Vol. 02Nurheni
No. 01 Wijayanto
April 2011,etHal.
al. 46 – 51 J. Silvikultur Tropika
46
ISSN: 2086-8227
ABSTRACT
Sengon have a light canopy. Porang plant is resistant shade plants. So that these plants can be incorporated in the
system agrofrestry. The purpose of this study was to examine the influence of shading intensity on plant growth porang.
The experimental design used randomized block design. Group consists of stands with a canopy sengon 30% and 80%.
Porang plants fertilized with organic fertilizer. Porang plant parameters were observed: plant height, crown diameter,
tuber fresh weight, dry weight of canopy, root dry weight, bulb diameter, and biomass.The results showed that the
intensity of the shade 30% performed better than the 80% shading intensity on plant growth porang. Therefore, it stands
30% sengon shade plants porang potential for development.
Pengamatan terhadap tanaman porang dilakukan ragam memberikan hasil nyata, selanjutnya dilakukan
dengan cara pengamatan vegetatif 1 (satu) minggu uji lanjut Duncan untuk mengetahui beda antar
sekali dan pengamatan panen/destruktif. Pengamatan perlakuan. Pengolahan data dilakukan dengan
vegetatif meliputi pengukuran: tinggi tanaman, dan menggunakan Statistical Analysis System (SAS)
diameter tajuk. Sedangkan pengamatan (Mattjik 2002).
panen/destruktif meliputi pengukuran: berat basah
umbi, berat kering tajuk, berat kering umbi, diameter
umbi, dan biomassa. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data. Rancangan percobaan yang
digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil. Bubil/katak porang ditanam pada tanggal 29
Kelompok terdiri dari naungan 30% dan 80%. Pupuk November 2009. Pertumbuhan bubil porang lambat,
organik diberikan dengan perlakuan dosis yang berbeda. karena pada saat itu musim kemarau hingga
Jumlah ulangan dalam perlakuan ini sebanyak 5 kali pertengahan Desember hujan mulai turun. Bubil porang
ulangan. Model yang digunakan sebagai berikut : memerlukan waktu satu bulan sejak penanaman untuk
Yij = + i + j + ()i j + ijk tumbuh. Soemono (1984) menyatakan bahwa siklus
Dimana: pertumbuhan tanaman porang melalui empat fase: fase
Yij = Variabel resppon karena pengaruh bersama dorman, fase pertumbuhan batang dan akar, fase inisiasi
faktor A taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j dan pengisian umbi, dan fase tua. Pertumbuhan awal
= Efek rata-rata yang sebenarnya dicatat bila tunas muncul di atas permukaan tanah kira-
i = Efek dari taraf ke-i blok (naungan) kira 3 cm tingginya.
j =Efek dari taraf ke-j pemberian pupuk organik Pertumbuhan Porang. Berdasarkan hasil analisis
() ij = Efek interaksi antara taraf ke-i blok dan taraf sidik ragam terhadap parameter pertumbuhan porang
ke-j pemberian pupuk organik (Tabel 1), perlakuan tunggal naungan berpengaruh nyata
ij =Efek kesalahan percobaan dari perlakuan terhadap parameter pertumbuhan yang meliputi : tinggi
naungan ke-i dan pemberian pupuk organik tanaman, diameter umbi, berat basah umbi dan
ke-j pada pengamatan ke-k biomassa. Naungan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan diameter tajuk dan besarnya
Pengaruh faktor tunggal dan interaksinya terhadap sudut petiol. Perlakuan pupuk dan interaksi antara
pertumbuhan dan perkembangan tanaman porang naungan dan pupuk tidak memberikan pengaruh yang
diketahui dengan cara melakukan uji F. Apabila sidik nyata terhadap semua parameter pertumbuhan porang.
Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur setelah daun Perlakuan naungan memberikan pengaruh terhadap
mulai mekar dari pangkal batang hingga ujung pertumbuhan tinggi tanaman porang. Porang yang
percabangan daun. Pengukuran dilakukan setiap 1 berada pada tegakan bernaungan 30% lebih baik
minggu selama 13 minggu. Berdasarkan uji lanjut pertumbuhannya dibandingkan tinggi tanaman porang
Duncan, porang pada naungan 30% memberikan rata- pada tegakan bernaungan 80% (Tabel 3).
rata pertambahan tinggi terbaik yaitu 35,39 cm
dibandingkan pertumbuhan porang pada naungan 80% Tabel 3. Peningkatan pertambahan tinggi porang
memiliki rata-rata pertambahan tinggi sebesar 27,37 cm oleh perlakuan naungan dan pupuk
(Tabel 2).
Rata-rata
Perlakuan
Tabel 2. Uji lanjut Duncan pertambahan tinggi Pertambahan Tinggi (cm)
porang N30%P0 33,80
N30%P150 36,86
Rata-rata N30%P300 35,52
Perlakuan Pertambahan Tinggi (cm) N30%P500 35,36
Naungan 30% 35,39a N80%P0 27,08
Naungan 80% 27,37b N80%P150 25,36
Ket : huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata N80%P300 28,90
N80%P500 28,16
Vol. 02 April 2011 Pengaruh Naungan Sengon terhadap Pertumbuhan Porang 48
Pertumbuhan tajuk relatif bagus untuk tanaman yang Tabel 8. Uji lanjut Duncan biomassa porang
tidak diberi pupuk. Pertumbuhan diameter tajuk dalam
tegakan bernaungan 30% dan 80% relatif seragam, tidak Perlakuan Rata-rata Biomassa (g)
dipengaruhi pupuk maupun intensitas naungan. Naungan 30% 92,20a
Pertumbuhan diameter tajuk menurun seiring dengan
pemberian pupuk. Naungan 80% 10,57b
Diameter umbi. Berdasarkan uji lanjut Duncan, Ket : huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata
parameter pertumbuhan diameter umbi porang pada
naungan 30% memberikan pertumbuhan terbaik sebesar Perlakuan naungan 30% dengan dosis pupuk 300 gr
6,15 cm dibandingkan pertumbuhan pada naungan 80% memberikan nilai biomassa terbesar yaitu 119,42 g.
sebesar 4,46 cm (Tabel 6). Biomassa terendah terdapat pada naungan 80% dengan
dosis pupuk 500 g yaitu sebesar 8,74 g (Tabel 9).
Tabel 6. Uji lanjut Duncan pertumbuhan diameter
umbi porang Tabel 9. Nilai biomassa porang terhadap perlakuan
naungan dan pupuk
Perlakuan Rata-rata Diameter Umbi (cm)
Perlakuan Rata-rata Biomassa (g)
Naungan 30% 6,15a N30%P0 85,33
Naungan 80% 4,46b N30%P150 100,28
Ket : huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata N30%P300 119,42
N30%P500 63,74
Perlakuan naungan 30% dengan pupuk 300 g N80%P0 13,03
memberikan pertumbuhan diameter umbi terbaik
N80%P150 12,10
sebesar 6,63 cm. Perlakuan naungan 80% dengan pupuk
49 Nurheni Wijayanto et al. J. Silvikultur Tropika
tanaman Porang adalah umbinya, dengan peningkatan Tanaman porang berubah warna menjadi kuning dan
sebesar 25,07 g untuk satu umbi akan berdampak sangat kemudian mati jika memperoleh penyinaran sinar
besar bagi pendapatan petani jika panen porang per ha. matahari yang terus menerus. Lakitan (1993)
Pemberian pupuk kandang yang lebih sedikit dari menjelaskan bahwa adaptasi tumbuhan cocok ternaung
takaran yang seharusnya, yaitu 385 g (Afriastini et al. ke kondisi cahaya matahari langsung lebih sulit terjadi,
1989), dikarenakan keadaan tegakan sengon yang sudah karena tumbuhan ini sangat sensitif terhadap cahaya
memiliki kondisi tanah yang subur karena serasah daun yang berlebihan. Kebanyakan tumbuhan ini akan
sengon banyak memberikan bahan organik terhadap mengalami klorosis dan kemudian mati jika menerima
tanah di bawah tegakan dan pohon sengon yang cahaya langsung. Gejala ini disebut solarisasi, yaitu
termasuk dalam suku Leguminosae mengandung bintil suatu proses penghambatan fotosintesis yang diikuti
akar. Dinas Kehutanan dan Perkebunan (2008) oleh penguraian pigmen khloroplas.
menjelaskan bahwa sistem perakaran sengon banyak Kehutanan Indonesia memiliki kekayaan hayati yang
mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan tiada habisnya untuk dimanfaatkan, diantaranya terdapat
bakteri Rhizobium. Hal tersebut menguntungkan bagi umbi hutan yang dapat dijadikan sebagai alternatif
akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat bahan pangan. Umbi hutan tersebut dinamakan porang
membantu porositas tanah dan penyediaan unsur (A. onchophyllus) yang masih terbatas pemanfaatannya
nitrogen dalam tanah, dengan demikian pohon sengon pada daerah-daerah tertentu. Beberapa daerah
dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. menyebutnya dengan iles-iles atau suweg.
Kondisi tanah seperti itu dapat ditanami dengan
tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan
pendapatan petani penggarap. KESIMPULAN
Hasil yang terlihat dari parameter pertumbuhan
berupa tinggi tanaman, diameter umbi, berat basah, dan 1. Pertumbuhan porang lebih baik pada tegakan
biomassa, menunjukkan bahwa porang tumbuh dengan sengon bernaungan 30% daripada tegakan sengon
baik pada tegakan bernaungan 30%. Berbeda halnya bernaungan 80%.
dengan daerah budidaya porang di Jawa Timur yang 2. Laju pertumbuhan porang tertinggi mencapai 36,83
pada umumnya memiliki curah hujan rendah sehingga cm dengan berat basah umbi segar sebesar 152,63 g
porang cocok tumbuh di tegakan bernaungan rapat dalam jangka waktu 3 bulan.
(40%-60%). 3. Pemberian pupuk kandang sebesar 150 g dapat
Hal lainnya dikarenakan kondisi tegakan sengon meningkatkan pertumbuhan berat basah umbi
bernaungan 30% diketahui memiliki suhu rata-rata sebesar 25,07 g terhadap kontrol.
harian tegakan berkisar antara 24,40C – 34,50C (Gambar
3) dan besarnya intensitas cahaya matahari yang lebih
besar bila dibandingkan dengan tegakan bernaungan DAFTAR PUSTAKA
80% menyebabkan aktivitas pertumbuhan pada tegakan
bernaungan 30% lebih maksimal dibandingkan pada Afriastini JJ, Wudianto R, dan Apriadji WH. 1989.
tegakan bernaungan 80%. KPH Saradan (2005) Bertanam ubi-ubian. Penebar Swadaya: Jakarta.
menyatakan bahwa kondisi ideal bagi pertumbuhan
Dennett, MD. 1992. Tropic environmental. Departement
porang yaitu dengan suhu tegakan berkisar antara 25 0 C
of Agricultural Botany. University of Reading.
– 350C dan membutuhkan penyinaran optimal.
Whiteknights. Reading : UK
Sinar matahari yang masuk ke dalam tegakan
bernaungan 80% terhalang oleh tajuk pohon sengon Departemen Agrometeorologi. 1982. Klimatologi dasar.
sehingga suhu di tegakan bernaungan 80% lebih rendah Jurusan Agrometeorologi. Fakultas Sains dan
dibandingkan suhu udara pada tegakan bernaungan Matematika. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
30%. Imran (2009) menyatakan bahwa tinggi rendahnya
Griffiths. 1976. Applied climatology. Oxford University
suhu di sekitar tanaman ditentukan oleh radiasi
Press. New York.
matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam
tajuk tanaman, dan kandungan lengas tanah. Suhu Imran, S. 2009. Hubungan suhu dan pertumbuhan
mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting tanaman.
seperti bukaan stomata, laju transppirasi, laju
penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan resppirasi. KPH Saradan. 2005. Budidaya porang di dalam
Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti kawasan hutan. Perum Perhutani Unit I, Jawa Timur.
oleh peningkatan proses di atas. Setelah melewati titik Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. PT
optimum, proses tersebut mulai dihambat baik secara Rajagrafindo Persada : Jakarta.
fisik maupun kimia.
Tjasyono (2004) menyatakan bahwa hasil Mattjik AA. 2002. Perancangan percobaan. IPB Press:
fotosintesis dari proses fotosintesis pada tanaman yang Bogor.
mempunyai hijau daun menjadi bahan utama dalam Mutiarasani. 2008. Budidaya porang.
pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain http://mutiarasani.blogspot.com/2008/04/budidaya-
meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya porang.html [4 Agustur 2008].
matahari biasanya mempercepat pembungaan dan
pembuahan. Soemono S. 1984. Pengaruh bobot bibit terhadap
pertumbuhan, hasil, dan kualitas umbi suweg
51 Nurheni Wijayanto et al. J. Silvikultur Tropika
(Amorphophallus campanulatus Bl.) pada berbagai Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Penerbit ITB :
umur [Tesis] Fakultas Pascasarjana, IPB. Bogor. Bandung
Syaefulloh, S. 1990. Studi karakteristik Glukomannan Zaky, BM. 2006. Studi pengaruh frekuensi penyiangan
dari sumber ”Indigenous” iles-iles (Amorphophallus gulma terhadap pertumbuhan dan produksi suweg
onchophyllus) dengan variasi proses pengeringan (Amorphophallus paeoniifolius Denst. Nicolson) di
dan basis perendaman [Tesis]. IPB. Bogor. bawah tegakan tanaman Eucalyptus deglupta
[Skripsi]. Program Studi Agronomi. Fakultas
Pertanian. IPB. Bogor.