Wilujeng S, Simbiak M. 2015. Karakterisasi morfologi Xanthostemon novoguineensis Valeton (Myrtaceae) dari Papua. Pros Sem Nas
Masy Biodiv Indon 1: 466-471. Xanthostemon novoguineensis Valeton merupakan satu-satunya spesies Xanthostemon yang dilaporkan
dari Papua (New Guinea Barat) oleh Valeton, namun dengan data ilmiah yang sangat terbatas. Pemanfaatan yang berlebihan menjadikan
penyusutan populasi tumbuhan ini secara drastis sehingga kajian dasar tumbuhan ini di alam perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan standar penelitian flora melalui studi eksploratif dan juga studi pustaka. Studi ini menghasilkan informasi ilmiah
dasar mengenai deskripsi lengkap spesies. X. novoguineensis menunjukan kemiripan morfologis yang cukup tinggi dengan X.
melanoxylon dari Kepulauan Solomon. Hasil ini mengindikasikan perlunya studi lanjut dengan menggunakan sumber bukti taksonomi
yang memadai guna validasi kedua spesies ini.
Wilujeng S, Simbiak M. 2015. Morphological characterization of Xanthostemon novoguineensis Valeton (Myrtaceae) from Papua. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 466-471. Xanthostemon novoguineensis is the only species of Xanthostemon reported from Papua,
Indonesia (Western New Guinea) by Valeton, but lack in scientific data. Excessive use makes this plant population shrinkage drastically
so that the basic assessment of this plant in the nature needs to be done. This research was conducted with a standardized approach of
flora research through exploratory and literature studies. This study resulted basic scientific information about full description of the
species. X. novoguineensis shows high morphological similarities with X. melanoxylon from Solomon Islands. These results indicate the
need for further studies using adequate sources of taxonomic evidence to validate these two species.
et al. (1997) diuraikan sebagai spesies endemik Papua. punah secara regional di Kaledonia Baru walaupun telah
Walaupun demikian, Wilson dan Pitisopa (2007) menge- dilakukan survei rutin di kawasan tersebut sebagaimana
mukakan bahwa X. novoguineensis merupakan jenis New dilaporkan dalam IUCN (2015). Inisiatif penyelamatan
Guinea bagian barat dengan data ilmiah yang sangat spesies-spesies Xanthostemon telah dilakukan dengan
terbatas. Pernyataan ini sejalan dengan kondisi saat ini di penekanan pada studi bioekologi misalnya pada X.
mana belum tersedianya laporan ilmiah yang komprehensif formosus dan X. oppositifolius di Australia (DoE 2015a,b).
mengenai X. novoguineensis. Walaupun telah ada beberapa Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian taksonomi
studi ekologi yang telah dilakukan namun validitas spesies awal ini dilakukan untuk memperoleh informasi ilmiah
tumbuhan sowang dalam studi tersebut sulit diverifikasi dasar dalam upaya penyelamatan populasi tumbuhan
sehingga informasi-informasi studi tersebut dipertimbang- sowang di sekitar pegunungan Cycloop sebagai salah satu
kan untuk tidak digunakan. spesies endemik di Papua.
Dalam perhatian terhadap aspek ekologi X. novoguineensis
suatu studi telah dilakukan oleh Wilujeng (2010) dimana
tumbuhan ini memiliki kemampuan tahan terhadap api atau BAHAN DAN METODE
kebakaran namun memiliki daya regenerasi yang rendah.
Studi ini juga mencatat bahwa daerah habitat tumbuhan Penelitian ini dilakukan di sekitar kawasan pegunungan
sowang di Jayapura adalah pegunungan Cycloop, tetapi Cycloops, yakni di Kamp Walker, Buper-Waena di Kota
sowang tumbuh tidak merata di pegunungan tersebut. Jayapura dan Doyo Baru serta Wambena di Kabupaten
Sowang hanya tumbuh di sisi barat, selatan sampai timur Jayapura, Papua (Gambar 1).
pegunungan Cycloop. Di kawasan ini sowang ditemukan Penelitian meliputi survei populasi tegakan untuk
tumbuh pada ketinggian 15-450 m dpl, oleh karena itu memperoleh gambaran populasi secara deskriptif,
tumbuhan sowang banyak dijumpai pada kaki pegunungan pengamatan morfologi dan anatomi lamina. Spesimen
Cycloop, atau daerah penyangga cagar alam, sehingga daun, bunga, buah, biji, dan batang dikoleksi dari berbagai
menjadi daerah yang bebas untuk dirambah oleh masyarakat. lokasi. Pengukuran dan pengamatan makro-mikro
Beberapa tahun belakangan ini, eksploitasi kayu morfologi dilakukan terhadap spesimen-spesimen meliputi
sowang secara besar-besaran dilakukan sebagai bahan baku daun (petiol, lamina dan warna, anatomi lamina), bunga
arang sehingga menyusutkan populasi tegakan spesies ini (daun mahkota, daun kelopak, putik, benang sari dan sifat
secara drastis di habitatnya. Penyusutan populasi spesies- warna masing-masing bagian), buah dan biji (tipe dan
spesies Xanthostemon juga terjadi di beberapa negara seperti warna), dan batang (bentuk dan pola percabangan).
Australia, Kaledonia Baru, Papua Nugini, dan Filippina. Terminologi morfologi yang digunakan merujuk pada
Bahkan X. serbetti tercatat sebagai spesies yang dinyatakan Haris dan Haris (1994).
Gambar 1. Lokasi penelitian sowang (Xanthostemon novaguineensis) di sekitar CA Pegunungan Cycloops Jayapura. Tanda titik
menunjukan lokasi pengambilan sampel.
468 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (3): 466-471, Juni 2015
Penelitian ini bersifat eksploratif sehingga analisis data Kebutuhan ekonomi menyebabkan terjadinya eksploitasi
pada penelitian baik pengamatan populasi maupun yang berlebihan. Pemanfaatan arang kayu sowang dalam
spesimen tumbuhan diuraikan secara diskriptif. bisnis rumah makan yang tumbuh pesat di kota dan
Kabupaten Jayapura diduga sebagai penyebab utama
hilangnya tegakan-tegakan tumbuhan sowang di habitatnya
HASIL DAN PEMBAHASAN terutama di kawasan Kamp Walker hingga Doyo Baru.
Untuk menyelamatkan tumbuhan sowang, BPSDLH Papua
Keadaan populasi tumbuhan sowang telah melakukan operasi ke berbagai rumah makan
Dalam studi ini pertama-tama dilakukan pengecekan termasuk pemberian sanksi namun tidak adanya tindakan
tegakan-tegakan tumbuhan sowang berdasarkan informasi bagi para perambah langkah penyelamatan ini dianggap
dari masyarakat asli yang mendiami kawasan Pegunungan tidak efektif. Fakta lainnya adalah kawasan tersebut
Cycloop sebagai konfirmasi terhadap pengetahuan mereka. merupakan kawasan pengembangan Kota Jayapura saat ini
Secara tradisional mereka mengenal dua jenis tumbuhan sehingga area-area hutan telah berubah menjadi area
sowang yaitu sowang putih dan sowang hitam. Dari hasil permukiman yang menjadi alasan hilangnya populasi
pengecekan terhadap kedua macam tumbuhan sowang ini tumbuhan sowang di kawasan tersebut. Perubahan
diketahui bahwa sowang putih adalah spesies yang berbeda penggunaan lahan ini diperkirakan memiliki dampak
yaitu Gordonia papuana dari famili Teaceae, sedangkan terbesar terhadap keanekaragaman hayati di hutan tropis
yang dikenal sebagai sowang hitam adalah Xanthostemon (Sala et al. 2000) dan fenomena ini secara kasat mata dapat
novoguineensis. Hal ini dapat terjadi karena salah satu kita jumpai di berbagai tempat.
prinsip klasifikasi dalam masyarakat tradisional (folk Selain penyebab yang bersifat antropogenis, faktor
classification), penamaan objek biologi diberikan biologis tumbuhan sowang, yaitu daya regenerasi yang
berdasarkan kesamaan pemanfaatan (Bent 1992). Gordonia rendah diduga sebagai penyebab menyusutnya populasi
papuana sendiri tergolong kayu keras dan berdasarkan peta tumbuhan sowang di alam. Hal ini menjadi salah satu
distribusi di Papua Nugini merupakan spesies yang tersebar alasan menyusutnya populasi X. oppositifolium di Papua
luas karena mampu mengkoloni area ekologis yang lebih Nugini (IUCN 2015). Sifat ini sepertinya merupakan sifat
luas hingga daerah ketinggian (Conn dan Damas 2015). umum pada marga Xanthostemon sehingga marga ini
Merrill (1952) menjelaskan bahwa holotipe X. rentan terhadap kepunahan di berbagai kawasan tempat
novoguineensis yang dikoleksi Valeton tahun 1907 berasal tumbuhnya bila terdapat eksploitasi yang berlebihan.
dari daerah Tobati, kampung kecil di sekitar Teluk Youtefa
(Humboldt Bay) Jayapura. Dari hasil eksplorasi yang Morfologi
dilakukan, tumbuhan ini tidak dijumpai lagi di sekitar area Habitus dan daun
tersebut. Sementara itu di Kamp Walker, Buper-Waena Xanthostemon novoguineensis Valet. (sowang) dapat
hingga Doyo Baru tumbuhan sowang ditemukan lebih ditemukan dalam dua tipe perawakan yaitu dalam bentuk
didominasi individu berperawakan semak. Menyusutnya tegakan dan semak (Gambar 2). Tumbuhan sowang yang
populasi tegakan tumbuhan sowang ini diakibatkan oleh berperawakan tegakan adalah individu yang tumbuh dari
dua alasan baik yang bersifat antropogenik maupun biji dan merupakan perawakan sesungguhnya. Tinggi
biologis tumbuhan sowang sendiri. pohon dapat mencapai 40 m dengan diameter dapat
Aktivitas antropogenik telah menjadi isu global dan mencapai 80 cm. Pepagan dengan bagian dalam berwarna
terus mendapat perhatian dalam hubungannya dengan coklat kemerahan, bergetah yang tidak menyolok. Kayu
kelestarian lingkungan. Morris (2010) mendiskusikan teras keras cokelat tua hingga hitam pekat. Ini adalah salah
empat pemicu antropogenik utama terhadap hilangnya satu karakter yang digunakan Wilson dan Pitisopa (2007).
biodiversitas, yaitu deforestasi dan fragmentasi (karena sebagai karakter diagnostik untuk membedakan X.
perubahan penggunaan lahan), eksploitasi yang berlebihan, melanoxylon dari X. novoguineensis. Ephiteton specificum
spesis eksotik, dan perubahan iklim. Dua pemicu utama ‘melanoxylon’ mengacu pada karakter kayu teras; mela-
yang disebutkan di awal tercermin dalam faktor-faktor anos = hitam;-xylon = kayu. Tinggi bebas cabang dapat
spesifik yang menyebabkan menyusutnya populasi mencapai 30 m dengan pola percabangan monopodial.
tumbuhan sowang yaitu karena alasan tradisi, ekonomi, dan Pertumbuhan primer (tinggi) dan pertumbuhan sekunder
pembangunan. Berkaitan dengan tradisi, masyarakat sekitar (diameter batang) sangat bergantung pada tipe habitat,
Teluk Youtefa, Danau Sentani, dan sebagian pesisir utara pertumbuhan terbaik terdapat pada habitat terbuka.
Pegunungan Cycloop umumnya membuat perkampungan Tumbuhan sowang yang ditemukan dalam perawakan
di area pasang surut. Kayu sowang telah dikenal sejak semak umumnya berasal dari hasil tebangan atau
dahulu sebagai kayu yang kuat dan awet sehingga pembakaran yang menyisakan pangkal batang yang
dimanfaatkan sebagai tiang penyangga rumah. Kayu kemudian menumbuhkan tunas. Tumbuhan sowang yang
sowang juga digunakan sebagai alat pertukaran pada jaman ditemukan dalam bentuk perawakan semak akibat
dahulu. Kedua hal ini menunjukan bahwa pemanfaatan pembakaran, memperlihatkan kecenderungan beberapa
kayu sowang secara intensif telah dilakukan dalam tradisi perubahan fisiologis terutama berkaitan dengan masa
masyarakat lokal. Faktor ekonomi adalah fakta yang dapat perbungaan.
dikatakan sebagai bencana bagi tumbuhan sowang.
WILUJENG & SIMBIAK – Karakterisasi Xanthostemon novoguineensis dari Papua 469
Gambar 2. Tumbuhan sowang yang memperlihatkan perawakan yang berbeda. Tegakan (kiri) dan semak (kanan).
Gambar 3. Perbungaan sowang. Bunga yang masih menguncup (kiri), bunga yang telah mekar (tengah), perbungaan
sowang yang memperlihatkan unit perbungaan (kanan).
Gambar 4. Beberapa bagian bunga sowang. Benang sari (kiri), penampang bujur hipantium dan bakal buah (tengah), penampang
lintang bakal buah yang memperlihatkan plasenta.
470 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (3): 466-471, Juni 2015
Daun tumbuhan sowang merupakan daun tunggal, ini juga sebagaimana dideskripsikan pada X. melanoxylon.
phyllotaxis 2/5, bertepi daun rata. Susunan tulang daun Plasenta pada bakal buah sowang bersifat aksilar. Putik
meyirip dengan besar sudut tulang daun berkisar 60-80°. memiliki kepala putik yang lebih kecil dari tangkai putik
Daun pada tumbuhan sowang memiliki intervenium yang dan sedikit lebih tinggi dari benang sari atau kurang lebih
menunjukkan adaptasi pada habitat yang cenderung kering. sama tingginya.
Pada tumbuhan muda, daun umumnya berbentuk elliptic,
obelliptic dan kemudian lebih banyak berbentuk obovate Buah dan biji
pada tumbuhan dewasa, terutama pada ketegori individu Buah sowang bersifat dehiscent dengan dasar buah
tegakan. Daun dilapisi kutikula sehingga tampak menyatu dengan hipantium. Buah akan pecah menjadi 3
mengkilap dan juga memiliki kelenjar minyak. Keberadaan bagian, masing-masing bagian terdiri dari 2 ruang,
kutikula ini berkaitan dengan habitat yang cenderung memiliki 6 ruang. Setiap buah mengandung 30-36 biji. Biji
kering di mana lapisan ini berfungsi untuk menjaga sowang berbentuk bulat pipih dengan diameter 1,5-2 mm,
kelembapan permukaan daun. Daun sowang tidak memiliki ringan, tidak berbulu dan tidak bersayap.
bulu kecuali pada stadium kuncup. Pada habitat yang Sowang (Xanthostemon novoguineensis) saat ini masih
relatif menguntungkan, pertumbuhan vegetatif sangat dapat dijumpai namun dalam bentuk perawakan semak
menyolok pada daun terutama pada bentuk dan ukuran. sedangkan dalam bentuk tegakan sangat jarang dijumpai.
Termasuk adanya indumentum yang menyelubungi stadium Penyusutan populasi sowang di habitatnya akibat aktifitas
vegetatif muda yang membuat Lauterbach tahun 1910 antropogenik dan faktor bioekologis di mana sowang
mendeskripsikan spesies yang sama sebagai X. papuanum memiliki tempat tumbuh yang spesifik.
(Merrill 1952). Pada pengamatan anatomi lamina, daun Deskripsi organ vegetatif maupun generatif
sowang memiliki stomata dengan sel penjaga berbentuk menunjukan kemiripan sifat pada karakter kunci dengan X.
ginjal yang tersebar rapat dalam jumlah yang banyak. melanoxylon yang dideskripsikan di Kepulauan Solomon.
Jumlah stomata yang banyak ini berhubungan dengan Berdasarkan pertimbangan ini makan status takson kedua
intensitas cahaya yang tinggi karena tumbuhan ini jenis ini perlu penelitian lebih lanjut dengan sumber bukti
menyukai habitat yang terbuka. Stomata pada daun sowang taksonomi yang memadai karena penting dalam penentuan
berdasarkan sampel daun yang diamati, bertipe animositik status konservasi suatu spesies.
yang tersebar pada permukaan bawah daun.
Morris RJ. 2010. Anthropogenic impacts on tropical forest biodiversity: a Sosef MS, Hong MLT, Prawiroatmodjo S (eds). 1998. Plant resources of
network structure and ecosystem functioning perspective. Phil Trans South-East Asia 5 (3): Timber Trees: Lesser-Known Timbers. Prosea,
R Soc B. 365: 3709-3718. Bogor.
Sedayu A. 2008. A new species of Xanthostemon (Myrtaceae) from IUCN. 2015. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3.
Natuna Island, Indonesia. Reinwartia 12 (5): 447-449. <www.iucnredlist.org>. [11 March 2015].
Sala OE, Chapin III FS, Armesto JJ, et al. 2000. Global biodiversity Whitmore TC, Tantra IGM, Sutisna U. 1997. Tree flora of Indonesia
scenarios for the year 2100. Science 287: 1770-1774. check list for Irian Jaya. Agency for Forestry Research and
Wilujeng S. 2010. The effects of forest burning and logging toward Development. Forest Research and Development Centre, Bogor.
regeneration ability of sowang (Xanthostemon novoguineensis Valet.) Wilson PG, Pitisopa F. 2007. Xanthostemon melanoxylon (Myrtacea) a
in Cycloop Mountain, Jayapura, Papua. Biodiversitas 11 (4): 194-199. new species from the Solomon Islands. Telopea 11 (4): 399-403.
Wilson PG. 1990. A revision of the genus Xanthostemon (Myrtaceae) in
Australia. Telopea 3 (4): 451-476.