Disusun Oleh:
1. Alya Baiti Rahmi : E1M022023
2. Fitri Mardiah : E1M022031
3. Moh. Muzakki Pangestu Arip : E1M022068
4. Gesti Maharani : E1M022079
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Kinetika Kimia. Selain Itu, Makalah Ini Juga Bertujuan Untuk Menambah
Wawasan Tentang Proses intramolekul : proses fluoresensi dan fosforisensi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yayuk Andayani, M.Si. selaku dosen
mata kuliah Kinetika Kimia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA BPENGANGTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian Fluoresensi Dan Fosforesensi............................................................
B. Variabel Yang Mempengaruhi Peristiwa Fluoresensi Dan Fosforesensi
C. Prinsip Kerja Fluoresensi Dan Fosforesensi
D. Proses Intramolekul Fluoresensi Dan Fosforesensi
E. Pengaruh Radiasi Terhadap Fluoresensi dan fosforisensi
F. Pengaruh Intesitas Terhadap Fluoresensidan fosforisensi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fotokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari reaksi yang dissebabkan
oleh cahaya. Proses intramolekul dari fotokimia mencakup tentang fluoresensi dan
fosforesensi. Lingkungan sekitar banyak sekali terdapat benda-benda yang dapat
memancarkan sinar ketika terkena cahaya, sinar yang dipancarkan benda-bendaa tersebut
beragam sesuai dengan warna benda dasar tersebut, namun benda tersebut berhenti
memancarkan sinar ketiika sumber radiasinya berhenti. Hal ini dapat terjadi karena
molekul yang pada permukannya mengabsorbsi sebuah radiasi cahaya untuk mncapai
suatu keadan tereksitasi dan kemudian memancarkan cahaya pada waktu kembali
ketingkat dasar, dikatakan mengalami fotoluminesensi dimana fotoluminesensi terjadi
hanya didalam beberapa molekul yang dapat mengalami emisi foton yang tertentu setelah
terjadi eksitasi yang kemudian kembali kekeadaan dasar. Emisi dari cahaya ini dapat
dikatakan sebagai peristiwa fluorisensi, benda-benda yang dapat mengalami fluorisensi
hanya benda yang mengandung fluor.
Fluor adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodic yang memiliki lambang F dan
nomor atom 9. Namanya berasal dari bahasa laatin fluere berarti “mengalir”. Ia
merupakan gas halogen univalent beracun berwarna kuning-hijau yang paling reaktif
secara kimia dan elektronegatif dari seluruh unsur. Dalam bentuk murninyaa, dia sangat
berbahaya, dapat menyebabkan pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan
kulit. Fluoresensi adalah pancaran sinar pada saat suatu zat terkenai cahaya. Hal ini
kareaa sifat butir Kristal suatu zat jika mendapatkaan ransangan berupa cahaya akan
langsung memancarka cahayanya sendiri dan berhenti memancar jika rangsangan itu
dihilangkan. Contoh rambu-rambu lalu lintas, beberapa jenis cat, dan stiker yang bersifat
fluoresenssi. Selain fluoresensi proses intramolekul juga dapat berupa proses
fosforesensi. Fosforesensi atau pendar adalah proses suatu molekul melangsungkan suatu
transisi (emisi) dari tingkat triplet ketingkat dasar. Fosforesenssi, pemancaran kembali
sinar oleh molekul yang telah menyerap energi sinar dalam waktu yang relatif lebih lama
(10⁻⁴ detik). Jika penyinaran kemudian dihentikkan, pemancaran kembali masih dapat
berlangsung. Fosforesensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energi elektronik
tripelt ke singlet dalam suatu molekul.
Dalam ilmu kimia, suatu zat bisa menyala dalam gelap diawali dari akibat adanya
eksitasi elektron yang terjadi didalam zat tersebut karena menerima energi dari luar
(seperti terkena gelombang cahaya), kemudian saat elektronnya kembali ke orbital
dasarnya, terjadi pelepasan energinya kembali (emisi) dalam bentuk gelombang yang
tampak berupa cahaya/pendar. Fosforesensi dapat menyimpaan energi lebih lama,
sehingga akan memancarkan cahaya (berpendar) lebih lama dari pada fluoresensi.
Dalam fluoresensi, spesies pertama kali tereksitasi, dengan menyerap foton, dari
keadaan elektronik dasar ke salah satu dari berbagai keadaan getaran dalam keadaan
elektronik tereksitasi. Tumbukan dengan molekul lain menyebabkan molekul tereksitasi
kehilangan energi vibrasi hingga mencapai keadaan vibrasi paling rendah dari keadaan
elektronik tereksitasi. Proses ini sering divisualisasikan dengan diagram Jablonski .
Molekul tersebut kemudian turun ke salah satu dari berbagai tingkat getaran keadaan
elektronik dasar lagi, memancarkan foton dalam prosesnya. Karena molekul dapat turun
ke salah satu dari beberapa tingkat getaran dalam keadaan dasar, foton yang dipancarkan
akan memiliki energi dan frekuensi yang berbeda. Oleh karena itu, dengan menganalisis
berbagai frekuensi cahaya yang dipancarkan dalam spektroskopi fluoresen, beserta
intensitas relatifnya, struktur tingkat getaran yang berbeda dapat ditentukan.
Untuk spesies atom, prosesnya serupa; namun, karena spesies atom tidak memiliki
tingkat energi getaran, foton yang dipancarkan seringkali memiliki panjang gelombang
yang sama dengan radiasi yang datang. Proses memancarkan kembali foton yang diserap
ini disebut "fluoresensi resonansi" dan meskipun merupakan karakteristik fluoresensi
atom, hal ini juga terlihat pada fluoresensi molekuler.
Dalam pengukuran fluoresensi (emisi) yang khas, panjang gelombang eksitasi tetap
dan panjang gelombang deteksi bervariasi, sedangkan dalam pengukuran eksitasi
fluoresensi panjang gelombang deteksi tetap dan panjang gelombang eksitasi bervariasi
di seluruh wilayah yang diinginkan. Peta emisi diukur dengan mencatat spektrum emisi
yang dihasilkan dari rentang panjang gelombang eksitasi dan menggabungkan semuanya.
Ini adalah kumpulan data permukaan tiga dimensi: intensitas emisi sebagai fungsi eksitasi
dan panjang gelombang emisi, dan biasanya digambarkan sebagai peta kontur.
Perangkat yang mengukur fluoresensi disebut fluorometer
Instrumentasi
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Fluoresensi Dan Fosforesensi?
2. Apa Saja Variabel Yang Mempengaruhi Peristiwa Fluoresensi Dan Fosforesensi?
3. Bagaimana Prinsip Kerja Fluoresensi Dan Fosforesensi?
4. Bagaimana Proses Intramolekul Fluoresensi Dan Fosforesensi?
5. Bagaimana Pengaruh Radiasi Terhadap Fluoresensi?
6. Bagaimana Pengaruh Intesitas Terhadap Fluoresensi?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Fluoresensi Dan Fosforesensi
2. Mengetahui Variabel Yang Mempengaruhi Peristiwa Fluoresensi Dan Fosforesensi
3. Mengetahui Prinsip Kerja Fluoresensi Dan Fosforesensi
4. Mengetahui Proses Intramolekul Fluoresensi Dan Fosforesensi
5. Mengetahui Pengaruh Radiasi Terhadap Fluoresensi dan fosforisensi
6. Mengetahui Pengaruh Intesitas Terhadap Fluoresensi dan fosforisensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fluoresensi dan fosforisensi
Fluorisensi adalah proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah
tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi (sinar ultraviolet atau cahaya tampak oleh
molekul fluoresensi atau subtruktur). Dengan demikian, fluoresensi menyerap energy
dalam bentuk cahaya pada panjang gelombang spesifik dan membebaskan energy alam
bentuk cahaya yang dipancarkan pada panjang gelombang yang lebih tinggi. Emisi
cahaya terjadi karena proses absorbsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan
atom tereksitasi. Keadaan atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan
melepaskan energi yang berupa cahaya (de-eksitasi). Fluoresensi merupakan proses
perpindahan tingkat energi dari keadaan atom tereksitasi (S1 atau S2) menuju ke keadaan
stabil (ground states). Dalam beberapa kasus, energy cahaya yang dipancarkan lebih
rendah daripada radiasi ketika diserap karna memiliki panjang gelobang yang lebih
panjang. Namun, satu electron dapat menyerap dua foton ketika radiasi elektromagnetik
diserap sangag rapat. Pancaran radiasi dengan panjang gelombang lebih pendek dari
radiasi yang diserap dapat dihasilkan dari penyerapan kedua foton ini. Ketika cahaya
dipancarkan dari sperektrum yang terlihat dan radiasi diserap di wilayah ultraviolet
sprektrum tetapi tidak terlihat. Sedangkan fosforesensi atau pendar adalah proses dimana
molekul yang telah menyerapi cahaya untuk jangka waktu yang lebih lama (10 ⁻⁴)
memancarkan kembali cahaya. Penyinaran dapat berlamjut (setelah pendaran) meskipun
penyinaran dihentikan. Transisi molekul dari tingkat energy elektronik triplet
menghasilkan pendar.
Proses fluoresensi berlangsung kurang lebih 1 nano detik sedangkan proses
fosforesensi berlangung lebih lama, sekitar 1 sampai dengan 1000 mili detik. Fluoresensi
dan pendar adalah jenis metode pendaran molekuler. Sebuah molekul analit menyerap
foton dan mengeksitasi suatu spesies. Spektrum emisi dapat memberikan analisis
kualitatif dan kuantitatif. Istilah fluoresensi dan pendar biasanya disebut fotoluminesensi
karena keduanya sama dalam eksitasi yang ditimbulkan oleh penyerapan
foton. Fluoresensi berbeda dari pendar karena transisi energi elektronik yang bertanggung
jawab atas fluoresensi tidak berubah dalam putaran elektron, yang menghasilkan elektron
berumur pendek (<10⁻⁵ detik) dalam keadaan tereksitasi fluoresensi. Dalam pendar,
terjadi perubahan putaran elektron, yang mengakibatkan masa tereksitasi lebih lama
(detik hingga menit). Fluoresensi dan pendar terjadi pada panjang gelombang yang lebih
panjang dibandingkan radiasi eksitasi.
Fluoresensi dapat terjadi dalam sistem kimia gas, cair, dan padat. Jenis fluoresensi
sederhana adalah dengan mengencerkan uap atom. Contoh fluoresensi adalah jika
elektron 3s dari atom natrium yang menguap tereksitasi ke keadaan 3p melalui
penyerapan radiasi pada panjang gelombang 589,6 dan 589,0 nm. Setelah 10 -8 detik,
elektron kembali ke keadaan dasar dan saat kembali ia memancarkan radiasi dengan dua
panjang gelombang ke segala arah. Jenis fluoresensi di mana radiasi yang diserap
dipancarkan tanpa perubahan frekuensi dikenal sebagai fluoresensi resonansi. Fluoresensi
resonansi juga dapat terjadi pada spesies molekuler. Pita fluoresensi molekul berpusat
pada panjang gelombang yang lebih panjang dari garis resonansi. Pergeseran menuju
panjang gelombang yang lebih panjang disebut sebagai Pergeseran Stokes.
Contoh fluoresensi dan fosforesensi dalam kehidupan sehari-hari yaitu cahaya yang
berpendar dari uang kertas akibat terkena sinar ultraviolet (UV), hal ini dilakukan untuk
mengecek apakah uang tersebut asli atau tidak. Pada uang kertas, fluoresensi digunakan
untuk melindungi dari pemalsuan. Banyak uang yang memiliki tanda khsusus yang hanya
terlihat dibawah sinar UV, sehingga uang sulit untuk dipalsukan. Misalnya serat atau tinta
yang mengandung senyawa fluoresen tertentu akan bersinar dan mejadi terlihat. Keika
uang tersebut disinari dengsn sinar sinar ultraviolet (UV), senyawa fluoresen ini akan
menyerap cahaya UV dan segera memancarkan cahaya oleh mata manusia.
B. Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Peristiwa Fluoresensi Dan Fosforesensi
Ada beberapa beberapa variabel yang berpengaruh pada flouresensi
danfosforesensi,yaitu :
1.Hasil kuatum (efisiensi kuantum, quantum yield)
Efisiensi kuantum merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan antara
jumlah molekul yang berflouresensi terhadap jumlah total molekul yang tereksitasi.
Besarnya efisiensi kuantum (ϕ) adalah :
0≤ϕ≤1
Nilai ϕ yang diharapkan adalah mendekati 1, yang berarti efisiensi flouresensi
sangat tinggi. Selain flouresensi, molekul molekul yang tereksitasi juga mengalami
beberapa proses deaktivitas dengan demikian maka efesiensi flouresensi ditentukan
oleh tetapan laju (rate constant). Proses flouresensi dibandingkan dengan tetapan
laju proses-proses deaktivitas yang lain. Hasil kuantum atau efisiensi
kuantum digunakan untuk mengukur kemungkinan suatu molekul akan berpendar atau
tidak berpendar. Untuk fluoresensi dan pendar adalah perbandingan jumlah molekul
yang berpendar dengan jumlah total molekul yang tereksitasi. Untuk molekul yang
sangat berfluoresensi, efisiensi kuantumnya mendekati satu. Molekul yang tidak
berfluoresensi memiliki efisiensi kuantum yang mendekati nol.
Hasil kuantum fluoresensi (ϕ) untuk suatu senyawa ditentukan oleh konstanta laju
relatif (k) dari berbagai proses penonaktifan dimana keadaan singlet tereksitasi
terendah dinonaktifkan ke keadaan dasar. Proses penonaktifan termasuk fluoresensi
(KF), persilangan antar sistem (K), konversi internal (K IC), predisosiasi (KPD), disosiasi
(KD), dan konversi eksternal (KEc) memungkinkan seseorang untuk menafsirkan secara
kualitatif faktor struktural dan lingkungan yang mempengaruhi intensitas
fluoresensiEfisiensi fluoresensi dapat dinyatakan dengan besaran hasil kuantum
fluoresensi (ϕ), yang mana :
Dalam substitusi atom berat seperti turunan nitro atau substitusi halogen berat
seperti iodobenzena, senyawanya mengalami pradisosiasi. Senyawa-senyawa tersebut
mempunyai ikatan yang mudah putus yang kemudian dapat menyerap energi eksitasi
dan melalui konversi internal. Oleh karena itu, intensitas relatif fluoresensi dan
panjang gelombang fluoresen tidak diamati dan hal ini ditunjukkan pada tabel di
bawah.
Intensitas fluoresen relatif dari senyawa turunan iodobenzena dan nitro
Asam karboksilat atau gugus karbonil pada cincin aromatik umumnya
menghambat fluoresensi karena energinyan →π∗transisi kurang
dariπ→π∗transisi. Oleh karena itu, hasil fluoresensi darin →π∗transisinya rendah.
Intensitas fluoresen relatif asam benzoat
Penjelasan atas efisiensi kuantum yang lebih rendah atau kurangnya kekakuan
disebabkan oleh peningkatan laju konversi internal (k ic ) yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya penonaktifan tanpa radiasi. Molekul tidak kaku juga dapat
mengalami getaran frekuensi rendah yang menyebabkan hilangnya energi dalam
jumlah kecil.
Anilin dasar Fluoresensi senyawa tertentu telah digunakan untuk mendeteksi titik
akhir dalam titrasi asam basa. Contoh fluoresensi jenis ini yang terlihat pada senyawa
sebagai fungsi pH adalah bentuk fenolik dari asam 1-naftol-4-sulfonat. Ini senyawa
tidak dapat dideteksi oleh mata karena terjadi di daerah ultraviolet, namun dengan
penambahan basa, senyawa tersebut diubah menjadi ion fenolat, pita emisi bergeser
ke panjang gelombang tampak sehingga dapat dilihat secara visual. Konstanta
disosiasi asam untuk molekul yang tereksitasi berbeda untuk spesies yang sama
dalam keadaan dasar. Perubahan konstanta disosiasi asam atau basa ini berbeda
empat atau lima kali lipat.
Oksigen terlarut mengurangi intensitas fluoresensi dalam larutan, yang dihasilkan
dari oksidasi spesies berfluoresensi yang diinduksi secara fotokimia. Pendinginan
terjadi dari sifat paramagnetik oksigen molekuler yang mendorong persilangan
antarsistem dan konversi molekul tereksitasi ke keadaan triplet. Sifat paramagnetik
cenderung memadamkan fluoresensi .
6. Pengaruh Konsentrasi terhadap Intensitas Fluoresensi
Kekuatan emisi fluoresensi F sebanding dengan daya pancaran sebanding dengan
daya pancaran berkas eksitasi yang diserap sistem. Persamaan di bawah ini paling
menggambarkan hubungan ini.
De
ret MacLaurin dapat digunakan untuk menyelesaikan suku eksponensial.
Mengingat bahwa ( 2,303 ϵ b c) = Absorbansi < 0,05 (2.303) = Daya serap <0,05,
semua suku berikutnya setelah suku pertama dapat dihilangkan karena kesalahan
maksimumnya adalah 0,13%. Hanya menggunakan suku pertama, Persamaan
10.1.5dapat ditulis ulang menjadi:
Jika C menjadi begitu besar sehingga serapannya > 0,05, maka suku-suku dalam
Persamaan semakin tinggi 10.1.5mulai menjadi lebih penting dan linearitasnya
hilang. F kemudian terletak di bawah ekstrapolasi plot garis lurus. Penyerapan
berlebihan ini merupakan penyerapan primer. Penyebab lain dari penurunan
linearitas negatif ini adalah serapan sekunder ketika panjang gelombang emisi
tumpang tindih dengan pita serapan. Hal ini terjadi ketika emisi melintasi larutan dan
diserap kembali oleh molekul lain melalui analit atau spesies lain dalam larutan, yang
menyebabkan penurunan fluoresensi.
Diagram Jablonski Parsial untuk Absorpsi, Fluoresensi, dan Pendar. dari Bill
Reusch.
Ketika cahaya dengan energy yang cukup tinggi (biasanya sinar UV) mengenai suatu
zat , energy ini akan merangsang electron-elektron dalam atom atau molekul zat tersebut.
Electron electron ini akan melompat ketingkat e nergi yang lebi tinggi (S 1 atau keadaan
tereksitasi) Karena energy dari fotom cahaya. Namun, keadaan tereksitasi inilah yang
menyebabkan electron ini tidak stabil dan supaya stabil, maka electron-elektron ini akan
cenderung kembali ke keadaan orbital dasar atau tingkat energy yang lebih rendah (S 0),
energy yang berlebihan dilepaskan dalam bentuk cahaya /foton.
Fosforesensi,, peancran kembali sinar ole molekul yang telah menyerap energy sinar
dalam waktu yang lebih lama, jika penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali
masih dapat berlangsung. Fosforesensi berasal dari tingkat-tingkat energy elektronik
triplet ke singlet dalam suatu molekuk, fosforesensi dapat menyimpan energy lebih lama,
sehingga akan memancarkan cahaya (berpendar) lebih lama dari fluoresensi. Pada
fluoresens, setelah energy yang digunakan untuk mengeksitasi electron dihilangkan,
maka zat fluorense tidak akan dapat menyala dalam gelap. Dengan kata lain zat
berfluoresensi hanya dapat terliat menyala apabila dikenai dengan sinar ultraviolet di
dalam gelaap, dan tidak dapat berpendar ketika sinar ultravioletnya dimatikan. Hal ini
berkaitan dengan cepat dan lambatnyaelektron kembali ke orbital energy tingkat dasar,
semakin cepat electron kembali ke orbital maka semakin cepat pula hilang berpendarnya
Memahami perbedaan antara fluoresensi dan pendar memerlukan pengetahuan tentang
putaran elektron dan perbedaan antara keadaan singlet dan triplet. Prinsip Pengecualian
Pauli menyatakan bahwa dua elektron dalam sebuah atom tidak dapat memiliki empat
bilangan kuantum yang sama (N, M, MS) dan hanya dua elektron yang dapat menempati
setiap orbital yang harus mempunyai keadaan spin berlawanan. Keadaan putaran yang
berlawanan ini disebut putaran berpasangan. Karena pasangan putaran ini, sebagian besar
molekul tidak menunjukkan medan magnet dan bersifat diamagnetik. Dalam molekul
diamagnetik, elektron tidak tertarik atau ditolak oleh medan listrik statis. Radikal bebas
bersifat paramagnetik karena mengandung elektron tidak berpasangan yang mempunyai
momen magnet yang tertarik terhadap medan magnet.
Keadaan singlet didefinisikan ketika semua spin elektron berpasangan dalam keadaan
elektronik molekuler dan tingkat energi elektronik tidak terpecah ketika molekul terkena
medan magnet. Keadaan doublet terjadi ketika terdapat elektron tidak berpasangan yang
memberikan dua kemungkinan orientasi ketika terkena medan magnet dan memberikan
energi berbeda ke sistem. Singlet atau triplet dapat terbentuk ketika satu elektron
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Dalam keadaan singlet tereksitasi, elektron
dipromosikan dalam orientasi putaran yang sama seperti pada keadaan dasar
(berpasangan). Dalam keadaan tereksitasi triplet, elektron yang dipromosikan mempunyai
orientasi spin yang sama (paralel) dengan elektron tidak berpasangan lainnya. Singlet,
doublet, dan triplet diturunkan menggunakan persamaan multiplisitas, 2S+1, dengan S
adalah momentum sudut spin total (jumlah seluruh spin elektron). Putaran individu
dinotasikan sebagai putaran ke atas (s = +1/2) atau putaran ke bawah (s = -1/2). Jika kita
menghitung S untuk keadaan singlet tereksitasi, persamaannya adalah 2(+1/2 + -1/2)+1 =
2(0)+1 = 1, sehingga membuat orbital pusat pada gambar a keadaan singlet. Jika
multiplisitas putaran untuk keadaan triplet tereksitasi dihitung, kita memperoleh 2(+1/2 +
+1/2)+1 = 2(1)+1 =3, yang menghasilkan keadaan triplet seperti yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://chem.libretexts.org/Bookshelves/
Physical_and_Theoretical_Chemistry_Textbook_Maps/Nonlinear_and_Two-
Dimensional_Spectroscopy_(Tokmakoff)/
01%3A_Coherent_Spectroscopy_and_the_Nonlinear_Polarization