahwa semakin besar luas penelitian Fitriani (2000), yang
bidang dasar pohon yang ditebang menghubungkan luas bidang dasar
semakin besar pula kerusakan tegakan pohon yang ditebang per hektar dengan
tinggal yang terjadi. Rata-rata luas kerusakan tegakan tinggal terdapat
bidang dasar pohon yang ditebang hubungan yang linear dan berkorelasi
sebesar 3,8765 sehingga mengakibatkan positif, dimana penelitian tersebut
kerusakan tegakan tinggal tingkat semai didapatkan hasil rata-rata luas bidang
sebesar 26,39 %, pancang sebesar 27,98 dasar pohon yang ditebang sebesar
%, tiang sebesar 26,34 %, dan pohon 4,037 mengakibatkan kerusakan

445
tegakan tinggal pada tingkat semai DAFTAR PUSTAKA
sebesar 45,09 %, pancang sebesar 41,35
%, tiang sebesar 39,13 %, dan pohon Departemen Kehutanan. 1993. Pedoman
Petunjuk Teknis Tebang Pilih
sebesar 34,03 %.
Tanam Indonesia (TPTI) Pada
hutan Alam Daratan.
KESIMPULAN DAN SARAN Departemen Kehutanan
Kesimpulan Republik Indonesia. Jakarta.
Tingkat kerusakan keseluruhan yang Elias, 1993. Kerusakan Tegakan
terjadi pada plot penelitian di PT. Tinggal pada Hutan Tropika
Kalimantan Satya Kencana pada tingkat Basah Akibat Pemanenan Kayu
semai, pancang dan tiang termasuk dengan Sistem TPTI. Rimba
tingkat kerusakan sedang (25 - 50 %) Indonesia 29 (3-4): 32-38.
dan pohon termasuk dalam tingkat Elias, 1997. Hasil-hasil Penelitian
kerusakan ringan ( < 25 %). Pemanenan Kayu Berwawasan
Kerusakan tegakan tinggal tingkat Lingkungan di Indonesia dan
kerusakan yang terjadi di plot penelitian Negara Tropis Lainnya. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 10 (1):
pada tingkat tiang dengan katagori
5-9.
kerusakan berat sebesar 70,63 % dari
total kerusakan, sedang sebesar 17,81 Elias. 2001. Pedoman Reduced Impact
Logging Indonesia. Bogor:
%, dan ringan sebesar 11,56 %,
Center For International
sedangkan pada tingkat pohon dengan Forestry Research.
katagori kerusakan berat sebesar 37,07
Elias. 2002. Rasionalisasi Kegiatan
% dari total kerusakan, sedang sebesar Logging dan Kondisi
38,23 %, dan ringan sebesar 24,70 %. Minimum Struktur Tegakan
Hubungan antara luas bidang dasar yang Boleh ditebang Dalam
pohon yang ditebang dengan kerusakan Pengelolaan Hutan Alam
tegakan tinggal sangat berpengaruh Tropika di Indonesia. Jurnal
sangat nyata, semakin besar LBD maka Penelitian Hasil Hutan 15 (1):
33-47.
semakin besar kerusakan tegakan yang
terjadi. Fajri, M. 2008. Pengenalan Umum
Saran Dipterocarpaceae, Kelompok
Jenis Bernilai Ekonomi Tinggi.
Pembatasan jumlah pohon yang
Jurnal Balai Besar Penelitian
ditebang maksimal setiap hektar Dipterocarpaceae Vol 2:1 (9-
diperlukan untuk mengurangi kerusakan 21).
akibat pemanenan hutan. Perlu
Fitriani, J. 2000. Studi Kerusakan
dilakukan penanaman kembali pada Tegakan Tinggal Pada Areal
lokasi areal bekas pemanenan karena Bekas Pemanenan Secara
pada tingkat semai dan pancang tidak Mekanis di HPH PT. Inhutani
mencukupi patokan minimal sistem III Eks. HPH PT. Rimba
silvikultur TPTI dan pada tingkat tiang Adiaya Nusantara Kabupaten
dan pohon perlu dilakukan Sintang. Skripsi. Jurusan
Kehutanan Fakultan Pertanian
pemeliharaan dan penyiangan vertikal.

446
Universitas Tanjungpura. Panel, Hayati Vol 15 (77-84).
Pontianak. Departemen Ilmu Kehutanan
USU Medan. Medan.
Indriyati, I.N. 2010. Kerusakan Tegakan
Tinggal Akibat Pemanenan Nasution, AK. 2009. Keterbukaan Areal
Hutan di PT. Salaki Summa dan Kerusakan Tegakan
Sejahtera Pulau Siberut Tinggal Akibat Kegiatan
Sumatera Barat. Skripsi. Penebangan dan Penyaradan
Fakultas Kehutanan IPB (Studi Kasus di PT. Austria
Bogor. Bogor. Dipublikasikan. Byna, Kalimantan Tengah).
[Skripsi]. Fakultas Kehutanan,
Matangaran JR. 2003. Natural
IPB. Bogor..
Regeneration and Stand
Damage After Logging Priyanto HM, 2000. Studi Kerusakan
Operation. Jurnal Penelitian Tegakan Tinggal Tingkat
Hasil Hutan 16 (2): 63-69. Pohon Akibat Eksploitasi
Hutan Pada HPH PT. Duadja
Muhdi dan Hanafiah,DS. 2007. Dampak
Corporation II Kabupaten
Pemanenan Kayu Berdampak
Rendah Tehadap Kerusakan Ketapang. Skripsi. Jurusan
Kehutanan, Fakultas Pertanian
Tegakan Tinggal di Hutan
UNTAN Pontianak. Pontianak.
Alam. Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian Indonesia Volume Thaib, J. 1986. Pengaruh Intensitas
9:1 (32-39). Penebangan dan Kelerangan
Terhadap Keterbukaan Tanah.
Muhdi. 2009a. Struktur dan Komposisi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Permudaan Hutan Alam
Volume 2 No:4. Puslitbang
Tropika Akibat Pemanenan
Hutan. Bogor.
Kayu dengan Sistem
Silvikultur Tebang Pilih Tanam Yanuar DS. 1992. Studi Komposisi dan
Indonesia. Jurnal Bionatura, Struktur Tegakan Sebelum dan
Vol 11:1 (68-79). Departemen Sesudah Pemanenan Kayu
Ilmu Kehutanan USU Medan. dengan Sistem Silvikultur
Medan. Tebang Pilih Tanam Indonesia
(TPTI) di Areal HPH PT. Kayu
Muhdi. 2009b. Dampak Pemanenan
Pesaguan (Alas Kusuma Grup)
Kayu Dengan Teknik Reduced
Kalimantan Barat. Skripsi.
Impact Logging Terhadap
Fakultas Kehutanan IPB
Kerusakan Tegakan Sisa di
Bogor. Bogor.
Hutan Alam. Jurnal Berk.

447

Anda mungkin juga menyukai