Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JURNAL REVIEW

Disusun Guna Memenuh Tugas


Mata Kuliah : Tekonologi Produksi Tanaman Alternatif
Dosen Pengampu : Ariana Syahfitri Harahap, S.P., M.P

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Vina Audia ( NPM : 20130010121 )

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
Jurnal Pertama

PERSYARATAN LAHAN TANAMAN PORANG(


No Judul
Amarphopallus ancophillus)
Jurnal Buana Sains
Vol. & Hal. Vol 16 : 57-70
1 No 1
Tahun 2016
Penulis Bambang Siswanto dan Hidayati Karamina

porang merupakan komoditas tanaman pangan yang termasuk dalam


famili Araceae dan tanaman semak(herbal) dengan satu bohlam di tanah.
Porang tumbuh di hutan karena membutuhkanhanya 50-60 persen dari
radiasi matahari. Porang dapat tumbuh baik di tanah organik maupun
tanah kering dengan pH 6-7. Untuk keperluan pengembangan porang
Abstrak
diperlukan informasi tentangpeta kesesuaian lahan.
Porang merupakan komoditi tanaman yang termasuk kedalam famili
Araceae dan merupakan tumbuhan semak (herba) dengan umbi
tunggal di dalam tanah. Porang banyak tumbuh di hutan karena
hanya memerlukan penyinaran matahari 50-60 persen. Porang dapat
tumbuh baik pada tanah kering dan berhumus dengan
pH 6-7. Umbi batangnya berada di dalam tanah dan umbi inilah yang
dipungut hasilnya. Tanaman porang dikawasan hutan kebanyakan
Pendahuluan dibudidayakan dibawah tegakan tanaman jati dan sonokeling. Saat ini
masih terdapat kerancuan dalam membedakan antara tanaman Porang
(Amarphopallus ancophillus) dengan Iles-iles (Amarphopallus
muelleri blume), Suweg (Amarphopallus companulatus) dan Walur
(Amarphopallus variabilis) (Perhutani ,2007). Penelitian terbaru
membuktikan bahwa dari keempat jenis umbi-umbian tersebut
porang memiliki kandungan glukomanan tertinggi (35%).
(Sumarwoto, 2005). Untuk itu umbi porang saat ini banyak
dicari orang karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Perhutani,
2007).

1
Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, sedangkan
penelitian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.

1. Temperatur Parameter persyaratan lahan tanaman iles-iles yang


akan diuji dengan menggunakan persamaan regresi adalah
Hasil temperatur rata-rata, curah hujan, kandungan fraksi pasir dan
penelitian liat, kemasaman tanah, kejenuhan basa, lereng, kemantapan
agregat dan kedalaman tanah.
2. Curah hujan Tanaman Porang menghendaki curahhujan tinggi
antara 300-500 mm/bulan, terutama pada saat
pertumbuhanvegetatif pada bulan Desember sampaiFebruari
(Ermiati and Laksmanahardja, 1996).
3. Ketersediaan Oksigen Kondisi drainase pada SPL 1,SPL 2, SPL
3, SPL 7 dikategorikan agak terhambat karena tekstur tanah
yang dominan adalah liat. Pada tanah liat meskipun total
ruang pori sebesar 60% atau lebih, tetapi hampir sebagian besar
ruang pori termasuk pori mikro.
Tidak semua parameter persyaratan lahan tanaman Iles-iles dapat
digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tanaman Porang.
Parameter karakteristik persyaratan lahan tanaman Iles-iles yang dapat
Kesimpulan digunakan untuk mengevaluasi lahan tanaman Porang adalah
prosentase bahan kasar, KTK, salinitas, bahaya erosi, bahaya banjir,
penyiapan lahan, bulan kering, dan kandungan C- organik.

2
Jurnal Kedua

Pengaruh Naungan dari Tegakan Sengon (Paraserianthes


No Judul falcataria (L.) Nielsen) terhadap Pertumbuhan Tanaman
Porang (Amorphophallus onchophyllus)
Jurnal JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA
Vol. & Hal. Vol. 02 46 – 51
2 No 1
Tahun 2011
Penulis Nurheni Wijayanto1 dan Emma Pratiwi

Sengon memiliki kanopi yang ringan. Tanaman porang merupakan


tanaman yang tahan naungan. Sehingga tanaman tersebut dapat
tergabung dalam sistem agrofrestry. Tujuan dari penelitian ini adalah
Abstrak untuk mengkaji pengaruh intensitas naungan terhadap pertumbuhan
tanaman porang. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak
kelompok.

Pohon sengon memiliki karakteristik tajuk yang


ringan, sehingga lahan di bawah tegakan sengon
mempunyai potensi untuk pengembangan tanaman
Pendahuluan pangan. Tanaman Porang termasuk salah satu jenis
tanaman pangan yang dapat dikembangkan di bawah
tegakan hutan dalam bentuk agroforestry.2007).

3
Metode Pengamatan terhadap tanaman porang dilakukan dengan cara
penelitian pengamatan vegetatif 1 (satu) minggu sekali dan pengamatan
panen/destruktif. Pengamatan vegetatif meliputi pengukuran: tinggi
tanaman, dan diameter tajuk. Sedangkan pengamatan panen/destruktif
meliputi pengukuran: berat basah umbi, berat kering
Bubil/katak porang ditanam pada tanggal 29
November 2009. Pertumbuhan bubil porang lambat, karena pada saat
Hasil itu musim kemarau hingga pertengahan Desember hujan mulai turun.
penelitian Bubil porang memerlukan waktu satu bulan sejak penanaman untuk
tumbuh. Soemono (1984) menyatakan bahwa siklus pertumbuhan
tanaman porang melalui empat fase: fase dorman, fase pertumbuhan
batang dan akar, fase inisiasi dan pengisian umbi, dan fase tua.
Pertumbuhan awal dicatat bila tunas muncul di atas permukaan tanah
kira- kira 3 cm tingginya

1. Pertumbuhan porang lebih baik pada tegakan


sengon bernaungan 30% daripada tegakan sengon
bernaungan 80%.
Kesimpulan 2. Laju pertumbuhan porang tertinggi mencapai 36,83
cm dengan berat basah umbi segar sebesar 152,63 g
dalam jangka waktu 3 bulan.
3. Pemberian pupuk kandang sebesar 150 g dapat
meningkatkan pertumbuhan berat basah umbi
sebesar 25,07 g terhadap kontrol.

4
Jurnal Ketiga

POTENSI PRODUKSI TANAMAN PORANG


(Amorphophallus muelleri Blume) DI KELOMPOK
No Judul
TANI MPSDH WONO LESTARI DESA PADAS
KECAMATAN DAGANGAN KABUPATEN MADIUN.
Jurnal AGRI-TEK: Jurnal Ilmu Pertanian, Kehutanan dan
Agroteknologi
Vol. & Hal. 17 .54 - 65
3 No 2
Tahun 2017
Penulis Kusnul Rofik 1) Rahmanta Setiahadi2) Indah Rekyani
Puspitawati3) Martin Lukito4)

Tanaman porang (Amorphophallus muelleri Blume) yang dikenal


sebagai tanaman iles-iles merupakan tanaman perdu yang memiliki
tinggi 100-150 cm, batang tegak, lunak, batang licin berwarna hijau atau
belang hitam putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi potensi produksi tanaman porang, penelitian
Abstrak
dilaksanakan di desa Padas Kecamatan Madiun.

Tanaman porang (Amorphophallus muelleri Blume) adalah salah satu


tanaman yang sudah lama dikenal oleh masyarakat sejak
jaman pendudukan Jepang. Namun demikian sampai saat ini budidaya
Pendahuluan porang belum banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman
porang merupakan jenis tanaman umbi-umbian termasuk keluarga
araceae dan kelas monokotiledoneae. Hasil tanaman ini berupa umbi
yang mengandung glukomanan yang berbentuk tepung. Glukomanan
tersebut apabila diproduksi secara besar-besaran dapat meningkatkan
ekspor non migas, devisa negara, kesejahteraan masyarakat dan
menciptakan lapangan kerja (Anonim, 2011).
Metode Deskriftif
penelitian Penelitian deskriptif adalah metode yang menggambarkan dan
menjabarkan temuan dilapangan.
Kualitatif

5
Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek
yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang
bersifat eksak.

Jumlah Penduduk Menurut Pendataan yang dilakukan: 5021 jiwa


Komposisi Pen- duduk Desa Padas berdasarkan jenis kelamin adalah:
Hasil orang berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 49,6% dan 2526
penelitian orang berjenis kelamin perempuan dengan presentase 50,4%, dengan
jumlah total keseluruhan 5021 orang dengan presentase 100% (Data
Morfologi Desa Padas, 2010).Jumlah Kepala Keluarga (KK): ± 1255

1. Dari hasil penelitian guna mengetahui upaya potensi produksi


tanaman porang Di Kelompok Tani Wono Lestari yaitu bibit,
pemeliharaan, pemupukan, penen, dari 25 responden
Kesimpulan menunjukan bahwa yang menggunakan umbi katak (bubil), yaitu
68%, sedangkan yang menggunakan umbi 32%, dari 25
Responden yang melakukan pemeliharaan (penyiangan
tanaman porang secara manual yaitu 72%, sedangkan yang
melakukan penyiangan tanaman porang dengan herbisida yaitu
28%, dari 25 responden yang menggunakan pupuk kompos yaitu
56% sedangkan yang menggunkan pupuk kimia (an-organik)
44%, Responden yang melakukan cara panen dengan di gali
dengan cangkul yaitu 100%.

6
Jurnal Keempat

Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Porang


No Judul (Amorphophallus muelleri Blume.) Pada Fase
Pertumbuhan Kedua
Jurnal Jurnal Biotropika
Vol. & Hal. 3 .132 - 138
No 3
4
Tahun 2015
Penulis Zulfa Anturida1) , Rodiyati Azrianingsih2) dan Didik
Wahyudi 3)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap


viabilitas umbi dan pertumbuhan tanaman porang pada fase pertumbuhan
kedua. Sampel penelitian adalah biji porang yang berumur 85 hst yang
Abstrak ditanam di lahan porang Desa Rejosari, Kecamatan Bantur, Kabupaten
Malang dengan ketinggian 400 mdpl dengan suhu 27-32 o C. Sampel biji
tersebut ditanam dengan perlakuan jarak tanam 40x40 cm², 60x60 cm²,
dan 80x80 cm
Porang (Amorphophallus muelleri Blume.) termasuk dalam famili
Araceae karena memiliki spathe dan spadix pada bunganya. Porang
Pendahuluan memiliki bulbil (umbi daun) pada persimpangan vena, yang
merupakan organ pembeda antara porang dengan spesies
Amorphophallus yang lain.

Metode Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).


penelitian Parameter yang diamati adalah viabilitas, tinggi petiole, lebar tajuk,
berat umbi, tebal umbi, dan diameter umbi.

7
Viabilitas ditandai dengan pecahnya tunas (pertunasan). Perlakuan jarak
tanam 80x80 cm2 mengalami pertunasan paling cepat yaitu di minggu
Hasil pertama sebesar 14%, tetapi setelah minggu kedua jumlah pertunasan
penelitian paling banyak terdapat pada perlakuan jarak tanam 40x40 cm2 sebesar
58% (Gambar 1). Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi benih
sebelumnya. Menurut [4] kecepatan tumbuh benih dipengaruhi oleh
struktur kulit biji yang berbeda-beda, misalnya tebal dan jumlah
integument dan pola jaringan pembuluh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan jarak tanam 60x60


cm2 memiliki viabilitas umbi yang paling tinggi, sedangkan viabilitas
umbi paling rendah terdapat pada perlakuan jarak tanam 80x80
Kesimpulan cm2 . Tinggi petiolus, lebar tajuk, berat umbi, diameter umbi, dan tebal
umbi menunjukkantidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan
pada ketiga perlakuan jarak tanam yang diberikan, tetapi perlakuan jarak
tanam 60x60 cm² memiliki tinggi petiolus, lebar tajuk, berat umbi,
diameter umbi, dan tebal umbi yang paling tinggi dibandingkan dengan
perlakuan yang lain

8
Jurnal Kelima

BERBAGAI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL


SERTA STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN
No Judul
PORANG (Amorphophalus muelleri Blume) DI
PROVINSI
Jurnal Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah
Vol. & Hal. 4 .77 - 92
5 No 2
Tahun 2020
Penulis Yunia Rahayuningsih

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) adalah jenis tumbuhan umbi-


umbian penghasil pati yang memiliki banyak kegunaan yang termasuk
dalam jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Porang di Provinsi
Abstrak Banten banyak ditemukan di lahan hutan rakyat maupun hutan negara,
namun sejauh ini belum dikembangkan dengan seksama. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan porang
dan memperoleh strategi pengembangan porang di Provinsi Banten.
Pengembangan tanaman porang sangat penting dilakukan diantaranya
karena tanaman tersebut potensi ekonominya cukup tinggi. Hal
Pendahuluan tersebut akan sangat membantu dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Di Provinsi Jawa Timur tanaman porang bahkan sudah
menjadi salah satu jenis hasil hutan bukan kayu (HBBK)
unggulan provinsi.

9
Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda kualitatif
penelitian (Creswell 2010).

Porang merupakan jenis tumbuhan yang membutuhkan naungan dalam


pertumbuhannya. Hal ini merupakan kekuatan bagi pengembangan
Hasil porang karena pada umumnya petani memiliki lahan garapan yang luas
penelitian di kawasan hutan produksi Perum Perhutani yang tanaman utamanya
adalah jati (Tectona grandis L). ada saat umur tanaman jati masih muda,
petani dapat mengkombinasikan tiumbuhan porang dengan tanaman
pertanian lainnya, seperti jagung (Zea mays L) atau talas beneng
(Xanthosoma undipes).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor internal


yang menjadi kekuatan dalam pengembangan porang di Provinsi Banten
adalah dapat tumbuh di bawah naungan, kondisi alam yang sesuai,
Kesimpulan mudah dibudidayakan, ketersediaan bibit, memiliki kandungan gizi
terutama karbohidrat, dan dapat diolah menjadi beraneka produk.

10
Jurnal Keenam

Pengaruh Waktu Panen Terhadap Kandungan


No Judul Glukomannan Pada Umbi Porang (amorphophallus
muelleri blume) Periode Tumbuh Ketiga.
Jurnal RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE
Vol. & Hal. 1 .37 - 42
6 No 1
Tahun 2014
Penulis Nurul Chairiyah, Nunung Harijati, Retno Mastuti

Waktu panen diduga berpengaruh ter- hadap kandungan glukomannan


pada umbi porang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
waktu panen terhadap dinamika kandungan glukomannan pada umbi
Abstrak porang. Glukomannan diekstraksi dari umbi porang yang diperoleh pada
saat dua minggu sebelum tanaman rebah, pada saat tanaman rebah dan
dua minggu setelah tanaman rebah. Glukomannan diperoleh dengan
menggunakan metode ekstraksi yang telah dimodifikasi. Parameter yang
diamati meliputi kandungan glukomannan dan berat kering umbi. Data
kandungan glukomannan pada umbi dianalisis dengan One way ANOVA
dan dilanjutkan denganTukey α 0,05..
Glukomannan merupakan senyawa karbo- hidrat yang tergolong dalam
polisakarida mannan, selain mannan, galaktomannan and
Pendahuluan galaktoglukomannan. Polisakarida mannan pada tanaman dapat
berfungsi sebagai hemiselulosa yang mengikat selulosa dan sebagai
cadangan karbohidrat non pati pada dinding sel tanaman,
dinding endosperma, vakuola biji dan cadangan karbohidrat di vakuola
pada jaringan vegetative (Liepman dkk., 2007; Chua, 2011).
Glukomannan baik untuk program diet karena dapat
memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya

11
sehingga dapat meng- akibatkan penurunan berat badan (Vuksan dkk.,
2000; Keithley dan Swanson, 2005). Menurut Singh dan Shelley
(2007), glukomannan juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit
jantung dengan menurunkan kolesterol dan mengurangi respon
glikemik. Glukomannan juga dapat dimanfaatkan secara komersial
untuk modifikasi dalam industri pangan sebagai bahan pengganti
lemak.

Metode Penelitian diawali dengan penanaman umbi yang diperoleh dari


penelitian tanaman porang periode tumbuh kedua untuk memunculkan fase
vegetatif periode tumbuh ketiga. Sebanyak 9 buah umbi dengan berat
rata-rata 0,9-1,2 kg dan diameter 15-16 cm masing-masing ditanam di
dalam kantung polybag berukuran 40 x 20 cm yang telah berisi kompos
sebagai media tanam..
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan nyata antara kandungan glukomannan pada umbi sebelum
Hasil hingga setelah tanaman rebah yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi
penelitian yang lebih besar dari nilai α (0,05). Hal tersebut diduga karena interval
waktu pemanenan umbi yang tidak terlalu lama, yaitu
2 minggu. Namun demikian kandungan gluko- mannan umbi yang
dipanen pada saat tanaman rebah cenderung lebih tinggi dibandingkan
kandungan glukomannan yang terkandung pada umbi yang diperoleh
sebelum dan setelahtanaman rebah (Gambar 1), yaitu sebesar 29,10
± 4,57g/100g berat kering.

Kadar glukomannan cenderung lebih tinggi pada umbi porang yang


dipanen saat tanamanrebah dibandingkan dengan glukomannan pada
umbi yang diperoleh ketika sebelum dan setelahtanaman rebah yaitu
Kesimpulan sebesar 29,10 ± 4,57g/ 100g. Peningkatan kandungan glukomannan
dapat meningkatkan berat umbi porang

12
Jurnal Ketujuh

Kandungan Oksalat Umbi Porang (Amorphophallus


No Judul muelleri Blume) Hasil Penanaman dengan Perlakuan
Pupuk P dan K
Jurnal Jurnal Biotropika
Vol. & Hal. 1 .53 - 56
7 No 2
Tahun 2013
Penulis Dhike Ardhian1 dan Serafinah Indriyani

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan salah satu


tanaman bergizi yang memiliki asam oksalat yang berdampak negatif
bagi kesehatan manusia. Pupuk P dan K diduga dapat digunakan
Abstrak untuk mereduksi kandungan oksalat pada porang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk P dan K secara
tunggal maupun kombinasi pada kandungan oksalat umbi porang dan
mengetahui jenis dan dosis pupuk yang dapat mereduksi kandungan
oksalat.
Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan salah satu
tanaman herba familia Araceae yang akan bertunas di awal musim
Pendahuluan penghujan dan umbinya dapat dipanen pada akhir musim kemarau [1].
Umbi porang mengandung asam oksalat yang merupakan asam
dikarboksilat yang memiliki dua atom C pada masing-masing gugus
karboksilat. Asam oksalat pada tanaman tersimpan dalam dua
bentuk yaitu oksalat larut air dan oksalat tidak larut air.

Metode Penanaman umbi. Rancangan percobaan yang dipakai menggunakan


penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4 x 4 dengan
ulangan tiga kali. Umbi porang yang ditanam mempunyai berat rata-
rata 100 g atau berumur satu tahun (mengalami satu periode tumbuh)

13
yang diperoleh dari Desa Sumberbendo, Kesatuan Pemangku Hutan
Saradan, Kabupaten Madiun. Umbi ditumbuhkan satu kali periode
tumbuh selama empat bulan dalam media tanam tanah yang
diberi perlakuan kombinasi pupuk P dan K dalam polibag ukuran 20 x
40 x 40 cm3.
Kandungan Oksalat Terlarut, Tidak Terlarut, dan Total pada Umbi
Porang Hasil Penanaman dengan Perlakuan Pupuk P dan K. Kombinasi
Hasil pupuk P dan K serta pupuk P tunggal tidak mempengaruhi kandungan
penelitian oksalat terlarut, tidak terlarut, dan total pada umbi porang. Pemberian
pupuk K tunggal dosis 2,16 g/12 kg tanah cenderung
menurunkan oksalat terlarut dan oksalat total yaitu masing-masing
271,61  56,61 ppm dan 365,22  93,25 ppm, dan menurunkan
kandungan oksalat tidak terlarut secara nyata, yaitu 93,61  47,87 ppm
(Gambar 1). Sedangkan pemberian pupuk K tunggal dosis
4,32 g/12 kg tanah cenderung meningkatkan oksalat terlarut (394,23 
51,52 ppm) dan meningkatkan oksalat tidak terlarut maupun
oksalat total secara nyata yaitu masing-masing, 162,58  54,45 dan
556.81  115,35 ppm.
Kombinasi pupuk P dan K maupun pupuk P tunggal tidak
mempengaruhi kandungan oksalat terlarut, oksalat tidak terlarut dan
oksalat total pada umbi porang. Pupuk K secara tunggal mempengaruhi
Kesimpulan kandungan oksalat pada umbi porang. Dosis pupuk K yang berpotensi
untuk menurunkan kandungan oksalat porang adalah dosis 2,16g/12
kg tanah dengan penurunan kandungan oksalat total sebanyak 34,3 %.

14
Jurnal Kedelapan

ANALISIS USAHATANI PORANG (Amorphophalus


No Judul muelleri) DI KECAMATAN MANCAK, KABUPATEN
SERANG, PROVINSI BANTEN
Jurnal Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah
Vol. & Hal. 5 .47 - 56
8 No 1
Tahun 2021
Penulis Yunia Rahayuningsih1), Sulastri Isminingsih2

Tanaman porang memiliki nilai ekonomis tinggi yang potensial sebagai


sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan komoditas ekspor.
Namun, salah satu kendala terbesar ekspor porang terletak pada
Abstrak keterbatasan pasokan bahan baku. Di Kecamatan Mancak, Kabupaten
Serang, porang sudah banyak dibudidayakan, akan tetapi masih banyak
petani yang ragu untuk menanam porang dalam jumlah yang besar..
Tanaman porang memiliki nilai ekonomi yang perlu dikembangkan
karena menawarkan peluang ekspor yang cukup besar (Sulistiyo et al,
Pendahuluan 2015). Data Badan Karantina Pertanian (2021) menyebutkan bahwa
terdapat kenaikan 160% nilai ekspor porang yaitu ekspor porang
semester I tahun 2019 tercatat sebanyak 5,7 ribu ton dan semester I
tahun 2021 yaitu 14,8 ribu ton. Untuk kepentingan ekspor porang ini,
Kementerian Pertanian sedang mendorong pengembangan budidaya
porang agar volume ekspornya terus meningkat karena selama ini,
salah satu kendala terbesar ekspor porang di Indonesia terletak pada
keterbatasan pasokan bahan baku
Metode Metode penelitian menggunakancampuran/mixed methods yaitu
penelitian pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan
bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif (Creswell, 2012).

15
Gulma yang selalu ditemui pada lahan yang ditanami porang yaitu
rumput liar yang tentu akan menjadi pesaing bagi porang dalam
Hasil kebutuhan air dan unsur hara. Oleh karena itu, penyiangan perlu
penelitian dilakukan sebulan setelah penanaman bibit porang dan penyiangan
selanjutnya menyesuaikan jika rumput liar tumbuh kembali.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa budidaya


tanaman porang dapat dilakukan pada kondisi lahan
datar dan juga di lahan miring. Bibit didapatkan melalui umbi dan
Kesimpulan katak/bulbilnya serta sangat baik ditanam ketika musim hujan yaitu
sekitar bulan November-Desember.

16
Jurnal Kesembilan

MENGGALI POTENSI PORANG SEBAGAI


No Judul TANAMAN BUDIDAYA DI LAHAN HUTAN
KEMASYARAKATAN DI PULAU LOMBOK
Jurnal rosiding SAINTEK
Vol. & Hal. 5 .453 - 463
No 3
9
Tahun 2020
Penulis Ismail Yasin 1, Suwardji2 Kusnarta3, Bustan4 dan
Fahrudin5

Luas hutan kemasyarakatan (HKm) adalah 3. 195 dan melibatkan lebih


dari 13.890 petani . Lahan seluas itu perlu dikelola dengan kaidah
pengelolaan hutan yang lestari, agar terhindardari kerusakan lingkungan.
Abstrak Salah satu cara untuk mengajak petani HKm menanam pohon tegakan
lebih banyak adalah dengan mengajak mereka menanam Porang.
Km berfungsi sebagai sumber penghasilan ekonomi bagi
pengelolanya. Namun demikian tetap mempertahankan fungsinya
Pendahuluan sebagai sebagai pengendali keseimbanmgan ekosistem, tempat hidup
dan berkembangbiaknya berbagai macam satwa liar dan tumbuhan
serta sebagai sumber oksigen bagi seluruh makhluk hidup. Hutan juga
mempunyai fungsi hidrologis sebagai pelindung dan penyedia
sumberdaya air yang tentunya tak kalah penting bagi kebutuhan
manusia (Hadi, 2016). Agar dspat berfungsi sebagaipengendali
keseimbangan ekosistem hutan sekaligus berfungsi sebagai pelindung
sumberdaya air dan penyedia air untuk pertanian dan kebutuhan
domestik HKm harus dikelola secara lestari dengan menerapkan
kaidah konservasi ekosistem.

17
Metode Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Data
penelitian tanah diperoleh melalui pengamatan profil tanah dan penyelidikan
secara cepat dari beberapa sifat tanah di lapang.

Dalam pertumbuhannya porang memerlukan naungan dari pohon


tegakan. Porang dapat tumbuh pada semua jenis tanah di HKm Pulau
Hasil Lombok, asalkan tanahnya cukup subur, gembur dan mengandung
penelitian bahan organic yang cukup tinggi. Berdasarkan data luas lahan HKm
maka tersedia peluang membudidayakn porang yang sangat besar di
lahan HKm mengingat tanaman ini dapat tumbuh dan menghasilkan bila
ditanam di bagian tanah yang kosong, di bawah pohon tegakan atau di
sela-sela tanaman semusim . Respon petani terhadap ajakan untuk
memanfaatkan lahannya untuk budidaya porang, bervariasi dari sangat
anthusias sampai pada tidak anthusias. Kelompok petani yang mudah
memperoleh informasi melalui gadgetnya memberi respons sangat
anthusias, sedangkan kelompok petani yang kurang
anthusiassebenarnya mempunyai motif yang berbeda dalam mengikuti
program.
Tanaman porang dapat tumbuh pada kondisi iklim tropika basah (tipe
iklimB atau C) hingga iklim tropika semi kering (tipe iklim D dan E),
namun demikian porang lebih menyukai tipe iklim yang lebih basah
Kesimpulan dengan curah hujan di atas 2000 mm. Porang dapat tumbuh di dataran
rendah hingga dataran medium (≤ 600 m dpl). Tanaman ini memerlukan
naungan hingga penutupan 40% atau dapat ditanam di bawah atau di
sela-sela pohon tegakan.

18
Jurnal Kesepuluh

ANALISIS KADAR GLUKOMANAN PADA UMBI


No Judul PORANG (Amorphophallus muelleri Blume)
MENGGUNAKAN REFLUKS KONDENSOR
Jurnal Jurnal Biotropika
Vol. & Hal. 1 .231 - 235
No 5
10
Tahun 2013
Penulis Yustino Armend Wigoeno (1)*
, Rodiyati Azrianingsih (1) , Anna Roosdiana (2)

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan tanaman yang


termasuk dalam familia Araceae. Tumbuhan ini dapat dijadikan sebagai
sumber bahan baku berbagai industri karena memiliki kandungan
Abstrak glukomanan yang cukup tinggi. Analisis kadar glukomanan pada umbi
porang dengan menggunakan refluks kondensor ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas metode analisis glukomanan dengan
menggunakan refluks kondensor dengan mengadopsi metode Ohtsuki
(1967). Sampel umbi porang yang digunakan adalah umbi siap panen
yang diambil dari Kabupaten Madiun, Jawa Timur dengan kisaran berat
780-870 g, keliling 44-48,5 cm dan diameter 14-15,44 cm. Setelah umbi
dibuattepung, tepung umbi porang ini dihidrolisis dengan menggunakan
refluks kondensor.

19
Porang merupakan tanaman yang berasal dari kawasan tropis Asia dan
Afrika. Jenis liar porang ditemukan di Vietnam, Filipina, Indonesia,
Pendahuluan Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Srilanka. Di Indonesia, tanaman ini
banyak dijumpai di Sumatra, Jawa, Flores dan Timor. Jenis ini sudah
dibudidayakan secara luas di Jawa. Amorphopallus biasanya tumbuh
di daerah vegetasi sekunder, di tepi-tepi hutan dan belukar,
hutan jati, hutan desa, dengan ketinggian 0-700 m dpl, dengan rentang
optimal adalah 100-600 m dpl. Naungan yang disukai berkisar 50-60
%, derajat kesamaan tanah yang ideal dengan rata- rata suhu optimal
berkisar 25-35 0 C dengan suhu
Metode Pemilihan sampel. Umbi porang yang akan digunakan untuk penelitian
penelitian berasal dari Dusun Oro-oro Waru, Desa Sumberbendo, Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun. Umbi porang yang digunakan adalah
umbi siap panen dengan berat sekitar 780-870 g atau yang berdiameter
kurang lebih 14-15,44 cm. Berdasarkan dari berat dan
diameter umbi dapat dipastikan bahwa umbi porang berumur 3 tahun
atau lebih [1]. Jumlah umbi yang dianalisis sebanyak lima buah.
Dalam pertumbuhannya porang memerlukan naungan dari pohon
tegakan. Porang dapat tumbuh pada semua jenis tanah di HKm Pulau
Hasil Lombok, asalkan tanahnya cukup subur, gembur dan mengandung
penelitian bahan organic yang cukup tinggi. Berdasarkan data luas lahan HKm
maka tersedia peluang membudidayakn porang yang sangat besar di
lahan HKm mengingat tanaman ini dapat tumbuh dan menghasilkan bila
ditanam di bagian tanah yang kosong, di bawah pohon tegakan atau di
sela-sela tanaman semusim . Respon petani terhadap ajakan untuk
memanfaatkan lahannya untuk budidaya porang, bervariasi dari sangat
anthusias sampai pada tidak anthusias. Kelompok petani yang mudah
memperoleh informasi melalui gadgetnya memberi respons sangat
anthusias, sedangkan kelompok petani yang kurang
anthusiassebenarnya mempunyai motif yang berbeda dalam mengikuti
program.

20
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa analisis kadar glukomanan
pada umbi porang menggunakan refluks kondensor lebih efektif
Kesimpulan dibandingkan dengan metode analisis kadar glukomanan yang lainnya
yang telah dilakukan karena mampu menghasilkan kadar glukomanan
lebih banyak dibandingkan dengan yang lain. Rata-rata kadar
glukomanan yang dihasilkan dengan menggunakan refluks kondensor
yaitu berkisar antara 50,84-70,70 %

21

Anda mungkin juga menyukai