KELOMPOK III
NAMA : 1. MATHEUS J. KOPONG
2. MELANI A. FAFO
3. MENDY I. LASA
4. MESAK S. ALOMAU
5. MIESCHA T. J. ATA RABU
6. MIRDO A. ROHI LODO
7. MIRA BIA
8. NOLVIANA PANDI
9. APRILIANUS T. WER
KELAS : FARMASI C/ 3
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG 2021
TEORI FLUORESENSI DAN FOSFORENSI
Fluoresensi adalah emisi cahaya oleh suatu zat yang telah menyerap cahaya dan radiasi
elektromagnetik lain dari Panjang gelombang yang berbeda. Yang merupakan proses
perpindahan tingkat energi dari keadaan atom tereksitasitasi ( S1 dan S2)
Fosforensi adalah jenis spesifik fotoluminesensi yang berkaitan dengan
fluoresensi.tidak seperti fluoresensi,phosporesensi tidak akan segera Kembali
memancarkan radiasi yang di serap.yang merupakan sebuah proses di mana energi yang
di serap oleh suatu zat yang relative la,bat di lepaskan ke dalam bentuk cahaya
PROSES DEAKTIVASI
Merupakan suatu proses kembalinya molekul yang tereksitasi ke keadaan azas. Pada dasarnya proses
deaktivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : tanpa mepanncaran sinar dan dengan pemancaran sinar
1. Pengendoran vibrasi
Pengendoran vibrasi merupakan perpindahan energy vibrasi dari molekul yang tereksitasi. Hal ini dapat terjadi
sebagai akibat kelebihan energy vibrasi yang dimiliki akan segera dilepaskan sebagai akibat tabrakan-tabrakan
antara molekul –molekul tabrakan tersebut akan terjadi perpindahan energy vibrasi pada molekul pelarut
sehingga suhu pelarut menjadi naik.
2. Konversi ke dalam ( Internal conversion)
Konversi ke dalam ini merupakan suatu perpindahan tingkat energy, yang mana suatu molekul akan pindah
dari tingkat energy elektronik lebih tinggi ke tingkat energy elektronik yang lebih rendah tanpa pemancaran
sinar.
3. Konversi ke luar ( external conversion )
Konversi ke luar merupakan perpindahan energy dari proses interaksi molekul-molekul lain. Pada peristiwa
ini, energy yang dipindahkan adalah energy elektronik bukan energy vibrasional
4 .Lintasan antar sistem ( Intersistem crossing)
Lintasan antar sistem merupakan pembalikan
arah spin elektron yang tereksitasi, misalnya
berubah dari singkat ke triplet atau sebaliknya.
VARIABEL –VARIABEL YANG MEMPENGARUHI FLUORESENSI DAN
FOSFORESENSI
1. Sistem ikatan rangkap terkonjugasi memiliki struktur yang planar dan kaku sehingga
akan mampu menyerap secara kuat di daerah 200-800 nm pada radiasi
elektromagnetik
2. Senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan rangkap terkojugasi ini merupakan calon
(kandidat) senyawa yang mampu berfluorensensi.
3. Modifikasi struktur terhadap senyawa-senyawa ini dapat menurunkan atau
meningkatkan intensitas fluoresensi, tergantung pada sifat dan letak gugus substituen.
4. .Sebagai contoh, gugus-gugus yang memberikan electron seperti gugus hidroksil,
amino atau metoksi yang terikat secara langsung paa sistem ikatan π dapat
memfasilitasi terjadinya proses fluoeresensi. Gugus-gugus yang menarik elektron
seperti nitro, bromo, iodo, siano, atau karboksil cenderung mengurangi intensoitas
fluoresensi.
PENGUBAHAN SENYAWA MENJADI FLUORESEN
Ada tiga keuntungan analisis fluorometri dan fosforimetri dibandingkan dengan spektrofotometri absorbs
yaitu :
a) Fluorometri lebih peka
Pada fluorometri pengukuran dilakukan secara langsung terhadap intensitas sinar fluoresen. Pengukuran
langsung ini tanpa dilakukan perbandingan intesitas sinar semula ( I0). Hal inin dapat tercapai karena
detector pada fluorometri ditempatkan pada arah yang tegak lurus terhadap sinar pengeksitasi
b) Fluorometri lebih selektif
Hal ini karena hanya sedikit senyawa yang dapat memancarkan kembali sinar fluoresen atau fosforesen.
Semetara itu, pada proses absorbs dapat dilakukan bahwa hamper semua senyawa organik mampu
melakukannya.
c) Pada fluorometri ganguan spectral dapat
dikurangi dengan cara merubah panjang
gelombang eksitasi atau emisi. Ganguan spektral
adalah gangguan yang ditimbulkan oleh senyawa-
senyawa lain yang melakukan penyerapan
( absorbs) dan emisi sinar fluoresen pad panjang
gelombang sama dengan senyawa yang dinalisis.
TERIMA KASIH