Residual Stand Damage Due To Timber Harvesting in PT Tunas Timber Lestari, Papua
Residual Stand Damage Due To Timber Harvesting in PT Tunas Timber Lestari, Papua
Article History:
Kegiatan pemanenan kayu dapat menyebabkan terjadinya kerusakan tegakan
Received 31January 2020; tinggal, hal ini dapat terjadi karena teknik pemanenan kayu yang tidak tepat.
received in revised form 28 Penelitian dilaksanakan di areal IUPHHK-HA PT Tunas Timber Lestari di Provinsi
July 2020; accepted 28 July Papua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Jumlah pohon yang ditebang dan
2020. disarad pada 3 petak tebang dengan masing-masing 3 plot contoh pengamatan,
Available online since setiap plot contoh pengamatan memiliki luas 2 ha (total luas areal pengamatan
31 August 2020 18 ha) adalah rata-rata sebanyak 16 pohon per ha; 2). Rata-rata jumlah tegakan
Kata Kunci: tinggal (pohon berdiameter ≥ 20 cm) yang rusak akibat penebangan adalah 26
Penebangan, penyaradan, pohon (13,00%) per ha, dengan rincian kerusakan tajuk 4 pohon (15,39%), patah
kerusakan, tegakan tinggal cabang 13 pohon (50,00%), luka batang 2 pohon (7,69%) dan batang
roboh/miring 7 pohon (26,92%); 3). Kerusakan tegakan tinggal pada
Keywords:
Felling, skidding, damage, penebangan lebih disebabkan faktor kurang terampilnya operator chainsaw
residual stand dalam menentukan arah rebah; 4). Kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan
rata-rata sebanyak 23 pohon (9,99%) per ha, dengan rincian kerusakan banir 1
How to cite this article: pohon (4,4%), luka batang 7 pohon (2,97) dan roboh/miring 15 pohon (65,2%) ;
Yuniawati & Dulsalam
dan 5). Penyebab kerusakan tegakan tinggal pada penyaradan adalah belum
(2020). Residual Stand
Damage Due to Timber dibuat jalan sarad sehingga traktor sarad terlalu sering melakukan gerakan
Harvesting in PT Tunas manuver.
Timber Lestari, ABSTRACT
Papua. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea, 9(2), Timber harvesting activities can cause damage to residual stands, this can occur
121-132. doi: due to improper timber harvesting techniques. The study was conducted at one of
http://dx.doi.org/10.1833 PT Tunas Timber Lestari’s IUPHHK-HA in Papua Province. The results showed that:
0/jwallacea.2020.vol9iss2p
p121-132
1). The number of trees felled and skidded on 3 logging compartment with each of
the 3 plot of observation sample has an area of 2 ha (the total area of the research
Read online: is 18 ha) is 16 trees on average; 2). The average number of residual stand (trees
Scan this with a diameter of ≥ 20 cm) damaged by logging is 26 trees (13.00%) per ha with
QR code details of damage to canopy of 4 trees (15.39%), broken branches of 13 trees
with (50.00%), the trunk wound of 2 trees (7.69%) and the collapsed/tilted of 7 trees
your
Smart (26.92%); 3). Damage to the residual stand in felling is caused more by the lack of
phone or skilled chainsaw operators in determining felling direction; 4) Damage to residual
mobile stands due to skidding is an average of 23 trees (9.99%) per ha, with details of 1
device to read online. trees buttress (4.4%), wounds injuries of 7 trees steam (2.97) and collapsed/slanted
15 trees (65.2%); and 5). The cause of damage to the residual stand on skidding is
that the skid trail has not been made and the skid tractor maneuvers too often.
122
Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu di PT Tunas Timber Lestari, Papua
Yuniawati & Dulsalam
seperti resak (Vatica papuana), mersawa dan lembar pencatatan (tally sheet). Sedang
(Anisoptera sp), merawan (Hopea sp), nyatoh alat yang digunakan adalah chainsaw (alat
(Palaquium sp) dan jenis non tebang pohon), traktor (alat sarad), phi-band
Dipterocarpaceae antara lain benuang dan meteran (alat ukur diameter dan panjang
(Octomeles sumatrana), medang (Litsea sp), batang), clino meter (alat pengukur lereng)
bintangur (Calophylum sp), pala hitam dan kompas, dan kamera digital (untuk
lain-lain (RKUPHHK-HA, 2010). Melihat dokumentasi). Objek dalam penelitian ini
potensi kayu tersebut dan sebaran jenis adalah setiap pohon berdiameter 20 cm ke
pohon yang ada maka perlu dilakukan atas yang mengalami kerusakan pada plot
penelitian pengaruh pemanenan kayu contoh pengamatan (PCP).
terhadap kerusakan tegakan tinggal di
pengusahaan hutan alam Papua tersebut. C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Penentuan plot contoh pengamatan
tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat (Soenarno, et al. 2016)
pemanenan kayu (penebangan dan
penyaradan) di hutan alam Papua. a. Pembuatan 3 plot contoh pengamatan
(PCP) masing-masing berukuran minimal 2
II. METODOLOGI PENELITIAN ha (200 x 100 m) pada setiap petak tebang
terpilih.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penempatan PCP dirancang secara
Lokasi penelitian dilaksanakan di areal systematic sampling with purposive start di
kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan mana PCP pertama dilakukan secara
Kayu– Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Tunas purposive pada petak tebang terpilih
Timber Lestari Kabupaten Boven Digoel, dengan kriteria memiliki sebaran pohon
Provinsi Papua, pada petak tebang K47, L47, produksi sehingga jumlah pohon dipanen
dan CC 47. Pelaksanaan penelitian dapat terpenuhi dan kondisi kelerengan
dilaksanakan pada bulan Juli 2019. yang sama dengan 2 PCP lainnya dan PCP
B. Bahan dan Peralatan selanjutnya dibuat secara sistimatik
Bahan yang digunakan meliputi cat, dengan jarak antar PCP adalah 100 m
spidol, bahan bakar minyak, minyak pelumas (Gambar 1).
1.000
m
200
Alternatif-1
P
2
100
100
P1 100
200. P3
m
Batas anak petak 1.000.m
Keterangan:
tebang
100 = jalan angkutan
P1 = jalan sarad
100
200. = TPn
100
m P (j1...j50) = jalur rintisan
P3
2
Alternatif-2 100
pengamatan kerusakan tegakan tinggal. Kita cabang patah, luka batang dan pohon
dapat mengetahui kondisi tegakan tinggal roboh/miring yaitu masing-masing 4 pohon
sebelum ditebang atau disarad dengan setelah (15,39%), 13 pohon (50,00%), 2 pohon
ditebang atau disarad. (7,69%), dan 7 pohon (26,92%). Hasil
Hasil pengukuran intensitas penebangan penelitian ini memiliki kerusakan tegakan
dan penyaradan disajikan pada Tabel 1. Tabel lebih rendah daripada hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa jumlah pohon Mawazin (2013) yang menunjukkan bahwa
yang ditebang dan disarad adalah sama penebangan 39 batang/ha dengan luas bidang
karena penyaradan dilakukan pada pohon dasar 6,45 m2 dan volume 76,84 m3 telah
yang telah ditebang dimana 16 pohon/ha yang menimbulkan kerusakan tegakan tingkat
ditebang semuanya harus dikeluarkan dari pohon sebesar 27,79%. Suwarna et al. (2014)
petak tebang atau disarad. Pohon-pohon yang menyatakan bahwa patah batang dan roboh
berdiameter ≥ 20 cm merupakan pohon- merupakan bentuk kerusakan yang sering
pohon yang diperkirakan dapat tumbuh terjadi akibat penebangan, dengan proporsi
menjadi kayu produksi pada rotasi berikut, masing-masing sebesar 44% dan 20%.
sehingga melalui pengamatan kerusakan Kerusakan tegakan tinggal akibat
tegakan tinggal ini dapat diketahui potensi penebangan dapat diminimalkan melalui
penurunan produksi kayu dari jumlah potensi penerapan teknik penebangan ramah
tegakan yang berdiameter ≥ 20 cm tersebut. lingkungan. Ada sejumlah faktor yang
menyebabkan terjadinya kerusakan tegakan
C. Kerusakan Tegakan Akibat
tinggal akibat penebangan, seperti arah rebah
Penebangan Kayu
pohon yang salah, tiupan angin, tegakan yang
Kerusakan tegakan tinggal akibat
rapat, ukuran diameter pohon sangat besar
pemanenan kayu harus diminimalkan untuk
dan tinggi, topografi yang curam, dan
menyelamatkan pohon muda sehingga dapat
keterampilan operator chainsaw. Hasil
dihindari terjadinya penurunan produksi
penelitian Hwang et al. (2018) menunjukkan
kayu pada rotasi penebangan berikutnya.
bahwa pada tegakan yang rapat, terjadinya
Hasil rekapitulasi pengukuran dan
kerusakan tegakan tinggal lebih besar
perhitungan kerusakan tegakan akibat
daripada yang terjadi pada tegakan jarang.
penebangan disajikan dalam Tabel 2.
Britto et al. (2019) mengemukakan bahwa
Tabel 2 menunjukan bahwa rata-rata
kerapatan tegakan yang tinggi harus
pohon berdiameter ≥ 20 cm adalah sebanyak
diperhatikan untuk mengurangi kerusakan
117 pohon/ha dengan rata-rata pohon yang
tegakan tinggal. Soenarno et al. (2017)
ditebang sebanyak 16 pohon/ha. Kerusakan
mengemukakan bahwa faktor keterampilan
pohon berdiameter ≥ 20 cm rata-rata
penebang (operator chainsaw)
sebanyak 26 pohon/ha (13,00%). Kerusakan
tegakan umumnya berupa kerusakan tajuk,
125
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 9 No.2, Agustus 2020: 121 - 132
14
12
Jumlah pohon
10
8
6
4
2
0
K47 L47 CC47
Petak tebangan
a b c d
30
25
Jumlah pohon
20
15
10
5
0
K47 L47 CC47
Petak tebangan
a b c
Keterangan (Remarks) : A = luka batang (stem wounds); B = luka banir (butters wounds);
C = Roboh/miring (collapsed/tilted)
batang. Pada petak tebang K47 bentuk roboh/miring. Bentuk kerusakan yang
kerusakan didominasi oleh roboh (28 pohon), dominan terjadi akibat penyaradan adalah
petak tebang L47 didominasi oleh roboh (15 roboh/miring. Penyebab kerusakan tegakan
pohon) dan petak tebang CC47 didominasi tinggal pada penyaradan adalah belum dibuat
kerusakan luka batang (14 pohon). Tipe jalan sarad dan traktor sarad terlalu sering
kerusakan yang terjadi pada setiap petak melakukan manuver.
karena kesalahan operator traktor saat
menyarad. Tipe kerusakan roboh terjadi B. SARAN
akibat traktor yang mendorong pohon inti Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
tanpa jalur sarad yang jelas (karena belum disarankan perlu adanya peningkatan
dibuat jalur sarad), sehingga manuver traktor keterampilan operator, untuk itu P3HH dapat
mengakibatkan dorongan tersebut berperan dalam melakukan transfer teknologi
merobohkan tegakan tinggal. Tipe kerusakan melalui pelatihan guna mewujudkan
luka batang disebabkan karena sisi kiri atau penerapan Reduced Impact Logging (RIL) di
kanan blade traktor yang menggores tegakan lapangan secara benar dan tepat.
tinggal sehingga kulit kayu terkelupas. Bentuk
kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan UCAPAN TERIMA KASIH
disajikan pada Gambar 5. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada seluruh staf lapangan PT. Tunas
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Timber Lestari yang telah membantu
pengumpulan data di lapangan dan Kepala
A. KESIMPULAN Pusat Litbang Hasil Hutan yang telah
Kerusakan tegakan tinggal yang terjadi mendanai penelitian ini melalui skema
akibat penebangan pada areal penelitian kerjasama dengan PT. Tunas Timber Lestari.
antara lain berupa kerusakan tajuk, cabang
patah, luka batang dan batang roboh/miring. KONTRIBUSI PENULIS
Kerusakan cabang yang patah dan batang YN: kontributor utama, pelaksanaan
roboh/miring mendominasi bentuk penelitian, analisis hasil, interpretasi hasil,
kerusakan tegakan tinggal yang terjadi. Faktor penulisan naskah; DS: kontributor anggota,
penyebab terjadinya kerusakan tegakan pelaksanaan penelitian, penulisan naskah.
tinggal akibat penebangan yaitu kurang
terampilnya operator chainsaw terutama KONFLIK KEPENTINGAN
dalam menentukan arah rebah dan tegakan Para penulis menyatakan bahwa mereka
yang rapat di areal penelitian. Kerusakan tidak memiliki hubungan keuangan atau
tegakan tinggal akibat penyaradan berupa pribadi yang mungkin secara tidak wajar
kerusakan pada banir, luka batang dan mempengaruhinya dalam menulis artikel ini.
129
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 9 No.2, Agustus 2020: 121 - 132
Suhartana, S., & Idris, M.M. (1996). Kondisi tegakan Suwarna, U., Matangaran, J.R & Harmawan, F.
tinggal di kawasan dua perusahaan hutan di (2014). Kerusakan tegakan tinggal akibat
Riau. Buletin Penelitian Hasil Hutan, 14(4), pemanenan kayu di hutan alam rawa gambut.
129-137. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(1),83-89
Suhartana, S., & Yuniawati. (2015). Peningkatan Wijayanti, A. (2013). Kerusakan tingkat tiang dan
produktivitas penyaradan kayu Acacia pohon akibat penebangan intensitas rendah di
Crassicarpa melalui penerapan teknik ramah IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma,
lingkungan. Jurnal Hutan Tropis, 3(2), 116- Kalimantan Tengah, (Skripsi) Institut
123. Pertanian Bogor, Bogor.
131
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 9 No.2, Agustus 2020: 121 - 132
a. Kondisi tegakan areal penelitian b. Pohon inti yang tersangkut tegakan lain
c. Pohon yang rebah setelah ditebang d. Pohon yang ditebang merusak tegakan
tinggal sekitar
132