Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI POHON INDUK

DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU


TAHUN 2020
HUTAN
INDONESIA

Ditjen Planologi Kehutanan dan Tata


Lingkungan (2019), Luas lahan
berhutan seluruh daratan Indonesia
adalah 94,1 juta ha atau 50,1% dari
total daratan.
Luas hutan Indonesia cenderung
menurun akibat doforestasi baik itu di
dalam kawasan hutan maupun di luar
kawasan hutan (Ditjen PKTL KLHK
Tahun 2019)
Luas deforestasi tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder, yaitu 162,8 ribu ha, dimana 55,7%
atau 90,6 ribu ha berada di dalam kawasan hutan dan sisanya seluas 72,2 ribu ha atau 44,3%
berada di luar kawasan hutan. 
Pohon Induk

HUTAN
INDONESIA SDA Yang Dapat Habis

SDA Yang Dapat


TN. Lore Lindu Diperbaiki
Maksud
Untuk mengetahui jenis, jumlah, sebaran lokasi dan
ketersediaan pohon induk di kawasan TNLL yang nantinya
akan digunakan sebagai sumber benih/bibit berkualitas dalam
pengembangan Kebun Bibit Resort (KBR) guna merehabilitasi
kawasan hutan yang telah rusak khususnya TNLL yang telah
mengalami degradasi/ kerusakan.

Tujuan
Dengan diketahuinya jenis, jumlah, sebaran lokasi dan
ketersediaan pohon induk di kawasan TNLL maka dapat
memudahkan Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu selaku
pengelola kawasan dalam mendapatkan benih/ bibit
berkualitas Untuk pengembangkan KBR.
Ciri-Ciri Pohon Induk
Departemen Kehutanan, 2006
a. Bentuk batang, tajuk dan pertumbuhannya bagus.
b. Tajuk pohon mendapat cahaya dari arah samping dan atas.
c. Pohon tersebut telah diketahui masa berbunga dan berbuahnya.
d. Pohon tersebut tidak tertekan atau ternaungi oleh pohon-pohon di sekitarnya.
c. Pohon tersebut dalam kondisi sehat (tidak teserang oleh hama ataupun penyakit).
d. Pohon memiliki sifat-sifat yang unggul seperti bentuk batang lurus, tumbuh cepat,
diameter besar, batang silindris tidak mengerucut, tajuk sempit, percabangan kecil
dengan sudut mendatar, serta tahan terhadap hama dan penyakit tanaman.

Rochmini, 1994
a. Riap pertumbuhan dan bentuk batang bagus.
b. Kemampuan pruning secara alami bagus.
c. Tajuk sempit, rapi dan bagus bentuknya.
d. Sehat (Tahan Penyakit)
c. Sudah Mengalami Pembungaan (Mampu Berbunga)
d. Kualitas Kayu Bagus.
Metode Penunjukan Pohon Induk

06
an, 20
ut an
Keh
men
e
Dep
art Metode Okuler

Metode Pohon
Pembanding

Metode Garis Dasar

Metode Standar Absolute


Kriteria Penilaian Seleksi Pohon Induk

Djamhuri dkk. (2006)

1. Tinggi pohon minimal sama dengan rata-rata tinggi pohon pembanding/


pohon-pohon yang tumbuh di dalam tegakan.
2. Diameter batang minimal 10% lebih besar dibandingkan rata-rata diameter
pohon pembanding/pohon-pohon yang tumbuh di dalam tegakan.
3. Batang bebas cabang minimal 50% dari tinggi pohon.
4. Panjang bentuk batang yang lurus dan silindris minimal 50% dari tinggi
bebas cabang.
5. Diameter cabang maksimal 50% dari diameter batang tempat kedudukan
cabang yang bersangkutan.
6. Sudut cabang minimal 50 derajat.
7. Pohon sehat (tidak terserang hama dan penyakit) dengan persentase luas
tanda-tanda serangan penyakit <20%.
8. Kemampuan pemangkasan alami minimal sedang
Seleksi Pohon Induk

1. Sistem Seleksi Regresi


2. Sistem Silsilah
3. Sistem Mutu Secara Subjektif
4. Sistem Skor

Sistem skor adalah sistem penilaian calon pohon plus


HUTAN ALAM dengan cara memberikan bobot nilai pada sifat-sifat penting
yang dinilai. Suatu calon pohon plus dinilai secara
pengamatan visual kemudian diberikan bobot penilaian pada
setiap sifat yang dinilainya. Sifat yang akan dinilai diukur
dengan menggunakan alat ukur, sehingga penilai (grader)
yang berbeda dapat juga melakukannya dengan metode
yang sama. Penilaian lebih terukur dan bersifat objektif
karena alat ukurnya sama. Sistem skor dengan pohon
pembanding lebih cocok digunakan pada kegiatan seleksi
pohon plus di hutan tanaman, sedangkan di hutan alam
adalah lebih cocok dengan sistem skor tanpa pohon
pembanding.
Metode Pelaksanaan
2
Bid. II ey
r v an
Makmur u
S ang
p
La
Untuk kawasan konservasi
TN Lore Lindu, yang
Bid. I memungkinkan dalam
Saluki melakukan identifikiasi
pohon induk adalah sistem
skoring. Beberapa sifat
yang harus diukur adalah:
a. Diameter
b. Tinggi Pohon
c. Batang Bebas Cabang
d. Kesilndrisan Batang
Studi Literatur dan Pembuatan e. Permukaan batang
1
Peta Kerja Bid. III f. Cacat lain
Poso
Form Penilain Calon Pohon Induk
No Karakteristik Nilai Skor
Penilain Calon Pohon Induk 1 Diameter Btg >150 cm 30
    100 - 150 20
Hasil     50 - 99 10
Minimal     <50 0
Kelurusan Batang 80
Diameter 2 Btg Bbs Cabang >75% dari tinggi pohon 20

Menggunakan Pita Mater Untuk Mendiskripsikan     50 – 75% dari tinggi pohon 10


Untuk Mengukur Dimensi Volume Kayu     25 – 49% dari tinggi pohon 5
    <25% dari tinggi pohon 0
Pohon
Kesilindrisan Batang 3 Kelurusan Btg >75% dari tinggi Btg 10
Dinilai Mulai 50 Cm dari atas     50 – 75% dari tinggi Btg 5
Tinggi Pohon
akar banir ke atas: silindris,     <50% dari tinggi Btg 0
Menggunakan Hagameter
hampir silindris dan tidak 4 Keslindirisan Btg Slindris 5
Untuk Menilai Kualitatif dan
silindris     Hampir Slindris 3
Kualitas Batang     Tidak Slindris 0
Permukaan Batang dan 5 Permukaan Btg Rata 5
Batang Bebas Cabang Cacat Lain     Kasar 3
Menggunakan Hagameter Untuk Mendiskripsikan     Benjol-Benjol 0
Untuk Memprediksi Volume Kesehatan Pohon: Rata, 6 Cacat/penyakit Tidak ada cacat/penyakit 30
Kayu, Diukur Dari Panggkal Agak Rata, Kasar dan     Ada cacat sedikit (Jamur, lobang, patah, 10
Sampai Posisi Cabang Benjol-benjol. Cacat akibat dll) tapi diperkirakan tidak mempengaruhi
pertumbuhan
Pertama Serangan Hama dan
Penyakit     Ada cacat (Jamur, lobang, patah, dll) tapi 0
diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan
Pencatatan Data Lapangan
Setelah pohon induk telah terpilih selanjutnya dilakukan pengambilan data-
data lingkungan habitat yang terdiri dari topografi, aksessibilitas, letak
geografis dan selanjutnya memasang plang informasi dari kertas kanvas ukuran
30 x 45 cm yang berisi informasi karakteristik pohon induk terdiri dari :

Tingkat keberhasilan kegiatan pada setiap


lokasi diukur berdasarkan indikator yang telah Indikator Pencapaian Kegiatan
Nama Pohon ditetapkan

Diameter Keberhasilan
Indikator
(%)
- Sumberdaya genetik penting dan unggul di dalam kawasan tidak
Tinggi Total Pohon 0 dapat terdeteksi sebab tidak ditemukan pohon induk untuk 5 jenis
TSL yang dicari
- Sumberdaya genetik penting dan unggul di dalam kawasan kurang
Tinggi Bebas Cabang terdeteksi dengan hanya menemukan masing-masing 1 pohon
50
induk untuk 5 jenis TSL yang dicari
Keselindrisan Batang - Berhasil memetakan pohon induk yang ada di lokasi survey
- Terdeteksinya sumberdaya genetik penting dan unggul di dalam
kawasan dengan ditemukannya masing-masing >2 pohon induk
Permukaan Batang 100
untuk 5 jenis TSL yang dicari
- Berhasil memetakan pohon induk yang ada di lokasi survey
1. Peta Kerja 7. Kamera 12. Plang Informasi
2. GPS 8. Tali Nilon 13. Personal use Alat dan
3. Kompas 9. Parang 14. Tally Sheet Bahan Kerja
4. Alat Tulis 10. Cat
5. Meteran (Roll dan Pita Meter) 11. Kuas S heet
Ta lly

Anda mungkin juga menyukai